$PTBA Diperas dari Berbagai Sisi
Request salah satu user Stockbit member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau Indonesia adalah cerita One Piece, maka PTBA ini bukan lah tokoh utama Luffy si kapten yang bebas menentukan arah kapal, melainkan Zoro yang kerjaannya angkat beban, lawan musuh paling berat, tapi tetap ikut perintah nakhoda tanpa banyak tanya. Bedanya, di cerita ini nakhodanya bukan sosok visioner seperti Luffy, melainkan pemerintah yang memegang penuh log pose ke arah kepentingan rakyat versi mereka, walau jalannya sering memutar dan bikin awak kapal tekor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bayangkan, di arc DMO, PTBA diminta nyetor batubara ke PLN dengan harga US$70 per ton, padahal harga pasar seperti One Piece yang sudah di depan mata bisa jauh lebih tinggi. Itu sama seperti kru Topi Jerami yang nemu harta karun emas, tapi diminta pemerintah Dunia untuk serahkan separuh isinya ke Gorosei demi keseimbangan dunia. PLN pun jadi Tenryuubito yang hidupnya nyaman karena ada suplai murah, sedangkan PTBA cuma dapat tepukan punggung.
Lalu masuk arc B40, di mana kebijakan biodiesel 40% bikin biaya bahan bakar naik Rp1,08 triliun dalam setengah tahun. Ini persis seperti Luffy memutuskan kapal harus lewat Calm Belt yang penuh Sea King, sehingga Zoro harus menebas monster habis-habisan sambil kehabisan stamina, sementara alasan Luffy cuma ini demi petualangan kita. PTBA tidak punya pilihan lain, karena perintah sudah mutlak dari World Government alias kementerian.
Di arc logistik, PTBA harus membayar Rp4,08 triliun ke PT KAI untuk angkut batubara. Analogi One Piece-nya? Bayar tol Eternal Pose mahal ke Jalur Aman Red Line, yang dimonopoli pemerintah dunia. Mau lewat jalur lain? Tidak boleh. Semua sudah diatur demi keamanan navigasi.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Dan lucunya, di tengah semua ini, ketika laba bersih PTBA terjun bebas 59% jadi Rp839,9 miliar, gaji para kapten dan navigator di kapal tetap di level Rp34,56 miliar per semester. Rasanya seperti kru yang setengah mati memperbaiki Thousand Sunny setelah diserang Buster Call, tapi Usopp dan Sanji masih sibuk masak dan cerita, lalu minta bonus karena katanya sudah bekerja keras di dapur.
Jadi ya, PTBA dalam saga BUMN ini adalah kru yang selalu dikorbankan demi misi besar pemerintah dan kenyamanan BUMN lain. Sapi perah yang disulap jadi sidekick setia. Kalau ini dunia One Piece, PTBA mungkin sudah lama punya haki luar biasa, tapi selalu diminta pakai tenaga itu untuk menggendong kru lain, bukan untuk menaklukkan Grand Line versi mereka sendiri.
Kalau cerita ini berlanjut ke arc Pemerintah Dunia, makin jelas bagaimana PTBA harus patuh meskipun arahnya sering bertabrakan dengan logika bisnis. Di satu sisi, mereka diminta tetap menjaga produksi tinggi demi ketahanan energi nasional, tapi di sisi lain dibatasi harga jual ke PLN dan industri strategis. Ini mirip ketika Angkatan Laut memerintahkan kru Topi Jerami mengawal konvoi Tenryuubito dengan imbalan yang tidak sebanding, sambil mengorbankan kesempatan merebut harta di pulau sebelah yang nilainya berkali lipat.
Efeknya, arus kas dan margin PTBA jadi seperti kapal yang jalannya tertahan arus balik. Revenue memang ada, tapi sebagian besar tereduksi karena harga jual yang dipatok lebih rendah dari pasar dan beban operasional yang naik akibat B40, biaya logistik, serta kewajiban lain yang tidak semuanya menghasilkan return langsung. Kalau dihitung, kombinasi DMO, B40, dan ongkos angkut sudah memakan triliunan rupiah yang seharusnya bisa jadi laba bersih atau cadangan kas.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Belum lagi hubungan pihak berelasi yang seperti aliansi antara kru Topi Jerami dengan beberapa kapal lain. PTBA harus memasok batubara ke BUMN atau entitas terkait dengan harga yang kadang lebih menguntungkan pihak penerima dibanding PTBA sendiri. Kalau ini dunia One Piece, posisinya seperti Zoro yang harus melatih kru kapal lain gratis demi menjaga koalisi, padahal tenaganya bisa dipakai untuk memenangkan duel penting.
Di sisi manajemen, gaji direksi dan komisaris yang tidak turun walau laba jeblok menambah kesan bahwa sebagian kru menikmati kursi nyaman di ruang kapten sementara dek kapal penuh air dan mesin bekerja setengah mati. Situasinya membuat PTBA terlihat bukan sekadar BUMN, tapi juga instrumen strategis pemerintah untuk menopang sektor lain, meski harus mengorbankan potensi profitnya sendiri.
Jadi, PTBA dalam dunia One Piece ini adalah kru yang paling banyak memikul beban, paling sedikit menikmati hasil, dan selalu siap dikirim ke garis depan demi menjaga armada besar BUMN tetap utuh. Sama seperti karakter loyal di One Piece yang rela bertarung demi teman-temannya, tapi kalau terus-menerus dijadikan perisai, ujungnya stamina habis sebelum Grand Line berikutnya tercapai.
Kalau masuk ke arc berikutnya, bayangkan PTBA sudah seperti karakter veteran di One Piece yang punya bounty tinggi tapi dipaksa tetap jadi tukang pikul barang di kapal besar aliansi BUMN. Potensi untuk jadi kapten armada sendiri sebenarnya ada, modalnya kuat, cadangan kas besar, akses tambang luas, dan koneksi pasar ekspor mumpuni. Tapi alih-alih diarahkan untuk menaklukkan lautan global, PTBA harus fokus menjaga perapian dapur PLN agar listrik tetap murah untuk rakyat dan industri.
Di balik layar, ini bukan sekadar hubungan dagang biasa, tapi skenario plot twist di mana pemerintah bertindak seperti World Government yang mengatur harga, arah pelayaran, dan target produksi. Semua demi menjaga stabilitas politik dan ekonomi, walau efeknya ke laba PTBA jelas signifikan. Buktinya, saat harga pasar batubara masih di level menguntungkan, PTBA tidak bisa memaksimalkan margin karena volume besar justru lari ke DMO dengan harga tetap. Ketika biaya bahan bakar melonjak akibat B40 sebesar Rp1,08 triliun dan ongkos penambangan naik Rp1,16 triliun, ruang profit makin tergerus.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Lebih rumit lagi, biaya logistik ke PT KAI yang mencapai Rp4,08 triliun per semester adalah kewajiban yang tidak bisa dihindari, seperti pajak masuk jalur aman di dunia One Piece. Di atas kertas, kerja sama ini memang untuk efisiensi rantai pasok, tapi di realita, PTBA tidak bisa mencari alternatif lebih murah. Sama persis seperti kalau kru Topi Jerami dipaksa hanya boleh lewat satu rute resmi yang dijaga Angkatan Laut, meski ada jalur lain yang lebih singkat.
Dan yang bikin penonton geleng kepala, gaji direksi dan komisaris tetap stabil di Rp34,56 miliar meski laba anjlok 59% jadi Rp839,9 miliar. Analogi One Piece-nya, bayangkan setelah kapal diserang di Enies Lobby dan separuh harta hilang, para kapten tetap berpesta makan daging raksasa di dek atas sambil bilang kita harus tetap semangat.
Akhirnya, kalau cerita ini ditulis Oda, PTBA akan dicatat sebagai kru yang loyal sampai titik darah penghabisan, rela jadi tameng demi kelancaran misi besar armada BUMN. Tapi bagi pembaca yang mengerti strategi, jelas kelihatan kalau PTBA ini bukan tidak bisa kaya, tapi dipaksa untuk membagi hartanya demi kelangsungan pihak lain. Sebuah kisah klasik tentang kekuatan besar yang dikekang demi keseimbangan dunia, persis seperti banyak karakter kuat di One Piece yang akhirnya jadi pion di papan catur politik.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10