Volume
Avg volume
PT Astra Graphia Tbk (ASGR) (“Astragraphia”) adalah perusahaan publik yang didirikan pada tahun 1975 dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1989. Sebagai pilar bisnis Astra di bidang teknologi informasi, Astragraphia fokus pada ruang lingkup bisnis Printing and Digital Services. Astragraphia memiliki Portofolio bisnis Document Solution dengan mitra eksklusif FUJIFILM Business Innovation, menghadirkan solusi end-to-end mulai dari kebutuhan cetak personal, perkantoran, Graphic Art hingga managed print services. Astragraphia memiliki entitas anak yaitu PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) yang melaya... Read More
https://cutt.ly/BrG9EBmt
$ASGR $ASII $UNTR
[WATCHLIST ONLY : 158 EMITEN]
Rabu, 13 August 2025 15:56
Saham potensial gap-up/down di CLOSING market, diurut berdasarkan nilai persentase:
(cukup pantau baris paling atas dan paling bawah untuk cek gap terbesar):
GAP UP:
🔼 $NRCA gap up ke 775 (+20 / +2.65%) dari 755
🔼 $GPRA gap up ke 148 (+3 / +2.07%) dari 145
🔼 TPIA gap up ke 9150 (+125 / +1.39%) dari 9025
🔼 MDKA gap up ke 2280 (+30 / +1.33%) dari 2250
🔼 ASRI gap up ke 172 (+2 / +1.18%) dari 170
🔼 BRPT gap up ke 2340 (+20 / +0.86%) dari 2320
🔼 MAPI gap up ke 1250 (+10 / +0.81%) dari 1240
🔼 INTP gap up ke 6450 (+50 / +0.78%) dari 6400
🔼 CUAN gap up ke 1630 (+10 / +0.62%) dari 1620
🔼 BBCA gap up ke 8950 (+50 / +0.56%) dari 8900
🔼 PTRO gap up ke 3930 (+20 / +0.51%) dari 3910
GAP DOWN:
🔽 BSSR gap down ke 3900 (-20 / -0.51%) dari 3920
🔽 INCO gap down ke 3920 (-20 / -0.51%) dari 3940
🔽 JSMR gap down ke 3600 (-20 / -0.55%) dari 3620
🔽 SRTG gap down ke 1770 (-10 / -0.56%) dari 1780
🔽 PGAS gap down ke 1675 (-10 / -0.59%) dari 1685
🔽 PGEO gap down ke 1520 (-10 / -0.65%) dari 1530
🔽 TKIM gap down ke 7150 (-50 / -0.69%) dari 7200
🔽 AADI gap down ke 6900 (-50 / -0.72%) dari 6950
🔽 ADRO gap down ke 1830 (-15 / -0.81%) dari 1845
🔽 ACES gap down ke 480 (-4 / -0.83%) dari 484
🔽 ERAA gap down ke 464 (-4 / -0.85%) dari 468
🔽 ISAT gap down ke 2260 (-20 / -0.88%) dari 2280
🔽 IPCC gap down ke 1105 (-10 / -0.9%) dari 1115
🔽 TSPC gap down ke 2150 (-20 / -0.92%) dari 2170
🔽 ARTO gap down ke 2160 (-20 / -0.92%) dari 2180
🔽 PWON gap down ke 388 (-4 / -1.02%) dari 392
🔽 SMGR gap down ke 2620 (-30 / -1.13%) dari 2650
🔽 AMMN gap down ke 8450 (-100 / -1.17%) dari 8550
🔽 CSRA gap down ke 720 (-10 / -1.37%) dari 730
🔽 $ASGR gap down ke 1070 (-20 / -1.83%) dari 1090
Cek ulang semuanya dan IEP bisa berubah smp menit terakhir. Salam Cuan.
Metrik Favorit Saya Yang Jarang Dilirik: Membedah Kekuatan EV/FCF
Di dunia investasi, banyak sekali orang yang terobsesi dengan satu metrik: P/E Ratio.
Saham ini P/E-nya sekian, yang itu P/E-nya ketinggian, dan seterusnya. P/E memang berguna, tapi menurut sy, terlalu fokus pada P/E itu seperti menilai sebuah mobil hanya dari kecepatan maksimumnya, tanpa pernah membuka kap mesin untuk melihat kesehatan mesin yang sebenarnya.
