Volume
Avg volume
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk Berawal dari Divisi Maintenance & Engineering (M&E) Garuda Indonesia pada tahun 1984 yang kemudian berkembang menjadi unit bisnis mandiri. Pada tahun 1998, Divisi M & E berubah menjadi Strategic Business Unit Garuda Maintenance Facility (SBU-GMF) yang menangani seluruh aktivitas perawatan armada Garuda Indonesia agar Garuda Indonesia dapat fokus pada bisnis intinya sebagai operator penerbangan. bergerak di bidang Jasa Perawatan, Reparasi dan Overhaul Pesawat Terbang. Saham Perusahaan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 10 Oktober 2017.
$PJAA Q2 2025.
mungkin pelanggan rame, tapi g bawa duit sebanyak sebelumnya.
bayar karyawan naik, bayar vendor juga naik.
momentum liburan sekolah sudah selesai kan?
momentum berikutnya libur akhir tahun.
manuver komisaris cak lontong belum ngefek kah? 😆
harusnya komisaris $GMFI , giring nidji ini ditarik jadi komisaris PJAA juga. mantep combo musisi + komika.
$GIAA PK-GDC sudah tiba di Soekarno-Hatta International Airport pada pukul 12:15 WIB setelah terbang transit dari Guam selama 5 jam lebih. welcome back Boeing 737 max 8 to $GIAA dan nampaknya armada ini bakal dicat terlebih dahulu di hangar $GMFI (berdasarkan pantauan spotters pesawat datang dalam kondisi polosan dari pabrik Boeing)
1/2
$GIAA update terbaru perkembangan kedatangan armada baru Garuda Indonesia PK-GDC, saat ini sudah terbang dari Hawai menuju Guam dengan posisi saat ini dalam keadaan approach di bandara Guam, tinggal beberapa transit lagi sebelum sampai di jakarta dan transit di Guam menjadi tanda bahwa menjadi transit terakhir di luar Indonesia dikarenakan keberangkatan berikutnya direncanakan landing di Sorong/Denpasar, atau bisa saja langsung direct ke jakarta di hangar GMF $GMFI, untuk avgeek, persiapkan amunisi untuk spotting $GIAA PK-GDC, ini bakal menjadi momen berharga setelah PK-GDA dikembalikan ke lessor sekaligus menjadi pertanda pemulihan
$GMFI menurut orang dalam
kenapa klo $GIAA sudah siap lepas landas dia juga ikut siap² ?
jgn lupa mampir ke profil ku
$GIAA yang bikin usaha negara rugi memang pejabat2 di dalamnya yang terafiliasi pesanan parpol sebelumnya. Aksi bersih2 prabowo boleh di acungi jempol. Sikat habis pak!
$GMFI ngikutt juga nih
Apakah Lebih Enak Jadi Wakil Menteri Ketimbang Jadi Menteri?
Lanjutan dari Sharing berita bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Secara teori, harusnya lebih enak jadi wakil menteri karena wakil menteri bisa rangkap jabatan komisaris BUMN sedangkan menteri tidak bisa jadi komisaris BUMN.
Dalam politik Indonesia, jabatan menteri sering dilihat sebagai puncak kekuasaan eksekutif di bawah presiden. Tapi kalau pertanyaannya digeser sedikit yaitu mana jabatan yang paling menguntungkan secara materi dan paling strategis untuk menghasilkan cuan besar dengan cara legal maupun semi legal maka jawabannya bisa mengejutkan, bukan menteri, melainkan wakil menteri yang merangkap komisaris BUMN. Di titik inilah publik mulai sadar bahwa jabatan bukan cuma soal hirarki dan protokoler, tapi juga soal siapa yang lebih lihai memanfaatkan sistem untuk menggembungkan rekening bank pribadi tanpa harus terlalu banyak sorotan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Mari kita mulai dari aturan hukum. Pasal 23 huruf b Undang Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara menyebutkan secara eksplisit bahwa seorang menteri dilarang merangkap jabatan sebagai komisaris atau direksi pada perusahaan negara maupun perusahaan swasta. Artinya, kalau kamu duduk di kursi menteri, baik menteri senior atau menteri baru, kamu tidak bisa menjabat sebagai komisaris BUMN bahkan sekalipun kamu ingin sekadar duduk manis dan tidak ikut cawe cawe. Larangan ini mutlak dan berlaku menyeluruh. Bahkan dalam sejarah, beberapa menteri yang ketahuan merangkap jabatan langsung disorot media dan diminta mundur walaupun gajinya tidak seberapa.
Tapi celah hukum yang sangat krusial muncul karena UU ini tidak menyebut wakil menteri. Tidak ada satu pasal pun yang secara eksplisit melarang wakil menteri untuk merangkap jabatan di perusahaan negara. Maka celah ini dimanfaatkan oleh kekuasaan. Pemerintah berdalih bahwa tidak ada aturan hukum positif yang melarang wakil menteri menjadi komisaris. Bahkan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 80 PUU XVII 2019, Mahkamah menyatakan bahwa pengangkatan wakil menteri adalah hak prerogatif presiden dan tidak bertentangan dengan konstitusi tanpa menyinggung masalah rangkap jabatan.
Dampaknya bisa dilihat secara telanjang. Dalam laporan CNN Indonesia 13 Juli 2025, dari total 56 wakil menteri yang dilantik dalam Kabinet Merah Putih, 30 orang di antaranya merangkap jabatan sebagai komisaris di berbagai BUMN atau anak usahanya. Ini bukan opini, ini data. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
1. Wamen Keuangan Suahasil Nazara menjabat sebagai Komisaris PT PLN Persero
2. Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo duduk sebagai Komisaris Utama PT $BBRI Tbk
3. Wamen Kebudayaan Giring Ganesha menjadi Komisaris $GMFI
4. Wamen Komunikasi Nezar Patria jadi Komisaris Utama Indosat Tbk
5. Wamen ESDM Yuliot Tanjung menjabat Komisaris PT Bank Mandiri $BMRI
6. Wamen Perdagangan Dyah Roro Esti merangkap Komisaris Utama PT Sarinah
7. Wamen Pertahanan Donny Taufanto duduk di PT Dahana
Dll
Daftar lengkap lainnya ada di CNN dan diakui resmi oleh pemerintah. Bahkan juru bicara Istana Hasan Nasbi menegaskan bahwa rangkap jabatan oleh wakil menteri tidak melanggar hukum. Artinya, pemerintah secara terang terangan mengizinkan dan melegitimasi model double income ini selama tidak ada UU yang melarang secara eksplisit.
Lalu bagaimana cuannya? Gaji pokok menteri saat ini sebesar Rp5.04 juta ditambah tunjangan jabatan sebesar Rp13.6 juta totalnya Rp18.6 juta per bulan berdasarkan Perpres dan laporan https://cutt.ly/brIacvdI. Menteri juga mendapat rumah dinas, mobil dinas, dan fasilitas negara lainnya, tapi tidak ada kesempatan untuk menambah penghasilan dari luar. Larangan rangkap jabatan bersifat total termasuk di BUMN.
Sedangkan wakil menteri mendapat tunjangan sekitar Rp11.5 juta atau 85 persen dari menteri ditambah tunjangan kinerja eselon I sebesar Rp7.4 juta jadi total Rp18.9 juta per bulan. Jumlah ini mirip dengan menteri tapi di sinilah plot twist nya, wakil menteri bisa menambah penghasilan dari posisi komisaris. Dan angka angkanya tidak main main. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Menurut laporan Kompas 2024 dan IDN Times 2023, gaji komisaris utama di BUMN besar seperti Pertamina PLN Mandiri dan BRI bisa mencapai Milyaran
1. Pertamina Rp8–9 miliar per tahun atau sekitar Rp700–800 juta per bulan
2. Bank Mandiri hingga Rp2.5 miliar per bulan total insentif
3. BRI sekitar Rp1.8 miliar per bulan
4. Telkom sekitar Rp1–1.5 miliar per bulan
5. Anak usaha seperti GMFI atau Telkomsel antara Rp100–500 juta per bulan tergantung struktur gaji dan bonus
6. Bahkan di anak perusahaan seperti PT Pertamina Patra Niaga PT Sarinah atau PT Pupuk Indonesia posisi komisaris bisa menghasilkan minimal Rp150–300 juta per bulan. Itu belum termasuk THR tantiem tahunan tunjangan transportasi dan insentif kinerja.
