Volume
Avg volume
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan, pemasaran dan distribusi barang konsumen yang laku keras (FMCG). Kegiatan bisnis utama Perusahaan terbagi ke dalam dua segmen operasi: Kebutuhan Rumah Tangga dan Perawatan Tubuh yang meliputi produk kosmetik, dan juga produk-produk pembersih rumah tangga dan tubuh seperti deterjen, sabun, sampo, obat gigi, deodoran, dan Makanan dan Minuman, yang meliputi produk-produk makanan dan minuman, seperti es krim, kantong teh, kecap, minuman sari buah, bumbu-bumbu masak dan margarin. Sebagian dari merek utama untuk produk kebutuhan rumah tangga dan perawatan tu... Read More
IHSG - Hukum Entropi (Termodinamika II)
"Dalam sistem tertutup, entropi (ketidakteraturan) cenderung bertambah seiring waktu."
Maka
“Tanpa disiplin dan evaluasi, portofolio investor berubah jadi museum saham—makin banyak, makin tak teratur.”
$UNVR $HMSP $GGRM
📉 Saham Salah Harga:
Antara Ilusi Diskon dan Realita Distorsi
Abstrak
Konsep “mispricing” atau saham salah harga menjadi primadona di kalangan investor yang mencari peluang undervalued. Namun, tidak semua harga yang rendah berarti murah — bisa jadi cerminan risiko tersembunyi. Artikel ini membedah akar penyebab mispricing di pasar saham Indonesia, membongkar ilusi harga diskon, dan menyoroti bagaimana psikologi massa dan dinamika bandar menciptakan distorsi nilai.
⸻
1. Pengantar: “Murah” Itu Relatif
Di pasar saham, istilah “salah harga” sering dipakai sebagai alasan pembelian saham yang sedang turun. Tapi jangan buru-buru bilang “diskon”. Saham bisa salah harga karena dua hal:
• Salah harga sementara akibat volatilitas pasar.
• Salah harga permanen akibat perubahan fundamental.
Sayangnya, mayoritas investor lebih suka percaya yang pertama, karena lebih nyaman: “Pasti nanti naik lagi.”
⸻
2. Teori di Balik Salah Harga
Dalam teori efisiensi pasar (Efficient Market Hypothesis), semua informasi sudah tercermin di harga saham. Namun realitas di pasar berkembang, termasuk Indonesia, sering menyimpang dari teori ini. Mispricing muncul karena:
• Informasi tidak merata (asymmetric information)
• Aksi bandar atau investor institusi
• Efek euforia sosial media & stock cheering
• Kelambanan respon pasar terhadap berita fundamental
Contoh klasik? Saham tiba-tiba terbang hanya karena kabar “bakal akuisisi” padahal belum ada dokumen resmi.
⸻
3. Salah Harga ≠ Undervalued
Perlu dibedakan antara saham undervalued (berdasarkan fundamental) dengan saham salah harga (karena perilaku pasar).
🟢 Undervalued: Harga lebih rendah dari nilai intrinsik (analisis DCF, PBV, PER, dsb).
🔴 Salah harga: Harga tidak mencerminkan kenyataan, bisa naik atau turun secara irasional.
Saham yang “murah” secara angka belum tentu “layak” secara logika.
⸻
4. Realita Distorsi: Antara Ritel dan Real Player
Ritel sering tertarik pada saham dengan “label diskon”, padahal:
• Likuiditas rendah
• Banyak saham tidur yang hanya “dibangunkan” sebentar
• Fundamental buruk tapi tampil manis di chart
Bandar bisa memainkan narasi, mengatur waktu, bahkan menciptakan ilusi breakout teknikal. Dalam kasus ini, salah harga bukan peluang — tapi jebakan berjamaah.
⸻
5. Ilusi Diskon di Tengah Volatilitas
Banyak investor berpikir:
“Saham ini dulu 1.000, sekarang 300. Berarti diskon 70% dong?”
Padahal tidak ada jaminan harga 1.000 itu rasional. Mungkin dulu justru itu harga yang “salah”, dan 300 adalah harga wajarnya sekarang. Membeli berdasarkan masa lalu adalah bias paling umum yang menjebak ritel.
6. Studi Kasus: Saham IPO yang Salah Harga
Banyak saham IPO yang sengaja dibuat “salah harga” di awal:
• Harga perdana sengaja dipatok tinggi (karena narasi bagus)
• Listing langsung ARA beberapa hari (euforia ritel)
• Setelah itu dibebaskan jatuh ke harga “normal”
Kasus ini mencerminkan bukan hanya salah harga, tapi rekayasa harga. Bukan pasar yang membentuk harga, tapi pengatur narasi.
✍🏻 Kesimpulan: Jangan Beli Saham Hanya Karena Turun
“Sudah turun banyak” bukan alasan beli.
Yang penting adalah: mengapa harga itu turun? Apakah karena pasar panik? Atau karena NILAI perusahaan memang menurun?
Saham salah harga bisa jadi peluang emas, tapi lebih sering jadi pelajaran mahal. Maka jangan hanya belajar membaca harga — belajarlah membaca makna di balik harga.
$IHSG $BTPS $UNVR
Main sabar. Mencoba serius investasi mulai 24 April 2025, tapi menurut saya sudah lumayan. Modal 29,5jt sudah take profit 1,7an (6%) dan diinvestasikan kembali. Random tag $UNVR $BIRD $BMRI
@wijaya1998
Kalo $BSSR benar udah jatuh dalam, emang kamu yakin berani beli???🤔🤔🤔🤭🤣
Kalo berani, coba itu beli $MBAP ato $UNVR??🤔🤔🤔🤭🤣
Ada lagi GOTO, Bumi, SMDR, TLKM, apalagi tuh??🤔🤔🤭
Minggu lalu kabar gelap dari sektor media dan konten, kali ini saya sajikan yang kabar baiknya. Pelanginya gitu ya.
Meski era viralnya mulai redup perlahan lahan, namun antusiasme penonton film Indonesia terhadap film animasi Jumbo, produksi Visinema Pictures, definisi masih kuat.
Film ini, yang akhirnya menjadi film animasi Indonesia pertama terlaris sepanjang masa, sekaligus menjadi top 3 film Indonesia terlaris sepanjang masa (di bawah KKN di Desa Penari ($FILM - MD Entertainment) dan Agak Laen), membuat film animasi asli Indonesia mulai menemukan momentum breakthroughnya, setelah sekian banyak percobaan dan hasilnya tidak terlalu memuaskan. Situasi ini makin heboh, mengingat lawan Jumbo adalah film film horor yang masih tetap saja ngetren di bioskop, meski - tentu saja - tidak semua film horor itu laku juga.
Belum selesai antusiasme, sudah ada yang buru buru terinspirasi bikin animasi serupa (Biasalah, latah wkwkwk). Produser KK Dheeraj, atau nama aslinya Dheeraj Kalwani, yang selama ini memproduksi film film horor dan kontroversial seperti Vina, Norma (menantu selingkuh dengan mertua) hingga film tentang Presiden Jokowi di masa lalu *eh, disebut sebut akan membuat animasi serupa bekerjasama dengan kreator Tung Tung Sahur. Hmmm…
Namun demikian, apakah memang ini benar benar momentum bagus untuk dunia animasi di Indonesia? Sebagai seorang penonton animasi semata, ini komentar saya.
======
Antusiasme penonton sudah ada. Ini kabar bagus memang, mengingat di antara banyak genre film di Indonesia, genre animasi ini ngga terlalu banyak berkembang. Yang berkembang, lagi lagi adalah film animasi dari luar, baik Asia maupun Amerika, yang industrinya sudah lebih kuat dan ada track recordnya dibandingkan dengan Indonesia. Dari Indonesia, yang menonjol paling hanya beberapa nama, misalnya Adit dan Sopo Jarwo (lagi lagi $ FILM). Dari grup $MNCN - Media Nusantara Citra, ada Kiko dan Si Entong (yang secara unik menguasai rating TV di bulan Ramadan beberapa tahun terakhir). Kiko maupun Adit dan Sopo Jarwo sempat dibuat versi filmnya, tapi kurang menggembirakan. Ngga seboom Jumbo. Ada sih yang cukup boom, tapi jauh di bawah Jumbo, semisal filmnya Si Juki (Falcon), karakter komik yang terkenal di media sosial.
Memang betul, satu teori utama di dunia konten, mau apapun mediumnya, adalah soal momentum. Momen ini ngga bisa sengaja dicari untuk seakurat mungkin berhasil dan dikejar dengan duit sebanyak-banyaknya. Ini yang membuat apakah sebuah konten, film, program TV, bisa menempati posisi teratas di industrinya atau tidak. Istilah kerennya adalah trendsetter. Jumbo memperoleh momen bagus, mengingat penayangan pertamanya di tanggal Lebaran (hari H) - hari dimana keluarga semua berkumpul, terutama anak anak yang jadi segmen utama film ini - dan film ini menjadi satu satunya film non drama dan non horor (meski di dalam Jumbo ada tokoh hantunya sih) yang menjadi pembeda sendiri. Sebuah kenekatan, karena kalau sekali flop (gagal), hancur sudah kerja keras timnya selama 5 tahunan terakhir + $UNVR - Unilever Indonesia - yang membuat produk produknya jadi cameo (muncul sekilas) di film ini.
Namun, upaya marketingnya yang cukup agresif, didukung promosinya oleh pemerintah, ditambah dengan adanya gimmick sejumlah nama aktor aktris terkenal yang ikut bermain dalam sejumlah adegan film ini (termasuk Chico Jericho yang cuma jadi kambing wkwkwk), rupanya cukup berhasil. Apalagi ketika lagu soundtrack film ini, yang kemudian diviralkan oleh sejumlah penyanyi, seperti pasangan Mahalini dan Rizky Febian, membuat keterkenalan film ini makin kuat. Saling memperkenalkan satu sama lain, intinya.
Oh ya, ternyata ada sebagian penonton yang baru menyadari bahwa anak anak menjadi potensi baru/pasar baru di dunia film. Hal ini sebenernya sudah terjadi duluan di televisi, dimana dengan maraknya stasiun TV yang fokus menayangkan kartun atau animasi, dari MNCTV-GTV hingga RTV, Mentari TV dan BTV, membuktikan bahwa pasar anak anak bener bener ada. Namun, yang sebenernya digarap bukan si anak anaknya, karena secara konsumen mereka belum bisa memutuskan pembelian, jadi yang ditargetkan adalah bapak atau ibu mereka yang digaet secara tidak langsung.
Itu alasannya kenapa $ UNVR memplacement di Jumbo bukan hanya Walls (untuk anak anaknya), tapi juga Buavita dan Bango (untuk keluarga). Begitupun strategi brand brand yang beriklan di televisi yang saya sebut tadi, dimana kebanyakan adalah pemain sektor konsumer (FMCG).
Meski demikian, gelombang viral film ini menurut saya masih ada unsur FOMOnya, sehingga tentu ini bukan menjadi 100% acuan untuk siapapun kreator film animasi berikutnya. Istilah kasarnya, kalaupun nanti ada lagi yang lain, jangan harap bisa setinggi ini lagi - bukan bermaksud menggagalkan mimpi, tapi realistis menjadi penting. Antusiasme belum tentu setinggi Jumbo, dan momentum sangat berpengaruh. Lagipula, menjaga antusiasme untuk film animasi selanjutnya menjadi lebih menantang, karena film animasi ngga bisa diproduksi secepat dan dalam jumlah masif seperti film live action (film yang menggunakan manusia sebagai pemainnya, seperti kebanyakan film yang kita tonton).
Untuk film Jumbo sendiri, keseluruhan produksinya butuh 5 tahun - yang kemungkinan menjadi lambat karena dampak pandemi. Sementara untuk animasi Adit dan Sopo Jarwo sendiri, membutuhkan waktu beberapa bulan untuk jumlah episode yang sedikit. Ngga heran pada saat penayangan di televisi, animasi ini kebanyakan direrun penayangannya. Apalagi Si Entong, yang tayangannya bener bener diulang terus menerus, karena MNC Animations tidak lagi memproduksi animasi ini dengan episode baru (setidaknya hingga post ini dibuat). Televisi yang sekarang “dipaksa” menayangkan stripping format (kejar tayang tiap hari) tentu berbeda dengan cara kerja animasi.
Kenapa produksi tayangan film animasi lambat dan tidak bisa banyak dalam waktu singkat?
Pertama, biaya produksi yang lebih besar dibanding live actions. Film Jumbo mengestimasikan biaya minimal sekitar Rp 20 Milyar atau lebih, yang meski sebenernya ini angka umum di perfilman sekarang, namun mengingat bahwa produksi animasi lebih rumit, maka biaya ini menjadi “besar” dan sulit dikompromikan seperti film live actions yang bisa dihemat di bagian bagian tertentu. Itu asumsinya kalau mau cerita bagus, animasi bagus dan kualitas bagus. Dalam skala lebih kecil, biayanya tentu tetep bisa milyaran juga.
Dengan biaya sebesar itu, maka target pengembalian investasi dari film ini menjadi lebih besar pula. Resiko menjadi besar, karena ngga semua film animasi itu bisa laku di penonton, dan ini lebih menyakitkan dibandingkan film live actions. Itulah sebabnya, pilihan pun harus diambil : produksi sekali kali (tidak bersifat rutin), tapi cari duitnya sekalian besar besaran atau produksi rutin dengan biaya yang lebih efisien, namun potensi pendapatan yang stabil. Ini juga alasan utama mengapa tidak banyak produksi film animasi di Indonesia.
Contoh menarik soal ini adalah bagaimana iklan Marjan, di televisi, yang beberapa tahun terakhir mulai memasukkan unsur animasi, tetap konsisten hanya hadir sekali setahun di bulan puasa. Selain menyesuaikan dengan peak season (musiman) Marjan laku di pasaran, tentu ini membuat biaya promosi bisa lebih besar dan maksimal, sehingga menyebabkan Marjan bisa memproduksi iklan dengan konten yang demikian.
Kedua, konten animasi membutuhkan tenaga ahli, kreator kreator dan teknologi yang mumpuni, dan jumlahnya banyak. Film Jumbo sendiri dikerjakan sekitar 400 orang. Rata rata film animasi umumnya bisa menyerap minimal 100 orang untuk berbagai kebutuhan produksi. Angka ini adalah angka rata rata maksimal untuk produksi film live action, sehingga dengan jumlah resources yang lebih banyak, artinya biaya produksi animasi untuk tenaga tenaga tersebut menjadi lebih besar. Belum lagi dengan tantangan mencari tenaga berpengalaman dan memiliki kekuatan yang dibutuhkan, dimana ini ngga mudah ditemukan, yang menghasilkan biaya yang lebih besar lagi dan waktu untuk mencari - yang mempengaruhi waktu produksi.
Ketiga, persepsi animasi hanya untuk anak anak. Bagi produser film, memproduksi animasi sering sering tentu akan dianggap kurang benefitnya, karena pasar anak anak tidak sebesar pasar orang dewasa. Sudahlah biaya besar, eh pendapatan tidak pasti (berbeda dengan animasi atau kartun di televisi yang cenderung pasti), tapi pangsanya kecil banget. Pasti akan kalah. Kenyataannya di luar negeri, kartun atau animasi justru pasarnya besar, hingga ke orang dewasa. Sayangnya, pasar penonton Indonesia sudah kadung menyebut animasi sebagai konten anak anak. Film Jumbo pun, juga disebut sebagai konten anak anak, meski dari sisi penceritaan masih bisa diikuti orang dewasa - dan kenyataannya semua film di bioskop secara experience memang lebih ramah buat orang dewasa, semisal sound system yang kencang + bergema yang sensitif buat anak kecil.
Karena itu, meski Jumbo bisa memantik motivasi dan momentum penting bagi para produser film untuk melakukan hal yang sama, namun demikian produser film tetap mesti realistis dari sisi strategi. Apalagi jika kondisi ekonominya seperti sekarang. Tinggal bagaimana produser produser tersebut melakukan strategi untuk bisa memenangkan penonton dan menemukan momentum pemutarannya. Begitu.
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi, serta Twitter/X @plbkinvestasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
1/2
Topik hangat sejak tahun lalu, nasib $ASII dengan maraknya mobil China seperti Chery dan BYD. Kira-kira, ASII beneran bisa menjadi $UNVR ?
Sebenarnya, kalau melihat agresivitas produsen mobil listrik asal China, secara kasat mata memang bisa menggerus kinerja brand ASII dan $IMAS . Namun, jika dilihat Toyota masih kokoh dengan terus mencatatkan kenaikan penjualan yang positif. Daihatsu justru yang membuat market share brand ASII menjadi tertekan.
Sehingga, jika mengasumsikan brand otomotif ASII tidak ekspansi ke mobil listrik murah sama sekali, market sharenya bisa tergerus dalam 1-3 tahun. Namun, jika ASII bergerak ke mobil listrik murah secara bertahap mungkin masih bisa compete.
Di luar itu, ASII bukanlah emiten otomotif, melain konglomerasi yang membawahi beberapa lini bisnis. Untuk itu, kami ulas 5 fakta terkait potensi ASII dilindas brand mobil asal China di sini: https://cutt.ly/4rxuPhhW
efek boikot, $FAST tumbang duluan, $UNVR udah sesak nafas, tapi yg disana masih lanjut jatuhin bom
boikot bikin israel bangkrut ❌️
boikot bikin ancaman phk naik ✔️
$IHSG
kenali apa yang kamu beli
Kemaren saat liburan panjang, saya pergi mengunjungi supermarket di tempat saya tinggal
awalnya mau belanja mingguan dan membeli beberapa kebutuhan dapur
hal yang saya nikmati biasanya saat berbelanja selain melihat daya beli masyarakat, yakni melihat barang barang dan cek apakah produk itu tbk atau perusahaan terbuka di bursa efek Indonesia
akhirnya saya sampai di rak kertas/keperluan kantor
disini saya bisa lihat ada produk sidu, paperline dll dari perusahaan tbk $INKP dan $TKIM
makanya saya menikmati setiap kali belanja dimanapun. Baik supermarket, minimarket ataupun pasar tradisional
memang produk yang paling banyak saya temui di supermarket dll adalah produk dari $UNVR
tapi poin yang saya ingin berikan adalah jangan fomo sama influencer tetapi lalukan riset mendalam ke saham yang kamu beli biar tidak merugi dan yang paling penting adalah kamu tau bisnis yang kamu beli
itu salah satu poin yang saya lakukan secara konsisten
Pagi semuaaa ☕☕
Semoga sehat selalu 🙏
#UPDATE#
Hasil analisa saya kirim lewat DM/japri
Analisa saya berlaku 1 hari saja , max 2 hari untuk daytrade/scalping..
Hari ini +- 10 saham "terAtas" yg akan saya analisa 🙏
Tulis sahammu di kolom komentar 👍
contoh : $ namasaham ($UNVR)
like post ini jika bermanfaat 👍
CL 2-3 tick dibawah support
per orang 1 saham saja ya 👍
semoga bermanfaat bagi teman2..
🙏👍
$TPIA $EMTK
E-miten Insight 10 - 13 Mei 2025
Keterbukaan informasi vs % harga saham dari awal tahun hingga sekarang
$UNVR , $CYBR , $ARII
1/4
Setelah harga sahamnya sempat terpuruk di kisaran 1.000-an pada akhir Februari, kini harga saham UNVR mulai menunjukkan sinyal kebangkitan dengan menyentuh level 1.810-an. Kenaikan ini menandakan ada sentimen positif dari investor yang mulai percaya diri lagi terhadap potensi UNVR ke depan.
Namun, di balik euforia tersebut, performa keuangan UNVR masih belum sepenuhnya pulih. Pendapatan dan laba kuartal pertama 2025 masih berada di bawah capaian pada periode yang sama tahun lalu.
Jadi, apakah ini awal dari pemulihan kinerja UNVR, atau hanya sentimen sementara?
Baca artikel selengkapnya melalui link berikut: https://bit.ly/SahamUNVRnaik
$IHSG $UNVR $MYOR