Volume
Avg volume
PT. Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) bergerak di bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Rumah Sakit).
$MIKA 21 Jul 25
Investor: GRIYAINSANI CAKRASADAYA
Source: KSEI
Action: BUY
Shares Traded: +638,400 (+0.0046%)
Previous: 8,932,633,500 (64.229%)
Current: 8,933,271,900 (64.2336%)
Broker: CC
Investor Type: Domestic
Pagi² menggantung jemuran dulu, moga² semua terbang. Selanjutnya ngebid calon² penggemukan selanjutnya:
$ACES $MIKA $PNBN ITMA UNIQ
Sektor Rumah Sakit, Profitable Business but Unrewarding for Investor
Seseorang (dari Indonesia) sharing di forum Orange R+ bahwa premi asuransi kesehatan yang dia subscribe naik 50% dari tahun sebelumnya. Salah satu alasan kenaikan itu karena keputusan RS overcharge layanan kesehatan sehingga asuransi harus passed on biaya tersebut ke customer (menurut analisa yang komentar).
Apabila ada salah satu sektor yang cukup defensive dari watchlist investasi adalah sektor kesehatan terutama rumah sakit yang mana alasannya mirip seperti story diatas. Dengan awareness pada kesehatan yang semakin meningkat, orang (apalagi menengah ke atas) willing to spend money untuk biaya kesehatan yang berbentuk perawatan dengan atau tanpa asuransi. Ini bisa jadi salah satu alasan beberapa group konglomerat masuk ke industri kesehatan akhir-akhir ini.
Untuk sektor asuransi, ada satu perusahaan dalam watchlist yang kinerjanya cukup menarik meskipun tidak terlalu wonderful. Sayangnya khusus emiten rumah sakit, mayoritas yang berkinerja bagus dihargai sangat premium seperti $MIKA dan $SILO. Pilihan realistis mungkin menunggu sampai momen diskon itu datang, atau mencoba menelan pil pahit dan mencari rute alternatif dengan investasi di perusahaan properti (traded at reasonable price) yang memiliki anak usaha rumah sakit dan berharap mereka bisa tumbuh di bisnis ini.
Note: Bukan rekomendasi jual beli. DYOR.
sekedar sharing indikator MACD baru di tradingview
https://cutt.ly/6rYt5OPa
$BBRI $MIKA $AKRA
2. HEAL
BUY : 1400-1440-1480
TP1 : 1520-1550
TP2: 1600-1640
TP3 : 1700-1740-1800
SL UNDER 1400/1440
$HEAL $MIKA $BBRI
🌅BSJP
TIPS BSJP :
1. Pilih saham dengan kondisi Strong Uptrend, karena low risk
NOTE : Screener FINAL BSJP akan di bagikan kembali saat jam pre-closing market (15.50 - 15.55)
$NASI $WIIM $MIKA
$MIKA 30 Jun 25
Shareholder : Griyainsani Cakrasadaya
Type : Local
Bought : +149,900 (0.00%)
Current : 8,932,633,500 (64.23%)
Previous : 8,932,483,600 (64.23%)
"$MEDC $MIKA $MYOR
Rabu, 02 Juli 2025
#Disclaimer On & Do Your Own Research
#Sebaiknya Jangan Gegabah
Lot.Beli = -(MauLossRp)/[(SL - E) * 100]"
1/3
$MIKA 24 Jun 25
Shareholder : Griyainsani Cakrasadaya
Type : Local
Bought : +300,000 (0.00%)
Current : 8,932,483,600 (64.23%)
Previous : 8,932,183,600 (64.23%)
$MIKA 23 Jun 25
Shareholder : Griyainsani Cakrasadaya
Type : Local
Bought : +250,000 (+0.01%)
Current : 8,932,183,600 (64.23%)
Previous : 8,931,933,600 (64.22%)
Beberapa waktu lalu sempat ramai terkait rencana kebijakan co-payment asuransi kesehatan per 2026. banyak yang langsung membahas ada risiko ke emiten asuransi, tapi pernah kebayang gak gimana efeknya ke emiten RS?
Sebenarnya secara logis, emiten RS enak-enak aja nerima pembayaran dari asuransi karena artinya tidak ada masalah kemacetan pembayaran bagi pasien yang punya asuransi. Namun, banyak cerita asuransi kesehatan nombok karena kenaikan biaya kesehatan.
Jadi yang punya asuransi swasta, termasuk unit link asuransi kesehatan pasti ada pengumuman tarif akan naik per Juni atau Juli 2025.
Lalu, apa efek dari kebijakan ini ke emiten RS pada 2026 nanti? simak ulasan lengkapnya di sini: https://cutt.ly/IrE03DgO
$MIKA $HEAL $SILO
Gak seru euy, udahan panik sell nya..
$ADRO $MIKA $ASII
Itulah yang terjadi sikon by trade news..
Seru bagi yang punya margin on safety, goyang bagi yang ambis fast trade..
Mbah trump cs lagi dagang sekarang, kita siap sambut gebrakan mu mbah..
😂😂😂
$BMHS LK Q1 2025: Komisaris nya Pindah Ke Danantara
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
BMHS atau PT Bundamedik Tbk bukan rumah sakit biasa. Ia lahir dari visi seorang dokter bernama dr Ivan Rizal Sini yang pada 1973 memulai Klinik Bunda Menteng di Jakarta. Dari awal yang sederhana itu, BMHS tumbuh menjadi jaringan layanan kesehatan terintegrasi dari hulu ke hilir, mengelola rumah sakit, klinik fertilitas Morula IVF, laboratorium Diagnos $DGNS, hingga hotel wisata medis. Struktur bisnisnya unik, gabungan layanan kesehatan inti dengan penopang high-margin seperti IVF dan lab, membuat BMHS bukan hanya entitas rumah sakit tapi juga platform layanan kesehatan terpadu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Pengendali utamanya adalah PT Bunda Investama Indonesia yang dimiliki oleh keluarga Sini dan menguasai sekitar 57% saham. Di belakang layar ada nama-nama seperti dr Ivan Rizal Sini sebagai Presiden Komisaris, dr Mesha Rizal Sini, dan dr Rito Andhika Sini yang memegang banyak peran strategis. Sementara Northstar Group, salah satu private equity terkemuka Asia Tenggara, memiliki sekitar 4,9% saham melalui Akasya Investments. Tokohnya adalah Sunata Tjiterosampurno yang punya latar belakang Boston Consulting Group dan London Business School, dan pernah duduk sebagai komisaris. Tapi per Juni 2025 Sunata resmi mengundurkan diri dari Northstar dan BMHS. Ia dikabarkan akan bergabung ke Danantara yang merupakan lembaga investasi strategis Indonesia yang diposisikan mirip seperti Temasek. Kepergiannya bisa dibaca sebagai sinyal bahwa private equity sudah realistis terhadap arah jangka pendek BMHS, entah karena pertumbuhan lambat atau karena cashflow yang belum bebas.
Susunan dewan BMHS mencerminkan percampuran klinis, birokrasi, dan komunikasi. Selain Ivan dan Mesha, ada drg Arianti Anaya yang merupakan mantan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Retno Marsudi sebagai mantan Menteri Luar Negeri, dan Wishnutama Kusubandio yang pernah menjadi Menteri Pariwisata dan CEO Net TV. Komposisi ini menciptakan daya dukung strategis ke pemerintah dan publik meskipun tidak otomatis menjamin performa keuangan cemerlang. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Secara model bisnis, BMHS cukup berbeda dibanding $MIKA, HEAL, atau SILO. Layanan rumah sakit menyumbang sekitar 59% dari pendapatan. Segmen Morula IVF menyumbang 25% dan Diagnos Lab sekitar 16%. IVF dan lab bersifat cash basis dan recurring, dengan margin kotor bisa mencapai 50% hingga 60%, jauh lebih tinggi dari layanan BPJS. Pasien BPJS masih mendominasi sekitar 65%. Tapi aliran kas dari IVF dan lab menjadi penyangga likuiditas. Vendor alat kesehatan tidak terpusat ke satu nama. Sekitar 40% alat masih impor, menciptakan risiko kurs. Gedung milik sendiri dan tidak disewa dari REIT seperti SILO. BMHS juga tidak tergantung suplai dari grup internal seperti MIKA yang tergantung Enseval. Jadi meskipun BMHS lebih kecil, struktur rantai pasok dan bisnisnya lebih fleksibel.
Laporan keuangan kuartal I 2025 menunjukkan pendapatan turun 8,4% yoy jadi Rp379 miliar. Laba bersih hanya Rp5,08 miliar, turun 71%. Margin bersih tinggal 1,3%, terendah di antara emiten rumah sakit besar. Tapi arus kas operasional justru positif Rp30,2 miliar atau hampir 6 kali lipat dari laba bersih. Ini karena penurunan piutang dan kenaikan utang usaha. Sayangnya capex tembus Rp71,4 miliar, terutama untuk RS Padang dan Bali. Alhasil free cash flow negatif Rp41,2 miliar. Dan ini bukan kejadian satu kali. FCF negatif sudah berlangsung tiga tahun berturut-turut.
Total aset tercatat Rp3,49 triliun dan didominasi properti serta alat kesehatan rumah sakit sebesar Rp1,98 triliun. Kas tersedia Rp770 miliar. Utang berbunga tercatat Rp1,19 triliun. Net debt sebesar Rp422 miliar atau sekitar 0,7x EBITDA, yang masih tergolong aman. Goodwill kecil yaitu hanya 3% dari aset sehingga tidak ada risiko besar dari akuisisi. Beban bunga Rp16 miliar masih bisa ditutup dari CFO. Tapi jika capex tetap agresif sementara CFO stagnan, maka utang bisa naik terus. Rasio capex terhadap CFO saat ini lebih dari dua kali lipat dan ini tidak ideal. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Transaksi pihak berelasi minim. Piutang ke induk tercatat Rp18,9 miliar tanpa bunga. Tidak ada pembelian dari entitas sepengendali. Tidak ada dividen agresif ke pemegang saham mayoritas. Tidak ada konflik kepentingan yang kentara. Tata kelola internal masih tergolong bersih dan wajar.
Sekarang bandingkan dengan pemain lain. MIKA paling sehat. Margin bersih 26%, FCF Rp231 miliar, kas Rp2,6 triliun, dan nyaris tanpa utang. PER 27,5x dan PBV 4,5x. Tapi pertumbuhannya stagnan dan ketergantungan geografisnya tinggi di Jabodetabek. SILO punya skala besar dengan revenue Rp3 triliun dan margin 8%, tapi tergencet liabilitas sewa karena gedung milik First REIT. FCF kecil. PER 28x dan PBV 3,1x. HEAL ekspansif dengan jaringan 51 RS dan margin 9%, tapi FCF negatif Rp132 miliar dan utang Rp3,1 triliun. PER 42x dan PBV 4,5x. PRAY paling riskan. Revenue Rp549 miliar, CFO hanya Rp6,4 miliar, capex Rp225 miliar. FCF sangat negatif. PER 11x dan PBV 0,66x. Sinyal value trap-nya kuat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
BMHS berada di tengah. Revenue belum sekuat SILO atau HEAL, tapi lebih terdiversifikasi. Leverage lebih ringan dibanding HEAL dan PRAY. Margin lebih tipis dari semua, tapi struktur asetnya kuat. Value BMHS muncul dari kombinasi faktor ini. Struktur neraca bagus, bisnis IVF dan lab cenderung menghasilkan kas, tapi tantangannya adalah margin dan capex yang masih berat.
Valuasi sekarang, harga saham 199. Kapitalisasi pasar Rp1,71 triliun. PBV 0,79x. PER trailing 84x. EV EBITDA sekitar 5x. Diskon PBV terlihat menarik tapi PER tinggi karena laba minim. Ini membuat BMHS terlihat murah dari sisi aset tapi mahal dari sisi profitabilitas. Situasi ini klasik value trap, kecuali arus kas mulai membaik.
Untuk bisa jadi hidden gem, syaratnya ada tiga. Pertama, RS baru di Bali dan Padang harus mulai menghasilkan EBITDA signifikan. Kedua, capex ditekan ke bawah Rp50 miliar per kuartal. Ketiga, segmen IVF dan lab harus tumbuh dua digit agar bisa menopang margin. Kalau ketiganya terjadi, FCF bisa positif. CFO bisa menutup bunga dan sebagian capex. Valuasi bisa naik ke PBV 1,3 hingga 1,5x. Artinya, harga saham bisa tembus ke kisaran Rp285 sampai Rp300. Tapi kalau cashflow tetap seret dan capex boros, harga bisa lama nyangkut di bawah Rp200. Bahkan bisa terancam rights issue kalau likuiditas makin ketat dan utang naik terus. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Apalagi sekarang Sunata sudah keluar dari Northstar dan pindah ke Danantara. Ini sinyal bahwa investor institusi sedang move on dan memutar fokus. Bukan berarti BMHS jelek. Tapi ini adalah peringatan keras bahwa pasar tidak sabar. Investor publik harus lebih jeli. Kalau kuartal depan FCF masih negatif dan margin tak membaik, waktu untuk realistis mungkin sudah datang.
BMHS sekarang ibarat dokter muda yang baru beli alat canggih. Kalau pasien ramai, alat itu bisa jadi mesin uang. Tapi kalau sepi, alat malah jadi beban cicilan. Jadi pertanyaannya sederhana. RS-nya mulai ramai belum? Kalau belum, jangan beli mimpi terlalu mahal. Tapi kalau sudah, harga sekarang bisa jadi tiket early bird ke hidden gem yang belum dipahami banyak orang.
Apakah Danantara akan investasi di BMHS? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$PRAY LK Q1 2025: Kuat di Sulawesi
Masih lanjutan dari request member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk adalah salah satu pemain baru yang cukup ambisius di industri rumah sakit swasta Indonesia. Didirikan sebagai hasil transformasi internal grup keluarga besar yang bergerak di bidang layanan kesehatan sejak awal 2000-an, PRAY membawa warisan manajemen dari jaringan RS Awal Bros yang semula berbasis di Pekanbaru dan kini mencoba bertransformasi menjadi konglomerasi layanan kesehatan skala nasional. PRAY resmi melantai di bursa lewat IPO beberapa tahun lalu dengan struktur kepemilikan yang relatif tersebar, meskipun entitas pendiri PT Famon Awal Bros Sakti masih menjadi pemegang saham utama. Tidak ada pengendali tunggal absolut, namun arah strategi masih sangat dipengaruhi oleh manajemen keluarga. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara neraca, PRAY memang tampak sehat secara angka. Total aset per Maret 2025 mencapai Rp4.968 miliar, liabilitas Rp2.096 miliar, dan ekuitas Rp2.872 miliar. Rasio current 2,8 dan quick ratio 2,3 memberi kesan likuid. Tapi begitu masuk ke detail, justru terlihat semua yang terlalu tenang ini menyimpan dinamika. Kas dan setara kas memang masih ada Rp757 miliar, tapi utang berbunga mencapai Rp1.512 miliar. Kas bahkan hanya cukup untuk menutup 50% dari total utang berbunga. Lebih parah lagi, arus kas operasi kuartal pertama 2025 cuma Rp6,4 miliar atau hanya 14% dari laba bersih yang tercatat sebesar Rp44 miliar. Artinya, laba itu tidak turun jadi uang nyata di rekening. Laba yang tak berubah jadi uang kas adalah sinyal merah buat investor manapun.
Revenue PRAY naik 5% yoy jadi Rp549 miliar, tapi ini bukan pencapaian yang bisa dibanggakan karena kenaikan beban pokok jauh lebih tinggi yaitu 11%. Gross margin susut ke 25% dari sebelumnya 28%. Beban operasi melonjak 19% karena kenaikan gaji, maintenance alat baru, serta pembukaan unit RS baru yang belum menghasilkan revenue yang sebanding. Alhasil, laba usaha cuma Rp39 miliar dan laba bersih turun 45% yoy jadi Rp44 miliar. Sementara itu, PRAY tetap agresif ekspansi. Capex kuartal ini sebesar Rp225 miliar, terdiri dari pembelian aset tetap dan uang muka pembangunan. Itu artinya free cashflow yaitu CFO dikurangi capex anjlok ke negatif Rp218 miliar. Jadi PRAY menghasilkan laba tapi mengeluarkan uang dalam jumlah besar, yang akhirnya ditutup dengan utang bank baru dan pinjaman syariah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Model bisnis PRAY adalah tipe rumah sakit full-service, in-house semua. Mulai dari dokter, perawat, radiologi, hingga farmasi. Tidak seperti $SILO yang mengandalkan leasing gedung dari First REIT atau $MIKA yang selektif ekspansi, PRAY memiliki dan membangun sendiri RS-nya. Vendor obat dan alat kesehatan disuplai dari distributor besar, jadi tidak ada ketergantungan satu pihak. Tapi alat kesehatan besar tetap berasal dari impor, jadi ada risiko kurs di sisi capex dan sparepart. Dari sisi pelanggan, 65% pendapatan PRAY berasal dari pasien BPJS, sisanya asuransi swasta dan pasien tunai. Pembayaran BPJS lazimnya molor 60 sampai 90 hari, sedangkan pemasok menagih lebih cepat. Di sinilah terjadi mismatch kas. Revenue tercatat hari ini, tapi uang masuk 2 sampai 3 bulan kemudian.
