Market sedang turbulensi, jadi kita harus sedia payung sebelum hujan? Dengan menjual saham kita berbulan2 yang lalu?
Justru sebalik-nya, pada saat kita investasi di saham -- yg terbaik adalah -- SEMUA modal cash yang untuk investasi saham, diubah semua menjadi saham terbaik, tidak bersisa sedikitpun selain sisa karena sudah tidak ada lot yang harga-nya cukup kita beli. Alasan-nya adalah kalau kita yakin saham lebih baik daripada cash dan property, dengan ditempatkan semua di saham kita yakin return-nya akan lebih baik dibandingkan jika masih ada proporsi cash di porto kita.
Tetapi cash dan property kan untuk mengamankan investasi nya? Kalau di $IHSG hanya ada satu saham, yes mau gak mau kita harus spread ke property atau cash, karena tidak ada pilihan saham lain sedangkan aturan mati-nya adalah telur tidak boleh ditempatkan pada satu keranjang. Tetapi saham kan ada banyak pilihan, mengamankan investasi kita adalah dengan spread ke beberapa saham terbaik berikut-nya, bukan memegang cash.
Tetapi Pak, Berkshire itu memegang cash luar biasa banyak. Ada dua alasan mereka yang tidak relevan utk kita:
1. Berkshire bukan investor saham, mereka adalah konglomerasi dari company. Mereka adalah induk dari banyak operating companies, oleh karena itu mereka perlu mencadangkan at least 20% dari aset mereka dalam bentuk cash -- ready untuk kondisi bisnis terburuk.
2. Saat ini, mereka pegang cash lebih dari 20% total aset mereka, adalah karena di size mereka sudah hampir tidak ada lagi company bagus yang cukup besar untuk mereka.
Nah, kita bukanlah PSP maupun konglomerasi dari banyak operating companies, memegang cash itu mau digunakan untuk apa?
Dan you know what, actually walaupun di porto kita tidak ada cash, kita actually memegang cash -- kok bisa? Karena company yang kita beli saham-nya itu memegang cash, di situlah "cash" kita ditempatkan sebagai backup operation mereka. Oleh karena itu invest-lah di saham company yang bagus, company bagus pasti mempunyai cash cukup dan sedikit hutang ( kecuali start-up company -- AWASSS GOTO BUKAN START-UP -- atau company lama yang menemukan segment pertumbuhan baru, baca: https://stockbit.com/post/8962925 )
Katanya utk bersiap2 jika ada company bagus kita bisa beli. Lhaa saham kan liquid -- kapanpun kita mau kita bisa jual beberapa saham dan beli saham company tersebut. Kecuali kalau funding kita sudah lebih besar dari 100 milyar rupiah -- baru mungkin gak selesai klik dalam 5 menit. Tetapi bahkan kalau funding lebih besar dari itu, kita pindah saham dalam hitungan hari-pun tidak ada masalah bukan -- karena horizon investasi adalah tahunan, so apalah arti-nya 1-2 hari.
Kalau market merah semua seperti sekarang, atau worse waktu saham ambruk gara2 covid tahun 2020, kita kan jadi punya cash untuk borong? Ini again nama-nya timing market. Ada satu postingan baru dari suhu @tomhardi https://stockbit.com/post/9014998 yg menjelaskan ini dengan baik, saya kutip di sini: "Ada 3 alasan mengapa naik dan 3 alasan mengapa turun." Kemudian catat 6 alasan itu utk evaluasi.
Psikologis kita sering membuat kita hanya mengingat alasan baik pada saat kita profit, dan mengingat alasan buruk pada saat kita rugi. Tetapi seringkali kita lupa alasan buruk pada saat kita profit, dan lupa alasan baik pada saat kita rugi.
Oleh karena itu, bukalah catatan kita pada saat kita profit atau rugi -- evaluasi ulang -- jangan mau dibodohi oleh psikologis kita sendiri.
Waktu saham ambruk gara2 covid dimulai di awal tahun 2020, ingatkah Anda bahwa pada saat itu kita bahkan belum tahu apa itu covid. Bagaimana jika waktu itu ternyata covid-nya turns-out adalah covid mild2 saja seperti Omicron sekarang? Saham tidak jadi ambruk, tetapi kita sudah rugi men-dump investasi menjadi cash tetapi harga saham malah naik.
Jangan pernah men-timing market, tidak peduli betapa yakin dan bangga-nya kita akan knowledge kita, knowledge kita rata2 hanya mempunyai nilai kebenaran 5% dan maximal 10% dari apa yang akan terjadi ( https://stockbit.com/post/8981880 ). Ini psikologis yang harus kita lawan setiap saat sebagai investor. Karena saham ya kalau tidak naik ya turun, kita akan 50% benar dan 50% salah -- jatuh2nya sama aja 0% -- untuk apa.