Ada satu metrik yang jarang dibicarakan di forum-forum, namun bagi sy, ini adalah 'CT Scan' finansial sebuah perusahaan. Metrik ini adalah EV/FCF (Enterprise Value to Free Cash Flow).
Beberapa tahun sebelumnya, sy pernah sharing tentang EV/FCF di postingan: https://stockbit.com/post/6351234
Sy akan sharing lebih dalam tentang EV/FCF di postingan ini.
Apa Itu EV/FCF? (Kita Bongkar Satu per Satu)
Agar paham kekuatannya, kita harus bedah dulu komponennya:
1. EV (Enterprise Value): Sy menyebut ini 'Harga Akuisisi Riil' sebuah perusahaan. Formulanya bukan hanya Kapitalisasi Pasar, tapi:
Kapitalisasi Pasar + Total Utang - Kas & Setara Kas
Kenapa utang ditambahkan? Karena jika Anda membeli perusahaan itu, utangnya menjadi tanggung jawab Anda. Kenapa kas dikurangi? Karena kas itu menjadi milik Anda. EV memberikan gambaran biaya sesungguhnya untuk 'memiliki' seluruh bisnis tersebut.
2. FCF (Free Cash Flow / Arus Kas Bebas): Sy menyebut ini 'Gaji Bersih' sebuah perusahaan. Ini adalah uang tunai asli yang tersisa setelah perusahaan membayar semua biaya operasional DAN belanja modal (Capex) untuk menjaga dan mengembangkan bisnisnya. FCF adalah napas kehidupan sebuah bisnis.
Berbeda dengan Laba Bersih yang bisa dipengaruhi berbagai trik akuntansi (seperti depresiasi), FCF adalah uang tunai nyata yang sulit dimanipulasi. Perusahaan dengan FCF positif yang kuat menunjukkan ia mampu mendanai operasional dan pertumbuhannya sendiri.
3. EV/FCF: Jadi, rasio ini pada dasarnya menjawab pertanyaan: "Jika sy membeli seluruh perusahaan ini (EV), berapa tahun waktu yang dibutuhkan bagi 'gaji bersih' perusahaan (FCF) untuk bisa 'membayar kembali' harga pembelian tersebut?"
Logikanya, semakin rendah angkanya, semakin cepat 'balik modal', yang berarti valuasi perusahaan tersebut semakin murah dan menarik.
Kenapa EV/FCF Begitu Penting Bagi Saya, Terutama Dalam Growth Investing?
1. Jauh Lebih Jujur: Seperti yang sy bilang, FCF adalah uang tunai riil. Laba bersih bisa 'cantik' karena depresiasi besar, tapi kasnya minus. Sebaliknya, laba bisa kecil karena investasi besar (capex), tapi 'mesin' bisnisnya menghasilkan kas yang sangat sehat. EV/FCF menunjukkan kenyataan ini.
2. Membandingkan Apel dengan Apel: Metrik ini sangat superior untuk membandingkan dua perusahaan di industri yang sama tapi dengan struktur modal (utang) yang berbeda. Perusahaan A (tanpa utang) dan Perusahaan B (utang besar) bisa saja punya P/E yang sama. Tapi EV/FCF mereka akan sangat berbeda. EV/FCF akan 'menghukum' perusahaan dengan utang besar, menunjukkan risiko yang sesungguhnya.
3. Kunci Growth Investing yang Sehat: Ini poin terpenting bagi sy. Banyak yang mengira saham growth itu pasti bakar uang. Itu keliru. Perusahaan growth terbaik adalah yang bisa mendanai pertumbuhannya sendiri dari kas yang dihasilkannya. FCF positif yang kuat pada perusahaan growth adalah tanda emas. Itu artinya, mereka bisa terus berinovasi, ekspansi, dan membangun pabrik baru tanpa perlu terus-menerus menerbitkan saham baru (dilusi) atau menumpuk utang. Ini adalah tanda pertumbuhan yang mandiri dan berkelanjutan.