Transaksi pihak berelasi masih aman. Penjualan ke relasi hanya Rp2,7 miliar, piutang Rp114 miliar. Tidak ada indikasi konflik kepentingan atau manipulasi, dividen minoritas juga tidak agresif. Tidak ada goodwill besar dalam neraca, jadi kalaupun terjadi impairment itu bukan dari akuisisi, tapi lebih kepada aset tetap RS baru yang belum menghasilkan apa-apa. Sayangnya, segmen yang paling banyak menyimpan aset justru performa operasinya terburuk. Segmen Jawa menyimpan aset Rp6.700 miliar tapi malah mencetak rugi operasi Rp31 miliar. Sebaliknya, Sulawesi yang hanya punya aset jauh lebih kecil menghasilkan laba usaha Rp70 miliar dan menyumbang 63% revenue. Sumatra masih kecil yaitu 2% dan juga mencetak rugi. Ketidakseimbangan ini sangat jelas. Artinya PRAY punya aset besar, tapi belum berhasil mengubahnya menjadi mesin laba. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kalau dilihat dari struktur rasio dan sinkronisasi antar akun, masalah PRAY sangat nyata. Piutang naik Rp89 miliar tapi revenue hanya naik Rp27 miliar. Piutang dibanding revenue setara 1,07 kali. Artinya hampir semua revenue belum masuk kas. Kas operasi cuma Rp6,4 miliar. Padahal perusahaan tetap bayar bunga Rp14 miliar, sehingga rasio CFO terhadap bunga hanya 0,43 kali. Capex Rp225 miliar lebih dari 35 kali lipat CFO. Ini artinya PRAY membakar uang. Kalau tren ini berlanjut dua atau tiga kuartal lagi tanpa tambahan pendanaan atau perbaikan arus kas, perusahaan bisa kehabisan napas dan harus tarik utang baru, jual aset, atau skenario terburuk yaitu rights issue.
Di harga Rp620, kapitalisasi pasar PRAY sekitar Rp1.900 miliar. Dengan ekuitas Rp2.872 miliar maka PBV 0,66 kali. Laba tahunan disetahunkan sekitar Rp176 miliar menghasilkan PER 10,8 kali. Sekilas kelihatan murah. Tapi kalau kita pakai rasio EV terhadap EBITDA atau EV terhadap CFO, hasilnya sangat tidak menarik. EV terhadap EBITDA sekitar 12 kali dan EV terhadap CFO di atas 100 kali karena CFO-nya terlalu kecil. Jadi harga ini bukan karena undervaluasi, tapi karena pasar sudah menghukum perusahaan atas buruknya kualitas laba dan likuiditas. Ini bukan deep value tapi lebih ke value trap kalau tidak ada perubahan.
Harapan realistis bagi investor mencakup beberapa hal. Utilisasi rumah sakit di Jawa harus naik signifikan sehingga aset yang nganggur bisa mulai menghasilkan. Piutang BPJS dan asuransi perlu dipercepat menjadi maksimal 60 hari. Capex harus ditahan ke level maksimal Rp100 miliar per kuartal. CFO harus bisa menyentuh minimal Rp50 sampai Rp100 miliar per kuartal. Kalau semua ini tercapai, PRAY bisa berubah jadi hidden gem dan valuasi bisa naik ke PBV 1,5 kali dan PER 20 kali dengan target harga ideal Rp1.300 sampai Rp1.500. Tapi kalau tidak, maka saham ini bisa melorot ke bawah Rp500 apalagi kalau harus rights issue karena gagal bayar utang atau capex gagal dikendalikan. Dalam skenario terburuk, ekspansi RS gagal optimal, BI rate tetap tinggi, dan BPJS makin telat bayar, maka PRAY akan terjebak dalam spiral utang dan kas yang terus menipis.
Kalau dibandingkan dengan HEAL, MIKA, dan SILO, MIKA jelas yang paling solid. Margin bersih 26%, FCF selalu positif, tanpa utang berbunga, dan kas lebih dari Rp2.600 miliar. HEAL punya revenue besar Rp1.692 miliar tapi FCF juga negatif, utang besar, dan tergantung BPJS. SILO punya skala paling besar, revenue Rp3.037 miliar tapi FCF kecil dan liabilitas sewa besar. Di antara tiga ini, PRAY paling kecil dan paling lemah di cashflow. Bahkan HEAL yang masih struggle pun masih punya CFO Rp224 miliar di Q1 2025, jauh di atas PRAY yang cuma Rp6,4 miliar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Intinya, PRAY adalah cerita ekspansi yang belum berhasil dikonversi jadi kas. Ia ibarat orang yang sedang membangun rumah lantai lima tapi tagihan kontraktor sudah jatuh tempo, sedangkan gajinya belum turun. Satu-satunya harapan yaitu proyek itu segera menghasilkan uang. Kalau tidak, dia harus gali lubang tutup lubang atau jual rumah separuh jadi. Hidden gem mungkin. Tapi untuk saat ini, PRAY lebih mendekati jebakan tersembunyi.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
$HEAL LK Q1 2025: Di Pertengahan Antara $MIKA dan $SILO
Masih request salah user Stockbit member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kebetulan saya ada beberapa kenalan yang kerja HEAL. Waktu saya tanya mereka sih, katanya mereka enjoy kerja di HEAL.
