Seri postingan edukasi serius : strategi trading TERBURUK kedua di bursa

Banyak orang menganggap enteng analisa teknikal bahkan salah satu investor tersukses di Indonesia saja bilang, katanya analisa teknikal itu analisa ekor buntut sapi
Jujur, dulu saya sendiri juga tidak mempercayai analisa teknikal. Tetapi sekarang saya memiliki satu pemahaman yang berkata : chart itu adalah konsensus

Maksudnya adalah, apabila chart itu jelas2 menunjukkan harga saham sedang uptrend, maka pasar SEPAKAT itu uptrend
Kalo seandainya ada 1 pelaku pasar yang tidak sepakat sahamnya uptrend, ya tinggal dijual. Selesai
Kalo jualannya cukup signifikan uptrendnya patah, hasilnya ya sudah tidak uptrend lagi

Yang berbeda adalah bobotnya. Apabila 1 pelaku pasar punya barang dalam jumlah sangat besar, maka keputusan dia juga pengaruhnya terhadap konsesus, sangat besar
Inilah yang membuat analisa teknikal jauh lebih efektif dibandingkan analisa fundamental kalo dipake untuk saham bandar2an, karena analisa teknikal berusaha menangkap big picture yaitu "trend nya ke mana?"

Sebaliknya, justru analisa bandarmologi ato yang lebih sering disebut Pak Frans sebagai "brokermologi" lebih sering menjerumuskan. Karena dalam melakukan aksinya, seringkali market maker menggunakan berbagai kode broker yang berbeda. Hari ini dia bisa saja nyamar beli pake 1 sekuritas asing, jual pake 20 account nominee yang berbeda2. Keliatannya akumulasi, padahal distribusi

Dan perbedaan market maker dengan kita ya tentunya mereka bayar komisi lebih rendah. Bahkan komisinya bisa deal dulu. Karena transaksinya besar, jadi bisa dinego
Melukis broker summary keluarnya cuma uang minyak harian, sementara melukis chart harus keluarin uang dalam jumlah yang lebih buesar untuk menguasai peredaran barang. Jadi lebih murah melukis broker summary dari pada melukis chart

Tetapi broker summary ini sendiri bukan strategi yang buruk
Karena terkadang dia bisa membantu kita ke jalan yang benar. Contohnya kemarin kita tahu $BRPT didorong naik oleh MG dan CP (copet). Tetapi setelah copetnya keluar, asingnya justru masuk. Berarti ada kemungkinan memang itu didorong naiknya oleh copet, tapi gayung bersambut, bandar aslinya datang dan merestui aksi si copet

Sebaliknya, strategi yang menurut saya TERBURUK kedua, adalah AVERAGE DOWN
Average down di saham farmasi, dapetnya pas turun dari 7000 ke 1000
Average down di konstruksi SWF, dapetnya pas turun dari 2000 ke 200
Average down di bank2 digital, dapetnya pas turun dari 19900 ke 1500
Bahkan, average down di saham2 batu bara, saham yang konon katanya bagi dividen rutin, dipengaruhi kinerja, dapetnya lagi2 pas turun dari 45000 ke 22000

Permasalahannya, avg down LEBIH MUNGKIN terjadi ketika chart sudah KONSENSUS DOWNTREND... Kinerja perusahaan mulai melemah, story mulai basi, masa2 keemasan mulai pudar, moment2 naiknya sudah priced in semua...
Ketika konsensus masih uptrend, kinerja menguat, story masih berkoar2, masa keemasan masih berjaya, yang terjadi biasanya bukan average down, tapi average up. Karena harga sahamnya naik terus, jadi ketika kita beli lagi biasanya itu average up

Lalu mengapa average down itu adalah strategi terburuk KEDUA dan bukan pertama?
Karena ada SATU pengecualian saja dan sepanjang 10+ taon saya di bursa, saya dapati hanya SATU situasi di mana average down menjadi strategi yang efektif, berhasil, manjur

Bahkan ada SATU orang yang saya kenal, cuma trading SATU saham, dan return dia adalah 100 bagger alias nilai portonya bertumbuh sampe 10.000%+ dari 200 juta terbukti menjadi 20M dengan menggunakan strategi avg down...

Bisa dibaca selengkapnya di sini
https://stockbit.com/post/7579630

Tapi kalo gak sempet baca, strategi dia adalah avg down di saham PERBANKAN yaitu $BMRI
Saya sendiri tidak paham mengapa dia pilih HANYA BMRI SAJA dan tidak diversifikasi ke $BBRI $BBCA $BBNI

Menurut filosofi dia, apabila avg down dilakukan di saham komoditas, maka bisa saja keseret siklus... Bisa saja coal balik 50 trus nyungsep di situ 5 taon...
Apabila dilakukan di saham SWF ato farmasi malah lebih buruk lagi, sudah laporan keuangannya merugi, masih ada moral hazard
Apabila dilakukan di saham2 digital, mungkin naiknya waktu uangnya udah abis harus rights issue lagi dan/atau suku bunga mulai turun. Kapan? 2 taon? 3? 5? Hanya Tuhan yang tahu

Bahkan kalo dilakukan di UNVR GGRM ASII TLKM MYOR bagi dia itu masih belum make sense...
Karena dia itu -30% beli separo, -40% beli lagi semua, -50% gadai. Gaji karyawan dipake bayar utang
Tapi waktu porto dia sudah di atas jumlah tertentu dia kurangin gadai2 nya dan dia adjust persentasenya karena gajinya mulai gak cukup buat bayar bunga utang

Jadi diversifikasi ato pengelolaan resiko itu diraih dengan cara membeli "sistem perekonomian Indonesia", bukan merk. Merk bisa kena masalah, sektor bisa kena regulasi yang tidak menguntungkan
GGRM kena masalah cukai
UNVR kemahalan, growth terbatas pentung2an dengan toko online

Sebaliknya, ketika dia membeli perbankan, dia membeli sebuah sistem yang menyalurkan kredit, dan mendapatkan keuntungan dari semua perusahaan2 yang punya business dengan perbankan itu

Oleh karena itu dia pilih perusahaan yang menurut dia paling kuat untuk LITERALLY ALL IN bahkan berkali2 gadai masuk sana, dan kepercayaan itu dia taro ke Mandiri berdasarkan common sense bahwa apabila BMRI sampe bangkrut, berarti ekonomi RI sudah game over, kalo BMRI gak bisa diselamatkan pemerintah. BMRI itu too big too fail, taruhannya bukan cuma sekedar aset negara, tapi juga sekitar 80 juta nasabah dan belum lagi dampak sistemik lainnya serta kepercayaan investor

(sekali lagi gak paham kenapa cuma Mandiri saja yang dipilih menurut saya BRI BCA BNI juga bisa dan sama bagusnya)

Dan karena terbukti hasilnya dari sejak Mandiri ada sampe waktu saya tulis postingan itu 2014 dia udah dari 200 juta jadi 20M ya mau didebat apalagi strategi investasinya?

Di bursa Anda bisa panjang lebar bilang strategi itu buruk, jelek, menjerumuskan orang, tapi Anda cuma boleh bilang seperti itu kalo di time frame yang sama (11 taon dari 2003 to 2014), uang Anda dari 200 juta menjadi LEBIH BESAR dari pada 20M
Sesuai dengan omongan Tuhan : ukuran yang kamu pakai untuk mengukur orang lain, akan dipakai untuk mengukur dirimu di pengadilan terakhir nanti. 1 jari kamu pakai nunjuk orang, 4 jari berbalik nunjuk kamu

Lalu apakah strategi yang PALING JELEK di bursa?
Paling hancur2an dan paling gak bisa diharapkan

Sekali dibeli gak tau mau sangkut berapa lama
https://stockbit.com/post/10802379

Sewaktu dibeli sangkut sama owner, adu nafas hold sama owner yang notabene sudah hold perusahaan dari sejak berdiri sampe nanti anak cucu cicitnya jadi pengendali, sambil digencet2 waktu owner kumpulin barang (oke mungkin ini hiperbola)
https://stockbit.com/post/14188120

Setelah dibeli cuma bisa exit dengan menggorok orang lain...
Karena tidak bagi dividen dan kinerja belum tentu diapresiasi menjadi kenaikan harga saham... Berbeda dengan banking yg kinerja naik = PBV pasti naik
https://stockbit.com/post/14620434

Strategi TERBURUK itu adalah AVG DOWN di saham SAMPAH
Saham2 busuk yang saking busuknya semua orang buang, gak ada yg mau beli... Dibeli cuma buat ditradingkan. Bandarnya aja mungkin malah sangkut! MSCI? Ngimpi jangan ketinggian bro

Gak ada yang lebih buruk dan lebih ancur dari strategi ini...
Dan ironisnya banyak yang terjebak di sini simply karena berbagai alasan tapi salah satu yang paling sering menyesatkan adalah valuasinya (biasanya PBV) yang murah...
https://stockbit.com/post/14324093

Karena ingat omongan saya yang paling awal : chart itu adalah KONSENSUS
Kalo itu saham keterlaluan murahnya, PBV nya bahkan sampe nol koma nol sekian
Anda dan saya cuma perlu nanya satu hal : ini ownernya lagi ngapain? Perusahaan sendiri MURAHAN diobral2 gini kok gak dibeli...? Hayo? Bener gak? 馃槀馃槀馃槀

Selamat pagi, terima kasih sudah membaca. Enjoy weekend 馃檹馃徎馃檹馃徎馃檹馃徎

Read more...
2013-2025 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy