TPMA RI Part 5 (GOODBYE)
Dalam kehidupan selalu banyak jalan menuju roma. Satu conclusion yang sama, reason-nya bisa berbeda langit dan bumi. Ini salah satu contoh-nya:
SAYA DECIDE UNTUK EXIT DARI TPMA.
Alasan-nya bukan karena RI -- well later ada keterkaitan-nya -- tetapi bukan RI-nya sendiri secara langsung. Saya menulis tidak tanggung2 5 artikel sekaligus untuk membela RI-nya TPMA:
https://stockbit.com/post/14272878
https://stockbit.com/post/14581180
https://stockbit.com/post/14581855
https://stockbit.com/post/14600769
https://stockbit.com/post/14610833
Jadi, jelas decision saya, BUKAN karena RI-nya secara langsung. Tetapi ada hal lain terjadi yang baru saya ketahui.
Dari pembicaraan yang panjang soal kapal dengan seorang teman, disimpulkan telah terjadi glut di dalam supply-chain kapal tongkang. Kalau dalam investasi Anda hanya boleh berpegang pada satu hukum, peganglah hukum supply-chain ini.
Perlu di-ingat bisnis kapal tongkang ini naik karena naik-nya demand atas nickel dan kekurangan supply karena sibuk-nya galangan kapal menyelesaikan pesanan kapal2 container. So kalau Anda ingat, banyak dari investor2 di sini yang kemudian switch dari kapal container ke tongkang -- termasuk saya.
Tetapi kemudian harga nickel drop karena banjir-nya nickel ke market dari Indonesia dan drop-nya property industry di China. ( Yes, kegunaan nickel paling utama adalah untuk memproduksi besi, bukan battery, dan besi sangat tergantung kepada property industry. )
Dan mungkin karena itu, sekarang Indo gov seperti-nya berusaha memperbaiki itu, atau alasan2 ajaib lain yang tidak akan pernah kita ketahui, yang ujung2-nya adalah mereka sekarang menahan RKAB nickel. RKAB itu semacam cara government untuk menentukan kuota industri nickel.
Ini semakin menyulitkan para player nickel yang sudah susah karena demand dan harga-nya turun, sekarang ditambah kesulitan mendapatkan bahan baku. Satu player nickel sudah menurunkan produksi-nya konon dari 900 ribu ton menjadi hanya 600 ribu ton, dan itupun masih meng-import nickel dari Philippines. Satu player lagi konon hanya setengah dari sekitar 100-an production line-nya yang masih beroperasi.
Hal ini kemudian disertai -- tentu saja -- dengan mulai serat-nya pembayaran2 ke para supplier player2 tersebut.
Dan tidak sulit utk ditebak -- bahwa bisnis kapal tongkang akan terkena imbas-nya. Dan memang penurunan charter rate sudah terjadi cukup significant.
Sekarang, banyak kapal tongkang yang telah selesai diproduksi, tidak berani turun ke air karena demand-nya sulit. Begitu turun ke air, itu cost langsung jalan dan nilai kapal menjadi turun. So mereka hanya didiamkan disimpan saja di galangan2 kapal.
Ada satu argumen bahwa harga jual kapal tongkang masih luar bisa tinggi sebagai indikator supply kapal masih kurang. Walaupun saya belum menerima-nya 100%, kira2 penjelasan-nya dari teman saya sebagai counter-argument-nya adalah supply kapal memang masih tertahan karena banyak pemilik kapal masih berharap bahwa bisnis kapal tongkang akan kembali membaik -- thus mereka masih belum mau melepas kapal2-nya dengan harga lebih murah. Kan harus tetap diperhitungkan bagaimana kalau setelah jual, nickel kembali naik so harga kapal kembali naik, sedangkan kapal sudah dijual dengan harga yang miring pula.
Juga tidak segampang itu menutup sebuah bisnis, ada karyawan yang harus dibayar pesangon-nya.
Selain itu, kebanyakan dari mereka memiliki kapal yang masih dibeli dengan harga relatif murah. Nothing to lose untuk mereka bertahan lebih lama.
Penjelasan paling pasti-nya mengenai situasi industri ini, tentu kita harapkan dari pubex-nya TPMA. Tetapi penjelasan soal RI mereka ini hingga sekarang belum memberikan hal yang membuat kita bisa mengambil conclusion dengan lebih baik. RI sudah resmi, rencana akuisisi sudah digaungkan, tetapi pubex-nya BEST belum dijelaskan hingga sekarang.
Ini memberikan ruang spekulasi cukup besar sehingga mau tidak mau -- dan wajib hukum-nya untuk seorang investor -- berpikir worst case yang akan terjadi. Dihadapkan pada ketidakpastian sebesar ini -- saya tidak mau terjerumus dalam gambling -- saya tidak mau menebak yang tidak bisa ditebak ( https://stockbit.com/post/11168236 ) -- dan saya mau disiplin bahwa risk adalah faktor nomor satu -- never lose your money -- saya tidak mau ada risk significant atas hilang-nya uang saya -- whatever -- saya decide untuk exit seluruh-nya dari TPMA.
Apakah pasti TPMA akan turun? Saya tidak tahu. Kalau begitu bisa naik juga donk?? Saya tidak tahu juga. Thus oleh karena saya tidak tahu itulah, risk-nya TPMA menjadi besar untuk saya pribadi. Inilah alasan utama-nya kenapa saya decide untuk exit. Untuk yang lain yang lebih mengerti bisnis ini bisa mempunyai pandangan yang berbeda.
Nilai portofolio saya tidak significant dan tidak akan mempengaruhi market -- tetapi saya mau konsekuen bahwa saya akan mulai melepas TPMA sampai habis setelah saya mem-publish artikel ini -- BUKAN sebelum-nya.
TPMA memakan 30% dari portofolio saya, sehingga dengan demikian kembali menyisakan hanya ITMG yang memakan hingga 70% dari portofolio saya. Menghadapi situasi makro yang tidak bisa ditebak, as guessed, dengan alasan yang kurang-lebih sama, saya akan sementara mempertahankan cash dari exit TPMA + dividend-nya -- thanks TPMA -- sebagai bagian significant dari portofolio saya.
Kalau ada yg mungkin ingat bahwa saya berpendapat bahwa cash is crap -- pendapat saya masih sama. Seperti hal-nya banyak jalan menuju roma, reason holding cash ini adalah bukan karena reason cuan -- tetapi sebagai stabilizer. Cuan yang mungkin saya miss karena avoid risk atau hal yang tidak bisa saya tebak saat ini -- pasti akan bisa direcover nanti. Pasti, karena kalau saya tidak hilang uang, compounding-nya akan me-recover itu ( https://stockbit.com/post/14693092 ).
Why-why-why. Mempertanyakan semua hal sampai sedalam2nya adalah hal paling fundamental dalam hidup.
$IHSG $TPMA