imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

#12 : Laporan Posisi Keuangan (Neraca) -> Aset -> Aset Tak Berwujud (termasuk Goodwill)

Aset Tak Berwujud adalah aset yang tidak memiliki wujud nyata yang konkret layaknya Aset Tetap, tapi memiliki nilai yang material dan bermanfaat bagi perusahaan untuk jangka panjang (sehingga digolongkan sebagai Aset Tidak Lancar).

Contoh Aset Tak Berwujud bisa berupa :

1. Perangkat Lunak (Software / Aplikasi).

Perangkat lunak baik yang perusahaan beli, sewa, dan atau terima lisensi dari pihak lain untuk digunakan jangka panjang ; maupun yang dikembangkan oleh perusahaan sendiri.

2. Merek dagang, hak cipta, paten, rahasia dagang, desain industri, dan sejenisnya (Kekayaan Intelektual).

Kekayaan Intelektual ini termasuk yang diciptakan dan atau milik perusahaan sendiri, yang walaupun fisiknya tidak nyata, namun sewajarnya dinilai "premium" dan dilindungi HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) sebagai salah satu aset.
Perusahaan bisa memperoleh royalti / pendapatan lisensi jika Kekayaan Intelektual ini dipergunakan pihak lain.

Selain itu, termasuk juga Kekayaan Intelektual milik pihak lain yang perusahaan beli, sewa, atau dapatkan lisensinya untuk digunakan jangka panjang.

3. Izin Usaha

Jika perusahaan memperoleh izin usaha, konsesi, hak eksklusif dari Pemerintah untuk memanfaatkan suatu sumber daya atau bidang usaha secara maksimal. Apalagi dengan adanya izin itu mengurangi daya kompetisi pesaing. Maka hal ini bisa diakui sebagai Aset Tak Berwujud.

4. Kontrak Pelanggan

Jika perusahaan memiliki kontrak kerja sama khusus dengan pelanggan strategis, yang menjamin kelangsungan pendapatan untuk jangka panjang, membatasi persaingan, termasuk membuka peluang ekonomis lain di masa mendatang. Maka ini bisa diakui sebagai Aset Tak Berwujud.

5. Hubungan Pelanggan Non Kontraktual

Loyalitas (membership) dan daftar pelanggan umum yang lepas dari perjanjian khusus.
Termasuk data kontak bahkan data pribadi pelanggan yang dimiliki perusahaan.

6. Akun Media Sosial

Akun media sosial milik perusahaan yang punya banyak followers, subscribers, dan atau membership.

7. Goodwill (akan dibahas selanjutnya)

..........................................................
Serta contoh Aset Tak Berwujud lainnya yang belum saya sebutkan di atas.

Nah karena Aset ini tidak ada bentuk fisik konkret yang bisa dihitung, maka nilainya pun banyak yang merupakan 'perkiraan'.

Biasanya angka didapat dengan memperkirakan berapa besar arus kas / pendapatan yang bisa diperoleh perusahaan di masa mendatang dari penggunaan Aset Tak Berwujud itu.

Walaupun ada juga biaya-biaya nyata (bukan perkiraan) yang bisa dimasukkan ke nilai Aset, contoh nilai kontrak sewa atau nilai beli Aset Tak Berwujud dari pihak lain, biaya yang dikeluarkan untuk build aplikasi sendiri, dll.

......................................................
Lalu kalau banyak perkiraan yang 'tidak pasti', mengapa Aset Tak Berwujud ini diakui di laporan keuangan ?

1. Keperluan valuasi.

Keberadaan Aset Tak Berwujud perlu diberi nilai memadai saat transaksi merger dan akuisisi perusahaan. Selain itu, bisa jadi pertimbangan bagi investor atau kreditur untuk memberi pendanaan.

2. Membuka potensi 'pendapatan', termasuk kemungkinan munculnya 'biaya' dari pemanfaatan aset ini.

..........................................................
Biaya yang muncul dari Aset Tak Berwujud ?

Kalau di Aset Tetap dipakai istilah Depresiasi / Penyusutan. Nah kalau di Aset Tak Berwujud dipakai istilah Amortisasi.

Amortisasi aset tak berwujud ini saya bagi jadi dua jenis :

1. Amortisasi yang mengurangi nilai aset secara 'tetap'.

Ini dilakukan terhadap aset tak berwujud yang jelas atau setidaknya bisa diperkirakan berapa lama masa penggunaannya.
Ada nilai beli atau sewa yang tercantum nyata pada kontrak, serta memiliki jangka waktu tertentu.

Misal, izin usaha yang memiliki batas waktu, kontrak lisensi pemakaian merek, kontrak lisensi penggunaan software, dll.

Cara pengakuan beban amortisasinya mirip seperti bebas penyusutan aset tetap metode garis lurus.

2. Amortisasi yang bisa dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan perubahan perkiraan.

Ini dilakukan terhadap aset tak berwujud yang tidak memiliki nilai nyata, alias awal angkanya muncul dari perkiraan, serta tidak punya perkiraan batas waktu pemakaian yang jelas.

Jadi kalau aset tersebut ternyata tidak menghasilkan pendapatan (arus kas) yang memadai bagi perusahaan sesuai perkiraan awal, maka nilai aset akan diturunkan (amortisasi).

.........................................................
Selanjutnya saya bahas soal Goodwill sebagai salah satu jenis Aset Tak Berwujud.

Goodwill ini biasanya timbul dari transaksi merger atau akuisisi yang dilakukan perusahaan.

- Jika perusahaan mengakuisisi perusahaan lain di atas nilai bukunya, maka akan muncul Goodwill Positif (dicatat aset). Contoh :

Perusahaan A mengakuisisi perusahaan B dengan membayar Rp 1,2 triliun. Diketahui B memiliki aset Rp 1,5 triliun dan liabilitas Rp 800 miliar.

Jurnal
(D) Aset Rp 1,5 triliun
(D) Aset Goodwill Rp 500 miliar

(K) Liabilitas Rp 800 miliar
(K) Kas Rp Rp 1,2 triliun

Ini artinya A sebenarnya 'rugi' Rp 500 miliar, karena harus keluar uang lebih banyak sampai Rp 1,2 triliun untuk akuisisi B, padahal aset bersih (aset dikurang liabilitas) B hanya sebesar Rp 700 miliar.

Tapi ini dilakukan karena A memandang B punya prospek bisa menghasilkan pendapatan (arus kas) lebih dari sekedar Rp 500 miliar di masa mendatang. Jadinya tidak langsung dicatat rugi / beban, melainkan sebagai 'Aset'.

Pengakuan beban amortisasi (penurunan nilai) Goodwill tersebut baru akan dilakukan kalau ternyata B tidak mampu menghasilkan arus kas untuk A sebesar yang diperkirakan di awal.


- Jika perusahaan mengakuisisi perusahaan lain di bawah nilai bukunya, maka akan muncul Goodwill Negatif (dicatat laba, menambah ekuitas).

Perusahaan A mengakuisisi perusahaan C dengan membayar Rp 600 miliar. Diketahui C memiliki aset Rp 1,5 triliun dan liabilitas Rp 800 miliar.

Jurnal
(D) Aset Rp 1,5 triliun

(K) Liabilitas Rp 800 miliar
(K) Kas Rp 600 miliar
(K) Goodwill Negatif Rp 100 miliar

Ini artinya A 'untung' Rp 100 miliar, karena hanya perlu bayar Rp 600 miliar, padahal C punya aset bersih Rp 700 miliar.

Nilai Goodwill Negatif ini bisa diakui sebagai pendapatan lain-lain dan akhirnya menambah laba bersih A.

...............................................................
Jadi perlu hati-hati dengan keberadaan Aset Tak Berwujud ini, bisa jadi ini hanyalah 'beban' yang tertunda.
Atau parahnya lagi hanyalah angka jadi-jadian karena banyaknya unsur mengira-ngira.

Walaupun dengan memiliki Aset Tak Berwujud, valuasi perusahaan pun bisa naik, aset ini berharga jika dijual, dan mungkin bisa memperoleh pendapatan (misal royalti / lisensi) dari pemanfaatan aset ini oleh pihak lain, atau digunakan oleh perusahaan sendiri dalam mengejar omset.

Terlampir cuplikan laporan keuangan dari $ICBP yang muncul Goodwill Positif sebagai Aset saat akuisisi Pinehill di atas nilai bukunya.
$GOTO yang punya aset tak berwujud beragam jenis serta Goodwill besar, yang harus kehilangan nilai cukup signifikan ketika divestasi Tokopedia.
$DRMA yang mencatat Goodwill Negatif sebagai Pendapatan Lain-lain ketika mengakusisi Trimitra Citrahasta di bawah nilai bukunya.

..............................................
Tiga series laporan keuangan sebelumnya
#9 : Aset Tetap
https://stockbit.com/post/16227009
#10 : Properti Investasi
https://stockbit.com/post/16291718
#11 : Aset Hak Guna
https://stockbit.com/post/16317002

$BREN $ISAT

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy