Volume
Avg volume
PT Bundamedik Tbk (BMHS) adalah penyedia layanan kesehatan yang memiliki teknologi medis modern di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta, Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta, Rumah Sakit Umum Bunda Margonda, Rumah Sakit Umum Bunda BMC Padang, Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Citra Ananda, BIC Pacific Place & BIC Vida Bekasi, Morula IVF Indonesia, Diagnos (Lab), Bunda Global Pharma, Emergency Response (ER), Bunda Diklat Indonesia, IRSI (Lembaga Ilmu Reproduksi Indonesia), Prima Dental, Indonesian Medical Tourism Board (IMTB) dan Daima Norwood Menteng.
@massarade bisa aja kan Danantara masuk harga $BMHS diskon biar ndak dianggap korupsi. Nanti ritel yang beli di pucuk untuk memperkaya Danantara.
$BMHS? π€
Apakah mungkin harganya diturunkan dulu biar Danantara bisa masuk dengan mudah dan murah?
Seperti isu lama kala IHSG Jatuh dan Danantara berniat masuk sebagai penyangga likuiditas. Akhirnya IHSG bs bangkit rally berturut-turut, meski belum tentu juga berkat Danantara.
Rencana Investasi Danantara di Sektor Kesehatan
Apakah Danantara pasti investasi di sektor kesehatan seperti pertanyaan salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Tahun 2025 ada yang beda di pemerintahan selain karena ada presiden baru, Indonesia juga sedang memulai babak baru. Di tengah derasnya sentimen resesi global, gejolak geopolitik, dan ancaman fragmentasi rantai pasok dunia, sebuah lembaga baru bernama Danantara lahir, bukan dari rahim kebijakan jangka pendek, tapi dari rasa frustrasi kolektif bangsa terhadap stagnasi BUMN dan kebocoran devisa yang bertahun-tahun tak pernah benar-benar ditambal. Dan juga merupakan visi masa lalu bapaknya Presiden saat ini yang ingin BUMN super kuat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Danantara hadir sebagai sovereign wealth fund versi Indonesia, dibentuk oleh PP No. 19 Tahun 2024 dan mulai beroperasi penuh Februari 2025. Tapi ia bukan sekadar tempat menampung dividen BUMN. Ia adalah cerminan dari pertanyaan besar: apakah kekayaan negara bisa diputar menjadi masa depan?
Sejak awal, sektor kesehatan langsung disebut sebagai satu dari sembilan sektor prioritas Danantara. Alasannya cukup jelas. Setiap tahun, lebih dari 2 juta warga Indonesia berobat ke luar negeri dan mengalirkan lebih dari Rp90 triliun devisa ke luar negeri tanpa kontribusi apa pun ke PDB nasional. Negara membiarkan uang rakyat membiayai rumah sakit di Penang, Singapura, bahkan Guangzhou. Sebaliknya, rumah sakit dalam negeri banyak yang megap-megap dengan margin tipis, tagihan BPJS telat cair, piutang menumpuk, dan ketika mau ekspansi tidak ada investor yang sabar. Danantara membaca ini sebagai peluang sekaligus sebagai krisis. Dan seperti pepatah lama, dari krisis datang momen transformatif.
Menurut saya, langkah pertama Danantara adalah menyelamatkan yang paling genting yaitu Biofarma Group. Holding farmasi ini dulunya simbol kejayaan industri kesehatan Indonesia, tapi kini menyimpan utang ke belasan bank, beban keuangan membengkak, dan riset macet. Biofarma yang juga menaungi Kimia Farma dan Indofarma masih mengimpor lebih dari 90 persen bahan baku obat dari luar negeri. Jadi selama mata uang melemah, semua obat makin mahal. Tahun ini mereka butuh dana segar Rp2,2 triliun untuk membangun pabrik vaksin berkapasitas 1 miliar dosis termasuk vaksin rotavirus, tifoid, dan hexavalent. Tapi tanpa mitra strategis, proyek itu berpotensi mangkrak dan malah menjadi beban bunga dan gaji. Di sinilah Danantara masuk. Bukan hanya sebagai penyuntik dana, tapi juga perombak total. Targetnya, Biofarma tidak lagi sekadar pabrik, tapi menjadi lokomotif riset, manufaktur, dan substitusi impor obat nasional. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Belum lagi itu KAEF dan INAF sama - sama sakit parah. INAF sampai - sampai pakai nama karyawan untuk ambil pinjol saking parahnya itu perusahaan. $KAEF sampai sekarang belum rilis LK update Q1 2025 dan LK 2024 AUDIT. Parah.
Tapi itu baru setengah dari cerita. Sektor kesehatan bukan cuma soal memproduksi obat, tapi juga ke mana obat itu akan digunakan. Untuk itulah Danantara mulai melirik rumah sakit. Bukan hanya sebagai tempat layanan, tapi sebagai jembatan antara industrialisasi farmasi dan kebutuhan pasien. Rumah sakit yang sehat bukan hanya menyembuhkan orang, tapi juga menyerap produk dalam negeri dan menciptakan efek berantai terhadap tenaga kerja, teknologi, dan devisa. Di tengah stagnasi proyek infrastruktur keras, rumah sakit justru menjadi infrastruktur lunak dengan IRR menarik. Secara politis pun proyek ini mudah dijelaskan ke publik, tidak seperti smelter yang abstrak bagi rakyat.
Strategi Danantara kemungkinan besar akan terbagi dua. Jalur pertama adalah proyek greenfield alias pembangunan rumah sakit baru seperti Bali International Hospital di KEK Sanur. Proyek ini sudah dimulai oleh INA dan Pertamina IHC, didesain bersama Mayo Clinic, dan ditarget buka pada 2025. Tapi karena INA dibubarkan, Danantara akan ambil alih ekspansi tahap dua dan replikasi di kota lain. BIH bukan rumah sakit biasa. Ini adalah showcase bahwa Indonesia bisa punya rumah sakit kelas dunia tanpa harus ke Penang atau Mount Elizabeth. Jika BIH sukses, modelnya akan dibawa ke IKN, Batam, dan Manado. Danantara akan menjadi modalis utama baik lewat dana sendiri maupun kerja sama dengan Qatar Investment Authority yang sudah berkomitmen dana patungan sebesar 4 miliar dolar AS. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jalur kedua lebih taktis yaitu akuisisi saham strategis di rumah sakit publik. Ada beberapa kandidat di bursa, tapi yang paling menarik adalah $BMHS atau Bundamedik. Bukan raksasa seperti $SILO atau HEAL, tapi model bisnisnya unik. Ia mengelola rumah sakit, klinik IVF Morula, laboratorium Diagnos, hingga hotel wisata medis. Diversifikasi ini membuat margin lebih tinggi dan monetisasi aset lebih cepat. Tapi harga sahamnya anjlok. BMHS kini diperdagangkan pada PBV 0,79 kali, jauh di bawah nilai bukunya. Tiga tahun terakhir free cash flow selalu negatif karena ekspansi RS Padang dan Bali. Kas makin menipis, investor ritel panik. Justru di sinilah Danantara melihat peluang. Asetnya bagus, valuasinya murah, tapi kekurangan napas.
Satu sinyal makin memperkuat dugaan. Sunata Tjiterosampurno, eks-komisaris Northstar di BMHS, resmi pindah ke Danantara. Ini bukan rotasi biasa. Ini perpindahan dari private equity ke lembaga negara dan ia membawa pengetahuan mendalam tentang BMHS. Apakah ini sinyal masuknya Danantara? Belum ada pengumuman resmi. Tapi kalau seorang pemain catur melihat ini, dia tahu bahwa ini bukan kebetulan.
PRAY atau RS Awal Bros juga bisa saja masuk radar. Valuasinya lebih murah dengan PBV 0,66 kali dan PER 11 kali. Tapi secara operasional, PRAY lebih lemah. Sulawesi untung, tapi Jawa rugi. Capex besar, CFO kecil. Arus masuk dari pasien lebih lambat dibanding tagihan vendor. Risiko value trap tinggi. Tapi kalau turnaround berhasil, misalnya piutang BPJS ditekan di bawah 60 hari dan RS di Jawa mulai ramai, maka PRAY bisa jadi hidden gem. Danantara mungkin tidak ambil saham besar, tapi bisa masuk lewat convertible debt atau joint venture rumah sakit baru. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
HEAL, SILO, dan MIKA terlalu mahal. PER antara 27 sampai 42 kali, PBV antara 3 sampai 4,5 kali. Investor institusi seperti Danantara tidak akan beli saham premium tanpa kontrol. Tapi mereka tetap bisa jadi mitra operasional. Misalnya Danantara bangun RS, lalu HEAL yang operasikan. Atau MIKA yang kelola RS di luar Jawa. Skema seperti ini umum digunakan oleh sovereign fund seperti Temasek atau Khazanah.
Dana yang bisa Danantara salurkan ke sektor kesehatan di tahun pertama diperkirakan antara 500 juta sampai 3,5 miliar dolar AS. Itu dari total amunisi sebesar 30 sampai 35 miliar dolar AS yang bisa mereka leverage dari dividen BUMN. Dana ini akan disalurkan ke beberapa entitas proyek, termasuk Biofarma, BIH, rumah sakit baru di IKN, dan pembelian saham rumah sakit publik yang undervalued. Target return-nya tetap komersial, tapi dengan syarat harus berdampak. Harus ada teknologi baru. Harus menciptakan lapangan kerja. Harus bisa substitusi impor. Dan harus bisa mengurangi aliran pasien ke luar negeri.
Risikonya juga tidak sedikit. Jika proyek pabrik vaksin molor, maka beban bunga naik. Kalau valuasi saham rumah sakit naik hanya karena rumor Danantara, maka return menurun. Kalau proyek rumah sakit baru overbudget seperti kebiasaan proyek pemerintah lainnya, maka break-even makin lama. Dan kalau publik mencium adanya kolusi, legitimasi bisa hilang. Danantara bukan INA. Ini zaman media sosial. Semua gerakan akan diawasi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi apakah Danantara benar-benar bisa mereformasi sektor kesehatan?
Jawabannya belum pasti. Tapi satu hal sudah jelas. Mereka tidak cuma mau bangun pabrik vaksin. Mereka mau bangun ekosistem. Mulai dari bahan baku obat sampai ke pasien BPJS di tempat tidur. Dan itu tidak bisa dilakukan pasar sendirian. Harus ada investor yang sabar, berani rugi di awal, dan tahu bahwa efek sosial kadang lebih penting dari margin kuartalan. Danantara ingin jadi itu. Bukan investor biasa, tapi arsitek masa depan.
Apakah mereka bisa? Itu tergantung satu hal, yaitu eksekusi rencana tanpa korupsi.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$BMHS LK Q1 2025: Komisaris nya Pindah Ke Danantara
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
BMHS atau PT Bundamedik Tbk bukan rumah sakit biasa. Ia lahir dari visi seorang dokter bernama dr Ivan Rizal Sini yang pada 1973 memulai Klinik Bunda Menteng di Jakarta. Dari awal yang sederhana itu, BMHS tumbuh menjadi jaringan layanan kesehatan terintegrasi dari hulu ke hilir, mengelola rumah sakit, klinik fertilitas Morula IVF, laboratorium Diagnos $DGNS, hingga hotel wisata medis. Struktur bisnisnya unik, gabungan layanan kesehatan inti dengan penopang high-margin seperti IVF dan lab, membuat BMHS bukan hanya entitas rumah sakit tapi juga platform layanan kesehatan terpadu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pengendali utamanya adalah PT Bunda Investama Indonesia yang dimiliki oleh keluarga Sini dan menguasai sekitar 57% saham. Di belakang layar ada nama-nama seperti dr Ivan Rizal Sini sebagai Presiden Komisaris, dr Mesha Rizal Sini, dan dr Rito Andhika Sini yang memegang banyak peran strategis. Sementara Northstar Group, salah satu private equity terkemuka Asia Tenggara, memiliki sekitar 4,9% saham melalui Akasya Investments. Tokohnya adalah Sunata Tjiterosampurno yang punya latar belakang Boston Consulting Group dan London Business School, dan pernah duduk sebagai komisaris. Tapi per Juni 2025 Sunata resmi mengundurkan diri dari Northstar dan BMHS. Ia dikabarkan akan bergabung ke Danantara yang merupakan lembaga investasi strategis Indonesia yang diposisikan mirip seperti Temasek. Kepergiannya bisa dibaca sebagai sinyal bahwa private equity sudah realistis terhadap arah jangka pendek BMHS, entah karena pertumbuhan lambat atau karena cashflow yang belum bebas.