Cara Menggunakan & Pentingnya "Eagle's Eye View"
Di sinilah letak seni berinvestasi. Anda tidak bisa hanya mengambil angka EV/FCF dari aplikasi sekuritas atau stockbit dan langsung mengambil keputusan. Kenapa? Karena FCF bisa sangat fluktuatif dari tahun ke tahun.
Satu tahun FCF bisa negatif karena perusahaan baru saja membangun pabrik raksasa (Capex tinggi).
Tahun berikutnya, FCF bisa melonjak tinggi karena mereka tidak ada investasi besar. Jika Anda hanya melihat satu titik data, Anda akan tertipu.
Inilah pentingnya melakukan apa yang sy sebut "Eagle Eye's View":
1. Buka Laporan Tahunan (Annual Report) atau Prospektus IPO perusahaan. Jangan malas.
2. Lihat laporan Arus Kas selama 5-10 tahun ke belakang. Perhatikan tren Arus Kas dari Operasi dan tren Belanja Modal (Capex).
Tujuan kita adalah mencari kemampuan menghasilkan FCF yang ternormalisasi. Berapa kira-kira FCF rata-rata yang bisa dihasilkan perusahaan ini dalam kondisi normal? Apakah FCF per lembar sahamnya bertumbuh seiring waktu?
Dengan melihat data historis, Anda bisa mendapatkan gambaran yang jauh lebih akurat tentang kekuatan 'mesin kas' perusahaan tersebut, bukan sekadar potret sesaat. Ini yang membedakan investor dari spekulan.
P/E itu baik sebagai saringan awal. Tapi jika Anda ingin benar-benar memahami sebuah bisnis dan valuasinya, mulailah menyelam lebih dalam ke EV/FCF.
Salam investasi yang cerdas,
RK27
$ADES $TOTL $ASGR
[WATCHLIST ONLY : 158 EMITEN]
Selasa, 12 August 2025 15:56
Saham potensial gap-up/down di CLOSING market, diurut berdasarkan nilai persentase:
(cukup pantau baris paling atas dan paling bawah untuk cek gap terbesar):
GAP UP:
🔼 $AGRO gap up ke 252 (+6 / +2.44%) dari 246
🔼 BUKA gap up ke 175 (+3 / +1.74%) dari 172
🔼 SGRO gap up ke 3000 (+40 / +1.35%) dari 2960
🔼 GPRA gap up ke 156 (+2 / +1.3%) dari 154
🔼 TEBE gap up ke 1180 (+10 / +0.85%) dari 1170
🔼 TLKM gap up ke 3180 (+20 / +0.63%) dari 3160
🔼 AMMN gap up ke 8475 (+50 / +0.59%) dari 8425
🔼 ADRO gap up ke 1860 (+10 / +0.54%) dari 1850
🔼 GEMS gap up ke 9300 (+50 / +0.54%) dari 9250
GAP DOWN:
🔽 PANI gap down ke 16175 (-75 / -0.46%) dari 16250
🔽 INCO gap down ke 3920 (-20 / -0.51%) dari 3940
🔽 JSMR gap down ke 3640 (-20 / -0.55%) dari 3660
🔽 INDF gap down ke 8025 (-50 / -0.62%) dari 8075
🔽 JPFA gap down ke 1570 (-10 / -0.63%) dari 1580
🔽 TAPG gap down ke 1450 (-10 / -0.68%) dari 1460
🔽 DSNG gap down ke 1445 (-10 / -0.69%) dari 1455
🔽 SMGR gap down ke 2620 (-20 / -0.76%) dari 2640
🔽 AKRA gap down ke 1260 (-10 / -0.79%) dari 1270
🔽 CPIN gap down ke 4450 (-40 / -0.89%) dari 4490
🔽 TSPC gap down ke 2140 (-20 / -0.93%) dari 2160
🔽 LPIN gap down ke 394 (-4 / -1.01%) dari 398
🔽 ICBP gap down ke 9500 (-100 / -1.04%) dari 9600
🔽 ASII gap down ke 4970 (-55 / -1.09%) dari 5025
🔽 BBNI gap down ke 4340 (-50 / -1.14%) dari 4390
🔽 INTP gap down ke 6425 (-75 / -1.15%) dari 6500
🔽 PTPS gap down ke 156 (-2 / -1.27%) dari 158
🔽 MAPI gap down ke 1200 (-20 / -1.64%) dari 1220
🔽 $ASGR gap down ke 1060 (-20 / -1.85%) dari 1080
🔽 $GHON gap down ke 1585 (-35 / -2.16%) dari 1620
Cek ulang semuanya dan IEP bisa berubah smp menit terakhir. Salam Cuan.
$MARK - Apakah Ekspansi Pabrik adalah Kesalahan?
Teman-teman stockbitor mungkin masih ingat jelas masa di mana PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) seperti sedang melaju di jalan tol tanpa hambatan, semua lajur terbuka lebar dan bisa gas poll.
Itu terjadi di 2020, ketika dunia dilanda pandemi Covid-19 dan industri sarung tangan medis menjadi salah satu bintang rantai pasok kesehatan global.
Di balik sarung tangan itu ada cetakan keramik, komponen vital yg justru jadi spesialisasi MARK. Perusahaan ini sudah lama menancapkan posisi sebagai produsen cetakan sarung tangan (glove mold) terbesar di Indonesia bahkan di dunia.
Tapi momentum 2020 membuat skala bisnisnya berubah drastis.
Permintaan cetakan sarung tangan meledak di pasar ekspor. Malaysia, sebagai raksasa industri glove dunia, menyedot mayoritas output MARK. Disusul China, Thailand, India, dan sedikit porsi AS. Hampir 95% penjualan perusahaan mengalir ke luar negeri.
Lonjakan ini bukan sekadar peningkatan order musiman, tp benar-benar kontrak besar dgn jadwal pengiriman berbulan-bulan ke depan.
Manajemen melihat peluang ini sebagai golden moment yg tidak boleh dilewatkan. Keputusan besar diambil. Ekspansi dipercepat. Peningkatan kapasitas yg semula adalah plan jangka panjang, langsung maju.
Dibangunlah pabrik baru di Tanjung Morawa, Sumatera Utara. Pabrik ini dirancang untuk menambah ratusan ribu unit cetakan per bulan, melipatgandakan kemampuan suplai.
Secara finansial, 2020 adalah tahun panen. Panen besar malah. Laba bersih melonjak seiring volume penjualan yg memecahkan rekor. Yang menarik, dr sisi kinerja operasional, arus kas dr aktivitas inti perusahaan membengkak jauh di atas kebutuhan modal kerja (Gambar 2).
Ini artinya surplus kas operasional terbentuk dgn margin aman. Efek dr kombinasi antara harga jual yg tinggi, utilisasi pabrik maksimal, dan biaya produksi yg relatif terkendali.
Di dunia manufaktur, surplus seperti ini ibarat bahan bakar jet yg memberi daya untuk terbang lebih tinggi, sekaligus menjadi modal untuk membiayai ekspansi tanpa tekanan utang berlebih.
Memasuki 2021, cerita belum berubah, malah makin kencang. Permintaan cetakan sarung tangan masih dlm jalur tinggi, bahkan MARK sudah mengantongi kontrak penjualan US$90 juta untuk pengapalan sampai Juli 2022.
Pabrik ketiga sudah mulai berdiri, melengkapi dua pabrik lama yg kapasitasnya masing-masing 610 ribu pcs per bulan. Kapasitas total melonjak, dan hampir semua terserap oleh pasar ekspor.
Kuartal pertama 2021 jd bukti betapa kerasnya permintaan. Penjualan naik 124,75% YoY, laba bersih melonjak hampir tiga kali lipat dibanding periode sama tahun sebelumnya. Di tengah situasi global yg masih dihantui pandemi, MARK malah bergerak agresif merebut pangsa pasar, termasuk membidik pelanggan baru dr China dgn permintaan besar.
Surplus kas operasional kembali menebal di 2021. Bukan hanya karena penjualan besar, tp jg karena sebagian besar belanja modal untuk ekspansi belum sepenuhnya terealisasi di awal tahun. Arus kas masuk jauh melampaui arus kas keluar untuk modal kerja, menciptakan buffer likuiditas yg kuat.
Bagi investor, fase ini adalah textbook example dari momen “sweet spot” di mana permintaan memuncak sementara kapasitas baru masih dlm tahap bertumbuh.
