Volume
Avg volume
PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITM) menjadi perusahaan pemasok batubara yang terintegrasi di Indonesia menjadi pemasok Batubara untuk pasar energi dunia. Perusahaan memiliki wilayah kerja di Kalimantan dengan tambang batubara yang dioperasikan dan dikelola anak perusahaan. Selain itu ITM memiliki beberapa anak perusahaan lain yang memberikan dukungan operasional dan berpotensi dikembangkan bagi bisnis energi Perusahaan di masa depan. Perusahaan juga terus menambah cadangan batubara untuk mendukung kesinambungan usaha.
@samuelwijaya183 masih manding dividen investor sih walau sama2 halu tapi halunya terukur
$ITMG $GEMS $BBRI
@aerodayu36 saya juga dah 3thn sangkut ptba wkwkw gile sampe tiap dividen masuk lagi ptba terus ada gaji masuk ptba sampe akhirnya bisa keluar cuan .. itungβ untung banget dapet dividen + cuan gain wkwk .. $ITMG tuh mantep
Rilis data neraca perdagangan Indonesia Feb 2025 oleh BPS
https://cutt.ly/ariPPnrh
βοΈ Ekspor Feb = USD 21,98 miliar.
Naik +2,58% mtm dan +14,05% yoy.
Lebih tinggi dari ekspektasi +9,1% yoy dan lebih tinggi dari capaian Jan 2025 +4,56% yoy.
βοΈ Ekspor kumulatif Jan-Feb = USD 43,41 miliar.
Naik +9,16% yoy.
β Impor Feb = USD 18,86 miliar.
Naik +5,18 mtm dan +2,30% yoy.
Lebih tinggi dari ekspektasi +0,6% yoy, dan lebih tinggi dari Jan 2025 yang terkontraksi -2,73% yoy.
βοΈ Impor kumulatif Jan-Feb = USD 36,80 miliar.
Turun -0,36% yoy.
βοΈ Neraca Perdagangan Feb = Surplus USD 3,12 miliar.
Turun USD -0,38 miliar mtm dari Jan 2025, namun naik USD +2,28 miliar yoy dari Feb 2024.
Lebih tinggi dari ekspektasi surplus USD 2,45 miliar.
Capaian ini merupakan surplus bulan ke-58 berturut-turut.
βοΈ Neraca Perdagangan kumulatif Jan-Feb = Surplus USD 6,61 miliar.
Naik USD +3,78 miliar yoy dari Jan-Feb 2024.
...........................
Ekspor Indonesia masih tumbuh solid di tengah tingginya ketidakpastian global.
Capaian ini pun justru meningkat dari kondisi tahun lalu.
Di sisi lain nilai impor di Februari tumbuh setelah terkontraksi pada Januari, mengindikasikan demand konsumsi dan aktivitas produksi domestik Indonesia tetap terjaga.
Walaupun secara ytd kumulatif impor masih turun dibandingkan Jan-Feb 2024, menandakan ketergantungan impor bisa ditekan.
Surplus neraca dagang Indonesia Feb 2025 pun masih cukup besar, walaupun sedikit menurun dari Jan 2025.
Kondisi ini mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
$IHSG $ITMG $INKP
Ubahlah cara berfikir anda dalam berinvestasi.
Program ulang pemikiran anda. Belajar untuk menyukai pasar yang tenggelam karena hal itu menyajikan peluang. Jangan ikut-ikutan dengan kebanyakan orang dan menekan tombol panik saat pasar jatuh.
Selalu mencari nilai. Investasi terbesar Buffet dilakukan pada saat harga saham turun karena kondisi pasar atau karena perusahaan mengalami kesulitan sementara. Kuncinya adalah mengetahui perbedaan antara kemunduran sementara dengan kegagalan fatal yang nyata yang terjadi diperusahaan.
$ADRO $ITMG $UNTR
Investor Kabur dari $INKP , Lo Kheng Hong menampung (Study kasus INKP 2016-2019)
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), salah satu perusahaan di bawah naungan Sinar Mas Group yang bergerak di industri kertas dan turunannya, pernah mengalami tekanan luar biasa pada tahun 2016. Kala itu, saham INKP terpuruk ke valuasi yang sangat murah berdasarkan price-to-book value (PBV) dan earnings per share (EPS). Investor kawakan seperti Lo Kheng Hong (LKH) dan Robert Susilo melihat peluang di tengah krisis dan berhasil meraup keuntungan besar ketika harga sahamnya melambung.
π§»2016: Tahun Penuh Ketidakpastian
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2016 yang dirilis INKP, laba bersih perusahaan mengalami penurunan signifikan secara year-on-year (YoY), dari USD 181 juta menjadi hanya USD 97 jutaβturun hingga 46%. Lebih mengkhawatirkan lagi, total utang berbunga INKP mencapai USD 4 miliar, dengan utang jangka pendek sebesar USD 1 miliar. Dengan laba bersih hanya USD 97 juta, arus kas operasi USD 277 juta, dan sisa kas USD 105 juta, kondisi keuangan ini tentu menimbulkan kecemasan bagi para investor.
Tekanan semakin berat ketika harga pulpβkomoditas utama dalam bisnis INKPβanjlok hingga 25% dalam tiga tahun terakhir. Ditambah lagi, kebijakan tarif bea masuk 107% yang diterapkan Amerika Serikat terhadap kertas asal Indonesia semakin memperburuk situasi.
