$ADRO $ITMG $PTBA $MEDC $UNTR
UNPOPULAR OPINION: SAHAM ENERGY DAN KOMODITAS ADALAH TARGET (PENURUNAN) SELANJUTNYA?
Ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar menyentuh angka Rp. 16,000, banyak yang memiliki pandangan bahwa saham2 komoditas dan energy adalah yang akan diuntungkan dari keadaan ini. Perusahaan2 yang dimaksud adalah perusahaan yang banyak melakukan penjualan ke pasar internasional sehingga kebanyakan dari mereka menerima pembayaran dalam bentuk US dollar sedangkan biaya (produksi, operasional dll) dalam bentuk rupiah. Saya juga baca beberapa analis yang mulai merekomendasikan alokasi ke saham2 ini, untuk bisa jaga portfolio tetep maksimal. Dalam postingan ini, saya mau share pandangan yang berbeada dimana sepertinya akan banyak yang KECEWA dengan thesis seperti ini, KENAPA? (sebelumnya saya membahas mengenai rupiah akan segera ke 16,000 di postingan ini https://stockbit.com/post/14115819 dan https://stockbit.com/post/14370941 dimana saya juga tidak "menyarankan" saham2 berbasis komoditas)
Sebelumnya saya tekankan terlebih dahulu bahwa saya adalah orang yang percaya untuk komoditas dan energy tertentu sedang memasuki fase supercycle, tapi perlu kita ketahui bahwa fase ini akan sangat lama dan banyak "puncak" dan "lembah" yang akan terbentuk selama periode ini terjadi. Dasar opini mengenai supercycle ini karena saya melihat Cina dan sekutunya (BRICS+) sedang mencoba men-challenge US dan sekutunya untuk mendominasi dunia, senjata yang akan mereka gunakan adalah "energy dan komoditas" (hal ini pernah saya bahas di tahun lalu, ini linknya https://stockbit.com/post/11463101 di poin ke 4) Pendapat saya kali ini, kita akan melihat lembah terlebih dahulu baru nanti akan terjadi kenaikan yang sangat signifikan. Apa dasarnya?
1. Ekonomi Cina
2. Ketegangan geopolitik mereda
EKONOMI CINA
Banyak yang "berharap" bahwa ekonomi di Cina akan segera mengalami kenaikan secara signfikan setelah mendapatkan berbagai macam stimulus, namun masalah yang ada di sana sifatnya struktural dan membutuhkan waktu untuk bener2 lama untuk pulih (salah satunya masalah properti yang memiliki domino effect yang panjang). Salah satu indikator yang menjadikan "euforia" ini adalah "leading indicator" PMI manufaktur. Dimana angkanya trus membaik di maret ini dan terus menunjukkan akselerasi. Ini beritanya https://cutt.ly/tw7RdUKW. Hal yang perlu kita pahami adalah yang namanya kenaikan aktivitas ekonomi adalah hal yang sangat wajar setelah menerima berbagai macam stimulus untuk menggerakan perekonomian di sana. Hanya saja pasar tergolong cukup OPTIMIS dan "beranggapan" seakan2 tidak mungkin aktivitas ekonomi ini menurun lagi. Padahal kalo diperhatikan angka2 ini belum sepenuhnya stabil dan berpotensi terkontraksi dalam beberapa waktu ke depan. Thesis yang masih saya pegang mengenai belum stabilnya ekonomi Cina dari postingan2 yang saya tulis sebelumnya mendapatkan "affirmasi" dari salah satu lembaga rating internasional yakni Fitch. Dimana berdasarkan report mereka baru2 ini, mereka memberikan outlook negatif untuk rating surat utang Cina. Ini linknya:
https://cutt.ly/uw7RdUBA.
Dalam statement-nya Fitch cukup khawatir dengan adanya perubahan model bisnis ekonomi di Cina, defisit yang akan melebar, kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang lebih melambat dari ekspektasi sebelumnya dan bebebrapa alasan lainnya yang pada akhirnya menyematkan rating A+ (tidak ada perubahan) tetapi memberikan outlook "negatif" dari sebelumnya "stable". Hal ini mengindikasikan adanya potensi perubahan penurunan rating di jangka menengah untuk Cina.
Saya tidak bisa prediksi secara pasti kapan penurunan ini akan terjadi, tetapi para investor akan memantau secara seksama tiap bulannya mengenai perubahan leading indicator seperti PMI. Selain itu juga di minggu ini kita juga akan mendengar angka pertumbuhan ekonomi di Cina salah satunya adalah angka GDP. Kalo sampai di bawah konsensus angkanya, jelas akan membuat pasar kecewa.
KETEGANGAN GEOPOLITIK (AKAN SEGERA) MEREDA (UNTUK SAAT INI)
Saya tau statement dari judul di atas terdengar konyol dan "contrarian", tapi saya punya pandangan yang berbeda. Serangan balasan dari Iran ke Israel banyak mengkhawatirkan dunia bahwa akan terjadi perang yang lebih besar lagi. Berbagai macam spekulasi selama kita liburan yang mengindikasikan serangan balasan dari Israel akan lebih dahsyat lagi. Kunci dari serangan balasan ini akan datang dari US dan sekutu. Hanya saja serangan balasan ini akan sangat membahayakan "pemerintah incumbent" yang sedang mencalonkan diri lagi di PEMILU awal November nanti. Teman2 bisa melihat bagaimana Donald Trump "langsung" memprovokasi bahwa kalo dia yang jadi Presiden tidak mungkin hal ini terjadi di Israel. Saya percaya tim Biden akan terus mencoba menahan diri, karena kalo sampai harga komoditas dan energy mengalami penurunan mereka juga akan diuntungkan dengan inflasi (volatile foods) yang lebih stabil. Melakukan serangan balik saat ini akan "memecah konsentrasi" kubu Biden. Kemungkinan itu pasti ada, tapi mereka akan coba menghindarinya.
Apabila 2 kombinasi thesis saya di atas terjadi, sangat mungkin harga2 energy dan komoditas akan mengalami penurunan (setidaknya sementara). Di atas saya menyebutkan bahwa saya percaya fase supercycle masih terjadi, hal ini akan dimulai ketika nanti US mulai memangkas suku bunga yang dalam skenario yang siapkan terjadi di semester kedua (kecenderungan saat ini di Q4). Untuk teman2 yang udah menerima atau bersiap2 menerima dividen, ada baiknya disimpan terlebih dahulu untuk harga yang lebih baik.
Semoga bisa memberikan gambaran dalam keadaan yang cukup kritis saat ini
馃檪