


Volume
Avg volume
PT Jaya Real Property Tbk didirikan pada tahun 1979 dengan nama PT Bintaro Jaya berdasarkan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri pada tanggal 25 Mei 1979 dengan akta No. 36 dari Hobropoerwanto, SH, pada waktu itu notaris di Jakarta. Ruang lingkup kegiatan Perseroan adalah pengembangan kota (urban development) yang meliputi pengembangan kawasan perumahan dan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, penyediaan jasa-jasa pendukung, serta melakukan investasi, baik langsung dan tidak langsung melalui entitas anak maupun patungan dengan pihak-pihak lain.
Di pasar saham, emosi sering mengalahkan logika.
📉 Panik saat harga turun.
📈 Serakah saat harga naik.
👥 Ikut-ikutan beli karena FOMO.
🧠 Takut rugi, tapi juga takut ketinggalan.
Memahami psikologi pasar adalah kunci untuk:
1. Menghindari keputusan impulsif
2. Mengelola risiko dengan tenang
3. Menjadi investor yang disiplin dan konsisten
Kira-kira, saat ini kamu ada di posisi yang mana?
▶️Ingin ilmu GRATIS?? Follow & Cek postingan lainnya di profile saya.
Random tag $JRPT $JAST $JPFA

$ASRI Perusahaan Properti Milik Keluarga The Ning King
Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
ASRI itu salah satu emiten properti paling bonafid di Indonesia, tapi label bonafid itu sering bikin investor lengah. Banyak yang mengira bonafid sama dengan aman, padahal properti itu game manajemen lahan dan manajemen kas. Land bank besar itu bisa jadi mesin cuan puluhan tahun, tapi bisa juga jadi kuburan modal kalau ritme jualannya kalah cepat dari beban bunga dan biaya operasional. ASRI kebetulan masih punya hubungan dengan BEST karena satu PSP, jadi menarik buat dibaca sebagai satu keluarga yang sama-sama pegang aset tanah, tapi karakternya beda. BEST mainnya kawasan industri dengan recurring dari service charge, air, dan sewa. ASRI mainnya township, hospitality, infrastruktur, sampai pariwisata, jadi sumber uangnya lebih berlapis. Yang menentukan bukan cuma luas hektare, tapi kemampuan mengubah hektare jadi kas tanpa bikin neraca megap-megap. Di titik ini, ASRI bukan cuma soal Serpong, tapi soal disiplin eksekusi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Per 30 September 2025, ASRI punya total persediaan Rp6,10 triliun, terdiri dari persediaan lancar Rp1,65 triliun dan persediaan tidak lancar Rp4,45 triliun. Di atas itu, ada land for development atau land bank senilai Rp10,98 triliun. Luas tanah belum dikembangkan yang dikuasai Grup mencapai 19.364.986 m² atau sekitar 1.936 hektare. Basis lahannya tersebar, dengan proyek utama seperti Alam Sutera Serpong, Suvarna Sutera Pasar Kemis, Sutera Rasuna Pinang, Kota Ayodhya Tangerang, Sawangan dan Bojongsari Depok, The Tower dan Wisma Argo Manunggal Jakarta, serta GWK Cultural Park Bali. Ini penting karena ASRI bukan model satu titik, tapi portofolio yang memang didesain untuk bertahan panjang.
Kalau investor lihat liga luas lahan yang selama ini jadi patokan, 1.936 hektare itu sudah masuk papan atas. ASRI masih di bawah monster seperti BKSL sekitar 14.785 hektare, lalu KIJA sekitar 4.396 hektare, dan BSDE sekitar 4.382 hektare. ASRI juga sedikit di bawah DILD sekitar 2.025 hektare. Tapi ASRI berada di atas kelompok 1.8 ribuan hektare seperti SMRA sekitar 1.858 hektare, MDLN sekitar 1.858 hektare, dan PANI sekitar 1.855 hektare, serta di atas $JRPT sekitar 1.453 hektare. Dibanding kelas menengah seperti ELTY 1.566 hektare, DMAS sekitar 810 sampai 838 hektare, $PWON sekitar 389 hektare, CSIS sekitar 448 hektare, APLN non-reklamasi sekitar 37 hektare, dan DADA sekitar 6 hektare, ASRI jelas bukan cerita kecil. Ini bedanya emiten township yang punya runway lahan panjang versus emiten proyek yang lahannya cuma beberapa titik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi biaya historis, land for development ASRI rata-rata tercatat sekitar Rp567.100 per m² dari Rp10,98 triliun dibagi 19,36 juta m². Angka ini bukan patokan nilai pasar, tapi memberi gambaran modal tertanam per meter yang menjadi bahan baku bisnisnya. Ada juga contoh nilai persediaan tanah spesifik, seperti tanah proyek Serpong Rp1,55 triliun dan Pasar Kemis Rp774,7 miliar. Karakter ASRI jadi jelas, ini perusahaan yang menabung tanah cukup besar, tapi tetap harus disiplin memanen lewat penjualan dan recurring supaya modal tidak tidur terlalu lama.