Susunan dewan BMHS mencerminkan percampuran klinis, birokrasi, dan komunikasi. Selain Ivan dan Mesha, ada drg Arianti Anaya yang merupakan mantan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Retno Marsudi sebagai mantan Menteri Luar Negeri, dan Wishnutama Kusubandio yang pernah menjadi Menteri Pariwisata dan CEO Net TV. Komposisi ini menciptakan daya dukung strategis ke pemerintah dan publik meskipun tidak otomatis menjamin performa keuangan cemerlang. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Secara model bisnis, BMHS cukup berbeda dibanding $MIKA, HEAL, atau SILO. Layanan rumah sakit menyumbang sekitar 59% dari pendapatan. Segmen Morula IVF menyumbang 25% dan Diagnos Lab sekitar 16%. IVF dan lab bersifat cash basis dan recurring, dengan margin kotor bisa mencapai 50% hingga 60%, jauh lebih tinggi dari layanan BPJS. Pasien BPJS masih mendominasi sekitar 65%. Tapi aliran kas dari IVF dan lab menjadi penyangga likuiditas. Vendor alat kesehatan tidak terpusat ke satu nama. Sekitar 40% alat masih impor, menciptakan risiko kurs. Gedung milik sendiri dan tidak disewa dari REIT seperti SILO. BMHS juga tidak tergantung suplai dari grup internal seperti MIKA yang tergantung Enseval. Jadi meskipun BMHS lebih kecil, struktur rantai pasok dan bisnisnya lebih fleksibel.
Laporan keuangan kuartal I 2025 menunjukkan pendapatan turun 8,4% yoy jadi Rp379 miliar. Laba bersih hanya Rp5,08 miliar, turun 71%. Margin bersih tinggal 1,3%, terendah di antara emiten rumah sakit besar. Tapi arus kas operasional justru positif Rp30,2 miliar atau hampir 6 kali lipat dari laba bersih. Ini karena penurunan piutang dan kenaikan utang usaha. Sayangnya capex tembus Rp71,4 miliar, terutama untuk RS Padang dan Bali. Alhasil free cash flow negatif Rp41,2 miliar. Dan ini bukan kejadian satu kali. FCF negatif sudah berlangsung tiga tahun berturut-turut.
Total aset tercatat Rp3,49 triliun dan didominasi properti serta alat kesehatan rumah sakit sebesar Rp1,98 triliun. Kas tersedia Rp770 miliar. Utang berbunga tercatat Rp1,19 triliun. Net debt sebesar Rp422 miliar atau sekitar 0,7x EBITDA, yang masih tergolong aman. Goodwill kecil yaitu hanya 3% dari aset sehingga tidak ada risiko besar dari akuisisi. Beban bunga Rp16 miliar masih bisa ditutup dari CFO. Tapi jika capex tetap agresif sementara CFO stagnan, maka utang bisa naik terus. Rasio capex terhadap CFO saat ini lebih dari dua kali lipat dan ini tidak ideal. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Transaksi pihak berelasi minim. Piutang ke induk tercatat Rp18,9 miliar tanpa bunga. Tidak ada pembelian dari entitas sepengendali. Tidak ada dividen agresif ke pemegang saham mayoritas. Tidak ada konflik kepentingan yang kentara. Tata kelola internal masih tergolong bersih dan wajar.
Sekarang bandingkan dengan pemain lain. MIKA paling sehat. Margin bersih 26%, FCF Rp231 miliar, kas Rp2,6 triliun, dan nyaris tanpa utang. PER 27,5x dan PBV 4,5x. Tapi pertumbuhannya stagnan dan ketergantungan geografisnya tinggi di Jabodetabek. SILO punya skala besar dengan revenue Rp3 triliun dan margin 8%, tapi tergencet liabilitas sewa karena gedung milik First REIT. FCF kecil. PER 28x dan PBV 3,1x. HEAL ekspansif dengan jaringan 51 RS dan margin 9%, tapi FCF negatif Rp132 miliar dan utang Rp3,1 triliun. PER 42x dan PBV 4,5x. PRAY paling riskan. Revenue Rp549 miliar, CFO hanya Rp6,4 miliar, capex Rp225 miliar. FCF sangat negatif. PER 11x dan PBV 0,66x. Sinyal value trap-nya kuat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
BMHS berada di tengah. Revenue belum sekuat SILO atau HEAL, tapi lebih terdiversifikasi. Leverage lebih ringan dibanding HEAL dan PRAY. Margin lebih tipis dari semua, tapi struktur asetnya kuat. Value BMHS muncul dari kombinasi faktor ini. Struktur neraca bagus, bisnis IVF dan lab cenderung menghasilkan kas, tapi tantangannya adalah margin dan capex yang masih berat.
Valuasi sekarang, harga saham 199. Kapitalisasi pasar Rp1,71 triliun. PBV 0,79x. PER trailing 84x. EV EBITDA sekitar 5x. Diskon PBV terlihat menarik tapi PER tinggi karena laba minim. Ini membuat BMHS terlihat murah dari sisi aset tapi mahal dari sisi profitabilitas. Situasi ini klasik value trap, kecuali arus kas mulai membaik.
Untuk bisa jadi hidden gem, syaratnya ada tiga. Pertama, RS baru di Bali dan Padang harus mulai menghasilkan EBITDA signifikan. Kedua, capex ditekan ke bawah Rp50 miliar per kuartal. Ketiga, segmen IVF dan lab harus tumbuh dua digit agar bisa menopang margin. Kalau ketiganya terjadi, FCF bisa positif. CFO bisa menutup bunga dan sebagian capex. Valuasi bisa naik ke PBV 1,3 hingga 1,5x. Artinya, harga saham bisa tembus ke kisaran Rp285 sampai Rp300. Tapi kalau cashflow tetap seret dan capex boros, harga bisa lama nyangkut di bawah Rp200. Bahkan bisa terancam rights issue kalau likuiditas makin ketat dan utang naik terus. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Apalagi sekarang Sunata sudah keluar dari Northstar dan pindah ke Danantara. Ini sinyal bahwa investor institusi sedang move on dan memutar fokus. Bukan berarti BMHS jelek. Tapi ini adalah peringatan keras bahwa pasar tidak sabar. Investor publik harus lebih jeli. Kalau kuartal depan FCF masih negatif dan margin tak membaik, waktu untuk realistis mungkin sudah datang.
BMHS sekarang ibarat dokter muda yang baru beli alat canggih. Kalau pasien ramai, alat itu bisa jadi mesin uang. Tapi kalau sepi, alat malah jadi beban cicilan. Jadi pertanyaannya sederhana. RS-nya mulai ramai belum? Kalau belum, jangan beli mimpi terlalu mahal. Tapi kalau sudah, harga sekarang bisa jadi tiket early bird ke hidden gem yang belum dipahami banyak orang.
Apakah Danantara akan investasi di BMHS? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
Mereka akan jadi salah satu sektor strategis Danantara $BMHS $HEAL $MIKA dan lain lain
cuman dimanakah andalan Prabowo meletakkan kepercayaannya? Siapa yg tau kalau bukan orang dalam wkwkwk π
Tetiba udah kejual aja nih minuman $BOBA π
Giliran yg ditungguin bener-bener $GEMA $BMHS malah masih enak tiduran wkwkwk π
$BMHS It looks like a bullish divergence is forming on the chart. The current price is pretty attractive, with a stop-loss at 214. My buy zone is between 220β226, and my swing target is quite far up at 780. Letβs fly together! π
Dan untuk menjalankan project2 baru $ESSA banyak yg belum tau kalo mereka menghire komisaris Bu Retno Marsudi seperti $INCO dan $BMHS yang menghire beliau