DPR. Antara Kejutan yang Menyenangkan dan Mengecewakan. Berapa Dividen PTBA dan ANTM yang Akan Datang?
=========================
Ngopi Santai 4
Tahun 2021 telah berjalan hampir 3 bulan. Sudah banyak emiten yang merilis laporan keuangan full year 2020 atau LK FY 2020, bahkan sudah ada yang telah melaksanakan RUPS dan mengumumkan pembagian dividen dengan Dividend Pay Out Ratio (DPR) tertentu. Bagi saya yang mencari passive income dari dividen, ini merupakan momen yang cukup menegangkan setelah selama satu tahun membeli saham-saham di harga tertentu.
DPR atau Dividend Pay Out Ratio adalah persentase laba yang dibagikan sebagai dividen dari seluruh laba bersih perseroan. Ini diputuskan dalam RUPS dengan penentu utama dalam keputusan adalah pemegang saham pengendali yang suaranya paling banyak. Persentase ini berbeda-beda pada tiap emiten, juga dipengaruhi faktor luar seperti pandemi. Kita investor retail hanya menonton saja bagaimana emiten-emiten yang telah kita pegang memutuskan DPR-nya. Tugas kita memilih, menganalisa, dan membeli di harga rendah selama setahun terakhir sudah selesai. Dari dua hal yg mempengaruhi DY (Dividend Yield) yaitu DPS (Dividend per Share) dan harga maka hargalah yang bisa kita tentukan. Artinya kita tentu tidak akan memilih emiten yang harganya tinggi sehingga DY-nya hanya 1,5%. Bahkan ketika DPR dibikin pol 100% belum tentu akan menghasilkan DY 10%. Sementara ada emiten yang DPR-nya cuma 50% tapi bisa menghasilkan DY 10%. Itu semua karena harga, artinya kalau harganya sudah tinggi sehingga yield-nya rendah tinggal 2% atau bahkan 1% jangan dibeli.
Kalau kita amati, di pasar beberapa emiten ada yang membagikan dividen dengan DPR 100%, 300% atau di bawah itu misalnya 20%, 40%, 50% atau 75%. Setiap perseroan memiliki kebijakan sendiri tergantung berbagai faktor internal maupun eksternal. Tidak berarti yang membagikan dividen dengan rasio (DPR) 100% adalah perseroan yang buruk yang tidak bisa berkembang. Ada perseroan yang sudah matang (matured) di pasar, pangsa pasarnya sudah mapan, ROE perseroan juga tinggi di atas 15%. Ekspansi tidak dimungkinkan, diversifikasi bisnis juga belum tentu berhasil maka keputusannya membagikan dividen dengan rasio (DPR) 100%. Bagi kita investor retail apakah perseroan mau membagikan dividen dengan DPR 100% atau 30% tidak terlalu masalah yang penting stabil. Kalau 30% ya 30% terus, supaya kita mudah memastikan mau masuk di harga berapa untuk mendapatkan yield yang baik. Yang penting yield-nya atau DY-nya memadai di atas suku bunga deposito. Tetapi memang kalau biasanya membagikan dividen dengan DPR 30% tiba-tiba dalam RUPS membagikan dividen dengan rasio 50% itu tentu kejutan yang menyenangkan bagi kita sebagai retail yang telah bersusah payah memilih, menganalisa dan membeli di harga rendah terkendali selama lebih dari satu tahun terakhir. Kadang ada kejutan yang menyenangkan kadang ada kejutan yang mengecewakkan.
Jenis usaha perseoran juga menentukan besarnya DPR. Ada jenis usaha yang bisa membagikan dividen dengan rasio tinggi ada yang 30% saja sudah berat. Selain itu juga tergantung pada pemegang saham pengendali (PSP). Biasanya kalau PSP adalah perusahaan induk sering menuntut DPR besar meski juga sering lihat situasi eksternal. Demikian juga kalau PSP-nya pemerintah atau pemda.
Kalau ada emiten yang membagikan dividen dengan rasio (DPR) di atas 100%, misalnya 300% atau sekitar itu mesti diselidiki kenapa. Setelah diselidiki ada yang melakukan itu karena sudah lama tidak membagikan dividen, jadi dividennya semacam dirapel. Ada yang melakukannya karena habis jual aset yang hanya sekali saja. Resiko kita sebagai penabung saham yang mencari passive income dari dividen tentunya adalah kestabilan income kita. Belum tentu tahun berikutnya membagikan dividen dengan DPR sebesar itu. Seperti ini saya hindari, tidak masuk daftar pilihan kecuali DPR 300% itu bisa memberi yield atau DY 40% (artinya harganya rendah sekali), berasal dari laba operasional yang stabil atau naik, dan tahun berikutnya paling tidak DPR-nya 50%. Tapi umumnya DPR tahun berikutnya tidak bisa dipastikan, apalagi kalau jarang membagikan dividen.
Dari emiten-emiten dalam portofolio saya, beberapa telah melaksanakan RUPS. Emiten-emiten tersebut adalah $ARNA, $BBTN, dan $BMRI.