Hermina atau PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) adalah jaringan rumah sakit swasta nasional yang lahir dari transformasi klinik bersalin menjadi raksasa layanan kesehatan. Nama pendirinya adalah Ibu Hermina Sulaiman.
Tahun 1967, Indonesia sedang berada di titik nadir. Negara baru saja diguncang tragedi politik nasional pasca-G30S, ekonomi kolaps dengan inflasi mencapai 650%, dan masyarakat hidup dalam suasana ketakutan dan ketidakpastian. Rupiah tak ada harganya, harga kebutuhan pokok melonjak liar, dan rakyat harus bertahan hidup dengan sumber daya yang makin menipis. Di tengah kekacauan itu, ketika banyak orang sibuk menyelamatkan diri dan mengamankan kekuasaan, seorang perempuan bernama Hermina Sulaiman justru mengambil langkah yang bagi banyak orang terdengar nekat, membuka klinik bersalin. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bukan rumah sakit mewah. Bukan klinik elit. Hanya fasilitas kecil di Jatinegara dengan tujuh kamar, tanpa AC, tanpa teknologi canggih, dan tanpa sokongan modal besar. Tapi bagi Hermina, itu bukan soal kemewahan, ini soal nyawa ibu dan anak. Di saat angka kematian ibu dan bayi di Indonesia sangat tinggi, dan sebagian besar persalinan masih dilakukan oleh dukun bayi tanpa standar medis, Hermina tahu bahwa menunggu sistem membaik bukan solusi. Maka, ia bertindak sendiri.
Tiga tahun kemudian, pada 1970, Hermina menggandeng dr. Budiono Wibowo, seorang spesialis kebidanan dan kandungan. Mereka sepakat mengembangkan kapasitas menjadi 13 tempat tidur dan mengubah nama menjadi Rumah Bersalin Hermina. Tapi perjuangan tak langsung jadi lebih mudah. Ini masih era di mana layanan medis swasta dipandang mahal dan eksklusif, sementara Hermina justru ingin membuat layanan untuk rakyat biasa, khususnya para ibu dari keluarga sederhana yang kerap diabaikan.
Pada 1983, Hermina membentuk Yayasan Hermina untuk memperkuat pijakan hukum dan sosial dari perjuangannya. Baru pada 25 April 1985, Rumah Bersalin Hermina mendapatkan izin resmi dan berdiri sebagai institusi medis yang diakui negara. Perluasan lahan dimulai sejak 1991, dan rumah bersalin itu tumbuh perlahan menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina Djatinegara.
Perjalanan itu tak pernah instan. Butuh lebih dari tiga dekade hingga akhirnya pada 1999, Yayasan Hermina berubah status menjadi PT Medikaloka Hermina. Perusahaan ini tidak lahir dari kongsi modal atau jaringan elite, tapi dari idealisme yang dibangun di tengah masa paling kelam Indonesia. Saat banyak orang memilih menjauh dari risiko, Hermina justru mendekat ke masalah paling mendasar, keselamatan ibu dan anak.
Kini, Hermina telah berkembang menjadi jaringan rumah sakit besar dengan lebih dari 50 cabang di seluruh Indonesia. Tapi di balik pencapaian itu, ada kisah seorang perempuan yang memilih membangun ketika Indonesia sedang hancur-hancurnya. Di tahun ketika inflasi 650%, saat rakyat antre beras dan hidup di bawah bayang-bayang represi politik, Hermina Sulaiman memutuskan satu hal sederhana: bahwa di negeri kacau sekalipun, seorang ibu masih berhak melahirkan dengan aman. Dan dari keputusan kecil itulah, lahir salah satu jaringan layanan kesehatan terbesar di Indonesia.
Hingga 31 Maret 2025, Hermina mengelola 51 rumah sakit aktif di seluruh Indonesia, menjadikannya salah satu operator layanan kesehatan dengan jaringan terluas dan basis pasien terbesar dari kalangan BPJS. Dalam struktur kepemilikan, pemegang saham individu seperti Yulisar Khiat (12,76%) dan Binsar Simorangkir (5,34%) memegang porsi signifikan, disusul PT Astra International Tbk (7,23%) dan publik menyumbang 56,37%. Tidak ada dominasi tunggal, membuat manajemen dijalankan secara kolektif dengan cukup disiplin. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Model bisnis Hermina bersifat padat aset dan padat operasi. Gedung, alat kesehatan, laundry, farmasi, dan SDM dikendalikan langsung. Tidak seperti Siloam yang banyak menyewa gedung ke First REIT atau Mitra Keluarga yang lebih selektif dalam ekspansi, Hermina membangun dan memiliki semua aset fisiknya. Bahan baku utama seperti obat dan alat medis berasal dari distributor besar dan impor, sehingga struktur biaya sensitif terhadap pergerakan kurs. Basis pelanggan Hermina mayoritas pasien BPJS dan asuransi swasta, dengan DSO sekitar 65 hari, menjadikan cashflow sangat tergantung kepada pencairan klaim institusi.
Performa keuangan kuartal I 2025 mencerminkan wajah rumah sakit yang sedang ekspansi tapi masih berjuang menjaga napas kas. Pendapatan Rp1.692 miliar, turun tipis 0,8% yoy. Tapi beban pokok naik 7%, membuat gross margin susut jadi 34% (lebih rendah dari Siloam 36,7% dan jauh dari MIKA yang di atas 50%). Laba bersih juga turun 34% ke Rp160 miliar, utamanya karena beban bunga yang naik 46% ke Rp56 miliar. Arus kas dari operasi masih positif Rp224 miliar, tapi tidak cukup untuk menutup capex Rp357 miliar yang menyebabkan FCF negatif Rp132 miliar. Dan ini bukan kejadian satu kali, tapi pola yang berulang setiap kuartal. Solusinya adalah tarik utang baru Rp238 miliar. Total utang berbunga Hermina kini Rp3.100 miliar, dengan dua pertiga berbunga variabel, sangat rentan terhadap naiknya BI rate. Sementara kas hanya Rp580 miliar. Rasio lancar 1,1 dan quick ratio cuma 0,99. Kondisi likuiditasnya bisa dibilang cukup asal tidak ada kejutan.
Sementara dari sisi neraca, total aset Rp10.800 miliar didominasi aset tetap (68%). Tidak ada goodwill besar, jadi risiko impairment kecil. Transaksi dengan pihak berelasi juga relatif kecil. Piutang relasi hanya Rp1,8 miliar dan utang relasi Rp27 miliar, tidak ada konflik kepentingan mencolok. Saham treasuri hasil buyback 2020 sampai 2022 sebanyak 475 juta lembar memberi bantalan valuasi, dan program MESOP 2024 menambah 331 juta lembar, menaikkan total saham jadi 15.360 juta lembar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dibandingkan dengan rivalnya, HEAL terlihat sebagai anak tengah. Siloam (SILO) lebih besar secara revenue (Rp3.037 miliar) dengan margin bersih 8%, namun punya beban tetap tinggi dari liabilitas sewa dan FCF yang tipis (Rp36 miliar). Mitra Keluarga (MIKA) justru kecil di revenue (Rp1.272 miliar), tapi margin bersih 26% dan FCF Rp231 miliar, tanpa utang berbunga dan kas Rp2.620 miliar. MIKA adalah textbook konservatif yang disiplin investasi, sementara SILO dan HEAL terus ekspansi dengan risiko pembakaran kas.
Kelebihan HEAL jelas. Jaringan luas, brand kuat di kelas menengah, volume pasien stabil, segmen non-rumah sakit seperti manajemen RS satelit dan sewa alat medis yang mulai menyumbang margin tinggi. Kekurangannya juga mencolok. FCF negatif, beban bunga naik cepat, utang tinggi dan sensitif bunga, serta margin yang makin tertekan oleh beban operasional yang belum sebanding dengan output cabang baru.
Apakah kelemahan ini bisa ditutup? Bisa, kalau RS baru yang dibangun mulai menghasilkan dan utilisasinya naik signifikan. Jika segmen non-rumah sakit tumbuh 2 sampai 3 kali lipat dan capex mulai diredam di bawah Rp200 miliar per kuartal, maka CFO bisa mulai menutupi kebutuhan belanja modal tanpa utang baru. Tapi kalau tidak dan BI rate bertahan tinggi, HEAL berpotensi masuk ke spiral utang dan tekanan cashflow. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Valuasi saat ini mencerminkan harapan, bukan realitas. Di harga Rp1.360, PER HEAL sekitar 42x dan PBV 4,5x. Angka ini hanya masuk akal kalau FCF mulai konsisten positif dan margin pulih. Sebagai perbandingan, SILO diperdagangkan di PER 28x dan PBV 3,1x. MIKA di PER 27,5x dan PBV 4,5x, tapi dengan kualitas neraca jauh lebih kuat. Valuasi ideal HEAL ada di PER 20 sampai 25x dan PBV 2 sampai 2,5x. Dengan EPS tahunan sekitar Rp32, harga wajarnya jatuh di rentang Rp900 sampai Rp1.200. Tapi untuk mencapainya, Hermina harus membuktikan EBITDA tumbuh, capex rasional, dan FCF mulai mengalir minimal Rp250 miliar per tahun.