Artinya seorang wakil menteri yang duduk di kursi komisaris BUMN bisa meraup pendapatan bersih antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar per bulan. Dengan kata lain satu bulan gaji mereka sama dengan 3 tahun gaji menteri. Ini murni legal tidak perlu nyolong tidak perlu suap tidak perlu permainan anggaran. Cukup duduk di rapat komisaris dua bulan sekali tanda tangan laporan dan terima transfer ratusan juta. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bandingkan dengan menteri yang harus pusing menghadapi rapat kerja dengan DPR disalahkan publik tiap ada kebijakan gagal jadi kambing hitam saat bansos bermasalah tapi gajinya tetap stagnan di Rp18 juta per bulan. Kalau menteri mau kaya satu satunya cara adalah main belakang seperti fee proyek jual beli jabatan pengadaan mark up atau gratifikasi vendor. Dan semua ini berisiko tinggi. Sejarah mencatat nama nama seperti Juliari Batubara, Eddy Prabowo, Idrus Marham, semuanya menteri semuanya masuk bui karena korupsi proyek di kementerian. Mereka punya kuasa tapi tidak bisa menyentuh jalur komisaris.
Dari sini bisa ditarik kesimpulan yang sangat jelas bahwa secara legal realistis dan aman posisi wakil menteri yang merangkap komisaris adalah yang paling menguntungkan secara materi. Ia tidak sekuat menteri dalam urusan kebijakan tapi ia punya cukup pengaruh cukup kedekatan politik dan cukup akses ke struktur kekuasaan untuk dapat tempat manis di BUMN strategis. Tanpa harus ribut di DPR atau kena marah rakyat di media sosial. Dalam politik Indonesia kekayaan tidak selalu datang dari jabatan tertinggi tapi dari posisi yang cerdas membaca celah sistem bermain di zona abu abu dan tetap kelihatan bersih. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kamu diberi pilihan antara jadi menteri atau wakil menteri dan ukuran utamanya adalah cuan maka jawabannya sudah sangat jelas pilih jadi wakil menteri asal dapat jatah komisaris. Itulah sweet spot kekuasaan Indonesia hari ini tidak terlalu tinggi untuk disorot KPK tapi cukup dekat dengan kekuasaan dan uang negara untuk jadi kaya raya tanpa harus terlihat tamak.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
Cash burning company: Sebuah kondisi yang menyimpan banyak cerita
Bayangkan sebuah mobil mewah dengan cat yang berkilau dan mesin yang bertenaga. Sayangnya tidak peduli sehebat apa mesinnya, mobil itu takkan melaju jika bensinnya habis.
Bagi suatu perusahaan, cash flow adalah bensin bagi bisnisnya. Tanpa adanya asupan cash flow, perusahaan tidak akan dapat beroperasi dengan sempurna. Sebagus apa pun produknya, secanggih apa pun teknologi yang dimiliki, atau setinggi apa pun angka laba yang dipajang di laporan keuangan, tanpa arus kas yang sehat, sebuah bisnis hanya menunggu waktu untuk tersandung.
Jika suatu perusahaan menghabiskan uang lebih cepat daripada kemampuannya untuk menghasilkan uang dari bisnisnya maka perusahaan tersebut dikatakan melakukan cash burning atau meminjam pepatah lama, lebih besar pasak daripada tiang. Sama seperti kita juga, apabila pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, maka kita akan mendapatkan masalah di kemudian hari.
Terdapat dua indikator yang memberikan petunjuk tentang kekuatan napas sebuah bisnis, yaitu operating cash flow dan working capital.
- Operating cash flow (OCF) mencerminkan kemampuan operasional perusahaan dalam menghasilkan arus kas. Operating cash flow adalah indikator riil apakah bisnis menghasilkan uang dari aktivitas utamanya.
- Working capital (WC) = current assets - current liabilities mengukur likuiditas jangka pendek dan kesehatan keuangan perusahaan.
Perusahaan yang laba bersihnya positif belum tentu operating cash flow-nya juga positif. Pendapatan dicatat ketika terjadi penjualan. Namun apabila pembayarannya secara kredit, tidak ada cash flow yang masuk. Penjualan tersebut akan tercatat ke dalam account receivable (piutang usaha) dan tidak menambah cash flow.
Sebagai contoh katakanlah perusahaan membukukan penjualan secara kredit sebesar Rp 10 miliar. Setelah dikurangi dengan segala macam biaya, didapatkan laba bersih sebesar Rp 1 miliar. Perusahaan akan mencatat laba bersihnya adalah sebesar Rp 1 miliar. Karena penjualannya secara kredit, maka tidak ada cash flow yang masuk. Kasus tersebut memang cukup ekstrim karena biasanya tidak semua penjualan dilakukan secara kredit. Meskipun begitu, kita mengetahui bahwa laba bersih yang tinggi tidak menjamin bahwa cash flow perusahaan sehat. Analisis terhadap cash flow akan membantu kita untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan berpotensi menjadi cash burner.