Dari daftar emiten High Yield atau High DY yang pernah saya share, ARNA tidak pernah masuk daftar. Emiten ini hanya masuk daftar watch list karena DY-nya di bawah 6%. Dengan DPR yang cukup stabil di sekitar 75%. Tapi dengan DPR setinggi itu hanya bisa memberikan yield 5,5% di harga saham Rp 400 bukanlah suatu emiten yang menarik. Namun karena prospek pertumbuhan EPS-nya bagus, saya berani nyicil. Waktu itu saya usahakan agar average price saya maksimal Rp 390-an dan saya berhasil mendapatkan sejumlah kecil lot dengan harga sekitar itu. Suatu saat ketika saya sedang sibuk di luar bursa, harga ARNA melonjak tinggi sekali di atas Rp 420,- padahal harapan saya masih bisa beli di harga sekitar 385,- Saya lakukan evaluasi dan akhirnya karena saya yakin EPS ARNA akan lebih tinggi, saya putuskan untuk nambah beberapa lots meski average price saya menjadi sedikit di atas Rp 400,- Saya nambah kepemilikan di ARNA sehingga average price saya menjadi Rp 405,- Sampai saat ini tetap segitu. Setelah LKFY 2020 keluar memang EPS ARNA naik dibanding 2019. Naiknya sangat drastis hampir 50%. Dan setelah RUPS kita tahu DPS ARNA naik menjadi Rp 30,- Dari awalnya saya cukup puas dengan DY 5,5% akhirnya mendapatkan DY 7,41% dengan kondisi floating profit hampir one bagger. Meski DPR ARNA sedikit turun dari tahun lalu tetapi jerih payah ini dalam memilih, menganalisa dan mempertahan average price cukup memuaskan. Jerih payah saya terobati. DPR memang tidak bisa diprediksi dengan akurat karena itu adalah keputusan RUPS. Kita terima saja apa adanya.
BBTN juga sudah melaksanakan RUPS, meski kita tahu pemerintah sebagai PSP membutuhkan uang tapi tahun ini BBTN telah memutuskan untuk tidak membagikan dividen sama sekali. Saya tidak terlalu kecewa karena saya sudah prediksi bahwa laba bersih BBTN paling akan pulih seperti sebelum tahun 2019 pada tahun 2021 ini, artinya DPS Rp 50-an seperti saat normal paling bisa diterima baru tahun 2022. Saat itu saya berani ambil BBTN di harga saham sekitar Rp 760 karena bila EPS-nya pulih seperti sebelum tahun 2019 dan DPS 50-an maka DY saya adalah sekitar 6,9%. DY segitu cukup tinggi wong DPR-nya cuma 20%. Kalau DPR-nya dinaikkan jadi 40% oleh PSP, DY saya akan menjadi 13,8%. Tapi saya tak mengharap hal yang muluk-muluk seperti itu. Saat ini saya cukup puas bahwa BBTN telah menjadi salah satu porto saya yang sehat dengan potensi DY di atas bunga deposito dan floating profit sekitar 150%. Lain BBTN lain pula BMRI. DPR BMRI hampir sama dengan tahun lalu meski PSP-nya sama.
Beberapa emiten lain yang akan segera menyelenggarakan RUPS adalah $ANTM, BJBR, $PTBA, dan ITMG. Mengenai ITMG saya sudah memperkirakan DPS-nya di tulisan saya terdahulu https://stockbit.com/post/5796070
Mengenai PTBA, dulu akhir tahun 2019 saya membuat prediksi dividen PTBA https://stockbit.com/post/3331983
Saat itu LK FY belum keluar, prediksi EPS saya beda sedikit dengan realitas. Saat itu saya memprediksi EPS PTBA tahun buku 2019 adalah 345,22, realitasnya adalah 352. Meski waktu itu prediksi DPR saya meleset tapi dapat kejutan yang menyenangkan, karena realitasnya lebih tinggi dari prediksi saya. Untuk DPR dari tahun buku 2020 kali ini saya memprediksi DPR-nya kurang lebih 80%. Kalau ini benar maka DPS-nya akan Rp 165,6. Dan yield atawa DY-nya di harga saham Rp 2760,- saat ini adalah 6%. Tapi berapa DPR dan DPS pastinya tidak bisa ditentukan.
Sekian Ngopi Santai kali ini, kali ini sekedar sharing pengalaman pribadi dalam memilih, membeli, dan megelola porto dalam kaitannya dengan DPR, di mana kita sebagai investor retail tidak bisa memaksa besaran DPR-nya. Salah satu hal yang bisa kita ambil pelajaran bahwa DPR tinggi tidak berarti akan menghasilkan yield (DY) tinggi, demikian juga sebaliknya. DY tinggi karena kita membelinya di harga rendah. Happy Investing
Bagi pendatang baru yang baru pertama kali membaca tulisan saya, perlu juga membaca tulisan-tulisan terdahulu. Berikut ini daftar beberapa tulisan saya yang perlu dibaca:
:one: Kuncinya adalah HIGH DY BUKAN High Dividend. Kiat Aman Investasi Saham 1 https://stockbit.com/post/5721537
:two: Urutan Baru 37 Emiten High DY, Berdadarkan Harga Tanggal 23-12-2020 https://stockbit.com/post/5168897
:three: Ini Akibatnya Kalau Menjadi Dividend Hunter https://stockbit.com/post/5019698
:four: Prinsip Dasar Investasi, Investasi Saham, dan Daftar 37 Emiten High DY
https://stockbit.com/post/4699690
Disclaimer Selalu on. Pahami terlebih dahulu apabila ingin membeli. DYOR, do your own research.