Volume
Avg volume
PT. Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) bergerak di bidang laboratorium kesehatan dengan melakukan kegiatan usaha seperti mendirikan klinik, laboratorium kesehatan, pengelolaan rumah sakit, pusat penelitian dan pendidikan perawat dan pemeriksaan kesehatan masyarakat. Saat ini, kegiatan utama perusahaan adalah menyediakan pemeriksaan kesehatan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1988. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan 130 kantor cabang dan outlet di seluruh Indonesia. Perusahaan ini merupakan anggota dari Grup Prodia Utama.
$PRDA
Periode Buyback : 8 Mei s.d. 7 Ags'25
Update Buyback per 01/08/25
Value Planning : Rp. 200.000.000.000
Value Realized : Rp. 115.979.173.700
Value Remain : Rp. 84.020.826.300
REALISASI 58%.
CC Avg buy price : Rp. 2.790
Days Remain Buyback 3 hari lagi!
Kesimpulan Singkat :
$MDLA menunjukkan pertumbuhan yang positif dari 2024 ke 2025, dimana komponen Kenaikan YoY :
Penjualan : +3,7%
Laba Kotor : +7,1%
Laba Usaha : +10,7%
Laba Bersih : +15,8%
Laba Komprehensif : +13,3%
✅ Margin makin membaik, beban terkendali, dan strategi operasional efisien.
⚠️ Tapi: EPS turun karena efek dilusi IPO.
Alamat : Saham ini berpotensi meledak (ntah kapan, segmen healthy kurang peminat), asal kinerjanya terus meningkat setelah iPO 🔥 GCG belum tau, apalagi ada pembelian bangunan milik pengendali sebesar ~13%. Tapi pa' Lukas, penulis buku LKH, jadi komisaris di sana, harusnya OK 👌
Noted : Barang publik (25%) sudah kering disedot CC 💡
$PRDA $SIDO
$COIN - Apakah Sudah Saatnya Bubble?
Market global saat ini berada di level yg cukup mahal kalau dibandingkan rata-rata beberapa tahun terakhir. Kenaikan harga banyak saham terjadi begitu cepat, terutama di sektor teknologi dan perusahaan besar yg mendominasi indeks utama.
Banyak pelaku market yg optimis bahwa tren teknologi baru akan terus membawa keuntungan tinggi, walaupun belum semua kenaikan harga ini sejalan dengan pertumbuhan kinerja perusahaan di lapangan. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pasar mulai bergerak terlalu jauh dr nilai wajarnya.
Selain harga saham yg sudah tinggi, jumlah transaksi yg dibiayai dengan pinjaman (margin) jg melonjak. Para trader berani berutang untuk mengejar kenaikan harga saham karena keyakinan pasar akan terus naik.
Kondisi ini menambah risiko karena jika harga saham berbalik turun, banyak yg akan terpaksa menjual sahamnya dlm waktu bersamaan, memicu penurunan lebih tajam. Aktivitas spekulatif semacam ini pernah menjadi pemicu koreksi besar di masa lalu, sehingga banyak analis memberi tanda waspada sejak sekarang.
Meskipun reli saham menyebar ke lebih banyak sektor dibandingkan tahun sebelumnya, sebagian besar kenaikan indeks global masih bertumpu pd perusahaan raksasa tertentu. Hal yg sama terjadi jg di Indonesia.
Ketergantungan pd segelintir saham besar membuat market rentan jika kinerja atau sentimen terhadap saham tersebut memburuk. Situasi ini mengingatkan investor bahwa diversifikasi market global belum sepenuhnya sehat dan kenaikan harga tidak terjadi merata berdasarkan fundamental yg kuat.
Dari sisi ekonomi, sebagian negara masih menunjukkan pertumbuhan yg stabil dan inflasi mulai menurun. Namun ada beberapa risiko baru yg bisa mengganggu arah pasar. Ketidakpastian kebijakan perdagangan antar negara bisa menekan arus barang dan modal. Suku bunga yg masih tinggi juga dapat menahan pertumbuhan bisnis dan konsumsi.
Jika faktor-faktor ini memburuk secara bersamaan, pasar saham global bisa kehilangan daya tariknya dan memicu aksi jual besar-besaran.
Gabungan dari harga saham yg mahal, meningkatnya aktivitas spekulasi, dan keyakinan berlebihan investor menjadi tanda awal potensi market bubble. Selama sentimen positif ini bertahan, harga mungkin terus naik meski risikonya juga ikut membesar.
Namun sejarah menunjukkan pasar tidak bisa terus berada di level yg terlalu tinggi tanpa penyesuaian. Ketika kondisi ekonomi atau kebijakan moneter berbalik arah, dampaknya bisa cukup drastis karena pasar saat ini berada di area rawan koreksi.
Banyak analis internasional memprediksi risiko bubble bisa mencapai puncaknya antara akhir 2025 hingga pertengahan 2026 jika tidak ada penyesuaian harga lebih dulu.
Faktor pemicu bisa datang dr inflasi yg kembali meningkat, langkah bank sentral memperketat suku bunga, penurunan kinerja perusahaan besar, atau gangguan geopolitik yg menghambat perdagangan global. Investor perlu menyiapkan strategi sejak dini agar portofolio mereka lebih tahan menghadapi gejolak pasar yg kemungkinan terjadi di periode ini.
Dalam kondisi market seperti itu , sektor kebutuhan pokok umumnya menjadi pilihan utama karena permintaannya stabil walau ekonomi bergejolak. Di BEI, ADES mungkin bisa mewakili sektor ini dgn produk air mineral yg selalu dibutuhkan masyarakat tanpa terpengaruh naik-turun ekonomi.
Permintaan produk ini bersifat dasar dan berulang, sehingga pergerakan pendapatan perusahaan cenderung lebih stabil dibandingkan emiten di sektor siklikal atau berbasis proyek besar. ADES mungkin bisa memberi bantalan defensif yg kuat pada portofolio ketika sentimen market berubah drastis.
Sektor kesehatan juga dikenal tahan banting karena layanan medis tetap dibutuhkan di semua kondisi ekonomi. Di BEI, SIDO dan $PRDA menempati posisi ini dengan produk jamu dan jasa laboratorium kesehatan.
Permintaan produk kesehatan jarang mengalami penurunan tajam, bahkan sering meningkat saat ketidakpastian ekonomi atau kondisi lingkungan membuat masyarakat lebih peduli pd kesehatan. Kombinasi kedua emiten ini memberi investor sumber pendapatan yg relatif stabil dgn risiko fluktuasi harga pasar lebih rendah dibandingkan sektor teknologi atau komoditas.
$BTPS dapat menjadi pelengkap defensif lain karena fokus bisnisnya pd pembiayaan mikro bagi masyarakat unbankable. Segmen ini tetap membutuhkan akses modal walaupun ekonomi melemah, dan portofolio kredit mikro cenderung menyebar sehingga risikonya lebih terkendali.
Jika digabungkan dengan ADES, SIDO, dan PRDA, nyubi impostor seperti sy bisa memiliki inti portofolio yg lebih tahan menghadapi tekanan bubble global. Ketiga sektor ini, consumer staples, kesehatan, dan microfinance, diharapkan mampu memberi perlindungan terbaik tanpa mengorbankan potensi pertumbuhan stabil jangka panjang di market Indonesia.
Disclaimer: Catatan ini adalah refleksi pengalaman penulis tentang kondisi market dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Segala kerugian sebagai akibat penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis. Do your own research.
