Fundamental is dead, kalo..
馃摃 1. Tidak disertai KINERJA (Revenue dan Net Income) yg positif
馃摍 2. Tidak disertai PERTUMBUHAN Kinerja
馃摋 3. VALUASI di masa sekarang dan/atau mendatang tidak lagi murah

Sekarang kita bahas variabel Kinerja, Pertumbuhan Kinerja, dan rasio2 Valuasi untuk ditambahkan ke 6 screener fundamental yg kita sudah buat.

Pro Tip: Kalo kamu newbie dan kesulitan mengerti arti2 variabel yg saya ajarkan, bisa cari artinya di https://stockbit.com/glossary . Kemudian usahakan untuk hafal singkatan2nya, karena semua ini akan selamanya kita pakai dan kita butuh komunikasi dengan cepat. Sayapun fokus jadi bisa nulis ke hal2 yg lebih strategis 馃檹

===== 馃摃 VARIABEL KINERJA =====
Setelah kita paham bahwa dari Revenue menghasilkan Gross Profit, Operating Profit, dan Net Profit (https://stockbit.com/post/20847617), disederhanakan menjadi Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), dan Net Profit Margin (NPM).

GPM = Gross Profit / Revenue
OPM = Operating Profit / Revenue
NPM = Net Profit / Revenue
Semua Profit Margin dalam bentuk %.

Masing2 variabel punya timeframe TTM* & Quarter**. Tambahkan variabel2 ini ke screener:
GPM (TTM) > -100
GPM (Quarter) > 0
OPM (TTM) > -100
OPM (Quarter) > 0
NPM (TTM) > -100
NPM (Quarter) > 0

For newbies:
* TTM singkatan Trailing Twelve Months
** Quarter artinya 3 bulan periode fiskal perusahaan. 1 tahun ada 4 quarter:
Q1 Januari - Maret
Q2 April - Juni
Q3 Juli - September
Q4 Oktober - Desember

Parameter versi saya,
TTMnya > -100%. Kenapa? Supaya ikut tersaring perusahaan2 yg baru IPO dan belom genap 12 bulan di melantai di bursa. Dan juga ikut kesaring yg profit margin TTMnya minus..
Quarternya > 0%. Kenapa? Saya mau trend kinerja yg arahnya positif. Kalo arah kinerjanya negatif (rugi), maka kemungkinan besar harga sahamnya akan turun. Kalo arah kinerjanya positif (laba), ada peluang sahamnya naik kalo valuasi dan growth storynya mendukung. DAN kalo TTMnya tadinya negatif terus Quarternya positif, ada peluang dapat emiten turnaround tuh..

Itu parameter saya ya.. Kalo kamu punya kriteria sendiri, misalnya cuman mau emiten yg udah lama di bursa, yg kinerjanya selalu solid dan NPMnya minimal 20%, ya silahkan NPM (TTM) > 20 dan NPM (Quarter) > 20. Sesuaikan saja.

Kemudian yg saya cari: apakah ada emiten yg mengalami pertumbuhan OPM & NPM? Artinya profit margin TTM < Quarter.
Lebih detail lagi, apakah ada emiten yg tadinya NPM low single-digit berubah jadi high single-digit?
atau, apakah ada emiten yg tadinya NPM high single-digit berubah jadi low double-digit?
atau, apakah ada emiten yg tadinya NPM low double-digit berubah jadi high double-digit?

===== 馃摍 VARIABEL PERTUMBUHAN KINERJA =====
Pertumbuhan kinerja artinya Revenue Growth & Net Income Growth.
Net Income.. Net Profit.. sama aja intinya, beda penamaan doank.

Saya selalu sarankan cari emiten yg Net Income Growth DISERTAI Revenue Growth, artinya kinerja tumbuh karena bisnis utamanya yg tumbuh, bukan hasil pendapatan lain2 kecuali itu emiten holding yg tidak punya operating bisnis sendiri.

Tambahin variabel2 ini ke screener:
Revenue (Growth: Quarterly YoY) > -100
Net Income (Growth: Quarterly YoY) > -100
Revenue (Growth: QoQ) > -100
Net Income (Growth QoQ) > -100

Sekali lagi, parameter versi saya.
Kenapa semuanya dibikin -100% ?! Karena nanti ada emiten dengan kombinasi berikut:
Revenuenya growth, tapi Net Incomenya susut.
Net Incomenya growth, tapi revenuenya susut.
Saya mau lihat yg kayak begituan.. siapa tahu kinerja susutnya cuman temporer kayak Q2 $SUNI . Padahal OPM dan NPMnya high double-digit. 馃拵 Thesis investasinya: lifting migas RI ditargetkan terus tumbuh sampai 2030, DAN ada prospek makro yg makin positif karena Shell BP Vivo akan nambahin defisit kuota bensin dari Pertamina. ehe ehe ehe makaroni

Daripada saya bikin screener lagi, mendingan dilonggarin aja parameternya. Nanti tinggal evaluasi manual.. gak sulit kok.

Tapi kalo mau dibikin positif semua atau minimal growth 50% juga boleh.. atur saja sesuai selera 馃榿馃憤Yang penting Valuasinya masuk akal.

===== 馃摋 VARIABEL VALUASI =====
Untuk saat ini, maximum PE saham2 non-banks di Indonesia, pada suku bunga yg dijamin LPS sebesar 3% adalah 33.33

Bagi followers yg baru nemu tulisan ini, maximum PE 33.33 dapatnya dari sini https://stockbit.com/post/20867634 . Dan kenapa pakai PE? Tadi sudah saya share linknya... https://stockbit.com/post/20847617 . Bagi yg udah paham, lanjut!

Masukin variabel2 ini ke screener
Current PE Ratio (TTM) > -100
Price > 0
Current Price to Sales (TTM) > 0 [optional]
Current Price to Book Value > 0 [optional]

Kenapa PE Ratio (TTM) > -100 ? Karena tadi, ada emiten2 yg baru melantai di bursa DAN emiten2 yg tahun lalu merugi tapi kuartal terakhir membukukan kinerja positif. Sehingga PE (TTM) bisa saja negatif tapi kinerja berpotensi turnaround dan dapat mengubah valuasi PE menjadi positif. Setelah PE positif, berikutnya PE turun jadi murah akibat lonjakan kinerja. Siapa tahu... dapet saham turnaround.

Dan kenapa PE Rationya tidak saya batasi di 33.33? Karena ada saham2 yg harganya melonjak tersengat sentimen positif makro seperti $PSAB terkena sentimen positif harga emas. Dalam 1 tahun terakhir PEnya konsisten di atas 30 bahkan mencapai 100 lebih. Kan sayang kalo gak muncul di screener gara2 dibatasi, padahal OPMnya (lumayan tebel 30%-40%) dan NPMnya tumbuh dari yg tadinya minus jadi low double-digit! Itu kan peluang turnaround akibat makro yg mendukung.

Kenapa Price > 0 dan tidak saya batasi? Karena harga saham dengan face value Rp1000 belum tentu mahal. Sebaliknya, face value Rp100 belum tentu murah -- tergantung PE dan growth kinerja jg kan, dan return on investment ke investor bisa berapa %? Cuman memang... investor ritel lebih mampu beli yg harga sahamnya Rp100 dibandingkan Rp1000. Di saat yg sama, BANDAR dengan modal Rp10miliar bisa lebih mudah menggoreng saham Rp100 dibanding saham Rp1000, karena mampu menggoreng lebih banyak lot (1jt lot banding cuman 100ribu lot ) 馃く makana... investor ritel sering kena guyuran minyak goreng. Tapi selama fundamental aman, kinerja tumbuh, dan valuasi masuk akal.. bandar jg males gorengnya -- karena ritel yg pinter pasti hold atau average down. Dan ketika bandar nyoba2 goreng, kita ritel2 yg pinter bisa TP kalo udah nyampe valuasi wajar atau naiknya gak wajar dalam jangka pendek. hehe.. who's the bad guys now?!

Cukup sampai sini.. Mabok mabok lo wkwkwk 馃ぃ Saya aja mulai kunang2 nih. Kalo offline workshop enak, live screening.

Sisa variabel PS dan PBV, optional. Saya gak mau bahas sekarang. Sekarang waktunya PRAKTEK karena ada hal2 yg saya cuma bisa jelasin pas demo, dan karena keterbatasan platform.

See you soon!

=====
Next, demo screening.

Back to Fundamentals https://stockbit.com/post/21044853

Read more...

1/3

testestes
2013-2025 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy