Masuk Sebagai Investor, Keluar Sebagai Trader?
:diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside:
$BMRI $IHSG $BBRI $CLPI $MLPT


Akhir-akhir ini terlihat banyak investor baru di bursa saham sebagai dampak dari WFH (work from home) atau PHK dan pensiun dini.  Tulisan ini adalah sekedar sharing pengalaman dan pendapat pribadi.  Bagi newbie apalagi yang baru terkena PHK mungkin tulisan ini cocok untuk menentukan pilihan apakah ingin full time di bursa saham atau tidak.

Dulu sebelum saya menjadi penabung saham yang mengejar dividen untuk mendapatkan passive income, saya melakukan trading berdasarkan analisa teknikal. Pernah untung, pernah pula rugi atau nyangkut. Karena tidak melakukan analisa fundamental, pernah kejeblos di saham TAXI sampai gocap harganya. Waktu itu saya belum belajar analisa fundamental.

Kini saya ingin mengejar passive income dari dividen, oleh karena itu saya cenderung menjadi penabung saham dari pada trader, untuk itu  saya harus belanjar analisa fundamental. Nanti akan saya bahas apa dasar pertimbangan untuk menjadi trader atau atau penabung saham pengejar passive income dari dividen.

Dulu, sewaktu saya beraktivitas sebagai trader, kadang floating profit 3% dalam waktu 1 atau 2 hari sudah saya realisasikan. Saya sadar yang saya beli itu tidak dianalisa fundamentalnya hanya berdasarkan teknikal. Makanya kadang-kadang buru-buru take profit. Tapi saat ini, saat saya mengejar passive income dari dividen kadang floating profit 70% tetap saya biarkan. WEGE  saya pernah floating profit (fp) sampai 70%, BDMN pernah sampai 75%, MYOH pernah fp sampai 60%, bluechip seperti BBRI pernah fp sampai di atas 30%. Bahkan yang terbaru MLPT pernah fp sampai lebih dari 200% atau 2 bagger. 

Mengenai, MLPT sebenarnya saya  bersikap hati-hati dengan Group L ini. Maka dalam daftar 30-an Emiten High Dividend Yield tidak saya masukkan. Yang saya masukkan adalah LPGI itupun saya beri catatan  agar berhati-hati. Alasan saya membeli MLPT adalah ada kabar bahwa Group L akan fokus ke bisnis properti dan medis. Maka bila pemegang saham pengendali (PSP) berubah mungkin "karakter" corporate-nya akan berubah. Selain itu juga karena rasa penasaran agar bisa ikut RUPS. Sebagai orang marketing, saya merasa kurang puas kalau tidak pernah tatap muka langsung dengan pengurus perusahaan yang sahamnya saya beli. Namun pandemi covid membuyarkan rencana saya untuk mengikuti berbagai RUPS. Sulit membaca psikologi orang dalam kondisi pakai masker. Banyak RUPS 2020 yang tidak saya ikuti termasuk MLPT.

Maka ketika tabungan MLPT saya mendekati hari ex date tanggal 11 Juni, saya cenderung melepasnya semua. Apalagi saya butuh dana untuk membeli saham lain. Saat cum date tanggal 10 Juni harganya pernah mencapai 1450 tapi cepat berbalik dan akhirnya saya putuskan jual di 1260 harga terendah di hari itu, itu pun harus antri lebih dari satu jam. Capital gain sebesar 177,5% itu adalah capital gain MLPT dari saham yang tersisa. Sebagian MLPT milik saya sudah saya jual saat sebelum RUPS dengan capital gain 4%-an. Saat itu saya butuh dana untuk nyicil membeli BMRI. Average price MLPT saya bukan yang terendah, pernah mengalami floating loss berbulan-bulan. Namun karena tujuan saya awalnya adalah ingin mendapatkan dividen untuk passive income maka floating loss itu saya biarkan dan tidak banyak mempengaruhi psikologi saya apalagi secara fundanental laba bersih MLPT 2019 lebih baik dari pada laba bersihnya tahun 2018. Demikian juga saat fp 2 bagger, saya merasa biasa saja.

Meski pernah menikmati capital gain 177,5%, saat ini saya belum tertarik untuk trading. Impian saya yang paling utama di bursa saham masih sama yaitu mendapatkan passive income dari dividen. Agar passive income-nya cukup untuk hidup, saya harus aktif di luar bursa agar lebih banyak modal yang bisa saya tanamkan di bursa saham.


Bagi newbie yang baru masuk bursa saham karena terkena PHK atau karena WFH (work from home) sehingga punya banyak waktu perlu berpikir lebih jernih. Maksud saya jangan karena mendapatkan capital gain 30% dalam sebulan ini misalnya, bukan berarti capital gain yang akan didapatkan 10 bulan ke depan adalah 300% terus buru-buru memutuskan berganti profesi menjadi trader atau resign dari kantor. Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan lebih matang.


Ketika orang masuk bursa saham kadang dihadapkan pada pilihan apakah mau full time di bursa atau menjadikan bursa untuk mendapatkan income tambahan. Keputusan harus dibuat secara matang bukan karena euforia seminggu dua minggu. Kalau menurut pendapat saya pribadi paling tidak ada dua hal utama yang harus dipertimbangkan adalah pertama ketersediaan waktu, kedua kecukupan modal. Kalau waktu Anda tercurah di kantor Anda sebagai pegwai, rasanya trading saham kurang cocok untuk Anda. Karena mungkin atasan Anda atau perusahaan merasa ada yang kurang dari keseriusan dan kerja Anda di kantor yang bisa mengurangi penilaian kantor terhadap kinerja Anda. Akan lebih baik menjadi penabung saham yang mengincar passive income dari dividen daripada menjadi trader. Kalau Anda pemilik bisnis bukan karyawan, mungkin trading saham cocok mungkin juga tidak. Tergantung apakah bisnis Anda bisa dilimpahkan kepada pegawai  kalau Anda akan trading dan apakah hasil dari trading saham memadai. Kalau dalam 1 bulan terakhir untung 30% dari capital gain bukan berarti 10 bulan ke depan akan untung 300% dari capital gain. 

Yang kedua yang perlu dipertimbangkan adalah besarnya modal sendiri atau ekuitas yang kita miliki. Kalau modal sendiri (uang dingin, bukan hutang) yang kita miliki masih kecil trading saham kurang cocok, mungkin lebih baik nabung saham untuk mendapatkan passive income dari dividen. Untuk full time hidup dari bursa saham diperlukan modal minimum yang memadai. Berapa modal minimum yang memadai.

Kalau menurut pendapat saya pribadi untuk bisa hidup di bursa saham secara full time dengan aman  perlu modal paling tidak sebesar Rp 4,3 miliar dengan perincian sebagai berikut: 


:one: Rp 1 Miliar untuk Membeli Rumah dan Mobil. 


Dengan modal satu miliar rupiah sudah bisa dipakai untuk membeli rumah landed house dengan 3 kamar tidur dan mobil di area Bodetabek. Untuk di Jakarta masih ada apartemen dengan 3 kamar yang harganya terjangkau di Kalibata City Jaksel, Basuki Rahmat Jakarta Timur dll. Tentu saja modal yang dibutuhkan bisa saja lebih kecil kalau Anda tinggal di kampung halaman atau sudah memiliki rumah dalam artian sudah lunas. Karena full time di bursa saham, tidak perlu memikirkan mobilitas ke kantor, artinya hidup di kampung halaman pun bisa selama ada jaringan internet untuk aktivitis di bursa saham. Hanya perlu dipikirkan anggaran akomodasi dan transportasi bila mengikuti RUPS yang kebanyakan di Jakarta.


:two: Rp 1 Miliar Deposito untuk Passive Income dari Bunganya

Bunga dari deposito ini untuk mencukupi kebutuhan minimal seperti makan, pakaian, listrik, pulsa dll dengan catatan sudah tidak ada cicilan rumah, mobil, atau yang lain. Meski bunga deposito sifatnya stabil tapi tidak pernah akan naik sampai menjadi 25% per tahun, kecuali dalam kondisi tertentu yang sangat langka. Ini artinya kalau bunga deposito kita konsumsi, nilai uang akan tergerus. 


:three: Rp 1 Miliar Tabungan Saham High Dividend Yield

Dengan mendapatkan income dari saham high dividend yield tentu ekonomi rumah tangga kita akan lebih baik dan bisa benar-benar full time di bursa saham. Berbeda dengan bunga deposito, dividend yield bisa naik mengikuti pertumbuhan bisnis emiten.

