$IHSG Book Value Per Share (BVPS) vs Net Asset Per Share (NAVS)


Perbedaan
Book value merefleksikan ekuitas dimana Ekuitas = Aset – Liabilitas, sedangkan Net Asset = Aset – Liabilitas, sehingga secara sederhana formula BVPS dan NAVS, relatif sama yaitu sebagai berikut;
BVPS = (ekuitas ) / total lembar saham = > BVPS = (asset -liabilitas) / Total lembar saham, dan
NAVS = (Aset – Liabilitas ) / total lembar saham, sehingga BVPS = NAVS.

Tetapi kalau kita buka data summary pada RTI, kita akan mendapatkan fakta sebagai berikut;
- $POWR, BVPS = USD 0,0432, dan NAVS = USD 0,0432 => BVPS = NAVS,
- $HRUM, BVPS = USD 0,1230, dan NAVS = USD 0,1553 => BVPS < NAVS,
- $LPPF, BVPS = Rp. 401, dan NAVS = Rp. 375 => BPVS > NAVS

Kenapa hasilnya berbeda-beda? Ada yang “=”, “<” dan “>”, ya, memang harus berbeda, kalaulah sama untuk apa ditampilkan BVPS dan NAVS secara terpisah?

Adapun perhitungan NAVS yang akan penulis uraikan bukan pengertian Net Asset bersih pada investasi di reksadana. Mengenai NAVS penulis tidak dapat menjelaskan karena sampai dengan saat ini penulis tidak pernah berinvestasi melalui reksadana.


Total lembar saham
Untuk dasar perhiutungan BVPS, Jumlah saham yang difaktorkan sebagai pembagi book value tergantung kepada;

- Jika terdapat treasury stock dan RUPS belum memutuskan treasury stock akan dihapuskan sehingga mengurangi modal, maka total lembar saham yang digunakan adalah total seluruh saham yang diterbitkan, yang mana didalamnya termasuk saham treasury stock. Hal ini karena treasury stock masih dianggap sebagai aset yang mungkin akan dilepas (dijual) ke market Kembali.

- Jika RUPS telah memutuskan bahwa treasury stock sebagai komponen pengurang modal, yang artinya tidak dilepas (dijual) kembali ke market, maka total lembar saham yang digunakan adalah total seluruh saham yang diterbitkan minus jumlah saham treasury stock.

Sedangkan untuk perhitungan NAVS, Jumlah lembar saham yang difaktorkan sebagai pembagi net asset, tetap menggunakan jumlah saham yang diterbitkan, dan tidak terpengaruh kepada keputusan RUPS mengenai status treasury stock. Karena NAVS merefleksikan nilai aset dan liabilitas yang jumlahnya adalah satu kestuan utuh yang tidak dapat dipisahkan; bagian aset / liabilitas yang mana, yang menjadi milik shareholder induk, atau bagian yang mana menjadi milik NCI, dan bagian yang mana menjadi milik "tresury stok". Sehingga pada NAVS masih menggunakan jumlah seluruh saham yang diterbitkan pada perusahaan induk (mengabaikan tressury stock).

Sehingga selanjutnya formula perhitungan di atas direvisi menjadi;


BVPS
BVPS = (Ekuitas – shareholder non-pengendali pada “perusahaan anak”) / total lembar saham;
Kenapa ekuitas masih harus dikurang dengan shareholder non-pengendali pada “perusahaan anak”? Karena total ekuitas yang ditampilkan pada laporan posisi keuangan (neraca) terdiri dari dua bagian yaitu; Ekuitas milik pemegang saham induk dan (2) ekuitas milik pemegang saham non pengendali pada “perusahaan anak (non-controlling interest (NCI))”.

Adapun yang dimaksud dengan “ekuitas milik pemegang saham induk” yaitu Pemegang Saham Pengendali (PSP) saja dan shareholder lainnya, termasuk didalamnya adalah milik para shareholder publik, yang didalamnya adalah anda sebagai investor plankton. Ekuitas milik pemegang saham induk inilah yang diterjemahkan sebagai book value (BV), sehingga pada formula BVPS, untuk menghitung ekuitas milik pemegang saham induk (BV) yaitu dengan cara BV = total ekuitas – NCI.

Apalagi itu shareholder non-pengendali pada “perusahaan anak (NCI)”? Penulis telah jelaskan mengenai NCI pada postingan sebelumnya disini https://stockbit.com/post/4623539 dan disini https://stockbit.com/post/4590178.

Singkatnya NCI adalah porsi ekuitas pada “perusahaan anak” yang dimiliki oleh shareholder non-pengendali. Siapa shareholder pengendalinya? Ya si Emiten yang posisinya sebagai induk pada perusahaan anak.

Misal emiten HRUM memiliki perusahaan anak “MSJ”, berdasarkan CLK, diinformasikan bahwa shareholder MSJ adalah HRUM (80%) dan Perusda (20%). Maka NCI adalah nilai yang merefleksikan kepemilikan Perusda pada “MSJ”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa BVPS adalah perhitungan harga buku per lembar bersih, yang benar-benar dimiliki oleh pemegang saham induk.


NAVS
Sedangkan untuk perhitungan NAVS sudah tepat. Tidak perlu dikoreksi karena definisi net asset adalah aset bersih setelah dikurang dengan utang (asset -libilitas).

Adapun yang dimaksud dengan asset adalah seluruh asset yang terdaftar atas nama emiten, demikian juga dengan liabilitas yang terdaftar sebagai kewajiban atas nama emiten. Oleh karena itu secara legal tidak dapat dipisahkan, bagain aset yang mana menjadi milik shareholder induk dan bagian asset yang mana yang menjadi bagian milik NCI.

Berberbeda dengan bagian ekuitas, pelaporannya dapat dipisahkan, karena setoran modal secara legal terdaftar atas nama masing-masing pemegang saham, sehingga pada sisi ekuitas dapat dilaporkan terpisah berapa yang menjadi ekuitas milik pemegang saham induk dan berapa bagian ekuitas yang menjadi milik NCI.

Itu sebabnya pada formula NAVS kita tidak dapat langsung menghitung NAVS milik shareholder induk. Tetapi jika ingin menghitung secara tidak langsung, maka cukup menggunakan formula BVPS. Hal ini karena persamaan dasar akuntansi ekuitas dan net asset adalah sama yaitu;
Ekuitas = Aset – Liabilitas dan Net Asset = Aset – Liabilitas

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa NAVS adalah perhitungan harga buku per lembar kotor, dimana didalmnya masih terdapat hak pemegang saham NCI.


Perhitungan
Sekarang kita hitung ulang dari mana data pada RTI diperoleh;
POWR; berdasarkan LK YTD June 2020 = saldo NCI = 0, artinya seluruh ekuitas milik perusahaan induk. Kenapa nilainya = 0?, setelah ditelusuri ternyata POWR tidak memiliki satupun anak usaha, sehingga tidak ada shareholder lain pada buku POWR selain para pemegang saham induk. Nilai NCI = 0 juga mungkin timbul jika nilai ekuitas pada perusahaan anak = 0. Kenapa nilai ekuitas menjadi = 0? Jawabnya jangankan nilai = 0 nilainya negative pun dapat. Nilai 0 berarti, akumulasi rugi (defisit laba ditahan) pada “perusahaan anak” = jumlah modal disetor pada “perusahaan anak”, sehingga jika dijumlahkan = setoran modal + defisit laba ditahan = 0.

Dilaporkan total ekuitas = USD 694,6 juta, jumlah lembar saham yang telah disetor = 16,1 miliar. Terdapat jumlah saham treasury sebanyak = 338,8 juta lembar, tidak ada informasi pada CLK yang menyebutkna bahwa saham treasury akan digunakan untuk menjadi pengurang modal. Oleh karena itu jumlah lembar saham yang akan digunakan masih menggunkan total saham yang diterbitkan = 16,1 miliar lembar.

Karena tidak ada NCI, maka seluruh ekuitas milik pemegang saham induk, sehingga Book value POWR = Ekuitas. Maka untuk menghitung BPVS sebagai berikut
BVPS = 694,6 juta / 16,1 miliar lembar = 0,0432 => jumlah tersebut sama dengan data pada RTI;
Karena Ekuitas = aset – libailitas = Net asset, maka
NAVS = 694,6 juta / 16,1 miliar lembar = 0,0432 => jumlah tersebut sama dengan data pada RTI;

HRUM : berdasarkan LK YTD June 2020 = saldo NCI = USD 87,3 juta, total ekuitas = USD 419,9 juta, jumlah lembar saham yang telah disetor = 2,7 miliar lembar. Terdapat jumlah saham treasury sebanyak = 177,4 juta lembar, tidak ada informasi pada CLK yang menyebutkan bahwa saham treasury akan digunakan untuk menjadi pengurang modal. Oleh karena itu jumlah lembar saham yang akan digunakan masih menggunkan total saham yang diterbitkan = 2,7 miliar lembar.

BVPS = (Ekuitas – NCI) / jumlah lembar saham = (419,9 juta – 87,3 juta) / 2,7 miliar lembar
BVPS = 0,1230 => jumlah tersebut sama dengan data pada RTI;
Karena Ekuitas = aset – libailitas = Net asset, maka
NAVS = 419,9 juta / 2,7 miliar lembar = 0,1553 => jumlah tersebut sama dengan data pada RTI;

LPPF : berdasarkan LK YTD June 2020 = saldo NCI = 0, total ekuitas = Rp. 1,05 triliun, jumlah lembar saham yang telah disetor = 2,8 miliar lembar. Terdapat jumlah saham treasury sebanyak = 178,7 juta lembar, terdapat informasi pada CLK yang menyebutkan bahwa saham treasury akan digunakan untuk menjadi pengurang modal. Oleh karena itu jumlah lembar saham yang akan digunakan sebagai pembagi pada perhitungan BVPS menjadi = 2,8 miliar – 178,7 juta = 2,6 miliar lembar. Sedangkan untuk perhitungan NAVS masih menggunakan jumlah saham kotor sebesar 2,8 miliar lembar.

BVPS = (Ekuitas – NCI) / jumlah lembar saham = (1,05 triliun - 0) / 2,6 miliar lembar
BVPS = 401 => jumlah tersebut sama dengan data pada RTI;
Karena Ekuitas = aset – libailitas = Net asset, maka
NAVS = 1,05 triliun / 2,8 miliar lembar = 375 => jumlah tersebut sama dengan data pada RTI.


BVPS > NAVS
Pada kasus LPPF jumlah BVPS lebih besar dibandingkan dengan jumlah NAVS yang disebabkan oleh status treasury stock yang diputuskan oleh RUPS sebagai komponen pengurang modal. Terdapat juga penyebab lain, yaitu apabila saldo NCI berjumlah negative, yang menyebabkan BVPS > NAVS, yaitu dimana;
Total ekuitas milik share holder induk = total ekuitas - NCI, sehingga apabila NCI = “-“, maka total ekuitas milik shareholdet induk > total ekuitas. Karena total ekuitas milik shareholder induk = book value, dan ekuitas = net asset maka nilai BVPS > NAVS
Sedangkan pada kondisi normal, yaitu nilai NCI = “+”, maka total ekuitas milik shareholder induk < total ekuitas.

Jumlah negative pada NCI menunjukan saldo ekuitas “anak perusahaan” bernilai negative. Artinya kinerja “anak perusahaan” sangat buruk, sehingga sedemikian rupa, jumlah “kerugian” pada anak perusahaan telah melebihi jumlah modal yang disetor pada anak perusahaan, sehingga menyebakan defisiensi modal (ekuitas minus).


Penutup
Manfaat mengetahui perbedaan BVPS dan NAVS yaitu pada perusahaan yang memiliki banyak anak perusahaan sehingga dapat diketahui hak pemegang saham induk atas aset dan liabilitas konsolidasian. Contoh pada emiten $MMLP nilai BVPS = 608 dan NAVS = 838, secara sederhana dapat diketahui seluruh aset, liabilitas, laba (rugi) yang menjadi milik shareholder induk yang didalamnya termasuk para shareholder publik hanya sebesar = BVPS/NAVS = 608/838 = 72,5% saja, selebihnya milik NCI sebesar 27,5%. Untuk mengetahui siapakah NCI dapat dilihat pada CLK.

Yang pasti NCI bukanlah PSP, kecuali PSP menyamar jadi NCI menggunakan “special purpose vehicle (SPV)). Pembahasan tentang NCI akan menarik pada saat laporan keuangan “papi tbk” telah melaporkan lengkap proses akusisi “anak tiri” yang akan menaikan nilai NCI secara sangat signifikan. Maka akan terlihat bagaimana aset dari sharerholder induk (didalamnya termasuk pemegang saham publik) pindah masuk kantong “NCI” yang notabene adalah “grand opa” PSP yang menggunakan SPV perusahaan investasi alias reksadana, kisah lengkap akusisi ada disini https://stockbit.com/post/3908793

Demikian semoga bermanfaat.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy