Bedanya Nabung Saham dengan Deposito.
Awal-awal saya membaca tulisan di StockBit (SB) saya melihat beberapa orang tampak kecewa dengan gerakan "yuk nabung saham" (YNS) yang dicanangkan BEI November 2015. Dan saya baca pula banyak yang kecewa itu karena mengalami kerugian atau floating lost dari saham tertentu yaitu saham Group B. Mungkin tidak sedikit pula yang menyangka bahwa gerakan YNS adalah akal-akalannya Group B. Padahal gerakan itu adalah program BEI. Mungkin hal itu karena sekuritas pemegang saham Group B sangat gencar dan agresif membantu mempromosikan gerakan YNS untuk menunggangi program itu guna mendongkrak harga saham Group B yang mereka pegang. Mungkin dari situ mereka mengenal saham dan gerakan YNS. Bagi sebagian orang termasuk saya pantang menyentuh saham Group B. Bahkan sebelum ada kampanye YNS pun saya sudah tahu bahwa saham Group B banyak dihindari investor. Banyak orang yang kecewa memegang saham Group B membuat gerakan YNS terkena getahnya. Terkena citra negatif. Padahal sebenarnya gerakan YNS adalah gerakan yang positif, bahkan BEI termasuk terlambat kalau baru memulainya November 2015.
Banyak orang sudah menulis baik di media on line maupun cetak pentingnya program YNS. Salah satu buku (cetak) yang saya baca adalah karya Ryan Filbert yang berjudul Yuk Belajar Nabung Saham terbitan Elex Media Komputindo Jakarta. Dari berbagai tulisan itu umumnya pentingnya YNS dikaitkan dengan potensi capital gain yang dimungkinkan sebagai akibat kenaikan harga saham di masa yang akan datang.
Oleh karena itu tulisan singkat saya ini ingin melihatnya dari aspek lain yang belum banyak ditulis orang. Yaitu dari aspek dividend yield.
Umumnya investor saham dalam investasinya berpeluang untuk mendapatkan capital gain dan dividend yield. Biasanya capital gain memberikan hasil lebih besar dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dividend yield sehingga capital gain lebih populer dibandingkan dividend yield. Akan tetapi sebenarnya dividend yield menawarkan hasil yang bisa melampaui suku bunga deposito bank. Bahkan bisa 3 kali lipat lebih.
Beberapa saham bluechip pembagi dividen memang menghasilkan dividend yield yang rendah. Ambil contoh saham Unilever atau $UNVR di level harga saat ini atau Rp 44.500,- (31/5/2019) dan dengan dividen sebesar Rp 1.185,- (tunai dan interim) didapatkan hasil atau yield dividen sebesar 2,66% gross atau 2,4% net per tahun. Hasil ini tentu lebih rendah dari bunga bank bahkan lebih rendah dari inflasi yang sekitar 3% per tahun.
Akan tetapi bagi mereka yang telah mengakumulasi UNVR dari tahun 2008 awal sd akhir 2011 dengan average price Rp 12.000,- (lihat gambar di atas) kemudian memegangnya tanpa ada perubahan average price maka setelah 8 tahun atau di tahun 2019 ini memperoleh dividend yield sebesar Rp 1.185,- dibagi dengan average price sebesar Rp 12.000,- atau 9,87% gross atau 8,8% net. Sementara pada tahun 2012 dividend UNVR adalah Rp 634,- gross (sumber: http://bit.ly/2JVaboY atau dividend yield di level harga Rp 12.000,- adalah 5,28% gross atau 4,75% net. Yield naik hampir 2 kali lipat dalam waktu 8 tahun.
Demikian juga misalnya dengan saham Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur atau $BJTM. Di level harga saat ini atau Rp 620,- dan dividen sebesar Rp 45,61 didapatkan dividend yield sebesar 7,56% gross atau 6,62% net. Akan tetapi bagi yang sudah mengakumulasi saham BJTM dari tahun 2012 sd 2016 di average price Rp 400,- kemudian menahannya tanpa ada perubahan average price maka setelah 3 tahun atau di tahun 2019 ini mendapatkan dividend yield sebesar Rp 45,61 dibagi dengan average price sebesar Rp 400,- hasilnya 11,40% gross atau 10,26% net.
Intinya dengan menyimpan saham dalam kurun waktu tertentu, dividend yield akan bertambah seiring pertumbuhan bisnis emiten yang ditunjukkan dengan peningkatan earning per share (EPS). Sharing beberapa user SB juga menunjukkan hal yang sama. Ada yang sudah balik modal dari dividen atas investasinya di $PTBA, dari dividen murni ya bukan dari capital gain. Ada yang sharing bahwa saham yang pernah dibelinya tapi lupa kalau memiliki saham itu karena jarang memakai sekuritasnya ternyata dividend yield nya sudah lebih dari 5x bunga bank. Salah satu ciri khas dividen yield dari perusahaan bagus itu bisa tumbuh jauh melampaui bunga bank. Bahkan dividend yield itu bisa mencapai 100%. Silahkan baca juga tulisan Pak Joeliardi Sunendar mengenai dividend yield $BBRI yang hampir 100% di link berikut:
https://stockbit.com/post/1394487
Tulisan Pak Joeliardi itu cukup panjang, sediakan waktu yang cukup jika ingin membacanya.
Dari uraian di atas dapat disampaikan bahwa ada beberapa perbedaan antara bunga deposito (menabung uang) dan dividend yield (menabung saham). Berikut ini perbedaannya.
:one: Umumnya bunga deposito tidak naik signifikan meski kita memegang deposito itu selama bertahun-tahun.
Sementara dividend yield bisa tumbuh melampaui bunga deposito bahkan bisa mencapai yield 100% seiring pertumbuhan bisnis emiten.
:two: Kalau bunga deposito diambil atau tidak di-aro (automatic roll over) maka pokok depositonya secara nominal tidak berubah, tidak naik bahkan secara nilai malah turun. Sementara untuk dividend yield, meski dividend yield diambil dan dikonsumsi harga sahamnya dalam jangka panjang masih bisa tumbuh. Nilai aset kita bisa bertambah tinggi.
Itulah yang jarang diulas atau disampaikan oleh penggerak program YNS (Yuk Nabung Saham).Umumnya penggerak YNS mengarahkan orang untuk mendapatkan capital gain. Memang investasi di saham memiliki resiko kerugian, perlu belajar dari berbagai sumber meski demikian untuk saham yang resiko itu hilang bila kita memegangnya minimal 10 tahun (Baca buku Ryan Filbert di atas). Untuk mendapatkan hasil yang optimal memang perlu melakukan riset dan analisa hingga menemukan perusahaan yang baik. Selain itu diperlukan waktu agar dividend yield berlipat-lipat melampaui suku bunga deposito. Pilihan juga tergantung usia. Bagi yang masih muda atau masih pelajar dan mahasiswa bisa menabung di saham bluechip meski untuk harganya saat ini dividend yield yang diperoleh berkisar antara 2,66% sd 4%. Sedangkan untuk yang lebih tua, selain bluechip dalam porsi tertentu perlu juga memilih saham high yield dividend dengan kisaran yield saat ini sekitar 7%. Terlihat bahwa program YNS ini juga sangat bagus kalau dimulai sedini mungkin sejak usia sekolah atau mahasiswa.
Apakah dengan demikian capital gain tidak penting? Tergantung masing-masing orang untuk apa tujuannya berinvestasi atau nabung saham. Kalau tujuannya untuk mendapatkan passive income yang bisa tumbuh atau untuk mendapatkan uang pensiun, capital gain menjadi kurang relevan. Tapi kalau mau mendapatkan kekayaan kadang masih relevan. Hanya kalau mau take profit di capital gain sebaiknya dana yang diinvestasikan lebih besar. Misalnya untuk pensiun kita merencanakan nabung saham dengan investasi sebesar Rp 300 juta yang kita cicil dengan target suatu saat dividend yield bisa mencapai 30% atau Rp 90 juta per tahun, sementara kita kadang masih tergiur untuk menjual sahamnya kenapa tidak merencanakan dana investasi menjadi Rp 500 juta atau lebih sehingga dana yang diinvestasikan untuk pensiun dengan tabungan saham tetap Rp 300 juta? Jadi yang dijual hanya investasi senilai Rp 200 juta. Yang Rp 300 juta tetap direncanakan untuk pensiun dengan target dividend yield 30% setelah melewati waktu tertentu.
Tidak sedikit orang menyarankan nabung saham rutin setiap bulan. Kalau menurut saya lebih baik nabung saham atau membeli saat harganya terkoreksi atau saat ex date dan umumnya antara bulan Mei sd November. Bagi trader ada prinsip sell on may and go away, prinsip ini tidak berlaku bagi investor atau penabung saham. Justru pada bulan antara Mei sd November saya banyak beli saham. Yang jelas jangan membeli di harga ATH (all time high).
Demikian tulisan ringan mengenai Program YNS. Dividen itu penting karena yield-nya bisa mencapai 100% melampaui bunga deposito.
Selamat berlibur dan bertemu keluarga. Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan, mohon maaf lahir dan batin.
Semoga TUHAN memberkati kita semua.
Catatan:
Disclaimer on. It's your money. Do your own research.
Saya tidak sedang memegang UNVR, meski memegang BJTM, BBRI, dan PTBA. Tulisan ini tidak dimaksud untuk mendongkrak harga saham-saham tersebut. Sebagai penabung saham saya justru senang kalau harga saham-saham tersebut turun karena saya bisa mendapatkan dividend yield lebih tinggi.
Tulisan ini sekedar sharing pendapat pribadi agar banyak orang sejahtera pada masa pensiunnya.