Tidak banyak periode seperti ini dalam siklus hidup sebuah perusahaan manufaktur, apalagi di industri yg sangat tergantung dinamika global seperti cetakan sarung tangan.
Namun, seperti hukum ekonomi klasik, permintaan yg memuncak tidak akan bertahan selamanya. Di balik euforia 2021, tanda-tanda normalisasi mulai terlihat di depan mata. Pabrik baru akan segera selesai, kapasitas akan penuh, dan dunia mulai mempersiapkan transisi dr pandemi menuju endemik seiring meningkatnya herd imunity.
Sebelum kita lanjutkan, silakan teman-teman ambil nafas dulu. Sebab, bagi MARK, bab berikutnya tidak akan sesederhana melanjutkan laju kencang tanpa rem.
😌
Awal 2022, pabrik ketiga MARK di Tanjung Morawa sudah rampung. Secara kapasitas, ini adalah lompatan besar. Total produksi cetakan sarung tangan bisa mencapai jutaan unit per bulan.
Secara teori, kapasitas ekstra ini harusnya memberi daya tembak lebih besar untuk melayani kontrak ekspor dan menambah volume penjualan. Namun, realitas di lapangan mulai bergeser.
Covid-19 mulai memasuki fase endemik di banyak negara. Produsen sarung tangan dunia, terutama di Malaysia, Thailand, dan China, yg selama 2020–2021 bekerja nyaris 24 jam penuh, kini menghadapi masalah berbeda.
Stok sarung tangan menumpuk di gudang. Permintaan cetakan sarung tangan baru jd melandai, bahkan cenderung turun. Pasar masuk fase “destocking”, yaitu pembeli fokus menghabiskan stok lama sebelum memesan cetakan baru.
Bagi MARK, ini berarti laju order mulai melambat, meskipun kapasitas pabrik besar sudah tersedia dan biaya overhead sudah berjalan.
Di sisi lain, 2022 juga jd tahun di mana MARK menggarap diversifikasi produk, seperti peralatan sanitary dan mesin produksi sanitary ware dgn konsep ESG (Environment, Social, and Governance). Strategi ini memang bagus utk jangka panjang, tapi di tahun awalnya kontribusi pendapatan belum signifikan. Masih di bawah 10%.
Di sinilah muncul tekanan terhadap arus kas operasional. Laba bersih memang masih positif, tp peningkatan modal kerja operasional untuk mendukung produksi kapasitas penuh dan pembiayaan pabrik baru menguras kas yg masuk. Hasilnya, catatan kinerja operasional 2022 jatuh ke defisit. Arus keluar lebih besar dr arus masuk.
Bagi pelaku manufaktur, ini momen kritis. Defisit kinerja operasional di tengah laba bersih yg masih positif biasanya jd sinyal bahwa perusahaan harus hati-hati mengelola inventory, piutang, dan pengeluaran modal. Apalagi, membiayai operasional di kondisi ini sering kali mengharuskan penarikan kas dr cadangan atau bahkan tambahan utang jangka pendek.
Memasuki 2023, tantangan makin kompleks. Permintaan cetakan sarung tangan global memang stabil di level rendah, tapi tidak seagresif masa pandemi. Produsen glove di negara tujuan ekspor besar masih hati-hati dalam melakukan pembelian, hanya fokus pd replacement cetakan lama.
MARK melanjutkan diversifikasi dgn membangun pabrik peralatan sanitary dan sprayer untuk industri agro, sambil mengincar pasar baru seperti Sri Lanka dan India. Namun, permintaan dr segmen bisnis baru ini belum bisa mengimbangi penurunan dr segmen utama cetakan sarung tangan.
Secara kinerja, 2023 ditutup dengan penjualan Rp 559 miliar, anjlok 32% YoY, dan laba bersih Rp 156 miliar, turun 35% dari 2022. Dari sisi operasional, beban pokok penjualan memang ikut turun, tapi margin laba tetap tertekan. Meskipun kuartal IV 2023 menunjukkan sinyal rebound (penjualan naik 14% QoQ), secara keseluruhan tahun ini jadi masa adaptasi keras bagi MARK.
Arus kas operasional mulai membaik di akhir tahun, namun sepanjang sebagian besar 2023, tekanan dari tingginya kapasitas idle dan perputaran modal kerja membuat likuiditas tetap ketat.
Bagi investor yg melihat dr perspektif siklus bisnis, periode 2022–2023 ini adalah fase “post-boom correction” yg sangat textbook. Pabrik baru selesai dibangun saat demand mulai normalisasi, sehingga utilisasi rendah dan cash flow tertekan. Perusahaan harus mengandalkan efisiensi, inovasi produk, dan penetrasi pasar baru utk keluar dr jebakan kapasitas menganggur.
Memasuki 2024, arah angin mulai berubah. Sinyal permintaan cetakan sarung tangan global menunjukkan tren naik kembali. Produsen glove di Malaysia, Thailand, dan China, yg sebelumnya menahan pembelian karena kelebihan stok, mulai meningkatkan kapasitas produksi. Stok sarung tangan lama mulai habis, dan pembelian cetakan baru kembali berjalan.
Bagi MARK, ini tentunya kabar yg sangat baik. apalagi pabrik dgn kapasitas besar sudah siap sejak 2022, tinggal memaksimalkan utilisasi.
Manajemen langsung mengarahkan strategi pada dua hal utama:
1. Maksimalisasi kapasitas terpasang: tingkat utilisasi pabrik naik dr hanya 40% di 2023 menjadi 66% di 2024.
2. Efisiensi biaya dan perbaikan margin: economies of scale dr kapasitas yg lebih terpakai membuat biaya produksi per unit turun, mendorong margin laba bersih naik dr 27,9% menjadi 31,5%.
Hasilnya terasa jelas. Penjualan bersih 2024 melesat 62,7% YoY menjadi Rp 910 miliar. Laba bersih melonjak 83,7% menjadi Rp 286,5 miliar, melampaui target awal Rp 250 miliar.
Dari sisi operasional, arus kas pun kembali sehat. Kas masuk dr aktivitas operasional kembali surplus, di mana mutasi laba bersih lebih besar dibanding mutasi modal kerja operasional bersih. Hal ini sejalan dgn penurunan tekanan modal kerja dan perputaran persediaan yg lebih lancar.
Kontribusi ekspor menjadi motor utama kebangkitan ini. Pasar luar negeri menyumbang 83% total pendapatan, dgn Malaysia sebagai pasar terbesar (48%), diikuti Thailand (24%), China (13,5%), dan Vietnam (10,6%). Pertumbuhan ekspor tahunan mencapai 74%. Bukti bahwa daya saing MARK di pasar global tetap kuat, bahkan setelah fase penyesuaian pasca-pandemi.
Faktor eksternal lain yg turut membantu adalah apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yg memberikan keuntungan pd biaya input dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional. Ini memperkuat posisi MARK sebagai pemasok cetakan sarung tangan global yg kompetitif dr sisi harga maupun kualitas.
Di 2025, fokus strategi tetap pd efisiensi dan inovasi. Dengan pasar glove global kembali normal, MARK memanfaatkan kapasitas pabrik untuk memenuhi permintaan replacement cetakan dan permintaan dr produsen glove yg memperluas kapasitasnya.
Diversifikasi produk terus berjalan, namun segmen cetakan sarung tangan masih menjadi kontributor dominan. Target peningkatan utilitas pabrik dan pengembangan produk inovatif menjadi prioritas, dgn harapan mempertahankan tren surplus operasional dan profitabilitas yg tebal.
Melihat dari kacamata siklus bisnis, perjalanan MARK 2020–2025 adalah contoh nyata bagaimana ekspansi kapasitas di masa permintaan tinggi bisa menghasilkan surplus besar, tetapi jg berisiko menekan arus kas ketika demand melemah.
Namun, dgn strategi pasar yg tepat, efisiensi operasional, dan diversifikasi, perusahaan bisa kembali memutar siklus menuju fase surplus berikutnya.
Disclaimer: Catatan ini adalah refleksi pengetahuan penulis tentang MARK yg diperoleh dr berbagai sumber umum. Bukan info A1. Dan catatan ini jg bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.
Postingan lain tentang analisis surplus/defisit kinerja operasional ada pada post berikut:
$AISA: https://stockbit.com/post/18963089
$ASGR: https://stockbit.com/post/19632507
1/2