Mengerjakan PR, Memahami yang Dibeli
=================================
Ngopi Santai 3
$IHSG $BMRI $DMAS $HEXA $PTBA
Dalam berbagai tulisan saya di SB, selain saya cantumkan kata-kata disclaimer on, juga sering saya tuliskan: jangan ikut-ikutan, pahami terlebih dahulu apabila ingin membeli. Investasi saham sebenarnya bersifat individual karena masing-masing orang memiliki tujuan dan kondisi keuangan yang berbeda-beda apakah ingin trading jangka pendek, nabung saham untuk mendapatkan passive income dari dividen ataukah mencari capital gain dari investasi jangka panjang. Demikian juga sumber dana masing-masing orang berbeda-beda apakah dari gaji yang diterima setiap bulan secara rutin atau dari laba usaha yang naik turun, atau dari income besar yang diterima sekali seperti warga Tuban yang mendapatkan ganti untung dari proyek Pertamina. Tidak ada yang sama, oleh karena itu harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing orang, tidak bisa ikut-ikutan meski informasi stock pick diperoleh dari banyak orang yang berbeda-beda (saham populer).
LKH termasuk investor senior yang telah sukses di pasar saham Indonesia dan banyak investor menghormatinya. Demikian juga saya menghormatinya. Dari padanya saya mengenal istilah "saham yang salah harga." Dari padanya saya terinspirasi untuk serius belajar analisa fundamental. Namun saya tidak ikut-ikutan gaya investasinya. Saya sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saya sendiri yang tentu berbeda juah dengan LKH. Saya yang kalah jauh dalam bedah dan analisa Laporan Keuangan dibandingkan LKH harus menyiasati dan menyesuaikan diri dengan kondisi saya. Dari penyesuaian itu saya mendapatkan prinsip bahwa kuncinya adalah High DY, yang telah saya share di tulisan saya terdahulu
https://stockbit.com/post/5721537 Dengan kiat atau metode saya itu, saya temukan banyak saham yang salah harga. Selain itu ada hal lain yang bisa kita jadikan pedoman dari pengalaman hidup LKH yaitu: apabila aset atau dana belum cukup sebaiknya jangan full time mencari rejeki dari pasar saham. Ini membuat kita harus tetap menekuni sumber income kita saat ini apakah sebagai karyawan ataukah pebisnis. Sepanjang yang saya tahu, LKH baru full time mencari rejeki atau cuan dari pasar saham setelah asetnya cukup. Ini juga membuat kita tidak harus mengikuti gaya investasi LKH karena ia telah full time mencari cuan dari pasar saham sementara kita harus tetap menekuni sumber income kita dari luar pasar saham. Menurut pendapat saya pribadi, kita bisa aman dan nyaman untuk full time mencari income atau cuan dari pasar saham bila aset atau modal kita minimal telah mencapai 4,3M seperti telah saya share dalam tulisan terdahulu https://stockbit.com/post/4017587. Ini pendapat saya pribadi tidak harus beropini sama dengan saya.
Intinya kita tidak bisa ikut-ikutan. Kita harus menyesuaikan dengan kondisi kita sendiri, memahami apa yang kita beli dan mengerjakan PR (pekerjaan rumah kita sendiri) yang tentu berbeda dengan orang lain. Beberapa ketidakpahaman sering terjadi pada investor baru, termasuk belum mengerjakan PR-nya sendiri. Misalnya dengar kabar saham ABCD dividennya gede, terus langsung beli tanpa memahami kondisi saham tersebut saat ini. Ternyata yield atau dividend yield-nya (DY-nya) memang besar, tapi itu 11 bulan lalu saat harganya rendah, sekarang haraganya sudah terbang DY-nya tinggal 4% bila DPS (Dividend per Share)-nya sama besarnya dengan tahun lalu.
==================================
Rumus DY = DPS dibagi harga dikali 100%
==================================
Kalau harga tinggi yield-nya atau DY-nya akan menjadi kecil.
Memahami fundamental emiten yang akan kita beli sahamnya juga penting. Termasuk aspek GCG-nya atau good corporarate governance-nya. Ini berkaitan perubahan EPS (Earning per Share) dan DPS, apakah akan naik atau turun dibandingkan tahun lalu. Kita perlu juga tahu portofolio bisnis emiten. Jangan karena menyangka harga CPO (Crude Palm Oil) naik terus langsung tubruk saham CEKA, padahal CEKA tidak memiliki kebun sawit. Tidak ada dalam porto bisnisnya CEKA mengolah TBS menjadi CPO terus dijual. Atau membeli BUDI (PT Budi Starch & Sweatener Tbk) karena menyangka tepung beras Rose Brand yang legendaris merupakan bagian dari bisnis BUDI, padahal tidak. Dari aspek GCG juga perlu dicek apakah pengelola atau PSP (Pemegang Saham Pengendali) terlibat kasus hukum atau korupsi. Kita juga perlu tahu apakah group tertentu punya track record yang kurang baik di masa lalu. Misalnya apakah emiten MICE terkait dengan keluarga H? Salah satu direkturnya anggota keluarga H, sementara keluarga H menjadi pengendali MDRN dan MDLN. Memahami apa yang akan kita beli dan berhati-hati tentu sangat perlu.
Kalau saya pernah share 37 emiten High DY atau yield tinggi tentu harus dipahami konteksnya. Misalnya saya terakhir share 37 emiten High DY Desember lalu, itu berdasarkan harga tanggal 23 Desember dan berdasarkan EPS saat itu https://stockbit.com/post/5168897
Sekarang tentu harganya beda, yield-nya akan beda, juga kita perlu cek apakah EPS nya naik atau turun setelah LK full year 2020 keluar.
Demikianlah Ngopi Santai kali ini. Gunakan waktu libur untuk belajar dan membaca sampai paham, setiap orang pernah melakukan kesalahan maka memperbaiki diri harus selalu dilakukan. Happy investing.
Disclaimer selalu on. Pahami terlebih dahulu apabila ingin membeli. Kerjakan PR Anda sendiri. DYOR (Do your own research).