Aspek lainnya yang dapat membantu kita untuk mendeteksi adanya cash burning adalah working capital. Working capital adalah selisih antara current asset dengan current liabilities atau biasa disebut dengan modal kerja. Idealnya, suatu perusahaan memiliki working capital positif yang memberikan indikasi bahwa perusahaan tersebut akan mampu memenuhi seluruh kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki working capital negatif tentu saja harus berusaha untuk mencari dana segar untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Sumber dana yang paling sehat tentu saja adalah operating cash flow.
Berdasarkan operating cash flow dan working capital, kita dapat mengkategorikan perusahaan menjadi empat jenis:
1. Operating cash flow (+) dan working capital (+) Aman namun bisa berubah jadi berbahaya
Emiten dengan kondisi ini umumnya bisa dikategorikan aman. Working capital yang positif mengindikasikan perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik. Jika dikombinasikan dengan operating cash flow yang positif, perusahaan akan bisa terus menambah posisi kasnya dari waktu ke waktu. Namun tentu saja kita tetap harus memantau investing cash flow dan financing cash flow yang mempengaruhi keseluruhan cash flow dan banyak dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan tentang pembiayaan modal rencana ekspansinya.
Case - $PBID (LK FY 2024)
Operating cash flow: +500 miliar
Working capital: +1,7 triliun
Dengan operating cash flow dan working capital yang positif, likuiditas PBID terlihat cukup aman. Walaupun begitu bukan berarti tidak ada ancaman yang bisa mengubahnya. PBID berada di industri plastik yang bisa terdampak regulasi lingkungan, harga bahan baku, dan tren pengurangan penggunaan plastik.
2. Operating cash flow (-) dan working capital (+) Potential cash burner
Working capital yang positif memberi ruang bernapas untuk sementara walaupun operating cash flow negatif. Oleh karenanya, kita juga harus mencari tahu dan memantau apakah operating cash flow akan bisa berbalik positif di masa mendatang. Jika terus menerus negatif, lama kelamaan working capital akan terus menurun dan menjadi negatif sehingga perusahaan akan menjadi cash burner.
Case - $BUKA (LK FY 2022)
Operating cash flow: -632 miliar
WC: +Rp 21 triliun
BUKA burning money agar bisa meningkatkan pangsa pasar dengan didukung oleh modal kerja yang positif sebagai hasil dari IPO. Problemnya adalah belum cukup besarnya skala ekonomi ditambah dengan monetisasi yang masih lemah di tengah kompetisi yang sangat ketat menyebabkan operating cash flow negatif.
Kabar baiknya, jika kita pantau dari waktu ke waktu terlihat bahwa operating cash flow terus membaik.
2021: -1.409 miiar
2022: -632 miliar
2023: +41 miliar
2024: +331 miliar
Sementara itu, walaupun terus menurun, working capital BUKA konsisten bernilai positif. Jika kita perhatikan lebih lanjut, menurunnya working capital diakibatkan oleh agresivitas BUKA dalam menambah investasinya (Allo Fresh Indonesia, Belanja Online Streaming, Irresbonavenue Selaras Sukses, dll).
Pertanyaannya tentu saja: Apakah investasi BUKA akan memberikan keuntungan yang memuaskan? Waktu yang akan menjawabnya.
3. Operating cash flow (+) dan working capital (-) Bisa jadi indikasi awal pemulihan
Pada beberapa kasus, kondisi seperti ini memang bisa menjadi tanda-tanda pulihnya bisnis.
Case - PTSP (LK FY 2024)
OCF: +83 miliar
WC: -22 miliar
Pandemi yang terjadi pada tahun 2020 memang merontokkan kinerja PTSP. Operating cash flow terus menukik ke bawah dan menyeret working capital yang sebelumnya positif (meskipun tipis) ke zona negatif.
Namun kondisi ini tidak berlangsung lama. Pada kuartal ketiga tahun 2020, operating cash flow PTSP mulai meningkat kembali sehingga working capital-nya juga mulai meningkat. Apakah working capital akan bisa bernilai positif di masa mendatang?
Yang harus diwaspadai, mengingat persaingan bisnis fried chicken semakin ketat dengan hadirnya para pemain baru di berbagai segmen, tren ini bisa berubah dengan cepat jika PTSP tidak bisa melakukan diferensiasi produk dan layanannya.
Catatan: Analisis akan bisa sangat berbeda jika suatu perusahaan memiliki model bisnis tertentu dengan kas masuk yang cepat dan kontinyu. Kondisi ini menyebabkan perusahaan bisa mempertahankan working capital negatif. Sebagai contoh, kita bisa melihat fenomena ini pada beberapa perusahaan telco.
4. Operating cash flow (-) dan working capital (-) Kondisi berbahaya yang tidak boleh berlangsung terus menerus
Case - $GMFI (LK FY 2020)
Operating cash flow: -USD 116 juta
Working capital: -USD 171 juta
Bisnis GMFI di industri penerbangan juga sangat terpukul oleh Pandemi. Frekuensi penerbangan yang merosot tajam akibat PSBB menyeret turun kinerja GMFI. Operating cash flow dan working capital yang positif pada tahun 2019 langsung berubah 180 derajat pada tahun 2020. Walaupun sudah menambah pendanaan melalui pinjaman serta menekan akitivitas investasi, operating cash flow yang negatif menyebabkan kas GMFI merosot drastis dari USD 28 juta pada tahun 2019 menjadi hanya USD 9 juta pada tahun 2020. Tak ayal hal ini menyebabkan working capital GMFI memasuki zona negatif.
Walaupun sejak tahun 2021 operating cash flow mulai membaik dan konsisten bernilai positif, GMFI masih belum bisa mengembalikan working capital ke teritori positif hingga tahun 2024. Walaupun begitu, apakah dengan tren operating cash flow yang selalu bernilai positif akan mengubah kondisi ini?
Disclaimer: Tulisan ini adalah media edukasi dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual suatu saham. Segala kerugian sebagai akibat dari penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis.
morning all, menurut orang dalam apakah pesawat nya akan lepas landas hari ini ?
$GIAA & $GMFI
jgn lupa mampir ke profil ku
$GIAA $GMFI $IHSG
"Danantara Injek Uang Rp 6,7 T ke Garuda"
Sore hari, saya santai bersama Lilian, David dan Ricky di Burgundy.
“Saya engga ngerti, kenapa semakin lama semakin serba tidak pasti ekonomi global ? Sepertinya kemajuan yang selama sekian Decade yang dipacu dengan kerja keras akhirnya berujung kepada pertumbuhan rendah. Kemana saja uang yang ada selama ini ? Kemana Pasar yang selama ini bergairah ?" tanya Lilian. Dia punya bisnis maklon Pharmacy.
“Sebenarnya engga sulit dipahami. Seperti ungkapan "tempalah besi selagi panas". Inovasi tekhnologi juga melahirkan inovasi Pemasaran. Tentu menciptakan peluang investasi dari hulu ke hilir. Ingat kasus Overload-nya jaringan fiber Optic tahun 90-an ? Mewabahnya bisnis dotcom ? Berkembang pesatnya industry Migas dan petrokimia ? Terakhir, Miliaran USD "mengalir" ke bisnis IT, AI, Biotech, Renewal Energy ? Namun, tak ubahnya dengan membangun istana pasir di tepi pantai," kata saya.
“Mengapa ?" tanya Lilian.
“Ya, karena semua itu dibiayai dari utang. Setiap utang yang digali, maka dalam System Monetarism itu sama saja menambah uang beredar. Dari Pemerintah "tercipta" Government Bond untuk membiayai defisit APBN. Dari Bank Central "tercipta" uang lewat pelonggaran moneter berupa penurunan Suku Bunga, relaksasi Perbankan dan kebijakan Macroprudential. Dari Pasar Modal "tercipta" uang lewat Short Selling, Repo, Corporate Bond dsb.
Tentu semua itu ada "batasnya". Kalau pertumbuhan kapasitas ekonomi melebih kecepatan pertumbuhan penduduk planet Bumi, itu pasti akan terkoreksi dengan sendirinya. Ya, seperti sekarang ini yang kita rasakan. Biasa aja. Sebagai konsekuensi rakus itu bagus,” kata saya tersenyum seraya seruput Capucino.
Lilian tersenyum menatap sejurus ke David.“Tahu kan alasannya ?” seru Lilian.
”Kenapa tadi saya mau ikutan kongko ? Karena saya mau ketemu dengan Ale. Enak ngobrol dengan dia. Apalagi udah lama engga ketemu,“ kata Lilian kepada David.
“Ah, bilang aja kamu kangen Ale,“ David nyeletuk.
Saya senyum aja.
“Baca engga berita ? Danantara jadi juga suntik uang sebesar USD 405 Juta. Suntikan ini adalah bagian dari paket pendanaan yang lebih besar. Total yang direncanakan mencapai US $ 1 Miliar atau sekitar Rp 16,3 Triliun, yang akan disalurkan secara bertahap,“ kata Ricky.
Dia teman saya. Bisnisnya kontraktor proyek APBN.
“Ya. Benar. Tapi aneh…,“ jawab David.
“Kan tahun 2022 Garuda Indonesia sudah menyelesaikan restrukturisasi utang sekitar US$ 6,2 Miliar melalui PKPU. Waktu buat proposal restruktur utang. Pasti dong ada Business Plan yang Exciting. Kalau engga, mana mungkin Kreditur mau ikut program restrukturisasi utang. Lah, sekarang lapor rugi dan Negative Equity. Aneh,“ lanjut David.
“Engga aneh. Itu wajar,“ kata Ricky kibaskan tangan.
“Tujuannya untuk mengubah posisi negatif menjadi positif agar Perusahaan terhindar dari Delisting dan bisa kembali mendapatkan akses pembiayaan korporasi,” lanjut Ricky seperti Influencer Pemerintah.
“Dulu juga, tahun 2022 alasannya sama. Kenapa berulang lagi kisah lama ? Apa memang begini "cara mainnya" ? Itu sama saja "begal" uang Negara,” LIlian nyeletuk.
“Suntikan uang Danantara itu bukan PMN,” jawab Ricky cepat berusaha "menegakkan benang basah".
“Emangnya duit Danantara berasal dari kantongnya Wowok ? Kan engga,“ Lilian keliatan sewot. “Kan duit Danantara berasal dari PNBP yang harusnya dialokasikan ke APBN untuk mensejahterakan rakyat. Tapi ini dialokasikannya ke Danantara. Sekarang enak aja bilang duitnya bukan PMN, bukan dari APBN. Rakyat awam bisa aja dibegoin. Saya sih ogah,“ tangkis Lilian.
“Yang saya tahu,“ kata Ricky, “Program suntikan dana itu karena alasan nasionalisme. Maklum Garuda itu sebagai maskapai Flag Carrier. Simbol nasional dan infrastruktur penting diplomasi Indonesia,“ lanjut Ricky.
“Emang ada BUMN yang tidak ada kepentingan nasional ?" tangkis Lilian, “Kan keberadaan BUMN itu tugasnya menjaga kepentingan nasional. Nah, kalau karena alasan nasionalisme, Danantata suntik uang lagi. Saya khawatir nanti akan menimbulkan Moral Hazard. Akan banyak BUMN rame-rame nyatakan rugi dan minta Bailout,“ lanjut Lilian.
“Memang enggak masuk akal ada alasan nasionalisme, sementara bisnis-nya Profit Oriented ke rakyat sendiri. Tuh lihat Ticket Garuda, paling mahal kok,” David geleng-geleng kepala.
“Menurut saya, di mana-mana kalau Perusahaan mengalami Negatif Ekuitas, itu karena adanya rugi terus-menerus, yang berdampak kepada penurunan Nilai Asset. Penyebab-nya hanya satu yaitu salah kelola. Yang selalu menyelesaikan masalah lewat utang dan utang. Mangkanya utang terus membesar. Jadi udah Moral Hazard,” kata saya.
”Akhirnya, Direksi "todong" Pemegang Saham minta suntikan Fresh Money. Begitu aja terus,“ kata David dengan senyum masam.
”Kalau Direksi saya begitu, saya pecat semua,” Lilian menimpali. “Jual semua asset Perusahaan untuk bayar utang. Ngapain dipertahankan ? Kalau tiap tahun dapat laporan rugi terus. Tiap tahun dapat janji doang akan untung nantinya. Itu bukan bisnis.Tapi on*ni,” Sambung Lilian.
Saya senyum aja.
“Solusinya, gimana ?" tanya Ricky mulai bisa mencerna dan berusaha rasional
“Solusinya bukan uang atau Bailout utang tetapi perubahan bisnis model dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada,” Jawab saya dengan sederhana.
“Maksud Business Model itu apa ?" tanya Ricky
“Garuda Indonesia itu, kan Premium Flight dan LCC. Nah itu Business Model-nya. Kan udah terbukti, selama ini enggak Feasible mencetak laba. Kenapa harus dipertahankan ? Ya ubah lah Business Model-nya. tetapi tetap bisnis irline,“ kata saya menjelaskan.
Ricky dan David masih kelihatan bingung.
“Contoh Korean Air tadinya merugi. Tetapi setelah ganti Business Model dari Focus dari Passenger berubah ke Cargo. Terbukti mencetak laba. Bahkan 80% laba berasal dari Cargo. Secara tidak langsung bisnis Cargo men-subsidi bisnis angkutan penumpang, Qatar Airways juga. Engga pernah rugi karena Business Model-nya dari awal memang Cargo. Penumpang hanya Complimentary saja. Bahkan mereka berinvestasi dalam digitalisasi Logistik dan Traceability barang. Dalam skala Global memastikan mereka Pemain utama dalam bidang Cargo udara,“ kata saya lebih konkrit menjelaskan.
“Terus, gimana modal pengadaan pesawat ?" tanya Ricky, “Apa injek modal lagi ? Kan belum tentu sukses bisnis model baru itu,“ lanjut Ricky
“Ah, enggak perlu tambahan modal lagi,“ jawab saya cepat. “Kan Garuda itu sudah punya ekosistem dan sumber daya sebagai Airline. Itu aja di Generate. Tetapi lewat pembaharuan bisnis model,“ kata saya seraya seruput kopi.
“Ya, gimana dapatkan pesawat kalau tidak ada tambahan modal ?" kejar Ricky.
“Dalam Financial Engineering itu bisa disiasati lewat skema ACMI Dry Lease atau PBH atau Power-by-the-hour Agreement. Jadi, enggak perlu beli pesawat atau Leasing. Dengan skema itu Cash Flow jadi Secure, karena bayarnya sesuai pemakaian. Kalau engga pakai, ya engga bayar,” sambung saya.
“Wah, baru tahu saya nih,“ Ricky tertegun. “Mana lebih untung beli atau PBH ?" tanya Ricky.
“Dalam jangka pendek jelas lebih untung PBH tetapi dalam jangka panjang punya pesawat sendiri lebih menguntungkan. Namun kalau terbukti 3 tahun untung, artinya kan Feasible. Tentu enggak sulit beli pesawat lewat skema Revenue Bond,“ kata saya.
“Apa udah ada contoh Airline gunakan skema PBH ?” tanya Ricky.
“Tuh, Lion Air sebagian besar pesawat awalnya gunakan PBH. Setelah terbukti trayek-nya nguntungi, barulah dia beli pesawat lewat skema Revenue Bond. Ya, Business as Usual,“ kata saya dengan tersenyum.
“Wah Business model Cargo udara itu cara efektif sebagai total solusi. Nasionalisme dapat, bisnis juga dapat. Apalagi era eCommerce kan permintaan Cargo udara sangat besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun,” kata Ricky seraya mengangguk-angguk.
Mungkin dia paham dan tidak bertanya lagi.
“Jadi, sebenarnya tidak ada bisnis yang salah..,” kata Lilian. “Yang salah ya Management. Dan kesalahan itu berhubungan dengan kompetensi yang ala kadarnya. Tidak ada spirit niat baik. Etos kerja yang rendah dan kepemimpinan yang tidak Visioner. Itulah yang terjadi pada BUMN kita,“ sambung Lilian.
“Dan itu "cerminan" dari Pemerintahnya,“ David nyeletuk.
“Ya, engga bisa disalahkan Pemerintah doang. Yang lebih salah lagi rakyat yang milih. Pada bego semua,“ timpal Lilian.
Ricky senyum masam.
“Dan sekarang Pemerintah dengan enteng mengatakan kepada rakyat. APBN tidak punya Leverage untuk menyediakan lapangan kerja. Sebaiknya pengangguran kerja di Luar Negeri. Semakin lama semakin vulgar menunjukan bahwa kita dijajah oleh System kekuasan kleptokrasi. Kemerdekaan yang diproklamirkan tahun 1945, dengan janji keadilan sosial, kini jadi omong kosong,“ kata David.
Saya senyum aja.
Jam 6 sore, saya undur diri karena mau Sholat Maghbrib.
Sumber Link :
https://cutt.ly/7rRzL8f5