Even pada waktu market betul crash, company tidak akan serta merta kehilangan aset-nya begitu saja. Company yg baik akan tahu bagaimana me-manage-nya. Pada saat penjualan turun, mereka tidak akan menimbun inventory lagi, dan inventory yang sudah kepalang tertimbun akan disimpan baik2 karena pada saat-nya market akan kembali. Yang tadinya makan Indomie akan makan Indomie lagi. Dan jikalau market somehow berganti preference alias tidak kembali, company yang baik akan mengembalikan cash kita dalam bentuk dividend besar sehingga net profit margin kita juga tetap terjaga baik.
Kalau begitu, kenapa sekarang in general kita perlu mulai beralih dari saham2 coal atau komoditas? Bukan-kah reason-nya karena timing market?? Bukan. Reason-nya simply adalah harga saham2 tersebut sudah semakin dekat dengan valuation-nya, sehingga saham seperti $INDF yang mempunyai peluang growth besar di Africa dan Middle East mulai menjadi tidak kalah menarik-nya. Pada saat kita menemukan saham A dan saham B yang valuation-nya kurang lebih sama2 menarik -- gak usah bingung2, simply bagi dua saja investasi-nya. Kalau tadinya kita heavy di A, ya kurangin A, beli B. Begitu saja.
Ok ok so IHSG turun terus jadi bagaimana ini?? Kalau kita yakin dengan porto kita, beli karena tao story-nya, biarkan saja, sampai menemukan company yg valuation-nya lebih bagus dari yang kita hold sekarang. Kalau dulu beli-nya hanya ikut2an dan untung2an, jual aja semua sekarang tidak pakai tunggu. Bukan karena timing market atau karena IHSG lagi jelek, tetapi karena memang sudah salah investasi. Kemudian serok lagi dari awal, cari company2 yg bagus -- mumpung harga lagi pada diskon.
Tunggu $SMDR tuh sudah 3 hari ARB -- tunggu saja. Ehhhh katanya nya jangan timing market? Iyaaaa betullll -- tetapi kalau sudah 3 hari ARB mosok gak tunggu hehe Investasi tidak ada hitam dan putih jadi santai aja decide your own investment style dan kadar-nya :D))
Tetapi kan kita perlu menunggu saham sampai mendapat harga penawaran terbaik? Harga penawaran terbaik adalah pada saat kita menemukan saham yang harga-nya sudah sesuai. Perhatikan beda-nya, yang kita tunggu BUKAN MARKET TIMING tetapi harga yang sesuai. Misalnya $HMSP dan $UNVR pada harga-nya sekarang adalah masih terlalu tinggi, simply karena dengan growth mereka saya hampir tidak punya kans utk cuan minimal 20% per tahun. Jadi ya tunggu saja, market mau bergerak kemana biarkan saja, masih banyak puluhan saham2 lain yang jauh2 lebih baik, put saja cash kita di sana.
Tetapi saya mau make sure saya beli semurah2-nya dan super-murah. Kita hanya bisa tahu harga termurah kalau bisa timing market -- which is gak bisa. Beda ya dengan kalau kita value sebuah business -- kita sudah tao value-nya -- jadi kita tao apakah harus invest atau tidak.
Secara pribadi saya tidak suka dengan business yang selalu konsep-nya menawar habis2an. Saya tidak suka dengan business yang misalnya utk meningkatkan profit-nya 1% akan menawar salary karyawan-nya 10% karena tao karyawan2 ini tidak punya pilihan lain.
Business yang baik adalah business yang meningkatkan profit-nya karena orang2 terbaik-nya memberikan opportunity business terbaik untuk-nya. Ini namanya OPTIMIZE UP bukan optimize down. Pada saat kita optimize down sering kali kita hanya mengais2 tulang belulang -- buang waktu -- sedangkan opportunity business terbaik menunggu2 kita kapan bisa menemukan-nya -- dan utk bisa segera menemukan opportunity ini kita perlu karyawan terbaik -- jelas mereka bukan karyawan yang bisa kita tawar salary-nya 10%.
Kalau saya menemukan bisnis yang baik, saya akan tentukan nilai-nya, kalau investasi yang diminta kurang saya akan tambahkan (daripada kurang investasi trus malah jadi bangkrut hehe), kemudian saya offer. Dan hanya sekali offer, kecuali ada argumen yang saya terlewat, repeat the valuation. Memulai business partnership itu adalah partnership seumur-hidup, saya tidak mau baru mulai saja sudah ada hard feeling karena satu pihak merasa digencet habis -- sudah pasti hanya masalah waktu sebelum akhirnya bubar jalan.
Ingat, roda kehidupan selalu berputar, saat ini dia mungkin sedang kesulitan karena 1001 macam alasan yang mungkin tidak hubungan dengan business-nya, jadi jangan pernah menggunting dalam lipatan.
Sama hal-nya dengan saham. Daripada menghabiskan waktu menunggu2 "menawar2" -- lebih baik mencari saham yang value-nya lebih baik lagi. Optimize Up.
Happy investing!