#8 : Laporan Posisi Keuangan (Neraca) -> Aset -> Giro pada Bank Indonesia (Perbankan)

Pembahasan akun aset lancar yang umum sudah selesai dari series 1 sampai 7.
Jadi coba saya melipir bahas aset spesifik yang hanya ada di sektor tertentu, kali ini Perbankan.

Giro pada Bank Indonesia adalah aset (dana) yang 'wajib' dititipkan oleh bank umum kepada bank sentral (Bank Indonesia).
Dikenal dengan istilah Giro Wajib Minimum (GWM).

Ketentuan mengenai GWM ini diatur oleh Bank Indonesia (BI) sebagai salah satu instrumen kebijakan moneter, melalui penetapan rasio GWM.

...........................
Rasio GWM adalah persentase besaran dana minimum yang harus dititipkan ke BI terhadap total dana pihak ketiga (DPK / simpanan nasabah) yang diterima oleh bank.

Jika Rasio GWM dinaikkan oleh BI -> maka dana yang dititipkan ke BI akan membesar -> menyebabkan likuiditas perekonomian makin ketat -> karena berkurangnya kredit yang bisa disalurkan oleh bank -> sehingga mendukung stabilitas ekonomi (terutama kalau inflasi meningkat).

Jika Rasio GWM diturunkan oleh BI -> maka dana yang dititipkan ke BI akan mengecil -> likuiditas makin longgar -> dengan harapan makin banyak kredit disalurkan -> sehingga pertumbuhan ekonomi terjaga.

..........................
Saya ambil contoh laporan keuangan $BBCA dan $BBRI. Keduanya mencatatkan penurunan saldo Giro pada Bank Indonesia dibandingkan posisi akhir tahun 2023 lalu.
Kalau dilihat pada catatan atas laporan keuangan, Rasio GWM yang disyaratkan BI memang menurun dari kisaran 6% ke 5% terhadap DPK.

Ini sejalan dengan kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (ILM) yang ditetapkan BI untuk menjaga likuiditas tetap tinggi.
Sebagai penyeimbang bagi kebijakan BI Rate yang terus dipatok tinggi, akibat Rupiah yang masih tertekan faktor ketidakpastian global dan USD yang masih kuat.

Bauran kebijakan ini diharapkan mengurangi dampak perlambatan ekonomi (dengan instrumen Rasio GWM turun), namun di sisi lain kurs Rupiah tetap terjaga (dengan instrumen BI Rate tinggi).

Penurunan Rasio GWM ini diharapkan berimplikasi ke tetap tingginya penyaluran kredit, walaupun suku bunga acuan juga sedang tinggi-tingginya.
Terbukti pertumbuhan kredit masih terus terjaga tinggi di kisaran 10%-13% yoy.

Dengan capaian penyaluran kredit ini, cukup leluasa untuk mempertahankan BI Rate di 6%, guna menstabilkan kurs Rupiah terlebih dahulu.

..............................
Kemudian, GWM ini ada 3 jenis, yang kesemuanya dipersyaratkan oleh BI berdasarkan persentase tertentu terhadap total DPK yang dihimpun bank (Rasio GWM), yaitu :

1. GWM Primer.

GWM Primer ini berbentuk saldo rekening (kas) yang disimpan di Bank Indonesia.

2. GWM Sekunder atau PLM (Penyangga Likuiditas Makroprudensial).

GWM Sekunder / PLM ini berbentuk surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI), Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dll.

3. Giro RIM (Rasio Intermediasi Makroprudensial).

Rasio GWM yang ditetapkan BI berdasarkan 'keaktifan' bank menyalurkan kredit.

Semakin aktif bank memberi pinjaman, yang ditandai dengan naiknya Loan to Funding Ratio (LFR) atau RIM, yaitu persentase jumlah pinjaman yang disalurkan terhadap total pembiayaan yang diterima bank (termasuk simpanan nasabah/DPK).
Maka rasio minimum Giro RIM ini akan mengecil, bahkan hilang kalau sudah memenuhi target.

Target RIM atau LFR (bentuk lebih luas dari LDR/Loan to Deposit Ratio) yang ditetapkan BI saat ini ada di kisaran minimum 84% sampai maksimum 94%.
Giro RIM akan dikenakan jika LFR bank berada di bawah minimum atau di atas maksimum.

RIM minimum 84% ini ditetapkan guna mendorong dana jangan cuma terparkir di bank, dan bisa maksimal disalurkan jadi kredit bagi masyarakat, dengan tetap menjaga kehati-hatian sehingga ditetapkan batas maksimum di 94%.

Nah terlihat kalau BBRI tidak diwajibkan Giro RIM ini.
Sementara BBCA dikenai kewajiban Giro RIM. Ya karena BBCA memang dikenal sebagai bank yang "cari aman" dalam hal penyaluran kredit, sehingga LFR nya di bawah minimum 84%.

...........................
Sekian bahasan mengenai aset 'Giro pada Bank Indonesia' yang nilainya cukup signifikan bagi emiten perbankan, contoh di BBRI nilainya mencapai Rp 79 triliun dan di BBCA mencapai Rp 66 triliun.

Dari perkembangan saldo aset ini dapat tercermin kebijakan moneter apa yang sedang ditempuh oleh bank sentral.

Nah karena saat ini Rasio GWM diturunkan, silakan diamati apakah emiten perbankan bisa menaikkan jumlah kredit-nya.
Bisa dilihat di akun aset "Kredit yang Diberikan" dan ragam data rasio saat pelaporan kinerja masing-masing bank.

$NISP $BNGA $BMRI
.........................

Bahasan series akun laporan keuangan sebelumnya sbb :
#1 : Kas dan Setara Kas
https://stockbit.com/post/16021406
#2 : Persediaan
https://stockbit.com/post/16033440
#3 : Piutang
https://stockbit.com/post/16044618
#4 : Beban Dibayar di Muka
https://stockbit.com/post/16076286
#5 : Pajak Dibayar di Muka
https://stockbit.com/post/16089851
#6 : Investasi di Surat Berharga
https://stockbit.com/post/16114500
#7 : Uang Muka Pembelian
https://stockbit.com/post/16150756

Terima kasih 馃檹
Salam GenBI Stockbit 馃ぃ

Read more...

1/6

testestestestestes
2013-2024 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy