2,710

-10

(-0.37%)

Today

10.01 M

Volume

13.13 M

Avg volume

Company Background

PT. Bukit Asam Tbk (PTBA) bergerak dalam bidang pertambangan batubara, termasuk survei umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas pelabuhan batubara khusus untuk keperluan internal dan kebutuhan eksternal, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap untuk kebutuhan internal dan eksternal dan memberikan jasa konsultasi terkait industri pertambangan batubara serta produk turunannya, dan pengembangan perkebunan. Pada tahun 1993, Perusahaan ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan Unit Usaha Briket Batubara.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$CITA

Ada yang tanya kondisi emiten cita secara fundamental

1. Duit Kas CITA Ngacir

Per akhir Maret 2025, kas dan bank CITA tembus Rp 2,34 triliun, naik jauh dari Desember 2024 yang cuma Rp 1,57 triliun. Artinya? Duit cash-nya makin tebal, jadi kalau butuh modal atau ada peluang bisnis, bisa langsung sikat tanpa ngutang dulu.

2. Aset Naik Gila-gilaan

Total aset CITA sekarang Rp 9,05 triliun, naik dari Rp 7,94 triliun di akhir tahun lalu. Ini tandanya perusahaan makin berkembang. Aset lancar (yang gampang dicairin kayak kas dan piutang) juga nambah banyak. Mantap!

3. Utang Aman Banget

Total utangnya cuma Rp 367 miliar, alias kecil banget dibanding total aset. Rasio utang terhadap asetnya (liabilities to assets) cuma sekitar 4%. Ini perusahaan ibarat orang tajir yang hidupnya nyaris tanpa cicilan.

4. Cuan Ngalir Deras

Laba bersih kuartal 1 2025: Rp 1,03 triliun! Ini naik drastis dari kuartal 1 tahun lalu yang Rp 394 miliar. Bahkan pendapatan dari entitas asosiasi (kemungkinan dari entitas bauksit olahan) nyumbang Rp 871 miliar sendiri. Jadi nggak cuma jualan bahan mentah, mereka juga dapet cuan dari bisnis hilirnya.

5. EPS (Laba per Saham)

EPS q 1 nya naik ke Rp 261 per saham, dibanding tahun lalu Rp 100. Buat investor, ini sinyal bagus. Saham ini makin berharga karena laba makin gede.


6. Duit Masuk Lancar

Arus kas dari operasi positif: Rp 144 miliar. Bahkan dari dividen entitas asosiasi, CITA dapat Rp 595 miliar! Jadi bukan cuma jualan barang, mereka juga panen hasil dari investasi.

7. Ekuitas Jangkung

Ekuitas (modal sendiri) udah tembus Rp 8,69 triliun, jadi jelas perusahaan ini fondasinya kuat. Dan karena ekuitasnya gede banget dibanding utang, ini perusahaan tahan banting kalau ada guncangan ekonomi.



Kesimpulan

CITA tuh kayak anak sultan yang bisnisnya jalan terus, duitnya ngalir, utangnya dikit, dan masih dapet cuan dari bisnis temen sendiri (asosiasi). Buat yang cari saham fundamental kuat, anti ribet soal utang, dan udah mulai naik level dari bahan mentah ke olahan, CITA layak banget dilirik.

Soal harga saham urusan bandar boss
Dyor

Bukan ajakan jual beli

$ITMG $PTBA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PTBA. bagi yg berniat Inves pasif santai untuk hari tua (bukan trading ngejar kapital gain dan buru2 cuan) jgn takut longsor exdate. dgn hrg sekarang, kalo dibagi 75 persen, Deviden yieldnya masih 12 persen. itu sudah 2x yield sbn ritel. artinya GK kalah untung dari sbn ritel. Krn 12 persen setahun= 2thn naroh duit di sbn ritel. apalagi THN dpn guyur deviden lagi. fix lebih untung dari sbn ritel. menarik.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@ariefkurniawan7 analisa yg menyesatkan para ritel pemula. kalau mau membandingkan perusahaan harus yg 1 bisnis, 1 sektor dan 1 produk. jelas $ANTM dan $PTBA itu berbeda.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PTBA $AADI $ITMG BSSR

1/2

testes

rumus cuan

1. capital gain, jual saat hijau.
2. dividen

rumus boncos
1. tidak belajar, pengetahuan di seputar saham. beli saham hanya karena saran di grup-grup, rekomendasi teman, hanya karena banyak yang pom pom di stream, medsos dll
2. serakah, all in borong saham karena dividen jumbo, atau karena lihat chart dan harga yg naik cepat.
3. tidak sabar, lihat % merah dikit aja sudah pusing, tak enak makan,. minum, bawaan emosian aja. begitu ijo dikit langsung jual. pdhl klo mau sabar dikit mungkin bisa untung banyak.


random tags: $TLKM $BBRI $PTBA

Read more...

Kali ini tulisnya judulnya
KONTROVERSI
Pandangan berbeda yang lebih bagus bagi saya dan yang menentang kebanyakan orang berpikir khususnya di sb.

Trader Dividen vs Dividen Investing
1. Kalian kan pilih Dividen Investing ini karena gampang dilakukan, biasa orang Indo kan kebanyakan IQ78 jadi cari yang simple saja dan tidak banyak mikir 😀
Saya bukan mau menyerang kalian yang paham ini, tapi saya hanya memberikan opsi lain yang juga gampang simple dilakukan.
Lebih gampangnya kita praktekan langsung saja,
Kita bandingkan yah.
- Dividen Investing biasanya, Beli and Hold dan ambil dividen saja contoh $ITMG.
Kalian kan hanya simpan dan tunggu Dividen interim 6 bulan lagi sama dividen 1 tahun lagi, sambil beli terus
Mereka ini kan dapat harapin dapat dividen ITMG10% plus interim 5%, jadi 15% dividen setahun.

2. Sekarang tentang Trader Dividen.
Ganti-ganti saham yang mau RUPST kedepan.
Seperti yang saya lakukan sebelumnya di DMAS, TPMA dan yang baru-baru ini RUPST RALS dividen 60. Saya tampilkan di foto, sebagai bukti kita sudah beli jauh hari RALS jauh dibawah 400 dan kemarin jumat adalah profit taking. Sama seperti juga Dmas dan Tpma kita sudah jauh hari belinya kemudian RUPST pengumuman atau setidaknya sebelum cum jualan.
Kalau saya melakukan itu, return saya jauh daripada hanya sekedar mencari 15% setahun dari momentum Dividen. Tanpa harus menunggu waktu lama untuk dapat keuntungannya dan juga tanpa resiko menghadapi masalah masa depan yang tidak terukur.

Cuman kali ini, Karena yang dibandingkan adalah saham coal maka kita fokus ke saham coal saja dulu dan saya akan tunjukan masa depan yang belum terjadi dan biar waktu nantinya yang menunjukan kalian bisa hitung sendiri mana yang lebih efektif Dividen Investing atau Trader Investing.
Kita lihat kedepan yah, ITMG meskipun kinerja Q1 katanya kebanyakan orang yang ngakunya investor bagus padahal EPS Q1 3643 atau kalau dibandingkan EPS Q4 2024 5280 turun 31% yang artinya kalau dibandingkan dengan harga sekarang. Elkspektasi dividen berdasar kinerja Q1 2025 itu 11,5% bukan 15% lagi. Tapi orang yang ngakunya investor membahas begini ?
Kembali lagi, kita lihat kedepan yah bandingkan Trader Investing yang melakukan.
Saya beli MBAP harga sekarang 1850, RUPST 27 mei ekspektasi dividen 230. Kalian lihat yah sekarang 1850, saat nanti RUPST 27 mei atau pengumuman itu bisa jual diberapa.
Terus dilanjutkan dengan $BSSR RUPST 5 juni. BSSR ekspektasi sisa dividen 546. Harga sekarang 4170. Beli sekarang atau pertengahan mei, jual nanti saat rupst atau sebelum cum, kita lihat bisa dijual diberapa.
Lalu lanjut setelah selesai MBAP, ganti beli $PTBA lalu jual saat pengumuman RUPST atau sebelum cum, kita lihat untung berapa.
Meski ini masih jauh belum terjadi,
Tapi saya percaya diri Hasil dari tukar-tukar 3 saham diatas sebagai trader dividen itu akan menghasilan keuntungan jauh lebih besar daripada 15% dan tanpa perlu menunggu waktu 1 tahun untuk dapat hasil lagi.

Setelah masa dividen selesai, yah kalau trader dividen cuti apalagi sektor coal. Cuman memantau harga coal jika masih terbenam dibawah yah biarin saja taruh saja di deposito kalau bodoh-bodohan tidak mau analisa, biar dapat bunga, sampai nanti oktober - nopember prepare untuk dividen interim dan melakukan hal yang sama sebagai Trader Hunter
Itu yang saya pernah jelasin ada orang yang pakai strategi ini karena mereka masuk hanya untuk fokus ke mikro perusahaan lagi yang orang sering kenal namanya Sell in May dan Buy back Nopember.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PTBA Akan membagikan Dividen di bulan Juni 2025 sebesar Rp 397., per Lembar SAHAM siapkan untuk menambah muatan Lot. TerimaKasih Salam Investor

1. Dari BUMN2 besar yg sudah bagi dividend (tambah TLKM yg proyeksi), rata2 dividend payout naik 14%.

2. Prabowo ingin dividend BUMN 200 T untuk modal Danantara.

3. Total laba BUMN 2024 304 T, kalau diminta Prabowo dividend 200 T maka payout 66% atau naik 40% dari tahun sebelumnya.

4. History dividend $PTBA, pernah 100%.

5. Apa dividend bisa > 100%? Secara teori bisa kalau saldo laba mencukupi.

6. $PTBA punya saldo laba 19.59 T, yg belum dicadangkan 5.86 T (509 perak per saham).

Danantara butuh duit cuy!

$IHSG

Read more...

1/6

testestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PTBA harga saham 5thn terakhir stabil menurut sy, kalo utk trading short term mungkin waswas tp klo invest long term santai aja. $DMAS kalo sdh sangkut enak averaging tambah muatan karna DMAS tdk liquid kmungkinan naik lagi btuh waktu lama. 83% total saham dipegang korporasi yg artinya perusahaan ingin dividen aja bukan gain dari harga

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PTBA itu harus dipelajari betul bang. yg bengkak itu kan biaya jasa tambang dan biaya BBM Krn jarak angkut makin jauh. na biaya jasa tambang itu biasanya mahal kalo ada kupasan baru. BBM naik Krn yg diangkut tambah banyak (selaras dgn omzet naik kan), dan jarak angkut makin jauh (ini perlu tahu, apakan ada area penambangan lain yg jauh). positifnya meski hrg turun produksinya diproyeksikan naik bang, ini selaras juga ada berita (Googling deh) PT KAI beli lokomotif baru CC205 (lokomotif khusus angkutan Babaranjang).

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PTBA
salah satu korban dividen trap
@adiwijaya1091 semoga yang tabah ya 👏🏻tetap semangat

padahal kita tau dmas Q12025 tidak turun terlalu signifikan.bagaimana jika PTBA nanti?
yang Q1 2025 turun 50% lebih karena beban beban lain bertambah?
hati hati siap siap saja.saya di sini bukan menakut nakuti.saya juga ga bakal masuk PTBA meski dividen nya gede karena ada resiko yang sangat besar.bahkan $ITMG kemarin Q1 2025 turun sangat sedikit sekali tapi turun nya lebih dari dividen nya nah apalagi ini.sekedar pengingat sebelum terjadi nya....

disclaimer on bukan ajakan jual atau beli
$AADI ITMG PTBA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Impor China Anjlok, Harga Batu Bara Dunia Tertekan

🔹 Impor batu bara China turun 16% YoY di April, hanya 37,83 juta ton
🔹 Harga kontrak batu bara global terkoreksi di bursa Newcastle & Rotterdam
🔹 Harga domestik China makin murah, capai titik terendah sejak Maret 2021
🔹 Produksi lokal melonjak ke rekor 440,58 juta ton pada Maret
🔹 Total impor kuartal I 2025 turun 5,3% dibanding tahun lalu

👉 Cek berita lengkapnya di tautan berikut: https://cutt.ly/jrl3KKWN

$AADI $PTBA $ITMG

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

India kalah $BSSR $PTBA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Jauh dibawah china dan australi $ITMG $BYAN $PTBA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

🇦🇺 Australia
• Biaya Produksi Rata-rata: Diperkirakan sekitar USD 89–97 per ton untuk batubara termal dengan nilai kalori 6.000 kcal/kg pada tahun 2024, berdasarkan panduan biaya operasional dari Yancoal. 



Loh ini kerja apa kerja bakti @robertgunawankeren


$ITMG $BSSR $PTBA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Kenapa $BYAN $SMMT $PTBA gak di itung sekalian ala per di atas?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ITMG 25'Q1

revenue terendah dalam dua tahun terakhir, senada dengan coal index yg juga terendah.
-- btw saya pribadi berjudi kalau index coal ini akan susah untuk tambah rendah lagi, hingga memutuskan untuk menambah kepemilikan coal di porto --.

Menariknya (lihat Gambar II), meski ASP terendah, COGS-nya pun juga terendah!
hingga menghasilkan margin kotor yang lebih baik jika dibandingkan dengan 24'Q1.
sesuatu yang patut diapresiasi jika dibandingkan pemain/pesaing di industri serupa.

Colek Pesaing $PTBA $AADI

Read more...

1/2

testes

$ITMG LK Q1 2025: Tetap Ekspansi Meskipun Harga Coal Anjlok

Lanjutan analisis dari postingan sebelumnya tentang LK Q1 2025 ITMG di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau kita kupas laporan keuangan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) per 31 Maret 2025 dari ujung ke ujung, kita bisa bilang perusahaan ini lagi ngebut ekspansi sambil tetap memegang prinsip kehati-hatian. Di tengah situasi harga batubara yang tidak se-hot tahun-tahun sebelumnya, ITMG justru tidak menekan rem mendadak, tapi memilih tetap gas dengan strategi penuh perhitungan: efisiensi biaya, ekspansi tambang, belanja eksplorasi, dan memanfaatkan posisi kas kuat. Pendapatan memang turun sedikit—cuma 1,37% yoy jadi USD 482,5 juta. Tapi menariknya, profitabilitas justru membaik. Gross profit naik jadi USD 135,3 juta (GPM 28,04%), operating profit naik ke USD 80,7 juta (OPM 16,71%), dan laba bersih tembus USD 66,4 juta (NPM 13,77%). Ini bukti bahwa walaupun top-line turun, bottom-line tetap bisa dijaga lewat efisiensi yang nyata. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau kita intip lebih dalam komponen COGS, semua biaya utama turun. Biaya penambangan berkurang 11%, penyusutan aset tetap juga turun 14,4%, sewa alat dan bahan bakar bahkan anjlok 32%. Kontribusi utama masih datang dari kontraktor utama mereka yang mirip kontraktor $PTBA yakni, Pamapersada Nusantara $UNTR, yang nilainya turun dari USD 150 juta jadi USD 131 juta. Ini menunjukkan adanya negosiasi ulang atau efisiensi stripping ratio di lapangan. Tapi di sisi lain, beban penjualan naik 10,9% dan beban umum dan administrasi naik tajam 57,7%. Yang paling mencolok adalah lonjakan biaya jasa profesional dari hanya USD 311 ribu jadi USD 2,17 juta. Ini sinyal bahwa manajemen sedang mengintensifkan aktivitas yang berkaitan dengan eksplorasi, konsolidasi operasional, atau persiapan ekspansi jangka panjang.

Bukti paling konkret ekspansi itu muncul jelas di neraca. Kita lihat akun biaya pengupasan tanah yang ditangguhkan—nilainya mencapai USD 197,41 juta per akhir Maret 2025, naik 11,9% dari USD 176,45 juta di Desember 2024. Jadi hanya dalam tiga bulan, mereka menambah kapitalisasi sebesar USD 21 juta. Ini bukan angka kecil. Yang lebih penting, ini bukan cuma biaya gali tanah biasa. Ini adalah investasi strategis buat buka akses ke lapisan batubara di masa depan. Rinciannya tersebar di berbagai blok tambang, tapi yang paling dominan adalah IMM Blok Timur (USD 394 juta biaya bruto), BEK Biangan (USD 198,9 juta), dan TCM Blok Selatan (USD 80,7 juta). Total biaya bruto seluruh pengupasan mencapai USD 908,99 juta. Tapi karena sebagian besar sudah diamortisasi berdasarkan volume batubara yang berhasil diproduksi, nilai netonya tinggal USD 197,41 juta. Dan perlu dicatat, ITMG nggak bisa sembarangan menangguhkan biaya ini. Secara akuntansi, hanya pengupasan yang melewati rasio stripping pit-life yang boleh dikapitalisasi. Jadi ini benar-benar biaya yang bisa dibuktikan secara teknis dan ekonomis bahwa akan memberikan manfaat di masa depan. Sampai akhir Q1 2025, manajemen menyatakan belum ada indikasi penurunan nilai (impairment)—jadi semua area yang digarap masih dianggap layak produksi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Nggak berhenti di situ. Akun biaya eksplorasi dan pengembangan juga bengkak. Nilainya per 31 Maret 2025 mencapai USD 180,1 juta, naik USD 10,4 juta dari Desember 2024. ITMG masih aktif memperluas wilayah tambangnya walau secara laba dan kas sudah mapan. Mayoritas dana eksplorasi ini tersebar di TCM Blok Selatan (USD 91,7 juta), KTD Embalut (USD 73,8 juta), BEK Biangan (USD 55,7 juta), serta NPR dan GPK masing-masing USD 52,3 juta dan USD 42 juta. Bahkan ada alokasi untuk area yang belum ditemukan cadangan terbukti sebesar USD 51 ribu—yang artinya mereka masih terbuka cari potensi baru. Pengeluaran yang dikapitalisasi termasuk pembelian izin eksplorasi, pengeboran, survei geologis, hingga studi kelayakan teknis. Tapi mereka hanya mencatat sebagai aset jika dua syarat dipenuhi: (1) masih ada kemungkinan ekonomis untuk ditambang, atau (2) proyek eksplorasi masih aktif dan menjanjikan. Jika suatu area dianggap tidak layak, maka langsung dihapus. Tapi hingga akhir Maret, belum ada impairment dicatat—jadi semua masih dianggap layak digarap.

Dari sisi cashflow, inilah yang bikin cerita jadi lebih menarik. Arus kas dari aktivitas operasi (CFO) hanya USD 46 juta, lebih rendah dari laba bersih USD 66 juta. Penyebabnya? Sederhana: mereka bayar pajak penghasilan badan sebesar USD 34,9 juta dan royalti/iuran eksploitasi sebesar USD 57,1 juta di Q1—dua komponen yang menghisap kas besar. Selain itu, persediaan naik hampir USD 29 juta karena produksi batubara belum langsung laku dijual. Tapi piutang usaha turun signifikan USD 45 juta, jadi kas masih bisa mengalir masuk. Rasio CFO terhadap laba bersih ada di 0,69x—masih sehat untuk perusahaan padat modal seperti tambang, apalagi di awal tahun fiskal yang banyak beban tahunan dibayar sekaligus.

Kalau dilihat dari sisi liabilitas, ITMG sangat konservatif. Total liabilitas justru turun 3,1% jadi USD 457 juta. Pinjaman berbunga turun dari USD 69,5 juta jadi USD 54 juta. Mereka tidak menambah utang, malah justru bayar cicilan. Beban bunga naik sedikit jadi USD 1,35 juta, tapi ini sangat kecil dibanding pendapatan bunga USD 11,46 juta. Jadi secara net finance, mereka masih untung. Tidak ada red flag dari sisi leverage, bunga, atau debt maturity. Beban pajak naik ke USD 19,25 juta, tapi tarif pajaknya tetap wajar di 22,47%. Semua masih sinkron dengan laba dan aktivitas operasional.

Ekuitas naik dari USD 1,93 miliar ke USD 1,995 miliar, seluruhnya dari akumulasi laba bersih. Tidak ada rights issue, tidak ada injeksi modal, dan tidak ada pembagian dividen di Q1. Jadi ini pertumbuhan modal yang organik dan sehat. Yang lebih keren, arus kas investasi (CFI) justru positif USD 43,5 juta—sangat jarang terjadi di perusahaan tambang. Ini karena mereka mencairkan investasi jangka pendek yang jatuh tempo senilai USD 78 juta, yang sebagian dipakai buat capex dan eksplorasi sekitar USD 34,5 juta. Jadi free cash flow masih positif meskipun beban belanja masih terus berjalan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Soal valuasi, dengan harga saham Rp22.100 dan kurs Rp16.600 per USD, harga saham sekitar USD 1,33. EPS kuartal I adalah USD 0,06, jadi estimasi EPS tahunan sekitar USD 0,24. PER-nya cuma 5,54x—murah banget. Book value per share USD 1,77, artinya PBV hanya 0,75x. Tahun lalu mereka bagi dividen USD 352 juta, tapi kalau tahun ini payout ratio-nya 60% dari estimasi laba USD 265 juta, maka dividen sekitar USD 159 juta, alias Rp2.340 per saham. Itu bikin dividend yield 2025 sekitar 10,6%—masih menarik, meskipun lebih rendah dari tahun lalu yang tembus 23%. EV/EBITDA mereka cuma 1,38x, sangat rendah. Tapi P/FCF agak tinggi di 32x, karena kas mereka banyak terserap untuk belanja pengupasan dan eksplorasi—cashflow ketat karena mereka memang lagi tanam modal.

Singkatnya, ITMG bukan lagi sekadar saham tambang yang bagi-bagi dividen doang. Ini perusahaan yang lagi nanam fondasi besar untuk masa depan—baik dari sisi aset produksi, cadangan batubara, maupun struktur keuangan. Mereka tidak euforia dengan laba besar lalu boros, tapi juga tidak takut belanja saat harga turun. Laba saat ini memang masih kelihatan kinclong, tapi sebagian besar beban ekspansi masih “tersembunyi” di neraca. Kalau semua proyek berhasil, margin ke depan bisa makin lebar. Tapi kalau gagal atau harga batubara turun tajam, akumulasi biaya itu bisa jadi beban besar yang menggerus profit. Jadi buat investor, ITMG ini adalah saham yang kelihatan murah, sehat secara neraca, punya potensi besar—tapi juga penuh risiko jangka menengah. Reward-nya menarik, tapi ini bukan saham buat tidur nyenyak tanpa pantau. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Harga saham serahkan ke bandar saja.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes

Pengingat diri.

Tidak pakai teknikal.

Yang penting EPS grow, deviden karena eps grow juga persentasi meningkat.

No banking pun ternyata bisa gain oke.

$IPCC $PTBA $SMSM

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Q1 $AADI Vs Q1 $ITMG Vs Q1 $PTBA

misalkan target valuasi harga di PER 5x

Q1 AADI 411 x 4 (setahun) x 5 (PER) = 8220

Q1 ITMG 940 x 4 (setahun) x 5 (PER) = 18800

Q1 PTBA 34 x 4 (setahun) x 5 (PER) = 680

hanya sekedar perhitungan

disclaimer_on

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

➖ Di Indonesia banyak petasan hajatan, di sana juga gak mau kalah maen lempar petasan terus.

https://cutt.ly/Jrl0xgns

Saling klaim Kashmir yang tidak pernah usai sejak dua negara ini merdeka.

Moga bisa terdeeskalasi segera, karena negara-negara lain sepertinya tidak ada yang mendukung salah satu pihak untuk melanjutkan konflik India-Pakistan ini.

$INDY $PTBA $LSIP

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Bandingin aja deh $PTBA $ADRO $BSSR kali kali aja cuan. yakan? Bahas di komen kawan.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@rozawardhana


Tambang batu bara saat awal dibuka biasanya memiliki strip ratio (rasio kupasan) yang tinggi karena:

1. Lapisan Penutup (Overburden) Masih Utuh dan Tebal

Di tahap awal, seluruh lapisan tanah dan batuan penutup di atas lapisan batu bara (overburden) belum dikupas sama sekali, sehingga untuk mengambil sedikit batu bara, harus membongkar banyak overburden.

Ini menyebabkan strip ratio (jumlah m³ atau ton overburden yang harus dikupas untuk setiap ton batu bara) sangat tinggi di awal operasi.

2. Belum Ada Akses ke Seam Paling Ekonomis

Tambang biasanya dimulai dari pinggir (highwall) atau tepi bukaan awal yang secara geometri tidak langsung berada di atas seam batu bara paling tebal atau ekonomis.

Seiring waktu, penggalian berpindah ke area seam utama yang lebih dangkal atau lebih besar sehingga strip ratio menurun.

3. Desain Tambang (Pit Design) Memprioritaskan Akses Jangka Panjang

Di awal, banyak kegiatan "development stripping" — yakni pengupasan besar-besaran untuk membentuk akses jalan tambang, ramp, dan drainase.

Kegiatan ini menambah volume overburden, tapi belum menghasilkan produksi batu bara yang seimbang.

4. Topografi Awal Bisa Tidak Menguntungkan

Jika tambang berada di dataran tinggi atau berbukit, maka awalnya perlu banyak kupasan hanya untuk sampai ke level seam batu bara.

Strip Ratio Bisa Menurun Seiring Waktu:

Setelah bukaan awal selesai dan tambang mulai memasuki zona seam yang besar dan lebih dangkal, strip ratio akan turun dan produksi menjadi lebih ekonomis.

ini sama kayak kasus $PTBA
pra 2020 sr cuma 4 x
skrg 6 x karena persiapan menaikkan produksi

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$RALS udah jelas div 60/share dan janji dirut div tahun depan dikasih semua 100%.

yg jadi pertanyaan setelah jual sahamnya dan dibelikan saham lain apakah ada jaminan saham tsb ngacir??,

jgn sampai profit yg dari rals malah boncos disaham lain..
ini pengalaman pribadi saya, jual rals dan buy jafpa. 🤣😅

$BBRI$PTBA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PTBA $BSSR $ITMG


90 gw x 6 jt ton per tahun
Butuh 500 jt ton lagi
Padahal ini pltu super ultra kritikal yang perlu abu rendah dan kalori tinggi

Solusinya ya mayoritas impor
Karena coal india abu nya parah

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Kenapa India tidak membangun infrastruktur dan mengganti alat pembangkit agar bisa stop impor batu bara? Jawabannya berkaitan dengan biaya, waktu, kompleksitas teknis, dan realita politik-ekonomi. Berikut penjelasannya:

1. Biaya Investasi Sangat Besar

Membangun infrastruktur tambang, rel kereta, pelabuhan, dan gudang untuk mengalirkan batu bara dari daerah terpencil (misal Jharkhand, Odisha) ke seluruh India memerlukan dana miliaran dolar dan waktu bertahun-tahun.

Mengganti atau memodifikasi pembangkit listrik agar bisa memakai batu bara lokal (yang kalitasnya lebih rendah) juga sangat mahal dan memerlukan downtime (pemberhentian operasi) yang bisa memicu krisis energi.

2. Masalah Kualitas dan Teknologi Pembangkit

Banyak pembangkit listrik di India, terutama yang baru, didesain untuk batu bara berkualitas tinggi (kalori tinggi, abu rendah). Batu bara lokal India terlalu “kotor” untuk digunakan tanpa pengolahan tambahan.

Upgrade atau konversi teknologi agar cocok dengan batu bara lokal butuh teknologi mahal dan tidak selalu efisien.

3. Hambatan Politik dan Birokrasi

Proyek tambang baru dan pembangunan jalur distribusi sering terhambat konflik lahan, masalah lingkungan, dan perizinan yang rumit.

Banyak wilayah tambang berada di area sensitif sosial-politik seperti daerah suku dan kawasan hutan.

4. Keamanan Energi & Diversifikasi Pasokan

India memilih untuk tetap mengimpor sebagian batu bara sebagai bagian dari strategi diversifikasi pasokan energi, agar tidak bergantung penuh pada produksi domestik yang kadang tidak stabil (karena hujan, pemogokan, bencana, dsb).

5. Kejar Target Energi & Pertumbuhan

Kebutuhan listrik India naik sangat cepat. Kalau hanya mengandalkan pengembangan domestik, tidak akan cukup cepat mengejar target elektrifikasi nasional dan pertumbuhan industri.

Kesimpulan:

India bukan tidak mau mandiri batu bara, tapi prosesnya sangat mahal, rumit, dan lambat. Jadi sementara infrastruktur dikembangkan perlahan, impor tetap jadi solusi pragmatis untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

$ITMG $BSSR $PTBA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

India masih mengimpor batu bara meskipun memiliki cadangan besar karena beberapa alasan utama berikut:

Kualitas Batu Bara Domestik Lebih Rendah
Cadangan batu bara India umumnya memiliki kandungan abu yang tinggi dan kalori yang rendah. Untuk kebutuhan industri tertentu seperti pembangkit listrik superkritikal, baja, dan semen, batu bara berkualitas tinggi (kalori tinggi, abu rendah) dibutuhkan—yang lebih banyak tersedia di negara lain seperti Australia atau Indonesia.

Keterbatasan Infrastruktur dan Produksi Dalam Negeri
Banyak tambang batu bara di India berada di wilayah yang sulit diakses atau kurang berkembang infrastrukturnya. Selain itu, perusahaan tambang milik negara seperti Coal India Limited sering menghadapi hambatan birokratis, logistik, dan teknis yang memperlambat produksi.

Permintaan yang Terus Meningkat
Konsumsi energi di India tumbuh pesat seiring pertumbuhan industri dan populasi. Permintaan batu bara dalam negeri kadang melebihi kemampuan produksi domestik, sehingga impor menjadi solusi jangka pendek.

Waktu dan Keandalan Pasokan
Impor dari negara lain sering kali lebih cepat dan dapat diandalkan dibanding menunggu distribusi dari tambang domestik yang jauh dari pusat konsumsi.

Kebijakan dan Kontrak Jangka Panjang
Beberapa industri besar (terutama pembangkit listrik swasta dan pabrik baja) memiliki kontrak jangka panjang dengan pemasok luar negeri untuk menjamin stabilitas pasokan dan kualitas.

makanya target stop impor mulai
2016 sd 2025 gagal terus

$BSSR $ITMG $PTBA

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Sing sabar holder $PTBA
Polanya emang begini cuy, Q1 lebih rendah dari Q2. Pokoknya kuncinya di Q2 & Q3.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@BimoArioseno Terus dengan lo melototin broksum tiap hari, udah berapa kali bagger?

Udah habis berapa ikutan kelas dia? Cuannya brp?

Gw sih ngikutin jg udah lama, tapi ngikutin sebalik nya dan terbukti berkali2 cuan 🤣

Pertengahan 2022 harga coal ATH tapi saham2 coal malah turun, yang lain sibuk beli saham coal $PTBA $ITMG, dia malah sibuk bikin meme nyinyir koar2 ulah bandar. 2024 harga emas ATH tp $ANTM masih di harga 1000 an polanya sama juga bukannya beli malah jd komentator bandar 🤣. Kapan cuan nya kalau sibuk ngomentarin bandar 🤣.

Di platfom lain jualan kelas dia laku, tapi disini user2nya gak gampang di begoin.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy