Volume
Avg volume
Cimory Group adalah produsen produk makanan dan minuman kemasan berbasis protein di Indonesia, dengan pangsa pasar terkemuka di yogurt dan sosis premium. Didirikan pada tahun 1993, Grup saat ini memproduksi daging olahan, produk susu dan telur dengan berbagai merek, termasuk Cimory, Kanzler dan Besto, yang dijual melalui berbagai channel termasuk modern and traditional retailers, Food Service dan tim direct selling. Grup berbasis di Jakarta dengan fasilitas manufaktur di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dengan visi untuk meningkatkan asupan protein orang Indonesia dari susu dan daging, Cimory berfokus pada produk-produk b... Read More
$GULA -- Timeframe Weekly
Buy: 292-280
Target 1: 334-326
Target 2: 376-346
Cutloss: <230
StochRSI: 31
Volume: Downtrend
Net Foreign: Weak Buy
Pattern: Sideways Channel
Risk/Reward Ratio: 2.32
$ULTJ -- Timeframe Weekly
Buy: 1330-1295
Target 1: 1450-1425
Target 2: 1535-1500
Cutloss: <1260
StochRSI: 64
Volume: Uptrend
Net Foreign: Strong Sell
Pattern: Sideways Channel
Risk/Reward Ratio: 2.86
$CMRY -- Timeframe Weekly
Buy: 4460-4170
Target 1: 5025-4900
Target 2: 6000-5800
Cutloss: <3430
StochRSI: 82
Volume: Downtrend
Net Foreign: Reversal Buy
Pattern: Bullish Channel
Risk/Reward Ratio: 3.2
PPRI -- Timeframe Weekly
Buy: 312-300
Target 1: 410-400
Target 2: 530-500
Cutloss: <226
StochRSI: 44
Volume: Sideways
Net Foreign: Strong Buy
Pattern: Cup n Handle
Risk/Reward Ratio: 3.08
Dapetin lebih banyak insights dari Our Archive di Instagram, Telegram, dan Whatsapp. Link di bio.
1/6
PREDIKSI SOTOY
$BBRI 5.600
$ISAT 3.100
$CMRY 6.000
DISCLAIMER:
cuma SOTOY aja, jangan dijadikan patokan, dan jangan diikutin.
#SalamSotoy
Is Indonesia’s Economy Doing Well?
It’s arguably one of the most talked-about questions in 2025 — and for good reason. Berbagai indikator pelemahan daya beli mulai bermunculan, belum lagi memperhitungkan dampak dari trade war.
Counting down the hours to Indonesia’s 1Q25 GDP release, I’ve compiled some observations (both micro and macro) to try and illustrate the current state of Indonesia.
Early disclaimer: Post ini merupakan pendapat pribadi. Meskipun membahas emiten, post ini tidak bertujuan untuk fokus ke kinerja/outlook masing-masing emiten.
----------------------------------------------------------------------
⬛ Spending Slows — Even on the Basics
Secara umum, sektor consumers menunjukkan pelemahan daya beli masyarakat melalui: 1) Pertumbuhan laba bersih di bawah ekspektasi dan 2) Pergeseran dari impulse dan middle-up purchases ke kebutuhan yang lebih esensial dan terjangkau.
Pertumbuhan laba bersih di bawah ekspektasi – Kinerja 1Q25 mayoritas emiten consumer goods menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang relatif lemah. Pelemahan ini tidak hanya terjadi secara tahunan, tetapi juga relatif lemah dibandingkan pola seasonality dua tahun terakhir. Emiten yang mencatat laba bersih di atas ekspektasi, seperti $UNVR dan $CMRY, didukung oleh perbaikan margin, bukan karena lonjakan pendapatan yang melampaui perkiraan. Di sisi lain, emiten sektor retail secara umum mengalami pertumbuhan pendapatan yang cukup baik dibandingkan dua tahun sebelumnya (kecuali MAPI). Namun, ACES mengalami penurunan laba bersih akibat tertekannya margin laba usaha.
Pergeseran dari impulse dan middle-up purchases – Konsumen mulai menunjukkan kecenderungan untuk menghindari impulse purchases atau pembelian barang di level middle-up demi memprioritaskan “essentials”. Salah satu contohnya adalah pertumbuhan pendapatan CMRY yang didorong segmen consumer food (sosis, nugget, bakso) bertumbuh +31% YoY, sementara segmen dairy (susu, yogurt) malah terkontraksi -12% YoY. Perlu diingat, bagi orang Indonesia, susu dan yogurt – apa lagi mengingat price point CMRY – bukan pembelian essential. Behavior ini kemungkinan juga tercermin dalam kinerja sektor ritel middle-up (ACES, MAPI) dengan results di bawah ekspektasi, sementara sektor ritel yang cenderung middle-low ($LPPF, RALS) justru mencatat pertumbuhan tinggi. Namun, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh pergeseran seasonality lebaran.
⬛ Consumers Pause on Big Purchases
Di luar kebutuhan pokok, masyarakat tampak menahan "big purchases", tercermin melalui: 1) Marketing sales di sektor properti dan 2) Pembelian mobil/motor.
Marketing Sales (Properti) – Marketing sales selama 1Q25 cenderung lebih lemah dibandingkan rata-rata pencapaian kuartal pertama dalam tiga tahun terakhir. Relatif lemahnya capaian ini terjadi meskipun sejumlah emiten telah menetapkan target yang konservatif untuk tahun 2025. Padahal, insentif PPN DTP 100% masih berlaku hingga Juni 2025 — insentif yang sebelumnya hanya tersedia pada 2024. Sebagai perbandingan, insentif PPN DTP pada 2022 hanya menanggung 50% PPN, sementara pada 2023 baru tersedia di akhir tahun.
Penjualan Otomotif – Penjualan Otomotif pada 1Q25 secara seasonality tampak selaras dengan target tahunan, dengan capaian sekitar 23–27% untuk mobil dan 25–26% untuk motor. Namun, perlu diingat bahwa target mobil dan motor tahun 2025 cukup konservatif. Target penjualan mobil di range 750–900 ribu unit (nilai tengah 825.000), dibandingkan target 850 ribu unit pada 2024. Sementara itu, target motor memang naik secara moderat dari realisasi 6,3 juta menjadi 6,4–6,7 juta.
⬛ Cautious Signals from the Macro Front
Dari sisi makro, beberapa indikator yang dapat menggambarkan pelemahan mencakup sinyal dari consumer-side dan business-side, mencakup: 1) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), 2) Indeks Penjualan Ritel (IPR), 3) Purchasing Manager’s Index (PMI), dan 4) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) – IKK turun tajam dari 124,3 di Februari menjadi 121,1 pada Maret — penurunan drastis menjelang periode Lebaran, yang biasanya lebih optimistis. Semua komponen mengalami penurunan, terutama Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK), Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK), dan IEKU (Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha). IPDG (Indeks Pembelian Barang Tahan Lama) juga menurun -3,1% MoM.
Indeks Penjualan Riil (IPR) – Pertumbuhan IPR turut melambat menjadi +0,55% YoY, padahal periode menjelang Lebaran biasanya mendorong kenaikan permintaan ritel. Secara historis, IPR akan meningkat menjelang Lebaran. Sebagai konteks, pertumbuhan yang rendah dan bahkan negatif pada April 2023 dan 2024 terjadi seiring pergeseran seasonality Lebaran (Lebaran 2021: 12–13 Mei 2021, Lebaran 2022: 1–2 Mei 2022, Lebaran 2023: 21–22 April 2023, Lebaran 2024: 9–10 April 2024, Lebaran 2025: 30–31 Maret 2025).
Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur – Indonesia mencatatkan penurunan PMI paling dalam sejak Agustus 2021 ke level 46,7 (vs. Mar 2024: 52,4), di mana level di bawah 50 menunjukkan kontraksi manufaktur.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) – Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengatakan bahwa pihaknya mencatatkan pekerja yang terverifikasi PHK selama 3M25 sebanyak 49.843 orang. Jika memperhitungkan pekerja yang sedang menjalani pemeriksaan (belum terverifikasi), jumlah PHK 3M25 diperkirakan mencapai 60.000 orang. Sementara itu, Kemenaker mencatatkan pekerja yang mengalami PHK selama 2M25 sebanyak18.610 orang (vs. 2M24: 7.694 orang). Angka ini sudah setara ~23% dari PHK sepanjang 2024 sebanyak 77.965 orang. Sebagai konteks, Iqbal mengatakan bahwa data ini pasti berbeda dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) karena KSPI mengumpulkan data lapangan/serikat buruh, sementara Kemenaker tidak.
----------------------------------------------------------------------
Data sejauh ini menunjukkan tren yang jelas: konsumsi melemah di berbagai lapisan ekonomi — mulai dari kebutuhan pokok, properti, otomotif, hingga indikator makro secara umum. Meskipun belum mengarah ke krisis, ini menjadi sinyal bahwa permintaan domestik mulai tertekan, dan sentimen mengarah ke cautious instead of optimistic.
However, let’s wait and see for 1Q25 GDP results and any optimistic catalysts for a turnaround. Cheers!
1/4
Warga stockbit kalau mampir ke alfamart/indomaret bareng anak, kalo jajan susu belinya $CMRY atau $ULTJ
jadi perang nuklir gak jadi ?? perang ny india lemparrin batubara ke pakistan ?? makanya permintaan batubara india naik ?? trus pakistan pungutin batubara nya dan di jual ke china...ow i see...masuka akal besok buang $PTBA ah.....perasaan bentar lagi hri raya qurban ,mana tau india lempar sapi ke pakistan dan disembelih di kirim ke israel ,harga sapi naik dan saya beli $CMRY..wkwkkwwk
Analisa IHSG dan 3 Saham Menarik / Berpotensi Naik Tanggal 5 - 9 Mei 2025 @AnTekSaham
https://cutt.ly/4rkDmA2b
RANDOM TAG
$CMRY $LSIP $HAJJ
Kata kunci yang menarik antara $CMRY dan $ULTJ adalah komposisi bahan baku susunya
Yang 1 hanya 20% yang satu sampe 90%
Hype Emiten. Jumat, 2 Mei 2025
Kata kunci: ULTJ, Dividen Final
ULTJ 🥛💰
PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
Dividen Final Rp45 (DPR ±41%)
Dividend Yield ±3,3% di harga RP1380
$ULTJ $CAMP $CMRY
Hati² guys cukai makanan dan minuman manis akan berlaku. Hokage dan antek²nya sedang gencar tambah cukai dan pajak sana sini.
Ramdom tag : $CAMP $MYOR $CMRY
$SGER
Daily chart.
R 384.
S 316.
Yukkk bantu follow akun ini untuk analisis saham selanjutnya 😉
Random tag: $CMRY $MBAP
Penjualan produk olahan susu Cimory Q1 2025 sebesar 863 Miliar turun -10,6% dari 966 Miliar pada Q1 2024. Sementara penjualan produk minuman lokal Ultrajaya pada Q1 2025 sebesar 2.52 Triliun turun tipis -0,4% dari 2.53 Triliun.
Artinya, salah jika kita beranggapan bahwa pasar produk minuman Ultrajaya kalah saing dengan produk minuman Cimory. Karena produk susu Cimory turun -10,6% sementara Ultrajaya turun 0,4%.
Penurunan tipis pendapatan Ultrajaya bisa jadi karena memang konsumsi masyarakat yang berkurang, bukan kalah dengan pesaing.
Jika kita lihat data Pangsa Pasar volume susu UHT terakhir pada September 2024 menyatakan bahwa Ultramilk masih memimpin pasar sebesar 36%, lalu Frisian Flag 16%, Indomilk 12% dan Cimory hanya 8%.
Saat ini konsumsi produk susu masyarakat Indonesia adalah 16,3 kg/tahun per kapita, masih kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti di Malaysia yang mencapai 42,5 kg/tahun per kapita dan Vietnam 37,2 kg/tahun per kapita. Dan sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara di Amerika atau Eropa yang bisa mencapai ratusan kg/tahun per kapita, bahkan di Denmark mencapai 395,7 kg/tahun per kapita. Kedepannya, masih ada potensi yang sangat besar untuk penjualan produk susu di Indonesia jika masyarakat Indonesia mulai peduli dengan kesehatan dan konsumsi produk susu masyarakat Indonesia bisa meningkat setidaknya seperti di Vietnam atau Malaysia.
tag : $CMRY $ANTM $ULTJ
$ULTJ $CMNP $CMRY
buyback 1.67 Triliun selama 3 bulan ,paling gak sehari akumulasi 28 miliar.
kok ini transaksi cuma 2 miliar antara sebuah lelucon atau ada rahasia yg sedang disiapkan ..
$ULTJ Kok Labanya Anjlok?
Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau dibedah secara menyeluruh berdasarkan laporan keuangan ULTJ Q1 2025, maka bisa disimpulkan bahwa masalah terbesar perusahaan ini bukan cuma satu hal tunggal, tapi kombinasi dari tekanan margin, struktur biaya yang makin berat, manajemen modal kerja yang longgar, dan strategi promosi yang boros namun belum efektif. Kombinasi masalah ini menghasilkan efek domino: margin laba yang turun, arus kas operasi yang negatif, dan valuasi murah yang ternyata bukan berkah, melainkan sinyal bahwa pasar sudah menangkap risiko-risiko tersebut lebih dulu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kita mulai dari sisi pendapatan. Penjualan ULTJ tercatat turun tipis sebesar 0,6% YoY menjadi Rp2,284 triliun di Q1 2025. Meskipun terlihat stagnan, namun penurunan ini mengindikasikan bahwa ULTJ tidak lagi punya daya dorong pertumbuhan yang kuat di pasar domestik. Volume penjualan susu UHT sebagai produk andalan sudah mulai tergerus oleh kompetitor private-label dari minimarket dan segmen sachet yang lebih murah. Sementara itu, ekspor juga tidak bisa diandalkan karena distribusi ke beberapa negara seperti Filipina dan Malaysia mengalami keterlambatan pengiriman. Tidak ada produk baru yang diluncurkan dalam skala signifikan, sehingga andalan utama tetap pada portofolio lama yang kini mulai kalah bersaing dalam harga maupun variasi.
Masalah semakin nyata ketika menengok struktur biaya. Beban penjualan ULTJ naik 30% menjadi Rp316 miliar, dan beban umum dan administrasi naik 33% jadi Rp82 miliar. Yang paling mencolok adalah iklan dan promosi yang melonjak 70% dari Rp104 miliar ke Rp176 miliar, dengan alasan kampanye besar “Ultra Milk 50 Tahun” dan berbagai insentif modern trade. Tapi yang bikin mengernyitkan dahi adalah kenyataan bahwa semua pengeluaran besar itu tidak menghasilkan pertumbuhan penjualan. Rasio A&P terhadap sales naik dari 4,5% ke 7,7%, yang artinya perusahaan menggelontorkan lebih banyak biaya untuk mempertahankan posisi—bukan untuk tumbuh. Ini bisa dibilang sinyal bahwa pasar mereka makin berat dan promosi semakin tidak efektif.
Tekanan selanjutnya datang dari sisi margin. Di Q1 2025, margin laba bersih turun dari 16% ke 14%, sementara margin usaha turun dari 21,6% ke 19,5%. Penyebab utamanya adalah beban pokok penjualan yang masih tinggi, meski secara angka turun tipis. Tapi di balik penurunan itu, struktur bahan bakunya tetap berisiko: 77% COGS berasal dari bahan impor seperti susu cair dan bahan kemasan aseptik yang sangat sensitif terhadap harga komoditas dan fluktuasi kurs. Harga whole milk powder global naik 18% YoY, dan rupiah melemah sekitar 6% terhadap dolar. Efek kombinasi ini langsung menekan margin karena sebagian besar pembelian dilakukan dalam USD, sedangkan penjualan tetap dalam rupiah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Arus kas operasional juga terkena imbas. Di Q1 2024, ULTJ masih mampu mencatat CFO positif Rp492 miliar. Tapi di Q1 2025, berubah jadi minus Rp84 miliar. Penjelasannya ada di cash conversion cycle. DSO (Days Sales Outstanding) membengkak dari 32 ke 41 hari karena semakin lamanya penagihan dari retailer, sementara DPO (Days Payable Outstanding) menyusut dari 33 ke 25 hari akibat percepatan pembayaran ke pemasok—kemungkinan besar untuk mendapatkan diskon. Perubahan ini memperburuk CCC dari 83 ke 99 hari. Piutang naik Rp212 miliar, dan utang usaha justru turun Rp140 miliar. Ini berarti modal kerja tersedot keluar sebesar Rp352 miliar dalam tiga bulan pertama, menjelaskan kenapa arus kas bisa negatif walau labanya masih positif.
Masalah makin kompleks saat kita menyadari bahwa capex ULTJ juga cukup agresif. Belanja modal Q1 mencapai Rp81 miliar untuk pembelian mesin dan gedung, serta Rp88 miliar lagi untuk uang muka pembelian aset. Total aset dalam pembangunan (Construction in Progress) tercatat Rp782 miliar dan belum selesai. Proyek perluasan pabrik ini justru membuat tekanan terhadap kas makin besar. Kombinasi CFO negatif dan capex besar menghasilkan free cash flow yang juga negatif dua kuartal berturut-turut.
Dari sisi entitas asosiasi, kontribusi terhadap laba memang ada, tapi kecil. PT Kraft Ultrajaya Indonesia menyumbang sekitar Rp9,4 miliar laba bersih (30% kepemilikan), namun entitas lainnya seperti PT ITO EN Ultrajaya dan PT Menara Ultra justru masih rugi, dan PT Toll Indonesia sedang dalam proses likuidasi. Total share of profit dari asosiasi hanya Rp7,9 miliar, atau sekitar 1,7% dari laba sebelum pajak. Artinya, kontribusinya tidak cukup signifikan untuk mengangkat atau menjatuhkan laba. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sementara itu, transaksi pihak berelasi dalam CALK pun tidak menunjukkan anomali. Nilainya kecil, tidak ada tanda-tanda manipulasi harga transfer atau penggelembungan pendapatan. Bahkan tidak ada utang berbunga dari pihak berelasi yang signifikan, dan struktur pemegang saham maupun direksi relatif stabil.
Risiko paling besar ULTJ saat ini justru ada pada dua titik krusial: ketergantungan bahan impor dalam USD dan efektivitas promosi yang buruk. Perusahaan sangat rentan terhadap fluktuasi kurs dan harga susu dunia. Selain itu, strategi “bakar uang” lewat promosi belum terbukti bisa meningkatkan volume penjualan. Malah justru memperburuk margin. Di sisi lain, DSO yang makin panjang dan DPO yang makin pendek menandakan ketidakefisienan manajemen kas. Kombinasi tekanan margin, strategi marketing yang tidak efisien, dan struktur biaya yang membengkak membuat perusahaan seperti kehabisan bensin di tengah jalan.
Jadi, masalah terbesar ULTJ di 2025 bukan cuma karena "laba turun", tapi karena mereka terjebak di zona bahaya: margin makin tipis, biaya makin tinggi, kas mulai terkuras, dan promosi belum membuahkan hasil. Penjualan stagnan, pasar domestik makin padat, dan ekspansi belum terlihat hasilnya. Dengan valuasi PER 9,9× dan PBV 1,87×, pasar mungkin masih berharap. Tapi kalau strategi mereka tak berubah dan risiko-risiko ini tetap dibiarkan, diskon harga saham bukan lagi peluang, melainkan refleksi risiko yang nyata.
Meski laporan keuangan ULTJ Q1 2025 penuh tekanan dan bikin dahi berkerut, bukan berarti perusahaan ini nggak punya sisi positif. Justru di tengah semua tantangan—dari margin yang ketipisan, promosi yang boros, hingga kas yang mulai terkuras—masih ada beberapa fondasi kuat yang bikin ULTJ tetap bisa berdiri tegak dan nggak langsung tergelincir. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pertama, dari sisi neraca, ULTJ masih bisa dibilang salah satu perusahaan dengan struktur keuangan paling bersih di BEI. Total liabilitas mereka per Maret 2025 hanya Rp844 miliar, sementara ekuitas induk tembus Rp7,71 triliun. Artinya, debt-to-equity ratio-nya cuma 0,11x. Lebih dari itu, dari utang sebesar itu, hanya sekitar Rp36 miliar yang berbunga (dari sewa pembiayaan). Sisanya adalah utang usaha biasa dan kewajiban jangka pendek lainnya. Jadi bisa dibilang, ULTJ tidak punya beban bunga yang bisa menggoyang bottom line-nya. Dengan kas dan setara kas masih sebesar Rp2,18 triliun, perusahaan ini masih sangat likuid dan tidak tergantung pada pendanaan eksternal.
Hal positif lainnya datang dari brand equity. Di tengah serbuan private-label, ULTJ tetap mampu mempertahankan pendapatan hampir stabil di atas Rp2 triliun per kuartal. Artinya, meski persaingan makin brutal dan ada tekanan dari harga, konsumen masih percaya dan loyal terhadap Ultra Milk dan produk turunannya. Bahkan, kampanye besar-besaran “Ultra Milk 50 Tahun” meski boros, bisa dibilang sukses menjaga awareness—terbukti dari minimnya penurunan volume walau tidak ada produk baru. Ini memperlihatkan bahwa brand ini masih punya tempat di hati masyarakat Indonesia.
Selain itu, kontribusi dari entitas asosiasi juga layak diapresiasi, meski kecil. PT Kraft Ultrajaya Indonesia mencetak laba bersih Rp9,4 miliar yang ikut menyumbang positif ke laporan konsolidasi. Produk keju mereka, yang selama ini dianggap “pelengkap”, ternyata performanya stabil bahkan tumbuh, di saat produk utama stagnan. Hal ini membuka potensi diversifikasi produk yang lebih serius ke depan. Dan jangan lupa, perusahaan ini juga lagi dalam tahap ekspansi pabrik, yang bisa jadi modal penting buat meningkatkan efisiensi produksi dan volume jangka panjang. Nilai PPE dalam pembangunan sudah mencapai Rp782 miliar—memang menyedot kas, tapi sekaligus menunjukkan bahwa perusahaan tidak tinggal diam dan sedang mempersiapkan kapasitas masa depan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi, meski ULTJ sedang dihadapkan pada tantangan berat, perusahaan ini tidak sedang karam. Mereka masih punya posisi kas kuat, neraca sehat, brand yang dihargai pasar, dan aset produksi yang sedang berkembang. Masalah mereka memang nyata dan perlu dibenahi segera—terutama di sisi efektivitas promosi, efisiensi operasional, dan manajemen modal kerja. Tapi selama fondasi keuangan tetap sekuat sekarang, ULTJ masih punya banyak peluang untuk bangkit dan kembali mencetak pertumbuhan. Tinggal sekarang pertanyaannya: mau tetap bakar uang buat promosi tanpa arah, atau mulai fokus pada efisiensi dan monetisasi loyalitas pelanggan yang sudah ada?
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$CMRY
1/10
Biografi Tokoh. Selasa, 29 April 2025
Kata kunci: Warren Buffett, Value Investing, Investasi Jangka Panjang
The Warren Buffett Way: Seni Menjadi Kaya Secara Perlahan Tapi Pasti 🐢💸📈
Ringkasan:
Warren Buffett 🧓 dikenal sebagai Oracle of Omaha. investor legendaris yang sukses membangun kekayaan lewat pendekatan sederhana tapi dahsyat! Ia percaya bahwa rahasia sukses bukanlah instan, tapi konsisten dan sabar. Yuk pelajari The Warren Buffett Way! 🌱⏳
---
Highlight:
Fokus pada Nilai, Bukan Harga 💰⚖️
Buffett nggak tertarik beli saham hanya karena “harga lagi diskon” 🏷️. Ia cari perusahaan yang bagus dan undervalued.
“Price is what you pay, value is what you get.”
Contoh saham favoritnya: Coca-Cola 🥤, Apple 🍎, American Express 💳
Pegang Lama, Sabar Dulu ⏳🛋️
Gaya Buffett adalah beli, lalu tidur nyenyak!
“Our favorite holding period is forever.” 💤
Beli Bisnis, Bukan Kode Saham 🏢🔍
Buffett melihat saham seperti beli seluruh bisnis. Perhatikan tim manajemen 👨💼, laporan keuangan 📊, dan model bisnisnya.
Simpel, Konsisten, Nggak Drama 🍦🐢
Dia nggak suka saham hype atau teknologi yang belum jelas untungnya. Buffett cinta bisnis sederhana yang jelas cuannya!
---
Tips untuk Investor Muda: 🧑🎓✨
1. Mulai dari yang kamu paham 🧠📚
Jangan maksa masuk ke saham yang kamu sendiri bingung bisnisnya!
2. Jangan ikut panik-panik club 😱📉
“Be fearful when others are greedy, and greedy when others are fearful.”
Artinya? Jangan FOMO pas rame, dan jangan takut pas pasar sepi.
3. Sabar itu cuan 🐌⏰💎
Buffett percaya pada kekuatan bunga berbunga (compound interest) yang bekerja dalam jangka panjang.
“The stock market is a device for transferring money from the impatient to the patient.”
---
Kesimpulan:
Buffett ngajarin kita untuk:
Beli bisnis bagus ✔️
Harga wajar ✔️
Tahan lama ✔️
Sabar & rasional ✔️
Jangan kejar cuan instan—kejar cuan berkualitas! 📈✨
---
Kamu tim “cepat kaya” ⚡ atau “kaya pelan-pelan tapi pasti” 🐢? Yuk sharing di kolom komentar!
Stay rational, investasional!
- @rareinvestment
🌟💼📊☕🐢💸
$SIDO $CMRY $TSPC
Kemarin menyesal karna TP terlalu awal di $BBRI dan $CMRY. Aku tidak akan melakukan hal yang sama di $TOWR yang cumdate nya masih 2 Mei 🚀🚀🚀