422

+2

(0.48%)

Today

7,000

Volume

61,844

Avg volume

Company Background

Perseroan merupakan penyedia jaringan telekomunikasi wholesale yang berdiri sejak tahun 2000, dimana memulai bisnisnya sebagai ISP (Internet Service Provider) dan Call Center. Perseroan melakukan pengembangan usaha pada tahun 2007 sebagai penyedia jasa infrastrukstur telekomunikasi dengan membangun jaringan kabel serat optik di Pulau Jawa sepanjang 7,5 km. Perseroan mulai berkiprah secara global dengan dibangunnya kabel bawah laut internasional dengan nama MIC-1 (Moratelindo International Cable-system One) pada tahun 2008 yang menghubungkan dari Jakarta ke Singapura. Seperti diketahui Singapura merupakan gerbang internet di duni... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Rights Issue $WIFI dan Mimpi FTTH untuk Rakyat Jelata

Dalam dunia korporasi yang gemar menjual mimpi lewat jargon “inklusi digital”, WIFI memilih langkah lebih berani: rights issue jumbo Rp 5,9 triliun, bahkan lebih besar dari nilai pasarnya sendiri. Ambisinya tidak main-main: membangun internet rumah Rp 100.000 per bulan untuk 4 juta rumah tangga. Di atas kertas, ini terdengar seperti gebrakan visioner. Tapi di balik segala presentasi dan janji ekspansi, ada baiknya kita menengok ulang realitas bisnis ini dengan nalar jernih, bukan sekadar semangat mendukung wacana murah-meriah.

PT Solusi Sinergi Digital Tbk alias WIFI sejatinya bukan pemain baru dalam infrastruktur digital. Portofolionya mencakup periklanan DOOH, sewa jalur serat optik, hingga bisnis layanan digital di lingkungan stasiun kereta. Tapi kali ini, mereka sedang mencoba hal yang lebih besar dan lebih padat modal, yakni menjadi ISP rakyat. Dengan menargetkan segmen rumah tangga kelas menengah ke bawah, WIFI hendak menawarkan internet FTTH 200 Mbps hanya Rp 100.000 per bulan. Sebuah angka yang bahkan membuat penyedia sekelas ICONNET dan XL Home terlihat mahal.

Untuk merealisasikan mimpi ini, mereka mengandalkan rights issue dengan menawarkan 2,95 miliar saham baru seharga Rp 2.000 per saham. Total dana yang dibidik mencapai Rp 5,9 triliun. Rasio 4:5 artinya investor akan terdilusi lebih dari separuh jika tak ikut serta. Untungnya, pemegang saham utama, PT Investasi Sukses Bersama (ISB), sudah menyatakan komitmennya menebus penuh porsi haknya senilai hampir Rp 3 triliun. Namun komitmen itu tak serta-merta menjawab satu pertanyaan besar: apakah pasar ini layak diguyur triliunan modal dengan margin yang masuk akal?

WIFI menyebut dana akan dialirkan ke anak usaha, PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE), yang akan membangun infrastruktur FTTH untuk menjangkau 4 juta homepass di Pulau Jawa. Dengan tarif Rp 100 ribu per bulan, angka kasar revenue tahunan jika semua homepass aktif hanya Rp 4,8 triliun. Itu pun asumsi yang nyaris mustahil. Dalam praktiknya, konversi homepass ke pelanggan aktif di industri FTTH jarang menyentuh 50 persen. Lebih realistis jika menghitung potensi pendapatan sekitar Rp 2 triliun per tahun, itupun kotor. Maka pertanyaan lanjutan muncul: bagaimana menjaga profitabilitas dengan ARPU serendah itu setelah menggelontorkan investasi triliunan?

WIFI mencoba menurunkan biaya lewat pendekatan unik. Mereka memanfaatkan jalur rel kereta api untuk backbone, menggandeng Nokia dan OREX SAI (JV dari NEC & NTT DoCoMo), serta menjalin aliansi dengan lebih dari 50 ISP lokal. Strategi ini memang terdengar hemat, tapi tetap tak menghilangkan beban biaya akuisisi pelanggan, perawatan jaringan, serta kebutuhan layanan pelanggan skala massal. Semuanya tidak murah. Perusahaan telko besar saja seringkali merugi di segmen B2C harga rendah. Bagaimana WIFI akan bertahan tanpa ekosistem dan neraca sekuat pemain mapan seperti Telkom atau MORA?

Yang menarik adalah momentum rights issue ini terjadi saat kinerja keuangan sedang bagus-bagusnya. Pendapatan 2024 tumbuh 53 persen, EBITDA margin tercatat 73 persen, dan laba bersih melonjak 295 persen. Tapi justru itu yang patut dipertanyakan. Jika arus kas solid dan prospek cerah, mengapa tidak mengambil pinjaman perbankan atau menerbitkan obligasi? Mengapa harus mengorbankan kepemilikan lama lewat rights issue yang sangat dilutif? Apakah manajemen tahu bahwa margin hari ini bukan cermin masa depan ketika tarif Rp 100.000 mulai berlaku?

Valuasi saham pun sudah premium. PBV 5,06x dan PSR 7,30x, hanya PER yang masih tampak “diskon” di kisaran 21x. Tapi angka ini belum mencerminkan potensi penurunan margin jika proyek FTTH mulai berjalan. Sebagai pembanding, $MORA dan $DSSA (melalui MyRepublic) punya strategi ekspansi jaringan yang lebih konservatif, baik dari sisi pricing, target pasar, maupun sumber pendanaan.

Rights issue ini memang bisa menjadi titik lompatan bagi perusahaan untuk keluar dari bayang-bayang "perusahaan reklame" menjadi penyedia infrastruktur konektivitas. Tapi juga bisa menjadi lonceng alarm jika eksekusinya meleset. Di industri yang padat modal, berdarah-darah di awal, dan sensitif terhadap churn rate, harga murah tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah skala, loyalitas pelanggan, efisiensi operasional, dan kekuatan modal kerja yang tidak habis hanya karena gagal mencapai target konversi.

Dalam iklim bisnis yang kian sensitif terhadap narasi pertumbuhan, rights issue senilai Rp 5,9 triliun dengan janji internet murah bukan sekadar aksi korporasi. Ini pertaruhan besar yang menuntut presisi eksekusi. Bagi investor, hak untuk menebus saham baru bukanlah sekadar hak. Ia adalah pilihan: apakah Anda percaya pada mimpi besar, atau sekadar menjadi penonton dari drama yang mungkin berakhir mahal.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Harga Nominal vs Harga Market vs Harga Eksekusi Rights Issue?

Pertanyaan salah satu user Stockbit member bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Pertanyaan ini sebenarnya sederhana tapi penting karena banyak investor saham yang ndak tahu nilai nominal saham itu yang mana sih. Apakah itu nilai saham yang tertulis di akta pendirian perusahaan atau angka yang sudah disesuaikan lewat RUPS gara-gara ada perubahan struktur modal?

Dan kalau perusahaan right issue, memangnya ada tiga komponen harga ya. Harga pasar harian, harga pelaksanaan atau eksekusi rights issue, dan nilai nominal?

⏩Pertama kita mulai dari nilai nominal saham.
Nilai nominal adalah angka dasar yang jadi harga resmi tiap lembar saham, bukan buat diperdagangkan, tapi buat urusan legal dan akuntansi. Nilai ini ditulis pertama kali di akta pendirian perusahaan.
Misalnya nih waktu perusahaan pertama kali berdiri mereka tulis bahwa satu lembar saham punya nilai nominal Rp100. Artinya, modal dasar dan modal disetor akan dihitung berdasarkan angka itu.

Tapi kadang-kadang, seiring waktu dan perubahan kebutuhan perusahaan, misalnya mau stock split atau ubah struktur saham, nilai nominal ini bisa diubah. Perubahan itu harus lewat RUPS dan dicatat dalam akta perubahan anggaran dasar. Jadi bisa dibilang nilai nominal saham memang awalnya dari akta pendirian, tapi kalau ada perubahan acuannya jadi akta perubahan hasil RUPS. Dua-duanya sah tergantung konteks waktunya.

Contohnya gampang. PT $MORA Telematika Indonesia, waktu belum IPO, MORA Telematika pernah punya saham dengan nilai nominal campur-campur. Ada yang Rp100.000, ada yang Rp800.000, bahkan ada yang Rp2.000.000. Tapi sebelum IPO go public mereka sederhanakan semuanya jadi Rp100 per lembar. Kenapa? Biar lebih rapi dan praktis. Jadi perubahan nilai nominal ini bukan hal aneh dan bisa dilakukan asal lewat RUPS.

⏩Sekarang soal right issue, yaitu hak memesan saham baru yang dikasih ke pemegang saham lama. Di sinilah muncul empat harga yang perlu kamu perhatikan.
⚡Pertama adalah harga pasar harian. Ini harga saham yang diperdagangkan setiap hari di bursa. Harga ini hidup, bisa naik turun tergantung selera pasar. Misalnya hari ini saham perusahaan ABCD ada di Rp1.000 per lembar.

⚡Lalu ada harga pelaksanaan right issue.
Ini harga yang ditentukan perusahaan buat menebus saham baru. Biasanya lebih rendah dari harga pasar, tujuannya biar pemegang saham lama tertarik ikut serta. Misalnya ABCD nawarin saham baru dengan harga pelaksanaan Rp500. Angka ini sudah ditentukan dan diumumkan lewat prospektus. Tapi hati-hati. Harga pelaksanaan ini bukan harga pasar, melainkan harga khusus buat right issue.

⚡Yang ketiga adalah nilai nominal. Ini tetap angka dasar yang digunakan buat pencatatan modal. Kalau kamu beli saham baru di harga right issue Rp500 dan nilai nominalnya Rp100, maka Rp100 dicatat sebagai modal disetor, dan Rp400 sisanya masuk ke agio saham alias tambahan modal dari selisih harga. Artinya, perusahaan bukan cuma dapat modal pokok tapi juga tambahan modal dari para investor.

⚡Setelah right issue dilaksanakan, akan terbentuk satu harga baru yang disebut harga teoritis ex rights.
Ini semacam harga campuran dari saham lama dan saham baru. Misalnya kamu punya 1 lembar saham lama seharga Rp1.000 dan dapat 1 lembar saham baru di harga Rp500, maka setelah ex rights harga saham bisa turun ke kisaran Rp750. Ini bukan berarti saham kamu nyungsep, tapi memang wajar karena terjadi dilusi. Saham baru masuk dan nilainya dirata-rata.

Jadi ketika saham melakukan right issue, maka akan melibatkan empat komponen harga.
1. Harga pasar harian,
2. Harga pelaksanaan,
3. Harga nominal.
4. Harga teoritis

Masing-masing punya fungsi dan konsekuensi yang beda.
⏩Nilai nominal itu pondasi hukum dan pencatatan modal.
⏩Harga pelaksanaan adalah harga diskon buat beli saham baru.
⏩Harga pasar adalah cerminan sentimen pasar saat itu.
⏩Harga teoritis adalah gabungan harga pelaksanaan dengan harga pasar.
Semuanya saling berkaitan. Buat investor, penting banget buat paham perbedaan keempatnya sebelum memutuskan ikut atau nggaknya right issue.

Karena kadang yang kelihatan murah belum tentu menguntungkan. Dan yang kelihatan diskon bisa jadi jebakan kalau nggak tahu konteksnya. Jadi jangan cuma lihat harga pelaksanaan rendah terus langsung beli. Lihat juga kondisi fundamental perusahaan, jumlah saham baru yang diterbitkan, dan potensi dilusi yang bisa menggerus nilai kepemilikanmu.

Kalau mau gampangnya sih cukup lihat 2 saja yaitu harga pasar dan harga pelaksanaan rights issue.
⏩Kalau harga pelaksanaan rights issue lebih rendah dari harga market = ikut aja RI nya

Contoh saham yang begini dulu adalah PANI dan BBRI. Mereka RI dengan harga pelaksanaan di bawah harga market sehingga memberikan kesempatan cuan buat investor nya. RI harga pelaksanaan 5000, saham digoreng ke 15.000. Cuan.

Misalnya harga closing market 100 rupiah, lalu rencana rights issue di harga 50 rupiah maka ini bisa buat spekulasi. Anggap aja ini lagi Average Down sambil bantu suntik dana ke perusahaan buat bayar gaji Direktur dan komisaris dan keluarganya yang kerja di perusahaan.

⏩Kalau harga pelaksanaan rights issue lebih tinggi dari harga market = ndak usah ikut RI nya.

Misalnya harga closing market 50 rupiah, lalu rencana rights issue di harga 100 rupiah maka ini ngapain ikutan. Skip aja. Ndak guna ini. Bandar cere bin dodol.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MORA pokoknya klo ga d kasih nawar tinggalin ae

$IHSG

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

iya $MORA

all in aja

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MORA yang jelas pasti ini ,🤣

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Kejutan the next bagger..pasar masih sepi, kita cicil dlu
Sabar menunggu. Awali dengan cicil

$WIFI $PACK
$MORA

Hit Coy kurang dari sebulan
Hit Ke 1, ke 2, ke 3 di Selasa 10 Juni 2025.
find the pattern.

$MLPT naik > 15%
https://stockbit.com/post/18801802
$MORA naik 5%
https://stockbit.com/post/18801773
$BRPT naik 5%
https://stockbit.com/post/18791126

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MORA
High Volume BreakOut.
4 Juni 2025
Closing Range: 39/100

DYOR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MORA ngeri langsung ke banting

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TLKM Lagi Diselidiki Sama Departement of Justice Amerika Serikat

Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kasus penyelidikan DOJ (Departemen Kehakiman AS) terhadap Telkom dan anak usahanya, Telkom Infra, ini ibarat api kecil yang bisa berubah jadi kobaran besar kalau nggak ditangani hati-hati. Masalah ini muncul dari proyek BTS 4G milik BAKTI Kominfo, yang belakangan terbukti jadi ladang korupsi kelas kakap di dalam negeri. Karena Telkom terdaftar di bursa AS (NYSE) lewat skema ADR, maka urusan ini langsung masuk radar SEC dan DOJ. Mereka sedang menyelidiki apakah ada pelanggaran Foreign Corrupt Practices Act (FCPA), terutama soal dugaan pengakuan pendapatan yang nggak punya substansi ekonomi alias proyek fiktif atau belum ada dasarnya, tapi udah dimasukin ke revenue. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari laporan keuangan Telkom per Maret 2025, investigasi ini memang belum berdampak langsung ke angka-angka laba dan rugi. Telkom mencatat laba bersih Rp5,81 triliun dan kas Rp34,41 triliun, bahkan CFO-nya tembus Rp16,78 triliun dalam tiga bulan. Tapi, kita bisa ngelihat bahwa proyek-proyek Telkom Infra yang terkait BAKTI nggak kecil nilainya. Kalau ternyata sebagian revenue di masa lalu harus direklas atau dihapus karena nggak punya transaksi riil, itu bisa bikin koreksi pendapatan sampai ratusan miliar, bahkan potensi revisi laba yang menekan kinerja 5-15% dari bawah.

Yang bikin masalah makin serius, belum ada provisi dibentuk oleh manajemen karena katanya belum bisa estimasi berapa besar potensi kerugiannya. Padahal, kalau kita ikutin aturan akuntansi PSAK 57, provisi bisa dibentuk kalau ada kewajiban yang mungkin besar terjadi dan nilainya bisa dihitung dengan andal. Di sini, Telkom tampaknya masih menunggu hasil penyelidikan DOJ. Di sisi lain, risiko reputasi udah langsung kena citra Telkom sebagai BUMN unggulan bisa rusak, terutama di mata investor asing yang sensitif terhadap isu korupsi dan governance. Apalagi mereka banyak taruh duit lewat ADR. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kasarnya, ini bukan cuma soal laporan keuangan Q1 yang masih mulus, tapi soal ancaman restatement, potensi denda dalam mata uang USD, hingga tekanan ke saham yang bisa kena hantam kalau kasus ini naik ke pengadilan. Investor global benci ketidakpastian, dan DOJ bukan lembaga main-main. Kalau sampai Telkom dinyatakan melanggar FCPA, siap-siap aja ada denda miliaran, koreksi laba, dan tekanan jual dari dana asing. Jadi meskipun secara kas dan bisnis inti Telkom masih solid (Telkomsel dan IndiHome tetap ngasih duit), kasus DOJ ini tetap harus dipantau ketat karena bisa jadi bom waktu yang meledak di laporan keuangan berikutnya.

Semoga saja TLKM tidak bersalah sehingga tidak harus keluar duit buat bayar denda ke DOJ. Ini kasus BTS sempat seret Menteri dan Direktur $MORA waktu itu. Sempat juga serempet menantu salah satu petinggi partai di Indonesia. Tapi dia lolos dari tuduhan. Jago sih. Tidak perlu sebut nama partainya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MORA

Big Picture nih Bro
Menurut gue sekarang tuh semua company di Indo, dari bank sampai pabrik, lagi ngegas banget digitalisasi. Lo bayangin aja, semua serba cloud, data analytics, AI, sampai proses bisnis yang dulu manual sekarang udah mulai auto semua. Udah bukan cuma soal gaya, tapi strategi buat survive dan scale-up di dunia yang makin tech-oriented.

KENAPA INI BAKAL HOT TAHUN 2025?
1. Tech cost makin murah, jadi nggak cuma big player doang yang bisa pakai.

2. Perusahaan butuh efisiensi, especially buat cost cutting & speed up process.

3. Pemerintah juga ngedorong banget, apalagi ada program digitalisasi nasional.

4. Demand buat data center, cloud, dan AI tools makin gila karena semua makin online.

SEKTOR & SAHAM YANG LAGI ON FIRE
a. Infrastruktur Digital (the real backbone)
DCII – Raja data center Indo, kliennya udah internasional semua.
EDGE – Lagi aggressive banget expand, dan tech-nya not bad.
$MTEL – Mainnya di menara dan fiber, basic tapi vital bro.

b. Bank Digital & Fintech (fintech bros rise up)
$ARTO (Bank Jago) – Super API-friendly, banyak yang colab sama mereka.
BANK – Mereka mulai main AI buat lending, interesting move.
BBYB – Lumayan cepat adopsi tech baru.

c. IT Services & Automation (the hidden gems)
$MORA – Fiber dan managed services, kayak tulang punggung perusahaan digital.
DEAL – Bantuin brand retail go digital, omni-channel segala.
DIVA – POS & payment system, cocok buat bisnis yang pengen go digital.

GIMANA CARA LO MAIN DI NARATIF INI
1. Cari saham yang punya recurring income dan main di B2B, bukan yang cuma jual mimpi.

2. Jangan asal FOMO, crosscheck dulu fundamental sama valuasi.

3. Boleh banget pake P/S atau EV/EBITDA karena ada yang belum untung tapi growth-nya real.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Waduhhh,. Market Maker / Bandar $EXCL sepertinya lagi nunggu duit deviden yg bakal cair tgl 24 April,. baru nanti serok gede,. 🤭😹

Random Tag $FREN $MORA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

pilihan tepat jual $MORA pindah ke cyber

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

siap siap SAHAM $MORA Akumulasi Bandar 🤑 🤑 🤑 🤑 🔆

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MORA
Sudah 3 hari Oxygen mati total, telpon customer care sampai 10 kali dlm 3 hari hanya di respon gangguan pd tiang, entah tiang yg mana? Saya cb cek ke bbrp teman yg pakai Oxygen hanya beda RW saja dia tidak gangguan, sampai hari ini teknisi atau dr pihak kantor tidak ada yg memberikan solusi 1 pun, bayar tidak pernah telat tapi koq pelayanan mengecewakan? Jual jasa dan produk koq begini? Semua pekerjaan jd terhambat.. SANGAT MENGECEWAKAN..
KALAU TIDAK BISA KASIH SOLUSI DAN PERBAIKAN, TOLONG CABUT SAJA DAN BAWA SEMUA PERANGKAT DARI RUMAH SAYA KELUAR..

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy