Volume
Avg volume
PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk. atau AMAG memiliki bidang usaha asuransi umum. Perusahaan menyediakan berbagai rangkaian produk asuransi: kebakaran, gempa bumi, industri, rekayasa, kendaraan bermotor, alat-alat berat, pengangkutan, kebongkaran, uang dalam perjalanan/penyimpanan, kecelakaan diri, kesehatan, perjalanan, peralatan elektronik, suretyship. Berdiri sejak 14 November 1980, Perusahaan hadir di tengah masyarakat indonesia dan tumbuh menjadi salah satu Perusahaan asuransi terbesar di indonesia. Dengan perjalanan sejarah yang panjang dan telah beroperasi selama 40 tahun, Perusahaan tidak pernah berhenti berinovasi menj... Read More
Cuma perusahaan kertas/cangkang doang, ga ada operasional kesehariaannya selain jadi PSP $PANS. Isinya inner circle old money second generations, unik sih, dari akademisi, fashion house, sampai latar PRRI/Permesta. Proxynya kelihatan dari setengah BOD/BOC PANS kok.
Keberadaaan partner Join Venture ini lah yang "memastikan" PANS tetap jadi penyetor dividen yang konsisten, meski overall grup Panin terkenal pelit sembelit, pretty much kek $AMAG dengan Faifax-nya.
$AMAG memiliki performa yang cukup bagus sejauh ini. Kinerja emiten ini cukup positif dan bisa menjadi salah satu pilihan bagi investor, bukan apestor yang suka ngekor akhirnya nyangkut di pucuk.... 😃
1/2
Apakah Laporan Keuangan $TUGU Melanggar Aturan OJK?
Diskusi tentang keanehan laporan keuangan TUGU di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau ada lomba laporan keuangan paling bikin curiga di 2025, besar kemungkinan PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) masuk finalis. Di atas kertas, angka-angka mereka terlihat megah dengan total aset Rp29,2 triliun, liabilitas Rp19,15 triliun, dan laba bersih Rp271 miliar. Tapi begitu kamu buka lembar demi lembar laporannya, rasanya seperti baca skripsi yang belum selesai. Banyak angka besar, tapi minim penjelasan. Banyak akun krusial, tapi kosong dari narasi. Dan yang paling mengganggu adalah nyaris semua pos besar tidak punya CALK yang layak. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Contoh paling nyata ada di bagian aset. TUGU mencatat “Aset Kontrak Asuransi dan Reasuransi” sebesar Rp13,87 triliun, hampir setengah dari total aset. Tapi tidak ada rincian di Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) soal apa saja komponennya. Tidak jelas apakah itu premi dibayar di muka, piutang klaim, margin layanan kontraktual (CSM), atau kombinasi ketiganya. Padahal ini pos krusial untuk industri asuransi, apalagi setelah penerapan PSAK 117 yang sangat teknikal. Tapi tidak ada rekonsiliasi saldo, tidak ada asumsi aktuaria, bahkan istilah seperti “Fulfilment Cash Flows” pun absen total dari laporan.
Di sisi liabilitas, masalahnya makin parah. TUGU mencatat “Liabilitas Kontrak Asuransi dan Reasuransi” sebesar Rp17,84 triliun, setara 93% dari total liabilitas. Tapi lagi-lagi, tidak ada satu halaman pun yang menjelaskan detailnya. Tidak ada penjelasan tentang risk adjustment, tidak ada pemisahan antara kontrak berjalan dan kontrak jatuh tempo, tidak ada sensivitas nilai. Bahkan tidak ada keterangan apakah angka sebesar itu sudah mencakup syariah dan konvensional atau tidak. Ini seperti kita dikasih total tagihan rumah sakit Rp17 triliun, tapi tanpa tahu rincian obat, tindakan, atau diagnosa. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masuk ke bagian laba rugi, situasinya juga tidak lebih baik. Pendapatan jasa asuransi TUGU tercatat Rp1,95 triliun, turun tajam dari Rp3,24 triliun pada Q1 tahun lalu. Tapi tidak ada penjelasan kenapa bisa turun sedalam itu. Tidak ada segmentasi bisnis, tidak ada rincian dari mana pendapatan berasal, apakah marine, energy, oil & gas, syariah, atau lainnya. Hasil investasi Rp95,9 miliar pun tidak dijelaskan asalnya. Tidak tahu apakah dari obligasi, saham, atau revaluasi properti. Beban jasa asuransi Rp1,51 triliun juga hanya muncul sebagai angka tunggal, tanpa catatan komposisi klaim, komisi, perubahan cadangan, atau amortisasi CSM.