Untuk stabilitas dividen, keamanan, dan kenyamanan hendaknya dana sebesar 1 miliar rupiah ini terbagi ke dalam sekitar 30 emiten high dividend yield atau lebih. Lebih dari 30 emiten tidak masalah asalkan terseleksi dengan baik. Untuk hold forever lebih aman pegang banyak emiten. Informasi 40-an emiten high dividend yield bisa dilihat dalam tulisan saya sebelumnya:

https://stockbit.com/post/3907865


Target dividend yield dari total portofolio ini bisa rata-rata 8% net per tahun atau 8,8% gross per tahun. Angka 8% net termasuk moderat, tidak ambisius. Kalau mentargetkan terlalu tinggi misal 13% net per tahun khawatirnya komposisi portofolio kurang seimbang, mungkin terlalu berat ke sektor tertentu yang mungkin saja siklis sifatnya sehingga kurang sehat. Dividend yield awal yang kita terima 8% nett ini dengan berjalannya waktu bisa mencapai 25% bahkan 100%. Meski dividen kita konsumsi tapi nilai aset kita masih bisa naik, ini jelas berbeda dengan deposito bandingkan tulisan saya terdahulu https://stockbit.com/post/2569526


:four: Rp 300 juta Deposito Cadangan Krisis

Ini cadangan untuk biaya hidup bila terjadi krisis ekonomi bila terjadi lonjakan harga-harga kebutuhan hidup atau krisis ekonomi yang menyebabkan dividen per share emiten yang kita pegang turun. Diharapkan bisa cukup untuk kurun waktu paling tidak 3 tahun.


:five: Rp 100 juta Cadangn Emas

:six: Rp 200 juta Cadangan Biaya Sekolah Anak
Bila putera-puteri Anda sudah lulus dan bekerja, mungkin cadangan ini tidak diperlukan.


:seven: Rp 100 juta Cadangan Dana Sosial
Dana sosial ini dipakai bila ada kerabat yang terkena musibah dan butuh bantuan atau hal lain yang sifatnya sosial.


:eight: Rp 500 juta khusus untuk modal trading saham. Inilah modal yang benar-benar kita pakai untuk trading saham. Bila bisa konsisten menghasilkan capital gain minimal 20% per tahun berarti hasilnya Rp 100 juta per tahun.


:nine: Rp 100 juta sebagai modal awal. Inilah modal awal untuk biaya hidup setahun ke depan sebelum saham yang kita pegang menghasilkan dividen. Ini termasuk untuk membeli smartphone atau komputer bila diperlukan serta biaya pulsa selama setahun ke depan serta biaya transportasi akomodasi bila tinggal di daerah dan ingin mengikuti RUPS di Jakarta.


Kalau modal kita tidak sebesar itu saya rasa lebih baik menjadi penabung saham yang mengincar passive income dari dividen. Apalagi kalau Anda masih memiliki bisnis di luar bursa saham atau Anda masih berstatus karyawan tetap. Jangan berkecil hati apabila uang dingin yang bisa Anda tanamkan di bursa saham "hanya" Rp 100.000,- per bulan. Uang sebesar sudah bisa untuk membeli BJTM atau CLPI atau 2 lots IPCC atau BNGA atau 2lots NRCA dll yang termasuk 40-an emiten high dividend yield yang saya share di atas. Lama-lama Anda akan merasakan betapa nyamannya nabung saham yang mengejar passive income dari dividen. Dividen adalah keuntungan dari bisnis riil, relatif lebih aman dari pada capital gain yang mungkin bersifat zero sum game. Lebih baik membawa dana rutin dan sebanyak-banyaknya ke bursa saham untuk mendapatkan bagian dari laba bersih emiten (yang berupa dividen) daripada terlalu berambisi mengambil sebanyak mungkin capital gain dari bursa saham dengan modal sekecil-kecilnya. Prinsip yang terakhir ini kurang realistis karena capital gain mungkin bersifat zero sum game sementara dividen adalah riil.


Bagi yang terkena PHK dengan kepemilikan aset yang masih sedikit saya ikut prihatin, Anda perlu terus berupaya untuk mendapatkan pekerjaan baru atau memulai bisnis di luar bursa saham. Atau kalau ada tawaran pekerjaan tapi dengan gaji lebih rendah perlu dipertimbangkan selama masih ada dana yang bisa disisihkan untuk program nabung saham. Untuk yang terkena pensiun dini sementara modal bersih Anda setelah dipotong hutang sudah cukup seperti saya sebutkan di atas saya ucapkan selamat, Anda bisa full time di bursa saham secara aman kalau mau.


Seperti saya sebutkan dalam tulisan saya Catatan Pribadi Akhir tahun lalu, saya merasa sudah berada di jalur yang benar. 
https://stockbit.com/post/3353734


Kalau diringkaskan prinsip-prinsip investasi saya di bursa saham adalah sbb:


:diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside::diamond_shape_with_a_dot_inside:
===========================================
01. Memakai uang dingin, uang yang tidak               akan digunakan dalam 3 tahun ke depan

02. Kejarlah dulu passive income dari dividen
    sampai dividennya cukup untuk hidup

03. Lakukan screening dividend yield (DY).
       Ini adalah tahap PERTAMA yang penting.

       Dasar pemikirannya:
******************************************************
       Dividend yield tinggi terjadi karena harga        rendah,  kemungkinan PER, PBV, dan  DER         juga rendah. ✔

        Ini sesuai prinsip investasi, beli di harga         rendah.   
******************************************************

04. Urutkan dari yang DY-nya tertinggi

05. Pastikan bahwa dividen yang dibagikan             berasal dari laba operasional  BUKAN        berasal  dari jual aset yang hanya sekali        saja seperti MERK. Bila berasal dari jual        aset, buang dari daftar list hasil screening.

06. Pastikan  dalam 5 tahun terakhir tidak        pernah rugi. Bila pernah rugi, buang dari        daftar list hasil screening.

07. Cek rasio-rasionya seperti ROE, DER, PBV,          PER dll. Hitung juga AEPD-nya 

08. Pastikan GCG-nya baik

09. Pelajari pertumbuhan EPS-nya 

10. Pilih 30-an emiten dari screening di atas           yang fundamentalnya baik. Diversifikasi       lebar dlm hold forever itu penting  supaya       bisa berbagi resiko dan berbagi likuiditas.       Tidak  semua yang fundamentalnya baik       likuiditasnya tinggi. Tapi bagi retail yang       ngejar passive income dari dividen,            likuidutas tidak terlalu penting. Bagi retail       seperti saya ADMF masih lumayan likuid       tapi bagi big fund dianggap tidak likuid.       Likuiditas itu relatif, dalam hal likuiditas       jangan mengikuti standar big fund.

11. Saat masuk (beli) perhatikan analisa     teknikalnya dan gunakan money management           

12. Tetap memantau perkembangan EPS dan
perkembangan fundamentalnya secara       rutin per kuartal.

*****Nabung Saham Berarti memahami          fundamentalnya. ✔
===========================================


Apakah ketika kita sudah masuk (beli) dan merencanakan hold forever dalam perjalanan waktu tidak menjual saham yang telah kita beli? Kalau saya lebih memimpikan mendapatkan passive income dari dividen secara memadai. Cobalah untuk berpikir lebih panjang bagi yang saat ini memegang BBRI di average price  Rp 1250,- tentu hatinya tenteram damai karena selain DY-nya tahun 2020 sebesar 13,46% (gross) yang berarti sekitar 2,5 X bunga deposito juga masih mengalami floating profit ketika bursa terguncang dalam. Seandainya ia tergiur jual di Rp 1850,- ia belum tentu bisa membeli kembali di harga Rp 1250,- saat ini. Ia bisa membeli di harga Rp 1250,- karena belinya sudah lebih dari 5 tahun lalu dan tidak pernah menjualnya. Itulah ketenteraman dan kedamaian batin karena hold forever. Tapi bukan berarti kita hold forever kalau ada saham yang kita pegang, fundamentalnya memburuk.


Namun kadang karena butuh uang ada juga yang kita jual. Misalnya, saya pernah masuk di JPFA di harga sekitar Rp 1900,- dan jual di sekitar Rp 3.000,- atau terakhir di MLPT beli di 454,- jual di Rp 1.260,- Waktu itu saya jual JPFA karena saya merasa DY 5% terlalu kecil.


Pengalaman saya memang menunjukkan bahwa kita bisa saja kita masuk sebagai investor dan keluar sebagai trader. Tapi saat ini saya masih mengejar passive income dari dividen dan ketenteraman batin. Demikian pendapat saya.



=============
Disclaimer On
=============
DYOR. Do your own research. It's your money, your risk. Pahami terlebih dahulu sebelum berinvestasi. Sesuaikan dengan profil resiko kuangan Anda. 

Apa yang saya sampaikan adalah pendapat pribadi tidak harus diikuti.


Tulisan saya yang lain:
====================
Corona dan Portofolio
https://stockbit.com/post/3693540

Urutan Baru 30-an Emiten High Dividen Yield
https://stockbit.com/post/3633065

Selain 40-emiten high dividen di atas saya juga sedang mempelajari dan mempertimbangkan SPTO, JTPE, ARNA, dan SMSM

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy