#10 : Laporan Posisi Keuangan (Neraca) -> Aset -> Properti Investasi
Seperti yang sudah saya jelaskan pada pembahasan mengenai Aset Tetap di postingan berikut :
https://stockbit.com/post/16227009
Perbedaan 'Aset Tetap' dengan 'Properti Investasi' adalah tujuan penggunaannya.
Aset Tetap digunakan untuk menunjang operasional sehari-hari perusahaan.
Sementara, Properti Investasi ini dimiliki 'bukan' untuk operasional, melainkan sebagai sarana investasi mendapatkan keuntungan. Bisa dari penyewaan ke pihak lain, atau disimpan untuk kemudian dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Bentuk properti investasi ini bisa macam-macam seperti tanah, gedung kantor, ruko, pasar, food court, gedung pertemuan, hotel, mal, lapak usaha, lahan parkir, tempat wisata, dll.
............................................
Perlakuannya mirip dengan Aset Tetap, ada prosedur penyusutan (depresiasi) juga yang bakal dicatat sebagai beban.
Sementara, keuntungan dari properti investasi bakal dicatat sebagai pendapatan lainnya.
Kalau nilai pendapatannya cukup signifikan bisa pula dibuatkan sub-account sendiri misalnya 'Pendapatan Sewa', atau bahkan masuk ke unsur Pendapatan utama (misalnya dalam praktik emiten properti).
..........................................
Yang perlu jadi perhatian adalah kalau saldo akun Properti Investasi ini bernilai besar terhadap total aset.
Maka seharusnya pendapatan lainnya yang diperoleh perusahaan dari pemanfaatan Properti Investasi pun harus mumpuni.
Setidaknya pendapatan (sewa, ticketing, dll) bisa menutupi beban depresiasi (penyusutan) yang timbul, dan aset Properti Investasi ini cukup bernilai jika harus dijual ke pihak lain, sehingga bisa mendatangkan keuntungan.
Bisa diamati juga akun Pendapatan Ditangguhkan atau Uang Muka Sewa/Pelanggan di bagian liabilitas, yang bisa mengindikasikan adanya kontrak sewa terhadap properti investasi ini, namun belum semuanya diakui sebagai pendapatan.
.....................................
Patut curiga kalau emiten yang bukan bergerak di bidang usaha properti, tapi punya saldo akun Properti Investasi yang besar.
Tapi, selama tingkat pendapatan seperti yang dijelaskan di atas itu mumpuni sih masih bisa dimaklumi.
Jangan sampai aset menumpuk di Properti Investasi, tapi keuntungan darinya minim, sementara beban depresiasi jalan terus.
Lebih parahnya lagi kalau yang menikmati aset tersebut adalah owner Pengendalinya sendiri di luar kepentingan usaha.
Atau dalam kasus tertentu emiten "dipaksa" membeli aset dari Pengendalinya dengan harga tinggi.
Padahal kalau mau dijadikan aset tetap pun tidak sesuai dengan keperluan operasional. Bahkan untuk disewakan atau dijual lagi sebagai properti investasi pun kurang berharga.
......................................
Ini adalah series ke #10 bahasan akun (item) di laporan keuangan.
Tiga series sebelumnya :
#9 : Aset Tetap
https://stockbit.com/post/16227009
#8 : Giro pada Bank Indonesia
https://stockbit.com/post/16155184
#7 : Uang Muka Pembelian
https://stockbit.com/post/16150756
Supaya bahasan Properti Investasi ini alurnya nyambung, bisa baca dulu link postingan Aset Tetap.
..................................
Ini saya lampirkan contoh random dari laporan keuangan $ERAA yang ada akun Properti Investasi-nya, walaupun saldonya kecil dan tidak begitu material.
Silakan mengamati emiten yang punya alokasi besar pada jenis aset ini, sepadankah pendapatan yang diperoleh darinya ?
Terima kasih 馃檹
$PWON $CTRA $TOOL $PTSN
1/5