


Volume
Avg volume
PT Eastparc Hotel Tbk didirikan pada tanggal 26 Juli 2011. Kegiatan usaha Perseroan adalah berusaha dalam bidang hotel bintang lima, hotel bintang empat, restoran, rumah minum atau cafe, dan event organizer. Saat ini, Perseroan mengelola sebuah hotel bintang lima di Yogyakarta yang bernama Eastparc Hotel Yogyakarta. Hotel tersebut berkonsep moslem friendly dan family friendly. Eastparc Hotel Yogyakarta memiliki jumlah kamar sebanyak 192 kamar dengan tipe kamar sebanyak 6 tipe. Selain itu, Eastparc Hotel Yogyakarta juga menyediakan fasilitas MICE (Meeting, Incentives, Convention and Exhibition) dengan total ruang pertemuan seban... Read More
$EAST - Membaca Situasi Tanpa Tendensi
Beberapa waktu terakhir sy menuliskan catatan tentang EAST dan dinamika kinerjanya sepanjang 2025. Teman-teman stockbitor bisa membacanya pada post berikut: https://stockbit.com/post/24195433.
Fokusnya bukan pd harga saham, tapi pd bagaimana bisnis hotel ini merespons perubahan kebijakan MICE, pergeseran segmen pelanggan, serta pola musiman di Yogyakarta. Setelah diposting, harga sahamnya tidak banyak bergerak. Lalu muncul beragam komentar. Ada yg menilai ekspektasi Nataru belum terlihat, ada jg yg bertahan semata krn hotel favorit dan berharap dividen.
Situasi seperti ini menarik utk dibaca dgn sudut pandang Warren Buffett.
Buffett sejak lama mengingatkan bahwa pergerakan harga jangka pendek sering kali tidak berkaitan langsung dgn kualitas bisnis. Ia pernah berkata, “In the short run, the market is a voting machine. In the long run, it is a weighing machine.”
Maknanya simple saja, bahwa dalam jangka pendek, market memilih berdasarkan emosi, ekspektasi, dan persepsi. Padahal, dalam jangka panjang, yg dihitung adalah kualitas bisnis itu sendiri. Ketika EAST belum menunjukkan reaksi harga meski story bisnis mulai terlihat ada perubahan, itu lebih menggambarkan mekanisme voting, bukan hasil penimbangan.
Pandangan yg menilai belum terlihat hilal padahal nataru tinggal menghitung hari jg mencerminkan ekspektasi waktu yg begitu pendek. Nah, Buffett punya pandangan berbeda soal waktu. “The stock market is a device for transferring money from the impatient to the patient.” Ya, ini memang tentang kesabaran.
Kalau dlm konteks EAST, dampak Nataru dan pemulihan MICE menurut sy tidak akan serta-merta muncul di harga saham. Bisa ada jeda antara aktivitas operasional, pencatatan piutang, pengakuan pendapatan, hingga akhirnya tercermin di laporan keuangan. Market sering kali tidak sabar menunggu proses ini, terutama jika masih terbebani memori Q1 dan Q2 yg lemah.
Dalam artikel sebelumnya, sy memberi perhatian khusus pd piutang. Bagi sebagian orang, ini mungkin dianggap detail kecil. Namun Buffett sendiri melihat laporan keuangan itu sebagai bahasa bisnis. Seperti katanya, bahwa “Accounting is the language of business.”
Di industri hotel, piutang bukan sekadar angka, tapi jejak siapa tamunya, segmen mana yg aktif, dan pola permintaan yg sedang terbentuk. Penurunan piutang pd Q1 dan Q2 bisa dijelaskan oleh pembatasan perjalanan dinas, bukan kerusakan bisnis yg permanen. Sementara kenaikan pd Q3 memberi sinyal awal bahwa mesin korporat mulai hidup kembali.
Ada satu hal lain yg sempat menjadi perhatian, yaitu pola dividen EAST sepanjang 2025. Biasanya EAST membagikan dividen secara rutin, bahkan bisa tiap kuartal. Namun tahun ini baru satu kali. Sebagian investor melihat ini sebagai sinyal negatif. Namun sy sendiri cenderung melihatnya sebagai keputusan yg masuk akal.
Buffett pernah menegaskan bahwa dividen bukan tujuan, melainkan konsekuensi dr bisnis yg sehat. Ketika kebijakan MICE pemerintah benar-benar menekan okupansi segmen korporat, terutama BUMN dan instansi, menjaga cash flow menjadi prioritas.
Menahan dividen dlm kondisi arus kas operasional tertekan bukan tanda kelemahan, tapi bentuk kehati-hatian. Buffett hampir selalu mendukung manajemen yg memilih memperkuat neraca dibanding memuaskan market untuk jangka pendek. (Pak @JS76115 sering mencontohkannya dgn $BBRI, dlm konteks yg berkebalikan tentunya 🙈)
Jika dividen dibayarkan penuh di tengah tekanan permintaan, risikonya justru lebih besar. Cash yg seharusnya menjadi bantalan saat low season malah keluar. Dari kacamata owner, kebijakan seperti ini lebih mencerminkan manajemen yg berpikir jangka panjang, bukan sekadar menjaga citra dividen.
Menariknya, secara price action dan sentiment yg berkembang di forum @stockbit, EAST justru berada di fase yg sering dihindari market. Kinerja turun temporer, penyebabnya jelas dan bisa dijelaskan, sentimen negatif masih kuat, harga saham turun lalu stagnan.
Ini mengingatkan kembali pd quotes Buffett ini: “Most people get interested in stocks when everyone else is. The time to get interested is when no one else is. You can't buy what is popular and do well.” Oya, sy jg pernah membahas quotes ini dalam postingan tentang $BUMI: https://stockbit.com/post/25105846.
Jadi, ketika market sudah optimistis, biasanya harga justru sudah bergerak. Nah sebaliknya, saat market pesimis dan meninggalkan, justru di situlah proses menimbang bisa dimulai.
Dalam kasus EAST, pesimisme itu muncul dr kombinasi kinerja Q1 dan Q2 yg lemah, dividen yg tidak rutin seperti biasanya, serta ekspektasi Nataru yg belum terwujud di harga. Namun jika ditarik ke akar masalah, pelemahan ini bersifat temporer dan dipicu faktor kebijakan, bukan rusaknya model bisnis.
Saya jg ingin menambahkan bahwa Buffett tidak pernah menyukai prediksi berlebihan. Ia lebih memilih memahami kondisi saat ini. “You don’t have to predict the future, you just have to understand the present.”
EAST tidak bergantung pd satu asumsi besar. Jika arus wisata China menguat, itu tambahan. Jika tidak, bisnis masih ditopang permintaan domestik dan pemulihan korporat. Q3 memberi sinyal transisi, Q4 berpotensi menggabungkan dua engine permintaan sekaligus.
Pada akhirnya, dari sudut pandang nyubi impostor seperti sy, pertanyaan utamanya bukan kenapa harga saham belum naik atau kenapa dividen belum dibagikan lagi?
Tapi, apakah bisnisnya mampu melewati 2025 dgn struktur yg lebih sehat dibanding awal tahun?
Apakah arus kas tetap terjaga di masa sulit?
Apakah pelanggan korporat kembali sebagai pola?
Apakah seasonality-nya bekerja konsisten?
Market bisa saja belum tertarik hari ini. Itu bukan hal yg asing. Selama investor paham apa yg ia pegang dan mengerti mengapa ia memegangnya, ketidakpedulian market justru memberi ruang berpikir yg lebih jernih.
Disclaimer: Catatan ini adalah refleksi pengetahuan penulis tentang pemikiran Buffet atas kondisi bisnis yg relevan di Indonesia. Dan catatan ini jg bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.

Dari nyaris bangkrut, berubah menjadi korporasi terbaik di industrinya, kisah Marriott International Inc (MAR), sangat menarik untuk dipelajari oleh investor. Menurutku pribadi, kisah ini sangat menginspirasi.
Ia mengajarkan tentang pentingnya memperhatikan capital intensity dari sebuah perusahaan. Ia juga mengajarkan bahwa agresivitas ekspansi yang kelihatannya sangat brilian di awal bisa berujung tragedi. Tak kalah pentingnya, kita bisa belajar bagaimana karakteristik manajemen dan owner yang berpihak kepada investor.
From Asset-Heavy to Asset-Light Business, here is a good piece of writing. It's a story about a struggling company that has transformed to be one of the most valuable firm. MAR, the pioneer of asset-light business model in hotel and leisure industry.
https://cutt.ly/ztaAmDNo.
Semoga bermanfaat!
$EAST $PWON $CTRA
Narik $EAST kalo dari awal taun bakal bias karena adaa yang crossing barang atau transfer stock juga. coba tarik nya pada saat sideways. Nanti ketemu deh siapa yang keluar, siapa yang diem2 akum walau candle merah

$EAST kurang menyenangkan si, ekspektasinya disaat nataru orang-orang yang berpergian ke DIY pada nginep di hotel, homestay, dsb. yang mana bisa mendongkrak occupancy rate, tapi mohon maaf sepertinya $EAST ini belum menunjukkan hilalnya.

Ngehold $EAST karena hotel fav di jogja & ada devidennya, sabar banget walaupun tiap hari sisiran, tp kalau deviden ga keluar kayaknya males juga ngehold lama2
$EAST https://cutt.ly/ctpHQgXd
terpantau lagi AI $EAST nyicil buy maneh 🤔
keknya tiap $BTC $ETH rebound pak khalid omar nyicil hotelnya walau dikit
$COIN Ini P/E Rationya di angka 660 jadi buat value investing yg konservatif pasti pergi jauh² karena butuh 660th balik modal.
Nah, tapi nggak bisa mentah² baca angka model gitu, karena kita liat harganya tetep bullish trend karena saham ini "menarik" bukan buat pakem value investor.
Saham ini dilirik sama penganut growth investor, yg ngejar "expected earning" setelah bull run crypto, apalagi siklus kripto lagi siap ancang², jadi saham ini bisa naik barbar pas crypto naik nanti (harapannya)
EPS TTM kecil tp harga udah pricing dimasa depan, itu kayak beli sawah belum panen..
Yang berani beli karena yakin musim panen bakal berlimpah dan dicari orang, yang nggak beli karena emang nggak mau ambil resiko, karena bisa aja gagal panen toh?
Intinya, kalau sudah ada barang, bisa baca² lebih serius dan mantapkan hati, mau TP boleh atau lanjut pegangan kuat² karena yakin bisa makin naik pas BTC ATH boleh aja
Kalau dari awal nggak yakin, yaudah, bisa cari ikan tempat lain, nggak usah saling sindir/ sikut.
tag lini lain yg holding crypto asset juga deh ehehe $EAST
$EAST Kemaren banyak yg mengelu-elukan emmiten ini yg paling utama klo tidak satu-satunya emiten yg invest di crypto. Ternyata hari ini baru tahu klo $BOLA yang lebih gede eksposurnya dalam hal aset investasi crypto
$EAST https://cutt.ly/ZtiHbr6U
Investasi di Mana Zaman Dinasti China: Jangan Investasi All In pada Pemerintah Karena Raja dan Kaisar bisa Berganti dan Seiring Waktu, Pemerintah Selalu Korupsi dan Tarik Pajak Gede
Seandainya dulu kita lahir di zaman dinasti China, apakah bisa kita survive sebagai investor? Sulit dibayangkan. Apalagi kita yang sudah terbiasa dengan kemudahan informasi zaman now, tiba-tiba hidup di zaman dinasti China zaman old. Di satu sisi ada peluang besar, karena setiap pergantian dinasti selalu menciptakan pemenang baru. Di sisi lain, risiko kehilangan harta dalam semalam juga nyata, entah karena perang, pajak mendadak, atau gerbang kota dijebol pasukan pemberontak. Dari sekitar tiga ribuan tahun sejarah dinasti, dari Xia yang semi legendaris sampai Qing yang runtuh tahun 1912, hampir tidak ada satu pun dinasti yang jatuh dengan cara rapi dan tenang. Semua selalu berakhir dengan kombinasi chaos dan krisis. Pertanyaannya, kalau investor hidup di sana, bisa tidak membangun portofolio yang bukan hanya tahan banting, tapi malah makin kuat ketika dunia lagi goyang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau lihat pola sejarah, rata-rata satu dinasti besar bisa bertahan ratusan tahun. Zhou hampir 800 tahun, Han sekitar 400 tahun, Tang hampir 300 tahun, Song lebih dari 300 tahun, Ming sekitar 270 tahun, Qing juga sekitar 260 tahun. Di antara itu ada dinasti super pendek seperti Qin yang cuma sekitar 15 tahun dan Sui sekitar 37 tahun. Artinya, seorang investor yang hidup 60 sampai 70 tahun bisa mengalami satu periode stabil yang panjang, atau malah lahir tepat di tengah masa transisi ketika negara pecah, perang saudara, dan ibukota berpindah berkali-kali. Di fase damai, orang yang punya tanah, gudang gabah, dan koneksi ke pejabat bisa kaya pelan-pelan. Begitu masuk fase krisis, peta langsung berubah, pajak bisa melonjak, mata uang diutak-atik, bahkan nama dinasti yang dicetak di koin bisa diganti total.
Dari sisi kehancuran, polanya berulang. Di akhir hampir semua dinasti besar ada kombinasi pusat melemah, kas negara seret, korupsi naik, petani tercekik pajak, ditambah bencana alam dan pemberontakan. Han punya pemberontakan Serban Kuning, Tang punya revolusi An Lushan dan Huang Chao, Yuan punya pemberontakan Serban Merah, Ming punya pemberontakan Li Zicheng, Qing punya pemberontakan Taiping dan Nian. Begitu muncul gabungan kelaparan dan pasukan pemberontak, harta yang hanya berupa rumah di kota dan tumpukan koin bisa lenyap begitu saja. Jadi investor anti fragile di era itu tidak boleh hanya berpikir bagaimana untung di masa damai, tetapi bagaimana tetap hidup dan bahkan memanfaatkan saat dunia lagi jungkir balik.
Aset yang paling masuk akal sebagai fondasi adalah tanah produktif dan stok pangan. Tanah sawah di lembah sungai besar seperti Sungai Kuning dan Yangtze tetap tanah, bahkan setelah pasukan lewat dan ibukota ganti nama. Rumah bisa dibakar, tetapi sawah yang punya akses irigasi akan kembali ditanami begitu perang reda. Investor yang cerdas di zaman dinasti akan menyebar kepemilikan tanah, tidak menumpuk di satu kabupaten saja. Misalnya sebagian di wilayah dekat pusat kekuasaan yang ramai, sebagian lagi di wilayah samping yang relatif jauh dari jalur perang utama. Lalu di atas tanah itu ada level kedua, yaitu gudang gabah. Di tahun panen bagus, harga gabah rendah dan gudang seperti tempukan barang biasa. Begitu gagal panen atau sungai meluap, harga gabah bisa berlipat. Di titik ini, orang yang punya stok justru menikmati kenaikan nilai ketika dunia di sekelilingnya menderita. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di samping aset besar yang diam, investor zaman dinasti pasti juga menyimpan bagian kekayaan dalam bentuk kecil dan mudah dibawa. Perak, emas, batu mulia, dan barang seni kecil seperti patung atau kaligrafi bisa diselipkan di peti kecil dan dibawa lari jika kota jatuh. Sejarawan mencatat berkali-kali keluarga kaya yang selamat karena bisa mengungsi sambil membawa benda kecil bernilai tinggi, sementara rumah dan toko mereka di ibukota rontok habis. Di level ini, anti fragile artinya menerima kenyataan bahwa kota bisa jatuh kapan saja, jadi sebagian kekayaan memang sengaja diparkir dalam format yang portable, bukan hanya dalam gedung megah yang mudah jadi sasaran jarahan.
Strategi barbell dalam konteks dinasti China terasa sangat natural. Di satu ujung ada aset super aman seperti tanah dan stok pangan yang tersebar di beberapa wilayah. Di ujung lain ada investasi kecil yang sengaja ditempatkan di bisnis berisiko tinggi dan volatil, misalnya pembiayaan ekspedisi dagang jauh, modal untuk armada perahu yang berlayar sampai Asia Tenggara, atau kerja sama dengan penyedia jasa pengawalan kafilah yang tarifnya melonjak di masa rawan. Sebagian besar kekayaan duduk di sisi aman. Sebagian kecil dipakai untuk taruhan agresif yang bisa memberi lompatan kekayaan ketika situasi politik atau jalur dagang mengalami perubahan besar.
Hal lain yang membuat investor bisa survive adalah diversifikasi rezim. Banyak keluarga pedagang besar di sejarah Tiongkok yang sengaja menjaga jarak dari klik politik tertentu di istana. Mereka mau memasok logistik ke pejabat, tentara, bahkan panglima pemberontak, tetapi tidak mengikat nasib hanya pada satu faksi. Ketika dinasti berganti, mereka cepat menawarkan keahlian yang sama pada penguasa baru. Dalam bahasa sekarang, ini membuat bisnis punya value yang jelas bagi siapa pun yang berkuasa. Bagi penguasa baru, lebih untung mempertahankan jaringan gudang dan logistik yang sudah jalan daripada menyikat semuanya lalu mulai dari nol. Inilah cara halus untuk membuat kekayaan punya fungsi sistemik sehingga kecil kemungkinan dihabisi total.
Ukuran dan visibilitas kekayaan juga krusial. Terlalu kecil, keluarga tidak punya daya tawar apa-apa dan mudah dipalak oleh aparat lokal atau bandit. Terlalu besar dan terlalu mencolok, nama keluarga bisa masuk daftar pertama saat negara butuh kambing hitam untuk menutup defisit, misalnya dengan tuduhan monopoli dan korupsi lalu penyitaan aset. Maka banyak keluarga pedagang besar memecah aset atas nama beberapa cabang keluarga dan mitra, menempatkan gudang di kota yang berbeda, memecah perusahaan dagang menjadi beberapa unit. Di atas kertas tampak seperti beberapa usaha menengah, padahal secara jaringan mereka saling terhubung. Ini bentuk desain struktur kekayaan yang sengaja menghindari satu titik kejatuhan.
Aspek hutang juga tidak kalah penting. Di banyak masa dinasti, orang kaya yang paling awet adalah mereka yang menjadi pemberi hutang, bukan peminjam besar ke negara. Memberi hutang ke petani, pengrajin, atau pedagang kecil dengan agunan tanah atau stok barang memberi dua jalur hasil. Di masa normal, bunga mengalir. Di masa krisis lokal, ketika debitur gagal bayar, kreditor yang kuat bisa mengambil alih tanah atau barang di harga sangat rendah. Sebaliknya, orang yang meminjam dalam jumlah besar ke pemerintah dinasti berisiko kehilangan segalanya jika dinasti runtuh dan rezim baru menolak mengakui hutang itu. Investasi yang anti fragile selalu menghindari posisi bergantung pada janji satu rezim yang mungkin tidak berumur panjang.
Dalam keluarga, diversifikasi juga terjadi di level manusia. Satu anak bisa diarahkan ke jalur ujian kekaisaran, belajar klasik Konfusius dengan harapan suatu hari menjadi pejabat. Anak lain tetap di jalur pedagang yang mengelola tanah dan bisnis. Kalau ujian sukses, keluarga punya satu kaki di birokrasi yang bisa membantu melindungi hak tanah dan meringankan urusan pajak. Kalau dinasti berganti dan ujian kekaisaran dirombak, jalur pedagang tetap berjalan, sementara anak pejabat mungkin harus bernegosiasi ulang dengan penguasa baru. Portofolio keluarga tidak dibangun hanya di atas harta benda, tetapi juga di atas pendidikan dan jaringan sosial yang memudahkan adaptasi.
Menariknya, ada jenis usaha yang justru tumbuh ketika negara goyah. Jasa pengawalan, logistik, perbaikan senjata, pasokan kuda dan kereta, sampai jasa kurir dan penukaran uang lintas kota. Di masa damai, bisnis seperti ini tetap hidup, tetapi margin mungkin tipis. Begitu jalan antar kota penuh bandit dan perang kecil, permintaan melonjak. Investor yang sengaja menempatkan sebagian kecil modal ke bisnis yang diuntungkan volatilitas akan melihat kekayaannya tidak hanya bertahan tetapi bisa melonjak ketika grafik stabilitas politik turun tajam. Inilah esensi anti fragile di level usaha, bukan hanya di level aset.
Kalau semua prinsip ini ditarik ke zaman sekarang, sebenarnya tidak jauh beda. Di era pasar modal dan digital, investor juga berhadapan dengan versi baru dari krisis fiskal, pemberontakan sosial, dan ancaman eksternal, hanya kemasannya yang berubah. Pelajaran dari dinasti China sederhana. Pertama, jangan jatuh cinta pada satu rezim, satu sistem pajak, atau satu mata uang. Kedua, punya fondasi aset riil yang tetap berguna, apa pun nama pemerintah di atas kertas. Ketiga, simpan sebagian kekayaan dalam bentuk yang bisa dipindahkan cepat, baik itu literal dalam bentuk aset portable maupun secara finansial dalam bentuk yang likuid. Keempat, miliki usaha atau kepemilikan bisnis yang fungsinya tetap dicari di skenario baik dan buruk. Dengan pola pikir seperti itu, investor tidak lagi berdoa supaya dunia selalu tenang, tetapi justru mendesain portofolio yang bisa hidup, beradaptasi, dan sesekali bahkan memetik peluang ketika sejarah kembali melakukan apa yang paling sering ia lakukan, yaitu mengulang siklus jatuh-bangun kekuasaan.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$MERK $EAST $DOID

$EAST
Awalnya pengen nitip sendal disini karena ada exposure ke digital asset aka Bitcoin, tapi diskusi sama GPT jadi belajar banyak.
Porsi BTC bukan main asset/ main business, sedangkan kalau ngamatin core bisnisnya, kok cukup sensitif sama wisata, event, kondisi ekonomi lokal, apalagi track record dividen yg awalnya bagus (3x setahun dari 2021), tahun ini baru 1x aja.
Jadi menurut GPT bisa jadi manajemen sepertinya lagi konservatif/ cash ditahan or laba bersih turun.
Balik soal exposure bitcoin, narasinya lemah karena porsi kecil, beda sama $COIN yg emang pure crypto exchange business
Jadi si BTC ini jatohnya bumbu, bukan driver harga jangka panjang.
Harga saham EAST naik dikit² bisa jadi karena spekulatif hype dan GPT bersabda: kenaikannya biasanya tipis dan cepat hilang, karena faktor ini:
1. BTC exposure tipis
2. Belum sejalan sama kondisi fundamental
3. Bukan saham yg disukai fund manager
Jadi lebih ke spekulatif daripada oportunistik.
Good learning.
$COIN