Kinerjanya di 9M 2025 menunjukkan siklus penjualan lagi tidak segarang tahun sebelumnya. Total pendapatan turun 34,3% YoY dari Rp2,52 triliun menjadi Rp1,66 triliun. Laba bersih ikut turun 49,7% dari Rp21,98 miliar menjadi Rp11,06 miliar. Kontribusi segmen masih didominasi real estate sales 58,6% atau Rp971,27 miliar, lalu hospitality dan infrastruktur 31,2% atau Rp516,85 miliar, dan pariwisata 10,1% atau Rp168,06 miliar. Di sini terlihat pola yang sehat, saat penjualan properti turun, mesin non-penjualan tetap menjaga napas pendapatan. Bahkan pendapatan hospitality dan infrastruktur naik 12,1% YoY, artinya ada bantalan yang bekerja ketika siklus jualan lagi melemah.
Bagian yang membuat ASRI terlihat beda dibanding banyak emiten properti lain ada di kualitas arus kas. DSO sekitar 7 hari, artinya penagihan kas dari pelanggan sangat cepat. Tapi DI sekitar 5.768 hari dan CCC sekitar 5.688 hari menunjukkan realita bisnis land bank besar, uang tertanam lama karena tanah memang disimpan untuk bertahun-tahun. Yang menarik, CFO 9M 2025 mencapai Rp643,11 miliar, jauh di atas laba bersih Rp11,06 miliar. Ini sinyal bahwa kas operasi ASRI nyata, bukan laba yang cantik di atas kertas. Dengan capex Rp194,43 miliar, free cash flow kira-kira Rp448,68 miliar, lalu kas Rp750,3 miliar, ASRI punya ruang untuk menutup current portion pinjaman bank Rp445,98 miliar tanpa terlihat ngos-ngosan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dibanding BEST yang satu PSP, bedanya bukan soal sama-sama punya tanah, tapi soal cara tanah itu menghasilkan uang. BEST lebih dominan recurring dari maintenance, service charge, air, dan sewa, sementara penjualan lahannya bisa naik-turun. ASRI punya recurring dari township management, sewa Mall at Alam Sutera, gedung perkantoran seperti The Tower dan Wisma Argo Manunggal, plus tiket dan aktivitas pariwisata seperti GWK, sehingga recurring berfungsi sebagai stabilizer ketika penjualan unit melambat. Di 9M 2025, recurring ASRI sekitar Rp684,91 miliar, sementara non-recurring dari real estate sales Rp971,27 miliar. Komposisinya tidak seagresif PWON yang recurring-nya dominan, tapi jauh lebih sehat dibanding emiten yang hampir murni hidup dari serah-terima unit.
Intinya, ASRI memang bonafid, tapi nilai plus utamanya bukan sekadar nama besar. Nilai plusnya ada pada land bank 1.936 hektare yang memberi runway panjang, lalu kemampuan menjaga kas operasi tetap kuat saat revenue turun 34,3%. Kekurangannya juga jelas, ketika penjualan melemah, profit bisa tipis karena properti itu tetap padat beban. Jadi membaca ASRI itu bukan cari cerita paling heboh, tapi cari bukti eksekusi, seberapa disiplin mereka menyeimbangkan panen penjualan dengan recurring, sambil menjaga utang tetap terkendali.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/7







Di kala senja menguning di sela-sela gedung pencakar langit Jakarta, seorang investor ritel bernama Arif menatap layar laptopnya dengan penuh kekecewaan. Sebulan terakhir, ia mengikuti setiap gerak-gerik ringkasan broker di platform trading gratisnya—mencatat mana pialang yang jadi net accumulator terbesar, mana yang sering dipakai market maker untuk menggerakkan saham konglo favoritnya. Ia yakin, data itu adalah kunci sukses.
"Kenapa portofolioku merah semua?" desahnya, menatap tumpukan saham pertambangan yang ia beli hanya karena melihat broker X menjadi top net buyer di saham MARS, DEWI, dan DUIT.
Tepat di saat itu, teleponnya berdering. Suara kakaknya, Pak Danu, seorang analis senior yang mengais rezeki dari pasar modal sejak era BAPEPAM-LK, mengalun lembut, "Arif, malam ini datang ke kedai kopi langganan kita. Ada cerita penting."
***
Di kedai kopi yang beraroma khas kopi luwak, Pak Danu menenggak sambil tersenyum, "Kau terlalu percaya pada broker summary, ya?"
Arif mengangguk malu. "Saya kira kalau melihat pialang A menjadi top net accumulator berarti ada uang besar masuk. Tapi ternyata..."
"Benar," potong Pak Danu, "Itu hanyalah alat market maker untuk menggiring sentimen. Mereka bisa jadi net buyer di satu sisi, tapi di sisi lain menitipkan saham lewat pasar nego gelap free of payment (FOP) yang tidak muncul di ringkasan broker retail-mu."
Pak Danu lalu membuka laptopnya, menunjukkan tiga lembar kerja Excel sederhana. "Mari lupakan broker. Tiga legenda ini tak pernah melihat ringkasan broker untuk mengambil keputusan. Mereka melihat kepemilikan manajemen—sesuatu yang tidak bisa dipalsukan market maker."
***
Metode Pertama: Peter Lynch, Detektor Pola Transaksi Gratis
Pak Danu menunjuk ke layarnya, "Lynch tak peduli broker siapa yang beli. Ia cuma mau tahu: apakah direktur, komisaris, atau pemegang saham pengendali—mereka yang kenal perusahaan—juga ikut beli?"
"Buka situs IDX dot co dot id, klik 'Perusahaan Tercatat', lalu 'Keterbukaan Informasi', lalu cari 'Laporan Kepemilikan Saham'. Gratis. Tak perlu bayar."
"Tapi itu kan PDF, Pak. Tidak bisa langsung dilihat di aplikasi seperti broker summary."
"Memang. Itu sebabnya kebanyakan investor tidak mau bersusah payah. Padahal, di situ ada data transaksi perseorangan direktur dan komisaris. Kau cukup cari tiga nama berbeda yang beli dalam 90 hari, dan salah satu di antaranya menambah kepemilikan lebih dari 20 persen. Itu sinyal Lynch."
Arif tercengang. "Jadi saya tak perlu lagi menebak-nebak broker mana yang jadi favorit market maker?"
"Betul. Market maker bisa memanfaatkan broker A untuk jadi net buyer, tapi mereka tak bisa memaksa direktur utama perusahaan tambang untuk beli sahamnya sendiri—kecuali kalau dia benar-benar yakin cadangan nikelnya sebenarnya lebih besar dari yang dilaporkan."
***
Metode Kedua: Joel Greenblatt, Dekoder Insentif Gratis
"Kedua, ingat Greenblatt," kata Pak Danu, sambil menunjukkan contoh saham tambang yang baru melakukan spin-off. "Di Indonesia, spin-off tambang biasanya diumumkan lewat 'Keterbukaan Informasi' di situs IDX. Gratis."
Ia menunjuk bagian "Rencana Penghargaan Manajemen". "Ini yang tidak pernah muncul di broker summary: harga pelaksanaan opsi direksi diatur 30 persen di bawah nilai buku. Artinya, mereka ingin harga saham turun dulu—supaya dapat opsi murah. Kalau kau hanya lihat broker summary, kau akan panik menjual. Padahal, itu momen beli."
"Market maker bisa pakai broker B untuk jual besar-besaran di saham tambang, bikin sentimen bearish. Tapi kalau kau sudah baca insentif manajemen, kau tahu: itu sandiwara."
***
Metode Ketiga: Philip Fisher, Forensik Karakter Gratis
"Yang paling dalam: Fisher," kata Pak Danu, membuka transkrip paparan publik perusahaan batu bara yang tersedia gratis di situs investor relations-nya.
"Fisher tak percaya transaksi. Ia percaya karakter. Di sini, di transkrip rapat, ada pertanyaan analis: 'Kenapa cost per ton naik?' Manajemen menjawab, 'Karena estimasi kami terlalu optimistis, kami akui kesalahan operasional.' Itu karakter.
"Itu bukan data broker, kan?"
"Betul. Broker summary tidak akan pernah tunjukkan apakah direktur tambang punya integritas. Market maker bisa pakai broker C untuk buat sentimen bullish, tapi mereka tak bisa palsukan kata-kata manajemen di transkrip rapat yang sudah terekum oleh OJK."
***
Dua tahun kemudian, Arif duduk di kedai kopi yang sama. Portofolionya kini hijau tak terhitung. Ia tak pernah lagi membuka broker summary.
Di layar laptopnya terbuka dua tab: IDX dot co dot id, dan transkrip paparan publik perusahaan tambang. Ia tersenyum pahit mengingat masa lalu, ketika ia percaya pada ikhtisar pialang yang penuh gemilang.
Ia telah menulis di notebooknya:
"Melihat broker—pialang mana yang sering dipakai market maker, pialang mana yang jadi akumulator neto terbesar—saja dapat terkecoh, karena broker summary hanyalah alat market maker untuk menggiring sentimen. Kepemilikan manajemen tidak bisa dipalsukan. Dan itu tersedia gratis—bagi mereka yang mau membaca, bukan sekadar melihat."
Malam itu, ia pulang dengan hati tenang. Pasar modal bukan lagi arena spekulasi sentimen market maker, melainkan peradaban data yang jujur. Semuanya gratis. Semuanya tersedia. Asal kau mau bersusah payah.
$JRPT $TOTL $TAPG

Harga $SRTG sekarang Rp 1.450
Zona Area Beli Aman:
Rp 1.410 – 1.440
• Area support kuat, cocok untuk entry aman jika harga pullback ke zona ini, Boss
Zona Stoploss:
< Rp 1.380
• Jika turun di bawah level ini, struktur swing melemah dan rawan koreksi lebih dalam, Boss
Jika naik & breakout:
> Rp 1.500 → ENTRY LANJUTAN (tambah posisi)
• Breakout 1.500 berpotensi memicu momentum bullish lanjutan, Boss
Target Profit:
• TP1 = Rp 1.550
• TP2 = Rp 1.620 – 1.700
REQUEST SAHAM https://bit.ly/m/peta_saham
Keterangan Tambahan:
• Selama harga bertahan di atas 1.410, peluang swing bullish tetap terjaga, Boss
• Entry ideal dekat support untuk risk/reward optimal
• Breakout 1.500 membuka potensi kenaikan menuju area 1.700-an
Analisa saya boleh bantu, tapi keputusan tetap milik Boss.
Ayo REQUEST SAHAM di kolom komentar seperti
$STAA $JRPT
,Nanti Kami Buatkan Flowchart Keputusan biar analisa makin gampang!
Support like agar terus update!!!
Follow untuk ikuti flowchart keputusan saham trend
Kalau postingan ini bermanfaat, boleh banget kasih tip lewat tombol bergambar 💲 di bawah ya. Terima kasih banyak 🙏
@Nina88 bisa mulai dari buku Peter Lynch: "One Up on Wall Street" (1989). Beliau menjelaskan pembelian oleh pemilik sebagai salah satu ciri utama dari kesempurnaan saham
Kata beliau, direksi atau pemilik perusahaan mungkin menjual saham karena berbagai alasan (seperti kebutuhan diversifikasi atau biaya pribadi). Tapi, mereka hanya membeli saham karena satu alasan: mereka yakin harga saham tersebut akan naik.
Pembelian oleh direksi sering kali dianggap sebagai sinyal yang paling kuat karena mereka memiliki pemahaman paling detail mengenai arus kas dan kesehatan neraca keuangan perusahaan.
Sinyal dianggap jauh lebih valid apabila terdapat beberapa eksekutif yang membeli saham secara bersamaan dalam periode yang berdekatan, bukan hanya dilakukan oleh satu orang saja.
Tapi yang dimaksud Peter Lynch bukan pemberian saham gratis atau pelaksanaan opsi saham (stock options). Fokusnya pada pembelian di pasar terbuka (Open Market Purchase), yaitu saat direksi menggunakan uang pribadi mereka sendiri untuk membeli saham di bursa.
Mulai dari memantau itu aja dulu, yang lain akan ngerti secara alami seiring praktik. $JRPT $TOTL $TAPG
💥 Mencari Kenaikan Eksplosif: Di Balik Setiap Lonjakan Harga Spektakuler
Setiap kenaikan harga saham yang eksplosif dan spektakuler selalu memiliki satu kesamaan: mereka didahului oleh akumulasi terorganisir oleh Smart Money. Logika ini tak terhindarkan. Akumulasi masif menciptakan ketidakseimbangan permintaan yang, ketika dilepaskan, memicu lonjakan harga yang signifikan. Misi Anda adalah menemukan akumulasi ini sebelum ledakan terjadi.
Trigger Smart Money adalah perangkat yang dirancang untuk mengidentifikasi potensi kenaikan harga eksplosif ini di pasar saham Indonesia. Kami mencari signature akumulasi yang secara historis terbukti memicu lonjakan harga yang masif.