Dengan kondisi neraca keuangan yang kurang sehat dan harga komoditas yang terpuruk, tidak heran jika mayoritas investor kala itu khawatir INKP akan menghadapi restrukturisasi utang atau bahkan kebangkrutan, karena jika asumsi terburuk itu terjadi maka valuasi murah pun akan menjadi mahal karena skema restrukturiasi baik melalui pelepasan aset atau konversi saham. Pasar merespons dengan aksi jual besar-besaran, membuat harga sahamnya jatuh hingga menyentuh level Rp1.000 per lembar.
Namun, di tengah kepanikan pasar, Lo Kheng Hong justru melihat peluang. Dengan prinsip yang selalu ia pegang teguhββBuy in bad times, sell in good timesβ, ia mulai mengakumulasi saham INKP di saat ketakutan memuncak.
π§»2017: Momentum Kebangkitan
Keputusan berani LKH berbuah manis ketika pada tahun 2017, harga pulp mengalami lonjakan signifikan. Salah satu pemicunya adalah kebijakan pemerintah China yang menutup sejumlah pabrik kertas demi mengurangi polusi, sehingga pasokan pulp global berkurang. Di sisi lain, permintaan kertas, terutama tisu, meningkat pesat. Kombinasi ini menciptakan momentum luar biasa bagi industri pulp dan kertas.
Hasilnya, pada 2017 INKP mencatatkan EPS sebesar Rp1.000, lalu meningkat menjadi Rp1.500 di tahun 2018. Saham yang semula diperdagangkan di kisaran Rp1.000 melonjak berkali-kali lipat. Lo Kheng Hong dan beberapa investor lain, seperti Robert Susilo, yang sudah lebih dulu masuk di harga murah, mulai melepas kepemilikannya di harga tinggi, meraup keuntungan hingga 10 kali lipat dengan kisaran nominal secara akumulatif senilai trilliunan rupiah.
π§»2019: Siklus Berulang, Harga Saham Kembali Tertekan
Namun, seperti halnya bisnis berbasis komoditas lainnya, industri kertas dan pulp bersifat siklikal. Menjelang akhir 2018, harga pulp kembali anjlok, yang berdampak langsung pada kinerja keuangan INKP. EPS yang sempat mencapai Rp1.500 di 2018 turun drastis menjadi Rp697 pada 2019.
Menariknya, pada awal 2019, masih ada investor yang membeli saham INKP di harga sekitar Rp9.000 dengan asumsi valuasi PE (Price to Earnings) yang masih rendah, yakni sekitar 6 kali. Banyak dari mereka yang menganggap INKP sebagai perusahaan growth dengan potensi kenaikan harga lebih lanjut, tanpa memperhitungkan variabel utama dalam bisnisnyaβharga pulp.
Pada akhirnya, ketika laporan keuangan 2019 dirilis dan menunjukkan penurunan laba signifikan, harga saham INKP kembali merosot.
π§»Pelajaran dari Strategi Lo Kheng Hong
Kisah INKP ini memberikan pelajaran penting bagi investor. Lo Kheng Hong berani membeli saham ketika PBV dan PE sangat murah, dengan keyakinan bahwa harga pulp suatu saat akan pulih (jika laba ternyata lanjut anjlok pun PE PBV masih murah). Namun, keberhasilannya bukan sekadar keberuntungan. Ia memahami bahwa bisnis INKP sangat bergantung pada harga pulp, dan ketika momentum perubahan harga terjadi atau sekedar cukup dengan profit yang didapat, ia sudah siap mengambil keuntungan.
Sebaliknya, banyak investor yang membeli di harga tinggi dengan asumsi INKP adalah perusahaan growth tanpa memahami siklus bisnisnya. Mereka mengandalkan rasio PE tanpa menggali lebih dalam faktor-faktor fundamental yang memengaruhi kinerja perusahaan.
Kisah ini kembali menegaskan bahwa dalam investasi, memahami karakter bisnis lebih penting daripada sekadar melihat angka valuasi di permukaan. Seperti kata Lo Kheng Hong, βBeli saat buruk, jual saat baikββsebuah prinsip yang terbukti menghasilkan keuntungan besar bagi mereka yang sabar dan memahami permainan.
Berita Fear INKP 2016 : https://cutt.ly/PriOJkMC
Berita Euforia INKP 2019 : https://cutt.ly/ZriOJkFp
Random tag emiten viral : $WIFI $ITMG
ammn dan $ITMG sama2 tambang. Tp bedain PBV dan PER nya. Bro klo $AMMN bisa sampe 13rb, gw jual semua BBCA dan beli AMMN di harga 13rb
Ammn saham bagus Tp valuasi gak bagus.
Harga turun dikit, Tp pasti turun
Ibarat jual iPhone. Barangnya bagus. Tp apa harganya cocok kalau 60jt? Jadilah investor cerdas
Dah mulai teriak nih pelaku usaha Minerba terhadap kenaikan royalti yang diusulkan oleh kementerian ESDM. Sekarang tinggal tergantung pemerintah apakah tetap akan menaikan tarif royalti tersebut di tengah situasi harga komoditas yang sedang di harga bawah.
https://cutt.ly/CriUayTO
https://cutt.ly/TriUayAJ
$INCO $MDKA $ITMG