Yang paling bikin dahi mengernyit adalah bagian ekuitas. Di sana ada akun baru bernama “Kerugian atas dampak kontrak PSAK 117” sebesar minus Rp338 miliar, dan “Selisih Penjabaran Transisi PSAK 117” Rp153 miliar. Ini bukti bahwa mereka tahu penerapan PSAK 117 punya dampak besar. Tapi mereka tidak menjelaskan proses penyesuaian transisinya. Tidak ada uraian bagaimana CSM dihitung, tidak ada proyeksi arus kas masa depan, tidak ada metodologi diskonto. Padahal PSAK 117 seharusnya membawa akuntansi asuransi ke era prediktif berbasis cash flow aktual, bukan sekadar angka nominal seperti masa lalu.
Dari sisi arus kas, kondisi TUGU juga makin memperjelas ketidakkonsistenan. Cash flow dari aktivitas operasi turun tajam dari Rp413 miliar ke Rp124 miliar, padahal pendapatan masih tinggi. Ini menunjukkan bahwa pendapatan mereka tidak berhasil dikonversi menjadi kas nyata, dan bisa berarti banyak: bisa karena kontrak belum memenuhi syarat revenue recognition PSAK 117, bisa karena piutang klaim membengkak, atau yang paling mengkhawatirkan, bisa karena pendapatan yang dicatat hanya angka teknis tanpa dasar kas aktual. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sementara itu, di sisi sebelah, $AMAG tampil sebagai pembanding yang kontras. Total aset Rp8,2 triliun, jauh lebih kecil, tapi semua pos dijabarkan lengkap. Investasi efek Rp2,1 triliun dibagi: obligasi, saham, reksadana. Piutang reasuransi Rp3,38 triliun dilengkapi rincian umur piutang, counterparty, dan neto setelah cadangan kerugian. Cadangan premi dan klaim dijelaskan di Catatan 20, 24, dan 34. Bahkan asumsi aktuaria seperti tingkat diskonto dan proyeksi klaim disebutkan eksplisit. Mereka memang belum adopsi PSAK 117, tapi justru lebih transparan dan konsisten.
Dan jangan lupakan satu hal penting yang makin memperburuk citra TUGU adalah mereka tidak menyajikan EPS (Earnings Per Share). Ini diduga melanggar PSAK 56, Surat Edaran OJK No. 16/SEOJK.04/2021, dan POJK No. 29/POJK.04/2016. Laporan keuangan perusahaan publik harus mencantumkan EPS dasar dan dilusian (jika ada efek potensial). Ketidakhadiran EPS bukan sekadar kelalaian administratif, tapi pelanggaran bentuk dan isi laporan keuangan, yang bisa dikenai sanksi berdasarkan POJK No. 2/POJK.04/2013, mulai dari peringatan, denda, hingga perintah koreksi atau pembekuan akses pasar.
Jadi penyajian laporan keuangan TUGU tidak hanya buruk, tapi mengkhawatirkan dan berisiko tinggi. Hampir semua pos besar seperti aset, liabilitas, pendapatan, dan hasil investasi tidak didukung oleh CALK yang layak. Penerapan PSAK 117 mereka dilakukan setengah hati, tanpa edukasi kepada pengguna laporan, dan tanpa transparansi. Padahal standar itu dibuat untuk meningkatkan kualitas pelaporan, bukan untuk dijadikan kamuflase menyembunyikan angka. Dan semua ini terjadi dalam satu laporan triwulan yang seharusnya menjadi tolok ukur awal tahun. Investor berhak curiga, dan regulator berhak bertindak. Karena di dunia keuangan, yang dilindungi bukan hanya angka tapi kepercayaan publik.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BBRI
1/10
Laporan Keuangan $TUGU Kurang Transparan
Diskusi hari ini tentang TUGU di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Bayangkan kamu seorang analis atau fund manager yang baru saja menerima laporan keuangan PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) Q1 2025. Dirilis tanggal 15 Mei 2025, laporan ini datang terlambat dibanding mayoritas perusahaan asuransi lain misalnya $AMAG, yang sudah rilis sejak 29 April 2025. Tapi kita tahu, telat kadang bisa dimaklumi kalau isinya berkualitas. Sayangnya, begitu kamu membuka satu per satu halaman laporan TUGU, kamu tidak hanya menemukan data yang tidak lengkap, tapi juga potensi penyembunyian risiko besar. Ini bukan sekadar laporan lambat. Ini laporan yang cacat fundamental dalam struktur dan substansi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kita mulai dari liabilitas kontrak asuransi dan reasuransi yang sebesar Rp17,84 triliun, ini adalah liabilitas terbesar perusahaan, mewakili 93% dari total liabilitas TUGU. Tapi coba tebak, tidak ada satu halaman pun yang menjelaskan rincian isinya. Tidak ada informasi tentang berapa porsi cadangan premi yang belum diakui (UPR), klaim terbuka yang belum dibayar, klaim yang belum dilaporkan (IBNR), utang koasuransi, atau utang ke reasuradur. Semua hanya digabung dalam satu angka tunggal. Tidak ada breakdown. Tidak ada catatan. Ini pelanggaran prinsip keterbukaan dalam akuntansi asuransi. Coba bandingkan dengan AMAG, mereka menyajikan rincian UPR, IBNR, outstanding claim bahkan sampai maturity band-nya. TUGU? Seolah-olah bilang: "Pokoknya Rp17 triliun, percaya aja."
Lanjut ke sisi investasi. Total portofolio efek-efek TUGU adalah Rp7,46 triliun, ditempatkan pada reksa dana, saham, dan obligasi. Dari situ, hasil investasi Q1 cuma Rp95,9 miliar, turun tajam dari Q1 tahun lalu yang Rp145,9 miliar (-34%). Tapi yang bikin geleng-geleng kepala, di antara portofolio tersebut, TUGU masih mencatat MTN SNP Finance senilai Rp100 miliar, masing-masing Rp50 miliar untuk seri A dan B, tanpa impairment sama sekali. Padahal SNP sudah resmi default sejak 2018, bahkan izin usahanya dicabut OJK. Seluruh industri keuangan tahu ini kasus gagal bayar besar-besaran. Perusahaan seperti Jiwasraya, Taspen, dan BPJS sudah menghapus nilai instrumen ini dari laporan. Tapi TUGU tetap mempertahankannya di buku seolah-olah tidak ada yang terjadi. Ini bukan hanya red flag akuntansi. Ini bisa jadi indikasi penundaan pengakuan kerugian, atau lebih buruk adalah window dressing untuk menjaga neraca tetap terlihat wajar.
Sekarang mari kita buka laporan laba rugi. Revenue usaha sebesar Rp442,53 miliar, yang terdiri dari jasa asuransi (Rp227,71 miliar), pendapatan lain-lain (Rp118,88 miliar), dan hasil investasi (Rp95,94 miliar). Revenue jasa asuransi memang tumbuh 8,7% dibanding tahun lalu. Tapi semua komponen lainnya turun. Pendapatan dari jasa survei turun 35%, penjualan kendaraan bekas turun 14%, dan hasil investasi turun drastis. Jadi secara kualitas, pertumbuhan laba ditopang hanya oleh satu kaki, dan sisanya mulai ambruk pelan-pelan.
Laba bersih yang dilaporkan memang Rp271 miliar. Tapi pertanyaannya seberapa nyata laba itu? Arus kas dari aktivitas operasi hanya Rp124,68 miliar, artinya hanya 46% dari laba yang benar-benar masuk jadi uang kas. Sisanya adalah angka akrual, yang belum tentu bisa ditagih. Ini masalah serius, karena dalam industri asuransi, uang kas sangat penting untuk menjamin kewajiban jangka pendek.
Beralih ke sisi ekuitas, naik Rp549 miliar. Tapi jangan terkecoh. Sebagian besar kenaikan itu berasal dari OCI (Other Comprehensive Income), yaitu kenaikan nilai properti dan efek AFS. Artinya, itu bukan uang yang bisa digunakan untuk bayar klaim. Itu hanya nilai kertas. Kalau pasar turun besok, OCI bisa menguap.
Yang bikin makin janggal, tidak ada data EPS (Earnings per Share) di laporan laba rugi. Padahal EPS adalah komponen standar dalam PSAK 56 dan wajib untuk emiten publik. Tidak disajikannya EPS menunjukkan bahwa penyusunan laporan ini asal jadi atau setidaknya tidak diperiksa dengan teliti. Dan ini bukan satu-satunya yang hilang. Tidak ada rekonsiliasi ekuitas. Tidak ada rincian perubahan arus kas metode tidak langsung. Tidak ada segmentasi pendapatan menurut produk. Tidak ada rincian loss ratio atau cadangan teknis. Bahkan beberapa akun besar seperti “aset lain-lain” senilai hampir Rp1 triliun juga tidak dijelaskan isinya.
Dan terakhir, mari bicara tentang beban jasa asuransi sebesar Rp1,51 triliun. Di laporan keuangan lain, beban ini biasanya dirinci menjadi klaim aktual, perubahan cadangan, manfaat polis, komisi, hingga kontribusi kontrak reasuransi. Tapi di TUGU, semuanya disatukan begitu saja. Tidak ada penjelasan teknikal. Bahkan beban dari kontrak reasuransi tiba-tiba turun dari Rp1,56 triliun ke Rp212 miliar tanpa penjelasan, apakah kontraknya berubah? Apakah belum dicatat? Apakah pihak reasuransi menolak bayar? Tidak tahu. Karena tidak dijelaskan.
Ini bukan cuma laporan telat. Ini laporan yang strukturalnya lemah, transparansinya buruk, dan isinya tidak menjawab pertanyaan paling mendasar investor, sebenarnya perusahaan ini sehat karena operasionalnya, atau karena angka-angka akrual yang dipoles rapi? Laba besar dan margin tinggi tidak berarti apa-apa kalau detailnya gelap gulita.
Dan dalam dunia pasar modal, ketika angka besar tidak didukung transparansi, itu bukan lagi pertanyaan keuangan. Itu pertanyaan integritas.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BBRI
1/10
TENTANG PSAK 117
Mari kita bahas perubahan standar akuntansi perusahaan Asuransi macam $TUGU $PNLF $AMAG dkk yang banyak buat bingung dan bahkan dinilai ngaco dan salah oleh Netizen kita yang si paling akuntansi meskipun mencatat 0 SKS di perkuliahan akuntansi Tapi dianggap 100% benar karena prinsip "Vox Populi, Vox Dei" negara Demokrasi. Hidup RAKJAT !!
Tulisan saya ini berdasarkan tulisan Dr. Dwi Martani, silakan cek ke sumber beliau https://cutt.ly/urxlcq0h
📘 Apa Itu PSAK 117 dan Mengapa Digunakan?
PSAK 117 adalah aturan akuntansi di Indonesia yang mulai berlaku tahun 2025 untuk mengatur bagaimana perusahaan asuransi mencatat kontrak asuransi dalam laporan keuangan.
Perusahaan asuransi menjual "proteksi" jika terjadi musibah (misalnya kecelakaan, meninggal dunia, rumah kebakaran), mereka akan membayar uang klaim kepada pelanggan. Tapi proteksi ini berlaku selama beberapa tahun dan uang dari pelanggan biasanya dibayar di awal.
PSAK 117 diterapkan agar laporan keuangan perusahaan mencerminkan kenyataan: berapa banyak janji proteksi yang belum ditepati, berapa banyak jasa asuransi yang sudah diberikan, dan berapa keuntungan yang sebenarnya boleh diakui.
PSAK ini menggantikan aturan sebelumnya, yaitu PSAK 62, karena aturan lama terlalu sederhana dan bisa membuat laporan keuangan terlihat lebih “untung” dari kenyataannya.
🧠 Apa Bedanya PSAK 117 dan PSAK 62?
1. 📆 Keuntungan Tidak Boleh Diakui Langsung di Awal Kontrak
Dulu (PSAK 62):
Kalau pelanggan beli polis asuransi 5 tahun dan bayar langsung Rp 1 miliar di awal, maka perusahaan bisa langsung mencatat sebagian besar dari itu sebagai untung. Ini seperti kamu terima bayaran untuk kerja 5 tahun, tapi kamu anggap semua itu untung sekarang.
Sekarang (PSAK 117):
- Perusahaan harus membagi keuntungan itu merata selama 5 tahun, sesuai dengan waktu perusahaan memberikan jasa perlindungan.
- Keuntungan yang belum boleh diakui langsung itu disimpan dalam akun bernama Contractual Service Margin atau bisa disebut juga sebagai cadangan laba yang belum boleh diakui, karena jasa asuransinya belum sepenuhnya diberikan.
2. 💸 Memperhitungkan Waktu dan Ketidakpastian
PSAK 62 dulu sering mengabaikan faktor nilai waktu uang. Misalnya, Rp 1 miliar hari ini lebih berharga daripada Rp 1 miliar yang baru diterima 5 tahun lagi — tapi aturan lama sering tidak menghitung itu.
PSAK 117 mewajibkan perusahaan menghitung nilai waktu dari uang. Artinya, klaim yang akan dibayar 5 tahun lagi harus didiskon ke nilai sekarang. Selain itu, perusahaan juga harus mempertimbangkan risiko-risiko yang belum pasti, seperti kemungkinan wabah, kecelakaan massal, bencana alam, dan sebagainya.
- Discounting: menghitung nilai sekarang dari arus kas di masa depan.
- Risk Adjustment: tambahan perhitungan untuk menggambarkan ketidakpastian atas nilai klaim yang mungkin dibayar di masa depan.
3. 🧾 Penyajian Laporan Keuangan yang Lebih Jelas dan Realistis
PSAK 117 meminta agar laporan keuangan perusahaan asuransi:
- Menjelaskan berapa banyak pendapatan dari jasa asuransi yang benar-benar sudah terjadi.
- Memisahkan dengan jelas antara uang premi dari pelanggan dan komponen investasi, misalnya kalau produk asuransi juga mengandung investasi seperti unit link.
- Menampilkan jumlah keuntungan yang masih ditangguhkan, klaim yang belum dibayar, dan risiko yang belum pasti.
Dengan kata lain, laporan keuangan jadi tidak bisa “make up” terlihat lebih untung di awal.
4. 🛠️ Tiga Cara Menghitung Utang dan Pendapatan dari Asuransi
PSAK 117 memperkenalkan tiga metode sesuai jenis kontrak:
a. Pendekatan Umum (General Measurement Model)
- Untuk kontrak jangka panjang dan kompleks, seperti asuransi jiwa 10–20 tahun.
- Harus hitung semua klaim masa depan, waktu pembayarannya, dan risiko yang terkait.
- Harus mengakui keuntungan sesuai jasa yang diberikan tiap tahun.
b. Pendekatan Alokasi Premi (Premium Allocation Approach)
- Untuk kontrak pendek (umumnya 1 tahun), misalnya asuransi kendaraan, rumah, kecelakaan.
- Caranya lebih sederhana, mirip seperti cara lama tapi tetap memperhitungkan faktor waktu jika diperlukan.
c. Pendekatan Biaya Variabel (Variable Fee Approach)
- Untuk produk yang punya unsur investasi seperti unit link, yaitu asuransi yang investasinya naik-turun tergantung pasar.
- Perusahaan membagi hasil investasi ke pelanggan, dan PSAK ini menghitung bagian hasil yang menjadi hak pelanggan dan bagian keuntungan perusahaan.
📚 Contoh: Polis Asuransi Jiwa 5 Tahun
👤 Nasabah:
- Bayar premi Rp 1.000.000.000 di awal
- Dijanjikan perlindungan selama 5 tahun
📄 Dulu (PSAK 62):
- Perusahaan asuransi bisa langsung mengakui sebagian besar uang itu sebagai laba.
- Misalnya, setelah kurangi biaya klaim dan operasional, langsung catat Rp 300 juta sebagai laba di tahun pertama.
➡️ Laporan keuangan kelihatan “wah”, padahal jasa baru dimulai.
📄 Sekarang (PSAK 117):
- Perusahaan tidak boleh langsung catat Rp 300 juta sebagai laba.
- Mereka harus simpan dulu di akun Contractual Service Margin (CSM).
- Laba Rp 300 juta itu dicicil jadi Rp 60 juta per tahun selama 5 tahun (kalau jasanya diberikan merata).
➡️ Jadi tahun 2021: baru boleh catat laba Rp 60 juta
➡️ Tahun 2022: Rp 60 juta lagi, dst
➡️ Sisanya tetap disimpan dan baru dicatat kalau layanan sudah diberikan
🌪️ Saat Transisi ke PSAK 117
Pada tahun 2025 ini saat aturan PSAK 117 mulai berlaku. Ternyata perusahaan sudah mengakui Rp 300 juta laba di tahun 2021, padahal seharusnya baru Rp 60 juta.
Apa yang harus dilakukan?
🔁 Dilakukan Restatement (penyesuaian ulang laporan keuangan):
- Perusahaan harus menarik kembali Rp 240 juta yang sudah diakui terlalu cepat.
- Rp 240 juta itu dimasukkan ke liabilitas (utang jasa yang belum diberikan).
- Akibatnya, ekuitas perusahaan turun, karena laba sebelumnya harus dikoreksi.
🎯 KESIMPULAN
- PSAK 117 membuat pencatatan keuangan lebih adil dan transparan.
- Tidak bisa lagi untung besar di awal hanya karena menerima premi besar.
- Perusahaan harus akui keuntungan secara bertahap, sesuai jasa perlindungan yang diberikan.
- Laporan keuangan jadi lebih jujur dan memperlihatkan utang janji perlindungan yang masih harus diberikan perusahaan ke pelanggan.
- Memenuhi prinsip akrual.
Kak udah serok Rals kah? Sy lg mantau $MPMX sama $PGAS. Tp emang $AMAG menarik DY nya.. Happy Cuan ya @lawatisus @Gamasyah
$RALS Sedari di price 360 an ,, memang menarik ..
Mantap ternyata RALS ngasih capital gain + dividen jumbo🥳bukan hanya sekadar omon omon belaka ..
Hapcu yg beli disaat harganya msh kepala 3 ,, next kepala 5 bukanlah hal yg sulit harusnya ..
$AMAG $SKRN
$MREI ngga paham bisnis reasuransi, apalagi retrosesi, tapi ada indikasi kuat bgt pendapatan investasinya naik, karena manajemen pinter bgt mengalokasikan dana investasinya. Juga, hasil underwritingnya udah ngga negatif lagi, bisa jadi diapresiasi pasar? Menarik ditunggu...
$AMAG $ASBI
@MusaHarun21 sebaliknya, $AMAG dan $SKRN naik drastis sblum cumdate, bnyk yg pake taktik REDET di sini dan terbukti dari historis kedua emiten itu, bantingan ketika exdate memang sadis