*News Brief: Catatan Emiten* [1]
1 Agustus 2025
by Primbon Saham
ASII
Astra (ASII) Raup Laba Rp15,51 Triliun di Semester I/2025
https://cutt.ly/JrSAQCFY
SMDR
Ancang-Ancang Layar Samudera Indonesia (SMDR) Kian Terkembang di 2025
https://cutt.ly/8rSAQCAq
$PRDA
Laba Prodia (PRDA) Turun 39,79% jadi Rp69,64 Miliar pada Semester I/2025
https://cutt.ly/rrSAQCJw
TLKM
Telkom (TLKM) Cetak Laba Bersih Rp19,9 Triliun Semester I/2025
https://cutt.ly/crSAQCTH
$PTBA
Bukit Asam (PTBA) Produksi 21,73 Juta Ton Batu Bara Semester I/2025
https://cutt.ly/xrSAQCIb
Beda Nasib Buyback $CNMA vs $PRDA vs $UNVR
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Buyback saham sering dianggap sebagai sinyal bahwa manajemen merasa valuasi perusahaannya sedang murah, dan sebagai bentuk tanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga saham di pasar. Tapi, seperti biasa dalam dunia pasar modal, antara ekspektasi dan kenyataan sering kali tidak berjalan seiring. Tahun 2025 memberikan tiga studi kasus yang menarik dan sangat kontras yaitu CNMA, PRDA, dan UNVR. Ketiganya mengumumkan program pembelian kembali saham dengan nilai yang besar, namun hasil di pasar serta realisasinya menunjukkan cerita yang sangat berbeda. Ini jadi pelajaran penting buat investor yang lebih percaya aksi nyata daripada janji-janji korporat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
CNMA adalah kode saham PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk, operator bioskop Cinema XXI. Mereka mengumumkan rencana buyback pada 27 Februari 2025 pukul 16.46 dalam bentuk surat koreksi resmi ke BEI. Total dana yang disiapkan sebesar Rp300 Miliar, dengan harga pembelian maksimal Rp270 per saham. Saat pengumuman, harga saham ada di Rp138. Secara teori, dengan selisih hampir 100% antara harga pasar dan batas harga maksimal, buyback ini terlihat sangat menjanjikan dari sisi potensi teknikal. Tapi teori di pasar tidak ada artinya kalau tidak ada aksi. Sampai akhir Juli 2025, tidak ada tanda-tanda bahwa buyback ini benar-benar dilaksanakan. Indo Premier Sekuritas (kode PD) disebut sebagai pelaksana, tapi aktivitas broker ini di pasar sangat minim. Harga saham hanya naik tipis ke Rp139, atau naik 0,72% dalam lima bulan. Angka ini terlalu kecil untuk ukuran efek buyback. RUPST pada 24 Maret 2025 sudah menyetujui rencana ini, dengan batas pelaksanaan sampai 24 Maret 2026, tapi sampai sekarang tetap tidak ada realisasi. Pasar wajar mempertanyakan niat sebenarnya dari manajemen. Tanpa akumulasi yang kasat mata, rencana ini terlihat seperti formalitas administratif semata. Investor tidak bisa disalahkan kalau mulai ragu dan merasa harapan yang dibangun di awal tidak ditepati.
Beralih ke PRDA, PT Prodia Widyahusada Tbk, yang mengumumkan buyback pada 7 Mei 2025. Dana yang dialokasikan sebesar Rp200 Miliar, namun tidak mencantumkan harga maksimal secara eksplisit. Mereka mengikuti aturan POJK yaitu harga pembelian maksimal menggunakan harga penutupan hari sebelumnya atau rata-rata 90 hari terakhir, mana yang lebih rendah. Pendekatan ini lebih fleksibel dan mencerminkan kehati-hatian. Hingga 25 Juli 2025, informasi resmi mencatat sisa dana sekitar Rp90 Miliar, artinya sekitar Rp110 Miliar sudah digunakan, atau 55% dari total anggaran sudah terserap. Harga saham naik dari Rp2800 ke Rp2920, mencatatkan return +4,29%. Broker pelaksana tidak disebutkan dalam keterbukaan informasi, namun dari broker summary terlihat bahwa kode CC (Mandiri Sekuritas) yang paling aktif menyerap. Kinerja fundamental juga membaik. EPS naik dari Rp288 ke Rp305 dan ROE dari 9,9% ke 10,7%. Ini buyback yang tidak banyak bicara, tapi kerja nyata. Tidak ramai janji, tapi ada hasil. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Yang berbeda justru UNVR alias PT Unilever Indonesia Tbk. Mereka baru mengumumkan rencana buyback pada 31 Juli 2025. Saat pengumuman, harga saham berada di Rp1710. Dalam 30 hari sebelumnya, saham ini sudah naik sekitar 16%. Dana yang disiapkan sangat besar yaitu Rp2 Triliun, tapi harga maksimal pembeliannya justru di bawah harga pasar, yaitu Rp1700. Jadi sejak hari pertama, secara teknis transaksi tidak bisa dilakukan. Mandiri Sekuritas ditunjuk sebagai broker pelaksana, tapi karena harga pasar tidak memenuhi ketentuan harga maksimal, realisasi belum bisa dimulai. Dari struktur ini, kelihatan bahwa buyback UNVR bukan untuk menaikkan harga, melainkan menjaga supaya harga tidak naik terlalu cepat. Tidak ada pernyataan euforia dari manajemen, hanya pelaporan formal dan taat regulasi. Karena baru diumumkan dan belum terjadi transaksi apapun, belum bisa dinilai apakah langkah ini akan efektif atau tidak.
CNMA ➡️ Harga hanya naik tipis 0,72%, belum ada realisasi, PD sebagai pelaksana tapi tidak aktif di pasar.
PRDA ➡️ Return +4,29%, realisasi sekitar 55% dari anggaran, CC alias Mandiri Sekuritas dominan menyerap.
UNVR ➡️ Baru diumumkan hari ini, belum bisa dieksekusi karena harga pasar di atas batas maksimal, tujuan lebih ke stabilisasi.
Pelajaran yang bisa diambil? Jangan langsung senang ketika dengar pengumuman buyback. Cek detailnya. Kapan diumumkan. Harga saat itu berapa. Siapa brokernya. Apakah ada akumulasi. Sekuritas pelaksana yang aktif seperti Mandiri Sekuritas biasanya lebih disiplin. Tapi kalau hanya dokumen tanpa eksekusi, itu hanya headline palsu. Dan kalau harga saham cuma naik Rp1 setelah pengumuman, jangan buru-buru nuduh pasar. Mungkin memang buyback-nya fiktif. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Karena pada akhirnya, pasar itu butuh aksi, bukan janji. Investor itu cari realisasi, bukan narasi. Dan paling penting, jangan biarkan angka-angka besar membutakan logika. Buyback yang baik bukan soal angka dana, tapi tentang niat dan pelaksanaan nyata.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/7
PRDA Akuisisi 30% Saham ProSTEM Demi Masuk Bisnis Terapi Sel Punca
Ipotnews - PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) memperluas ekspansi bisnisnya ke sektor terapi regeneratif.
Perusahaan layanan laboratorium ini resmi mengakuisisi 30% saham PT Prodia StemCell Indonesia (ProSTEM), sebuah perusahaan bioteknologi yang fokus pada riset dan pengembangan terapi sel punca.
Dalam keterbukaan informasi di laman resmi IDX, Kamis (31/7) Prodia mengungkapkan telah membeli sebanyak 69.512 lembar saham ProSTEM. Aksi ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Perseroan untuk memperkuat layanan diagnostik yang semakin personal dan berbasis teknologi tinggi.
$PRDA
KABARBURSA.COM – PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), penyedia layanan laboratorium klinik terkemuka di Indonesia, mengumumkan kinerja keuangan untuk semester I tahun 2025.
Di tengah tantangan makro ekonomi seperti tekanan daya beli, depresiasi rupiah, dan penyesuaian belanja kesehatan masyarakat pas...
www.kabarbursa.com
$PRDA Kas Naik ke Rp591 miliar dari Rp441 miliar — good liquidity.
Sell.. Sell.. Sell.. TP selagi sempat
Diakuisisi Prodia (PRDA) 30 Persen, ProSTEM Gandeng RS Atma Jaya
IDXChannel - Setelah resmi diakuisisi 30 persen oleh PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), PT Prodia StemCell Indonesia (ProSTEM) memperkuat langkah ekspansi bisnis dengan menjalin kolaborasi strategis bersama Rumah Sakit Atma Jaya (RS Atma Jaya).
Kerja sama ini difokuskan pada pengembangan dan penyediaan layanan terapi sel punca berkualitas di Jakarta Utara.
Direktur Utama PT Prodia StemCell Indonesia, Cynthia Retna Sartika, menyampaikan kemitraan ini sejalan dengan misi perusahaan dalam mengembangkan terapi sel yang aman dan berbasis bukti ilmiah.
$PRDA
IDXChannel - Setelah resmi diakuisisi 30 persen oleh PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), PT Prodia StemCell Indonesia (ProSTEM) memperkuat langkah ekspansi bisnis dengan menjalin kolaborasi strategis bersama Rumah Sakit Atma Jaya (RS Atma Jaya).
Kerja sama ini difokuskan pada pengembangan dan penyedia...
www.idxchannel.com
Per 25 Juli $PRDA buyback menghitung hari, menunggu LK Q2 #kodealam
- 4.27% treasury = 40.123.400 lbr
- Realisasi buyback 109.5B
- Average buyback: Rp 2.723,84
Jangka waktu buyback tersisa 9 hari bursa.
$PRDA
Update Buyback per 25/07/25
Days Remain Buyback 8 hari lagi!
Realisasi baru 54,7%.
Sisa belanja CC 90,6M lagi.
Habisin dlm 8 hari --> 11,3M / hari.
Senin harga Naikk (#FenyRoseModeON)
CUAN MERDEKA
Cek ada mirip angka 8 di logo saham-mu!
"Siap-siap cuan meledak"
WIFI $TOBA $MINA $PRDA
#mbeng #angkamistik #kodealam
1/2
@skydrugz27 ditunggu ulasan selanjutnya untuk peran Danantara selanjutnya di sektor kesehatan $BMHS $HEAL $PRDA
Pembahasan lengkap emiten $BEST $PRDA $ARTO di https://cutt.ly/SrPC45pF
$UANG - Cara untuk menjadi bebas melakukan apapun
Part:
#1 https://stockbit.com/post/19428682
#2 https://stockbit.com/post/19463024
Dari semua ide Morgan Housel dalam bukunya yg berjudul The Psychology of Money, munkin yg paling dalam adalah kesimpulannya bahwa:
“The highest form of wealth is the ability to wake up every morning and say, I can do whatever I want today.”
Bagi Housel, kekayaan bukan soal saldo rekening, tapi soal kebebasan menentukan hidup. Mau bekerja atau tidak, mau libur atau lanjut, mau mengikuti prinsip hidup pribadi atau menolak tekanan sosial.
Banyak orang terlihat kaya tp tetap terpenjara. Mereka tdk bisa berhenti bekerja krn tagihan numpuk, tak bisa menolak bos karena cicilan menjerat, dan tak berani jujur krn takut kehilangan peluang. Itu bukan kaya, itu terpenjara oleh uangnya sendiri.
Di Indonesia, kita bisa melihat banyak figur publik yg secara finansial terlihat mapan, seperti pengusaha, pejabat, bahkan artis, tapi hidupnya justru penuh tekanan, overworking, overexposed, dan rentan skandal.
Gaji miliaran tak mencegah mereka dr mengambil proyek yg tdk sejalan dgn hati nurani. Banyak dr mereka terus bekerja bukan karena ingin, tp krn harus. Mereka bukan hidup utk uang, tp dikejar oleh gaya hidup yg sudah telanjur dibangun dan dipertontonkan.
Sebaliknya, ada juga contoh yg lebih sederhana tp menginspirasi. Di Jogja, seorang tukang bubur keliling, Sebut saja Mawar (Mawardi, bukan nama sebenarnya 😹) menjadi perbincangan saat ia naik haji dr hasil menabung receh selama 18 tahun. Tak pernah viral, tak pernah flexing, tapi ia hidup dgn damai. Tak ada utang, tak ada tekanan sosial. Ia tak pernah terlihat “kaya”, tp jelas merdeka.
Contoh lain adalah komunitas pensiunan guru di Jawa Barat yg sengaja hidup sederhana, berkebun, dan mencukupkan diri dgn pensiunan seadanya. Mereka tak punya HP mahal, tapi bisa tidur tenang dan bangun pagi dgn senyum. Mereka tak kaya menurut Forbes, tapi mungkin lebih kaya dr banyak orang di Senayan, karena hidup mereka milik mereka sendiri.
Housel jg mengingatkan bahwa dlm keuangan, kadang kita tdk perlu terlalu rasional. Kita cukup reasonable. Maksudnya, tak semua keputusan keuangan harus optimal secara matematis. Kadang, keputusan “bodoh” bisa jd justru lebih sehat secara mental.
Contohnya, melunasi cicilan lebih cepat meski secara bunga belum efisien. Atau menolak tawaran kerja di luar daerah krn ingin dekat dgn keluarga. Atau menabung berlebih utk dana darurat meski peluang dipakai sangat kecil. Semua itu mungkin “tidak rasional”, tapi masuk akal. Dan dalam hidup, masuk akal lebih penting dr sempurna.
Kita lihat contohnya di Indonesia: banyak orang yg tidak mau pindah kerja meski gajinya lebih tinggi, karena sudah nyaman dgn lingkungannya sekarang. Banyak orang menolak ambil risiko bisnis karena tahu dirinya mudah stres. Mereka bukan bodoh, mereka reasonable. Mereka tdk ingin sekadar “lebih”, tapi cukup dan tenang.
Salah satu pelajaran penting dari The Psychology of Money adalah bahwa kehidupan jg terlalu kompleks utk diramal secara presisi. Tapi kita tetap bisa mempersiapkan diri.
Kita bisa sisihkan dana darurat. Kita bisa diversifikasi investasi. Kita bisa hidup di bawah batas kemampuan. Kita bisa jaga relasi baik dgn orang sekitar. Semua ini bukan untuk menang lawan pasar, tapi untuk selamat saat kita kalah. Sebab, kata Housel:
“The goal is not to be right every time. The goal is to stay in the game.”
Contoh paling relevan? Pandemi 2020. Berapa banyak bisnis besar ambruk karena tdk siap? Tapi juga banyak usaha kecil tetap bertahan karena punya cadangan kas, hubungan kuat dgn pelanggan, atau sekadar pola hidup yg tdk boros.
Kita tak bisa ramal semuanya, tapi kita bisa membuat fondasi yg kuat.
Housel mengingatkan kita akan jebakan besar, yaitu menukar waktu, keluarga, ketenangan, dan kebahagiaan demi uang, yg akhirnya tak sempat kita nikmati.
Banyak investor di Indonesia terlalu fokus ngejar “cuan cepat”. Bangun pagi langsung lihat portofolio, tiap hari cemas dgn fluktuasi 2-3%. Mereka mungkin tdk sadar, bahwa hidup mereka mulai dikendalikan pasar. Waktu dgn anak-anak berkurang. Pikiran tak pernah lepas dr candle chart. Padahal tujuan awal investasi adalah merdeka, bukan tambah stres.
Investor yg sehat tahu kapan harus berhenti mengecek OLT. Ia sadar bahwa cuan bukanlah segalanya. Karena kebebasan sejati bukan saat kita punya 1 miliar, tp saat kita bisa berkata, “Hari ini aku bisa melakukan apa yg aku mau, dgn siapa yg aku suka, selama aku menginginkannya.”
Setelah memahami gagasan-gagasan Housel, kita sampai pd kesimpulan yg tak bisa ditawar:
Tujuan keuangan bukan jd paling kaya, tapi jd paling merdeka.
Ketika dunia makin bising dgn flexing, FOMO, dan tren-tren finansial instan, kita harus ingat bahwa kekayaan sejati bukan terletak pada mobil, rumah, atau portofolio saham. Kekayaan sejati adalah saat kita bisa hidup dgn tenang, sesuai kehendak kita sendiri, dan tdk perlu lg mengejar validasi siapa pun.
Entah kita investor retail, pengusaha kecil, pegawai swasta, atau ASN, semua bisa jadi wealthy. Bukan lewat kejar-kejaran angka, tapi lewat pengendalian diri, kesadaran akan “cukup”, dan kemampuan menolak hal-hal yg tak sejalan dgn nurani.
Disclaimer: DYOR OKE 🍌
$PRDA $AISA