Kunci kami adalah Deteksi Volume Abnormal yang Tiba-Tiba dan Besar. Kami mencari lonjakan volume yang jauh di luar kebiasaan, mencapai 6x hingga 9x lipat dari volume intraday normal. Lonjakan volume masif ini adalah bukti bahan bakar yang sedang diisi. Untuk memastikan ledakan akan terjadi, kami menerapkan Filter Arus Dana Bersih yang Dominan. Kami memastikan bahwa volume besar tersebut didominasi oleh tekanan beli yang kuat (net buying). Hanya sinyal yang menggabungkan volume abnormal yang ekstrem dengan dominasi net buying yang akan dikeluarkan. Dengan Trigger Smart Money, Anda mendapatkan alert yang menunjuk langsung pada saham-saham yang sedang diisi bahan bakar oleh Smart Money, siap untuk kenaikan harga eksplosif berikutnya.
$BEER $JRPT $BGTG
1/2


Pasar modal adalah sebuah mesin yang memindahkan uang dari mereka yang terdistraksi oleh narasi kepada mereka yang fokus pada konsolidasi. Dalam dunia saham, angka tidak pernah berbohong, namun narasi sering kali menipu.
Dunia Pertama: Senyapnya Tangan-Tangan Kuat
Di sebuah perusahaan dengan jumlah pemegang saham di bawah 750 orang, suasana terasa sunyi. Tidak ada diskusi ramai di forum saham, tidak ada rekomendasi dari broker besar. Namun, di balik layar, data Trailing Twelve Months (TTM) menunjukkan pengendali dan insider melakukan net buy lebih dari 10%.
Ini bukan tentang "menjaga harga", melainkan penguasaan aset. Ketika pemilik asli terus membeli saham perusahaannya sendiri di pasar reguler, mereka sedang mengirimkan pesan teknis: bisnis ini jauh lebih berharga daripada angka yang tertera di layar.
Secara perlahan, jumlah pemegang saham terus menurun—dari 1.000, menjadi 800, hingga tersisa 700 orang. Fenomena downtrend jumlah pemegang saham ini adalah bukti terjadinya akumulasi murni. Barang dikumpulkan, ditarik dari peredaran, dan disimpan di brankas pihak yang paling tahu isi dapur perusahaan. Di titik ini, harga tidak perlu "dikerek". Harga akan melompat dengan sendirinya saat permintaan kecil saja muncul, karena pasokan sudah habis di tangan mereka yang tidak berniat menjual.
Sinyal Kepercayaan: Net Buy Pemilik dan Buyback
Di sebuah perusahaan yang sedang dikonsolidasi, Anda akan melihat pemandangan yang sangat spesifik. Pengendali atau pemilik asli tidak hanya "menyuruh" orang lain membeli, mereka sendiri melakukan Net Buy lebih dari 10%.
Ini adalah bentuk komitmen finansial tertinggi. Ketika pemilik mengeluarkan uang pribadi dari rekening mereka untuk membeli saham perusahaannya sendiri di pasar reguler, mereka sedang memberikan jaminan pribadi. Mereka tidak butuh rumor atau "pesta" di media; mereka justru ingin membeli sebanyak mungkin di harga serendah mungkin sebelum pasar menyadari nilai aslinya.
Lebih kuat lagi jika perusahaan tersebut melakukan Buyback secara konsisten.
Mekanismenya: Perusahaan menggunakan laba ditahan untuk menghapus saham dari peredaran.
Efeknya: Jumlah saham yang beredar mengecil, kepemilikan Anda secara otomatis naik tanpa Anda harus keluar uang sepeser pun, dan Earnings Per Share (EPS) melonjak. Ini adalah aksi "anti-dilusi". Pengendali ingin "kue" perusahaan hanya dinikmati oleh segelintir orang saja—termasuk Anda yang ikut mendekam di sana.
Dunia Kedua: Pesta Pora di Pintu Keluar
Kontras dengan dunia pertama, ada perusahaan dengan pemegang saham lebih dari 250 ribu orang. Media massa riuh, grafik volume harian melonjak, dan narasi "masuk indeks MSCI" atau "target investor asing" ditiupkan setiap hari. Alasan resminya? Meningkatkan free float agar saham lebih likuid dan bisa masuk radar global.
Namun, data TTM menunjukkan realitas yang dingin: insider justru net sell secara masif.
Rumor MSCI dan penambahan free float hanyalah kemasan untuk sebuah Exit Strategy. Pengendali butuh pembeli dalam jumlah sangat besar untuk menyerap barang yang ingin mereka buang. Itulah mengapa jumlah pemegang saham justru uptrend seiring momentum uptrend harganya. Saham yang tadinya dikuasai satu tangan besar kini berpindah (didistribusikan) ke ribuan tangan kecil yang masing-masing hanya memegang satu-dua lot.
Ribuan pemegang saham baru ini merasa beruntung mendapatkan momentum uptrend yang sebentar lagi akan dibeli asing. Kenyataannya, mereka sedang menerima sisa-sisa barang dari pengendali yang sudah tahu bahwa masa depan bisnisnya tidak lagi secerah harganya.
Sinyal Keluar: Net Sell Insider & Narasi Free Float
Sebaliknya, perhatikan drama di perusahaan yang sedang ramai dibicarakan masuk indeks MSCI. Manajemen mulai berbicara tentang "meningkatkan likuiditas" dan "memperbesar free float". Namun, jika Anda melihat data transaksi, insider justru sedang melakukan Net Sell besar-besaran.
Mereka tidak sedang "memperbaiki pasar"; mereka sedang mencairkan harta. Narasi MSCI hanyalah magnet untuk mendatangkan pembeli (likuiditas). Layaknya sebuah gudang yang ingin dikosongkan oleh pemiliknya. Agar barang cepat laku, mereka menyebar brosur bahwa "gudang ini akan menjadi pusat grosir dunia". Begitu ribuan orang datang (investor ritel), pemilik gudang keluar lewat pintu belakang sambil membawa uang tunai, meninggalkan ribuan orang tadi di dalam gudang yang kini kosong.
Sinyal paling jujur adalah saat Jumlah Pemegang Saham naik tajam (uptrend). Jika jumlah orang yang memegang saham melonjak dari 10.000 menjadi 100.000 saat harganya bergerak "menarik", itu adalah bukti sahih bahwa satu tangan besar telah berhasil memecah-mecah barangnya ke dalam 90.000 tangan kecil.
Jebakan Senjata Makan Tuan: Free Float "Barang Kering"
Banyak ritel terjebak dalam mitos bahwa "barang kering (free float rendah) lebih mudah dikerek". Mereka lupa bertanya: Siapa yang memegang sisa barangnya?
Barang Kering yang Menguntungkan: Terjadi saat jumlah orang downtrend dan insider Net Buy atau Buyback. Pengendali sedang "menyekap" barang karena mereka tahu ada sesuatu yang besar akan terjadi. Harga akan terbang karena memang tidak ada lagi yang mau menjual.
Barang Kering yang Mematikan: Terjadi saat jumlah orang uptrend. Di sini, pengendali sudah exit dan manajemen tidak peduli lagi untuk melakukan buyback. Saham ini menjadi "zombie". Harganya dikerek sesaat dengan rumor MSCI, lalu kemudian dibiarkan mati perlahan karena tidak ada lagi kepentingan dari pemilik asli untuk Net Buy atau Buyback.
Seorang ahli akan mengabaikan semua berita "MSCI" atau "Free Float" jika tidak disertai dengan aksi beli dari manajemen.
Jika Insider Net Buy + Perusahaan Buyback + Jumlah Orang Turun, Anda sedang duduk di atas emas yang sedang disembunyikan.
Jika Insider Net Sell + Narasi Free Float + Jumlah Orang Naik, Anda sedang memegang tiket terakhir di sebuah pesta yang pemiliknya sudah pulang.
$CASS $JRPT $MIKA
1/2


🧠 Psikologi Pasar: Memahami Rasa Percaya Diri Smart Money Lewat Volume
Psikologi pasar di balik kenaikan harga yang masif adalah rasa percaya diri yang tinggi dari Smart Money terhadap potensi sebuah saham. Rasa percaya diri ini tidak tercermin dalam candlestick yang tenang, tetapi dalam volume dan kecepatan akumulasi mereka. Mereka tahu apa yang mereka beli dan siap menanamkan modal besar.
Trigger Smart Money adalah alat yang membaca psikologi pasar ini melalui lensa volume transaksi di BEI. Kami mencari signature volume yang mencerminkan keyakinan dan niat beli yang kuat dari Dana Cerdas.
Pembacaan psikologi pasar kami dimulai dengan Deteksi Lonjakan Volume yang Tak Terduga dan Sangat Besar. Kami mencari lonjakan volume yang melampaui rata-rata intraday hingga 6x hingga 9x lipat. Lonjakan ini adalah indikator bahwa Smart Money sedang menunjukkan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi pada saham tersebut. Kepercayaan ini kemudian divalidasi dengan Analisis Arus Dana Netto, memastikan bahwa volume ekstrem itu didorong oleh tekanan beli yang dominan. Dengan mengidentifikasi signature volume yang menunjukkan keyakinan tinggi ini, Trigger Smart Money memberikan Anda sinyal yang cepat dan teruji, memungkinkan Anda untuk mengikuti jejak modal yang didorong oleh rasa percaya diri institusional.
$JRPT $DUTI
1/2


"Saham yang saya beli bukan gorengan kok."
"Oh ya, gimana analisisnya?"
"Harganya dijagain sama market maker."
$UNTR $SIDO $JRPT
1/3



@Vincent221b bisa jadi, tapi cuma dua ini yang akhir-akhir ini net foreign buy berturut-turut, dan khusus $UNTR foreign-nya big accumulation terus
sebagai perbandingan, $JRPT juga buyback tapi dia net foreign sell. kebetulan saya sukanya yang buyback-buyback, apalagi buyback bumbu hitam madura
3 SKENARIO ENTRY SAHAM PGUN (Swing Trader Plan)
Harga sekarang: 10.250
1) SKENARIO ENTRY SEKARANG (Moderate Entry)
- Entry: 10.000 – 10.400
- Stoploss: < 9.600
- TP1: 10.700
- TP2: 11.100 – 11.500
Alasan: Harga masih bergerak di area demand aktif, Boss. Selama 9.600 bertahan, struktur swing PGUN masih mendukung peluang lanjut naik.
2) SKENARIO ENTRY PULLBACK (Conservative – Paling Aman)
- Entry: 9.600 – 9.900
- Stoploss: < 9.300
- TP1: 10.250
- TP2: 10.700 – 11.100
Alasan: Area demand kuat, Boss. Cocok buat entry low-risk sambil nunggu retrace sehat biar risk/reward lebih rapi.
3) SKENARIO ENTRY AGRESIF (Buy on Breakout)
- Entry: Buy kalau breakout > 10.700 dengan volume besar
- Stoploss: < 10.250
- TP1: 11.100
- TP2: 11.500 – 12.000
Alasan: Breakout 10.700 bisa nyalain momentum bullish baru. PGUN berpotensi lanjut rally kalau resistance ini ditembus, Boss.
Alasan Buy:
• Harga stay di area demand solid
• Struktur swing masih mendukung peluang reversal
• Breakout 10.700 bisa jadi trigger kenaikan lanjutan
Risiko:
• Kalau 9.600 / 9.300 jebol = potensi masuk fase turun lebih dalam
• Breakout tanpa volume rawan fake breakout
• Stoploss wajib buat jaga modal Boss
Analisa ini panduan ya Boss, eksekusi tetap kembali ke gaya trading Boss.
Ketik nama sahamnya Boss, contohnya $MTSM $JRPT. Biar saya buatkan skenarionya.
Adem juga hari ini, yang kemarin UMA setelah 3x bagger lagi disuspen, eh dividen $TOTO cair. $ARCI juga walaupun saya udah TP sebelum cum date, enjoy lah ya kalian
Sepengalaman saya dari saham-saham berdividen, nggak pernah rally itu pas ngumumin dividen. Hampir selalu rally-nya itu paling lambat sepekan sebelum dividen diumumkan. Pas dividennya beneran diumumin, biasanya pada sell on news lagi. Kalau DPS gede biasanya rebound sebelum cum date, kalau kecil biasanya pada jualan terus sampai beberapa hari setelah ex date
Lapkeu dan buyback juga sama. Lapkeu terakhir $JRPT itu priced-in pas pra penutupan market, terus lapkeu interim yang belum diaudit rilis petang itu juga di hari yang sama. Buyback juga sama, priced-in-nya sepekan sebelum diumumin
Kalau dividen masih gampang ngafalin jadwal-jadwalnya karena relatif predictable. Buyback rada susah tapi saya emang nggak pernah mencoba timing the market, saya cuma nandain perusahaan-perusahaan yang punya rekam jejak buyback. Lapkeu sih yang paling GG market makernya bisa pricing-in kurang dari J-8 sebelum rilis, ini ordal apa gimana 🤣
"Kalau uang masih kecil sih saya prefer capital gain daripada dividen."
Masbro YTD ini yang third bagger sampai half bagger, dan yield on cost-nya double digit itu masih BANYAK
Banyak saham yang saya hold dikeluhkan di stream, "downtrend terus, perusahaan bermasalah kah?" Bruh saya udah half bagger lebih YTD, downtrend gimana sih gua gak rilet 😭💀
Banyak dividen yang saya dapatkan di stream dikeluhkan di stream, "dividend trap," padahal yield on cost saya udah dua kali lipat RDPT
YTD half bagger terus dibilang downtrend itu kebodohan, berarti kan dia baru masuk dipucuk setelah dipompom influencers dengan iming-iming momentum, "apa yang terjadi", "jangan melawan market maker", dll. Lha kalau DCA aja pas masih sepi peminat, belum dilirik market maker, half bagger itu udah bagus banget kok di market $IHSG. Lebih wajar half bagger aja lalu ada konsolidasi dulu, yang penting asal konsisten bertumbuh, daripada sebulan 10 bagger tapi habis itu dihempaskan kembali ke 50
Dividend trap juga polanya sama persis. Pas dividen diumumin baru haka, habis rally sepekan dibuang influencer karena nggak puas sama DPS-nya, ikutan cut loss. Habis itu 1-2 hari sebelum cum date rally lagi baru nanya, "masuk sekarang aman kah?" habis itu dapet dividen gak seberapa, pas ex date teriak-teriak dividend trap. Padahal justru dividen itu worth it kalau yield on cost-nya tinggi, alias dicicil sebelum ngumumin dividen
Biasanya lanjutannya, "akhir tahun ini bagi dividen lagi gak?" Yaelah sans aja kali selama perusahaannya masih solid dan manajemennya masih top quality, investor masih akan dimanjakan dengan 1001 cara, kalau belum ngumumin dividen, mungkin sambil nunggu kan mereka bisa ngumumin buyback kaya $UNTR dan $JRPT
You failed the waiting game, lalu mencari 1001 cara untuk corner cutting untuk performance chasing, ingin get rich quick scheme, lalu akhirnya sahamnya yang disalahin 🤦🏽
Jaya Real Property Tbk - JRPT
Laporan Keuangan
- Neraca Keuangan
- Laporan Laba Rugi
- Laporan Arus Kas
- Laporan Perubahan Ekuitas
Kunjungi dan follow kami untuk laporan lengkap fundamental emiten!
Sumber Data: https://cutt.ly/etpOyxuS
$JRPT
1/4




bisa, kalau emang udah deal atau ada public expose-nya, free float berapapun nggak ngaruh
yang jadi masalah adalah ritel itu pada nyari free float kecil terus pada masuk dengan iming-iming mau diakuisisi vanguard lah, dll., terus pas bulan depannya harga naik, pengendali jualan, free float naik, makin dihaka dengan iming-iming, "momentum," "apa yang terjadi," "mau masuk MSCI," dll.
makanya kalau kata engkong saya, charlie munger, "inverse, always inverse," di saat semua ritel pada nyari free float kecil, akuisisi, backdoor listing, momentum, MSCI, dll., kita bisa meraup untung dengan arbitrage psikologis, misalnya hunting yang free float-nya likuid aja, tapi dikurangi oleh manajemennya dengan buyback kaya $UNTR $JRPT, atau pengendali/insider-nya sendiri yang suka net buy kaya $TAPG, dsb.
NERACA
Jakarta – Pertebal dominasi kepemilikan saham, PT Jaya Real Property Tbk (JRPT) kembali melakukan aksi korporasi strategis dengan meningkatkan investasinya di PT Sarana Pembangunan Jaya (SPJ). Langkah ini dilakukan dengan memborong ribuan lembar saham baru yang diterbitkan oleh anak usahany...

www.neraca.co.id

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) —PT Jaya Real Property Tbk (JRPT) kembali melakukan aksi korporasi strategis. Emiten properti ini memutuskan untuk meningkatkan investasinya di PT Sarana Pembangunan Jaya (SPJ). Langkah ini dilakukan dengan memborong ribuan lembar saham baru yang diterbitkan oleh anak usaha...

stockwatch.id
turunkan $JKON ndar… ku tunggu kamu di 85
$JRPT $JAYA biarin terbang duluan. Kita scalpingan aja disini
Kondisi porto bulan ini ditopang oleh $JRPT, $IPCC, dan, $UNTR
Walaupun semua orang bilang, "pesta sudah usai," "bennix udah exit," dll., saya tetap average up terus tiap hari selama belum menjadi concentrated risk. saya batasi max 20% per sektor supaya tidak berkorelasi
Banyak juga yang bertanya, "masih bisa turun lagi nggak bang?" Ya jelas bisa aja. Terus kenapa nggak tunggu turun lebih dalam lagi? Karena saya nggak punya cukup resource seperti waktu, tenaga, fokus, prioritas, dan pikiran untuk timing the market, jadi saya lebih memilih akumulasi dengan strategi time in the market
