Volume
Avg volume
PT Astra Graphia Tbk (ASGR) (“Astragraphia”) adalah perusahaan publik yang didirikan pada tahun 1975 dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1989. Sebagai pilar bisnis Astra di bidang teknologi informasi, Astragraphia fokus pada ruang lingkup bisnis Printing and Digital Services. Astragraphia memiliki Portofolio bisnis Document Solution dengan mitra eksklusif FUJIFILM Business Innovation, menghadirkan solusi end-to-end mulai dari kebutuhan cetak personal, perkantoran, Graphic Art hingga managed print services. Astragraphia memiliki entitas anak yaitu PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) yang melaya... Read More
salah satu yang membuat investor bingung dari management $ASGR adalah kebingungan management itu uang kas mau dikelola gimana.. 😁 semoga aja bisa trus berinovasi..
Astra Graphia ( $ASGR ) Rp900: DISKON 58% DARI NILAI WAJAR???
#ASGR #RecehCerdas #ValueInvesting #SahamDividen #Undervalued
📅 Insight 22 Juni 2025
📊 DATA RINGKAS:
• Harga Saat Ini: Rp900
• PBV: ±0.87x
• EPS TTM: Rp164,9
• PER: 5,46x
• Dividend Yield: ±5%
• Book Value: ±Rp1.030
• ROE: ±16%
• Free Cash Flow (10 Yr Avg): Rp215 M
🖨️ BISNIS MATANG, DIVIDEN STABIL, HARGA MURAH?
ASGR (Astra Graphia) adalah anak usaha grup $ASII di bidang solusi dokumen, IT enterprise, dan digital printing ritel. Laba stabil, dividen rutin, tapi dihargai hanya Rp900 — jauh di bawah estimasi nilai wajarnya!
✅ Nilai wajar konservatif: Rp1.725 – Rp2.157 per lembar
✅ Margin of Safety: 58% – 65%
✅ Dividen konsisten, yield tinggi (>5%)
⚠️ Tapi ada risiko stagnasi bisnis cetak & ritel online belum signifikan
🔍 VALUASI CEPAT:
1️. Graham Formula – Aset Nyata, Harga Receh
• EPS: Rp164,9
• Growth: 5% (Asumsi optimis, growth <5% = MOS tipis/alarm jual)
• AAA Bond Yield: 6.05
• Nilai Intrinsik (Graham): Rp1.438,98
• ✅ MOS 65% pada harga Rp900
Kayak beli mesin cetak Rp1.400 cuma bayar Rp900!
Ideal Price: Rp935 → Harga pasar masih di bawah → BUY
2️. DCF (Free Cash Flow) Model 5 thn – Bisnis Tetap Cetak Duit
• Rata-rata FCF 10 tahun: Rp215,6 M (fluktuatif tapi positif)
• Asumsi growth 5 thn kedepan dan terminal: 2%, WACC 8,01%
• Nilai Wajar per Saham (DCF): Rp2.675
• MOS: 66,36%
• Harga ideal membeli: Rp2.140
Walau pertumbuhan lambat, arus kas tetap kuat dan stabil.
3️. PEGY Ratio: 0.78 – Undervalued Secara Pendapatan + Dividen
• PER: 5,46
• Growth: 2%
• Dividend Yield: 5%
• PEGY = 5.46 / (2 + 5) = 0.78 → Masih undervalued
⚠️ RISIKO & KEKHAWATIRAN:
• Stagnasi Segmen Utama: Bisnis mesin cetak mulai menurun, walau kompensasi dengan layanan IT cukup baik
• Skala Ritel Lemah: PrintQoe dan segmen UMKM belum signifikan
• Pertumbuhan EPS melambat: Perlu inovasi baru agar valuation rerate
• Ketergantungan pada FujiFilm: Sebagai mitra utama mesin cetak
📈 STRATEGI RECEHANCER:
Aksi Harga Catatan
Entry Rp850–900, Nilai wajar konservatif = Rp1.400+.
Tambah Posisi, Jika harga tetap di bawah Rp1.000 dan dividen tetap
Take Profit Rp1.500 (jual 50%), Sesuai estimasi Graham/DCF
Take All Rp1.700–2.000 Near fair value upper band
Cut Loss < Rp800 Jika laba & dividen mulai anjlok cek LK Q2
🚨 Disclaimer: Ini adalah analisis pribadi, bukan ajakan beli. Risiko utama ASGR ada di pertumbuhan lambat dan disrupsi digital. Cocok untuk investor income seeker & value hunter.
Ada saham undervalued lain yang dividen-nya konsisten seperti ini?
Tulis di kolom komentar!
$ASGR #DividenLancar #ValuePlay #RecehCerdas #SahamMurah
1/5
Skrining Cepat (sorted by Dividend Payment Streak):
Current PE Ratio (TTM): 0-15
Current Price to Book Value: <1
EPS (TTM YoY Growth): >0 (Positif)
Dividend Payment Streak (Annual): >0
Dividend Yield: >0
EPS Growth Streak: >0
Free cash flow (TTM): >0
Debt to Equity Ratio (Quarter): <1
Banyak yang menarik.. Kira-kira mana yang worth it untuk dianalisis lebih lanjut?! Hmmm...
Sekilas anaknya $ASGR $AUTO lebih menarik dari bapaknya $ASII ..haha..
1/2
$ASGR Bisnis Apa?
Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Model bisnis Astra Graphia (ASGR) ini kalau disederhanakan ibarat tiga jalur utama yang bergerak dari mesin cetak, jasa IT, sampai logistik dokumen. Tapi semuanya punya benang merah yang sama, yaitu solusi dokumen dan informasi untuk perusahaan. Dari sisi rantai nilainya, ASGR bukan produsen dari nol, mereka lebih fokus pada integrasi, distribusi, dan layanan purna jual. Jadi kalau dibedah dari hulu ke hilir, bisnisnya dimulai dari pengadaan barang, masuk ke proses integrasi dan perakitan, lalu berakhir di layanan ke pelanggan B2B dengan kontrak berjangka. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di lini Solusi Dokumen, ASGR adalah distributor resmi produk-produk FujiFilm Business Innovation (dulu Fuji Xerox). Jadi bahan bakunya berupa printer multifungsi, mesin cetak digital, sparepart, dan tinta, semua itu diimpor, mayoritas dari Jepang dan Singapura. Barang-barang ini tidak langsung dilempar ke pasar, tapi disimpan dulu di gudang sentral lalu dirakit, dikalibrasi, dan dites kualitasnya. Proses ini mereka lakukan di internal logistik mereka yang sudah digital dan terkoneksi sistem inventori. Barang jadi kemudian dikirim ke 92 titik layanan (Service Point) di 31 kota seluruh Indonesia, lengkap dengan teknisi yang siap menangani instalasi dan perawatan. Untuk penjualan, mereka menerapkan dua skema, yaitu penjualan putus (langsung beli) atau sewa jangka panjang (leasing) yang dibundling dengan layanan servis berkala. Pelanggannya mayoritas korporasi dan institusi pemerintah, termasuk rumah sakit, universitas, bank, dan kantor pemerintahan. Model pembayarannya umumnya kredit 30–90 hari, tergantung jenis kontrak dan reputasi klien.
Di lini Solusi Teknologi Informasi, anak usaha mereka AGIT (Astra Graphia Information Technology) bertugas sebagai integrator IT dan penyedia layanan cloud. Barang bakunya berupa server, perangkat jaringan, lisensi software (seperti Oracle, Microsoft, SAP), dan tools cloud dari penyedia besar global. Sama seperti lini dokumen, barang ini juga mayoritas impor. Tapi nilai tambah mereka ada di proses integrasi dan implementasi, mereka bukan cuma jual barang, tapi juga bangun sistem dari awal, termasuk custom software, cyber security, sampai integrasi antar aplikasi. Aktivitas utama AGIT lebih berbasis proyek, mulai dari tender, design, implementasi, hingga maintenance. Mereka juga jual layanan data center dan sistem cloud. Kliennya banyak berasal dari grup Astra sendiri, BUMN, dan lembaga pemerintahan. Di sinilah arus kas jadi agak lambat, karena proyek besar biasanya dibayar bertahap setelah milestone selesai. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sedangkan di lini Solusi Perkantoran, mereka punya layanan cepat seperti print-on-demand, percetakan volume kecil, dan distribusi dokumen logistik. Produk cetaknya bukan hanya brosur atau dokumen biasa, tapi juga termasuk personalized printing dan packaging. Mereka sediakan jasa end-to-end dari desain sampai distribusi. Operasionalnya jauh lebih ringan dibanding dua lini utama, dan bisnis ini lebih melayani permintaan jangka pendek atau kebutuhan darurat. Bahan bakunya juga lebih fleksibel, kertas, tinta, dan mesin cetaknya berasal dari principal internasional, tapi bisa dibeli lokal lewat distributor resmi. Pelanggannya didominasi klien tetap dari sektor korporat dan event organizer. Karena skalanya lebih kecil, margin per produk cukup tinggi, tapi volume dan skalanya tidak sebesar dua lini lainnya.
Dari semua lini tadi, struktur pendapatan ASGR saat ini mulai bergeser. Di kuartal I 2025, pendapatan terbesar datang dari segmen TI, menyumbang 56,2 persen dari total pendapatan Rp721,28 Miliar, diikuti Solusi Dokumen 43,8 persen, dan Solusi Perkantoran sisanya kurang dari 2 persen. Ini artinya transformasi bisnis sedang berlangsung, tapi juga membawa risiko. Lini TI punya margin lebih kecil karena sifatnya adalah proyek berbasis hardware dan service, beda dengan printer yang sekali jual bisa kasih margin lebih tebal. Makanya meski pendapatan naik signifikan, margin kotor justru turun dari 24,44 persen ke 21,36 persen.
Rantai nilainya juga punya titik rawan, terutama di pembayaran. Karena sebagian besar klien mereka adalah entitas besar dan bahkan entitas berelasi dalam grup Astra sendiri, pembayaran cenderung pakai skema termin (60–90 hari). Bahkan per Maret 2025, nilai kontrak aset dengan pihak berelasi melonjak jadi Rp66,43 Miliar. Artinya, meski order sudah jalan, kasnya belum tentu langsung masuk. Tapi untungnya posisi kas mereka masih sangat kuat, dengan cadangan Rp1,58 Triliun, yang bisa jaga likuiditas dan fleksibilitas operasional. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Singkatnya, ASGR bukan produsen dalam arti harfiah, tapi mereka ahli dalam mengelola supply chain, logistik, dan servis berbasis kontrak. Dari barang cetak dan printer, hingga layanan cloud dan integrasi sistem, mereka bukan cuma jual produk, tapi jual solusi lengkap. Model bisnis seperti ini memang bisa bikin revenue stabil, tapi tantangannya adalah menjaga margin di tengah beban impor tinggi dan pembeli yang bayarnya suka molor. Selama mereka bisa atur arus kas, efisiensi biaya, dan negosiasi kontrak yang fair, bisnis ini tetap tahan banting, terutama karena sebagian besar kliennya korporat besar dan loyal.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$ASII $UNTR
1/10
$ASII sideway fase plg membosankan , tapi di fase ini mentalitas dan convinction investor kembali diuji. Selain itu fase ini adalah fase reanalisis dan akumulasi jika harga masih masuk preferensi MoS yang telah dianalisa.
$ASGR $UNTR
$ASGR
https://stockbit.com/post/18505789
Ah SeGeR
$ASGR
alkisah ada pengusaha sukses yang konsultasi kepada saya melalui DM. Beliau pengusaha hebat, yang ingin diskusi suatu saham yang geraknya sulit diprediksi.
Pada tanggal 31 Mei saya coba menerawang angka yang akan dituju saham tersebut , dan akhirnya hari ini sentuh.
Salam
Dragon Sense is real
Hidup ini bukan tentang apa ini, apa itu, tapi kemampuan untuk melihat visi, prediksi ke depan.
saya ga buka kelas apa pun, orang orang bahkan bisa diskusi bersama, malah ada yang DM malam malam, dan saya tidak ada pungut2 bayaran.
random: $IHSG $KONI
$ASGR LK Q1 2025: Anak $ASII yang Lebih Berguna dari $ACST
Request salah satu member user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau ASGR ini kita ibaratkan sebagai warung teknologi modern, maka dia bukan cuma jualan printer dan server doang, tapi juga sewa alatnya, kasih jasa perawatan, bantu kelola cloud, sampai bikin dokumen korporat skala massal. Canggih? Jelas. Tapi meskipun tampilannya seperti bisnis yang terstruktur dan elegan, laporan keuangan terbarunya di Q1 2025 justru ngasih gambaran kayak warung bakso Pak Toto yang penuh pelanggan tapi uangnya belum nyampe ke laci kasir. Semua kelihatan ramai, tapi dompetnya belum ikut rame. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pendapatan ASGR naik 18% YoY jadi Rp721 M. Ini lumayan. Tapi kalau dilihat lebih dalam, yang naik tajam adalah segmen IT Solution, tembus 103% pertumbuhan. Tapi margin kotor IT cuma 10%. Sementara tulang punggung tetap Document Solution, mesin printer sewa plus jasa cetak, yang kasih gross margin 34%, dan menyumbang mayoritas laba usaha. Artinya, mesin lama masih jadi sapi perah, sementara si anak muda IT Solution masih dalam fase bakar modal untuk tarik pasar. Office Services makin kempes, turun 20%, kayak bisnis sablonan kecil yang kalah sama printing digital.
Laba usaha tembus Rp47 M, naik 65%. Ini bagus, terutama karena mereka berhasil memangkas beban pegawai dan ongkos operasional. Tapi ada catatan penting yaitu sekitar Rp15,7 M laba bersih justru datang dari bunga deposito. Ini bukan laba operasional, tapi lebih ke hasil dari duit nganggur yang diparkir di deposito time deposit yang bunganya masih lumayan karena suku bunga tinggi. Kalau ini kayak Pak BudiDolDol bin Judd Old yang habis dapat warisan koperasi merah ijo dari Kamboja, trus bukannya diputar buat dagang sabung ghoib, malah ditaruh di deposito dan hidup dari bunga. Aman, tapi nggak sustainable.
Bagian yang bikin was was kita adalah cashflow-nya negatif. Arus kas dari aktivitas operasi (CFO) minus Rp30,6 M. Padahal laba bersih Rp47,1 M. Jadi ini kayak Pak Toto yang jualan bakso rame, semua pelanggan bilang, nanti transfer ya, Pak, tapi di akhir bulan dia tetap gak bisa bayar tukang daging karena uangnya belum masuk. Penyebab utamanya? Aset kontrak melonjak 70% ke Rp121 M. Jadi, proyek-proyek yang dikerjakan (terutama dari sesama grup Astra) sudah diakui sebagai pendapatan, tapi uangnya belum dibayar. Sementara liabilitas kontrak malah turun, artinya jumlah kewajiban yang belum diberikan layanan justru menyusut. Ini jelas bikin mismatch antara profit dan cash. Tambah lagi, pembayaran ke supplier Rp541 M dan payroll Rp184 M, ya jelas kasnya bocor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita bedah model bisnisnya dari hulu ke hilir, ASGR ini dapet barang dari vendor luar negeri seperti printer, server, dan barang-barang ICT, dari Jepang dan AS, jelas ekspor-import. Artinya mereka kena risiko mata uang asing, terutama JPY dan USD. Sisi tengahnya, mereka kemas jadi layanan sewa printer, IT solution, dan jasa cetak. Sisi hilirnya, mereka jual ke klien korporat, dan hampir 45% dari omzetnya datang dari sesama Grup Astra. Ini seperti Pak Toto jualan bakso di komplek keluarga besar sendiri, omzetnya naik, tapi semua saudaranya ngomong, utang dulu ya.
Dan masalahnya bukan cuma revenue dari pihak berelasi, tapi juga piutang. Rp154 M piutang dari grup, dan 41% dari total piutang berasal dari pihak berelasi. Bahkan kontrak aset juga banyak dari grup, jadi proyek sama keluarga, ngaku untung duluan, tapi duitnya lama masuk. Persis koperasi merah ijo yang kasih pinjaman ke pengurusnya sendiri, laporannya untung, tapi kas kosong.
Tapi dari sisi kekuatan, neraca ASGR luar biasa kokoh. Kas dan setara kas Rp1,58 T, sementara utang jangka pendek total hanya Rp779 M. Utang berbunga? Nggak ada. Paling cuma liabilitas sewa Rp25 M. Jadi dari sisi likuiditas, mereka bisa hidup tenang 3-4 tahun ke depan walau cashflow operasional negatif. Tapi ini hanya bertahan kalau perusahaan tetap hemat dan nggak nekat ekspansi besar tanpa kas masuk. Jangan sampai seperti Pak BudiDolDol yang kehabisan bunga deposito lalu bingung bayar langganan sabung ghoibnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Risiko lain yang harus dicatat adalah kurs. Perubahan USD atau JPY 10% bisa menggoyang laba bersih Rp8-9 M. Mereka memang pasang kontrak lindung nilai 540 juta yen, tapi tetap saja margin tetap rentan kalau yen menguat. Gross margin-nya aja sudah turun 3% dalam setahun terakhir, padahal beban tenaga kerja sudah ditekan. Jadi daya tahan bisnis ini cukup oke, tapi nggak sekuat tembok kalau variabel eksternal seperti kurs dan bunga mulai goyah.
Sebagai investor, harapannya tentu agar manajemen bisa benahi sisi penagihan. Proyek boleh banyak, tapi harus bisa tarik duit cepat. ASGR harus belajar dari warung bakso Pak Toto, jangan terlalu baik sama pelanggan yang suka bilang, nanti-nanti bayarnya, karena meski omzet naik, uang di tangan tetap kering.
Harapan lainnya adalah uang kas Rp1,58 T bisa dimanfaatkan buat sesuatu yang produktif, entah ekspansi ke luar Grup Astra, buyback, atau dividen lebih besar. Kalau harapan ini terwujud, maka valuasi saham bisa rerating. Saat ini harga saham 905, itu setara hanya 0,46x dari kas per saham. Artinya, kalau manajemen bisa ubah kas nganggur jadi mesin laba baru, harga saham bisa naik drastis.
Tapi kalau harapannya gagal? Kalau penagihan tetap lambat, kontrak tetap di keluarga sendiri, dan kas cuma nganggur tanpa diputar? Maka laporan laba akan tetap bagus di permukaan, tapi tidak pernah benar-benar realized di kas. Dan ketika bunga deposito turun atau grup mulai retrench proyek internal, ASGR bisa mendadak terlihat keropos. Seperti warung bakso Pak Toto yang tampak ramai dari luar tapi tidak punya uang belanja bahan baku minggu depan. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Jadi ASGR ini memiliki bisnis yang sehat secara struktur, tapi kualitas labanya masih belum cash-based. Laporan keuangan bagus di kertas, tapi belum sepenuhnya hidup di kenyataan. Investor harus tetap hati-hati, bukan cuma lihat profit, tapi cek juga, apakah uangnya masuk gak? Karena dalam bisnis, yang dibelanjain itu bukan profit, tapi cash. Dan selama cash belum menyusul profit, ya sama saja kayak sabung ghoib Pak BudiDolDol yang cuma rame narasinya, tapi kenyataan bisa beda cerita.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$ASGR company bagus, efisien, bahkan kas melebihi market caps tapi krn gk liquid dan DIANGGAP lesu growthnya maka dicuekkin market.. Peluang..?
$AADI $HEXA
Menunda kesenangan
Semenjak mengenal investasi dan pasar modal (tahun2 terakhir kuliah 2018) penulis membuat target yg harus diraih. “20 tahun harus punya pilihan untuk pensiun dini”. Menikmati masa tua bersama keluarga, santai dan menikmati hidup. Mungkin kalau bahasa sekarang FIRE (Financial Independent, Retire Early).
Penulis sendiri suka membayangkan nanti kalau sudah pensiun, tinggal di Salatiga atau Boyolali (karena Semarang kota kelahiran penulis sudah panas & sumpek), sambil berkebun kecil2an menikmati hidup bersama keluarga.
Sejak itu, penulis benar2 mengetatkan ikat pinggang, jarang penulis menyenangkan diri sendiri. Banyak hal yang penulis inginkan di masa muda tidak penulis dapatkan (walau sebenarnya bisa) karena sayang uangnya, ada sesuatu yang harus dicapai tadi.
Apakah penulis menyesal karena itu? Jelas tidak, lagipula hal2 yg diinginkan itu hanya untuk mengenyangkan gengsi. Supaya dipandang “wah”, “keren”, “hebat” oleh orang2. Setelah bosan, mereka akan kembali biasa saja. Gengsi tersebut harus diberi makan lagi agar kita kembali dipandang hebat oleh orang lain. Jadi gengsi tadi seperti lingkaran setan yang tiada ujungnya.
Membuat target jangka panjang itu bagus. Supaya ketika kita salah langkah, target tersebut dapat ikut serta mengingatkan, “itu ada lho hal yg harus kamu raih, jangan meleng!” Begitu kira2.
Menunda kesenangan sekarang untuk kebahagiaan di usia senja. Kalau nanti mati sebelum bisa menikmati gimana? Ya gapapa, setidaknya sudah ada legacy untuk keluarga. Biar mereka yg menikmati. Walau sampai sekarang anak & istri belum ada, setidaknya penulis sudah siapkan untuk mereka dari sekarang.
Tag jagoan
$ITMG $ADMR $ASGR
@saputrahendry dari pemerintah cuti bersama mungkin di harapkan mendorong masyarakat Extra konsumsi dan belanja sehingga perekonomian naik
Tapi dari sisi misal pemilik usaha /pabrik ya pusing juga kalau dikit2 cuti bersama /hari kejepit.. Produktifitas jelas terganggu dan tidak mencapai target
$UNTR $ASGR $AUTO
Arah Digitalisasi $ASGR
https://cutt.ly/mrcXJJD9