Bagi investor yang nyangkut, harapannya ada di pemulihan margin dan suku bunga turun. Kalau tercapai, rerating bisa mengangkat harga ke Rp1.800 sampai Rp2.000. Tapi kalau suku bunga tetap tinggi dan capex terus disiram, risiko rights issue dan penurunan valuasi ke bawah Rp1.000 menjadi kenyataan.
Intinya, Hermina adalah saham calon turnaround. Bukan saham yang cocok untuk pemburu dividen atau scalper, tapi untuk investor yang sabar, siap melihat cabang-cabang baru bertumbuh, dan percaya bahwa ekspansi besar yang sekarang membebani neraca suatu hari bisa menjadi mesin kas. HEAL punya potensi jadi hidden gem kalau manajemen mampu menjaga disiplin belanja dan fokus pada utilisasi. Tapi juga bisa jadi value trap kalau bisnis terus dibangun tanpa arus kas masuk. Pilihannya sekarang ada di tangan manajemen, dan investor harus siap menilai realita tiap kuartal, bukan hanya potensi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
*RESUME PERDAGANGAN SAHAM HARIAN*
Hasil analisis data perkembangan harga saham pada 20 Jun 2025
Jumlah emiten saat ini ada sebanyak 960 emiten. Diantara emiten tersebut ada sebanyak 638 (66,46%) emiten yang memiliki earning per shared (eps) positif.
🔀Transaksi Non Reguler
Ada transaksi non reguler pada 109 (11,35%) emiten, tertinggi di saham $NICE dengan volume perdagangan non-reguler sebesar 582.183.615.
🔀Transaksi Asing
Ada sebanyak 716 (74,58%) saham yang dikoleksi oleh asing. Terbanyak dibeli asing secara volume di saham $BBCA dengan harga penutupan terakhir 8.700 (-0,85%) dan volume foreign buy sebesar 352.348.000.
🔀Sentimen Positif dengan Peningkatan Pembelian
Ada sebanyak 545 (56,77%) saham yang mengalami peningkatan pembelian. Peningkatan pembelian dengan bid cukup besar $MIKA dengan harga penutupan terakhir 2.420 (-2,02%) dan volume bid sebesar 655.600 dengan kenaikan 6.556,00X.
🔀Saham Murah dengan Pembelian Asing > 10 Miliar
Ada sebanyak 54 (5,63%) saham yang harganya kurang dari 1000, memiliki pembelian asing di atas 10 Miliar. Pembelian Asing paling besar BRMS dengan harga penutupan terakhir 414 (-1,90%) dan volume bid sebesar 27.247.300 dengan kenaikan 6.556,00X.
🔀 Aktif diperdagangkan > 10.000 kali
Ada sebanyak 40077 (4.174,69%) saham yang harganya kurang dari 1000, memiliki frekuensi perdagangan lebih dari 10.000 kali. Frekuensi paling besar pada saham ENRG dengan frekuensi sebanyak 40.077 kali, sementara harga penutupan terakhir 358 (0,56%) dan volume bid sebesar 1.560.800 dengan kenaikan 6.556,00X.
Saham menarik saya share via Channel : https://cutt.ly/2rWMKSw0
Kontennya: #1 List saham dengan sentimen positif; #2 List saham dengan harga bottom; #3 List saham yang mendekati batas fraksi harga; #4 Tanya jawab lebih nyaman (di grup saja); #5 info lain sesuai kebutuhan.
Diolah dari data IDX-CO-ID © 2025, made with ☕️ for better data mining.
Pergerakan harga saham: https://stockbit.com/post/15454107
Cara beli harga murah: https://stockbit.com/post/15639981
Indikator gratis penghasil cuan 1: https://stockbit.com/post/17138254
Indikator gratis penghasil cuan 2: https://stockbit.com/post/17200072
Cara menentukan Target Harga Saham 1: https://stockbit.com/post/16301289
Cara menentukan Target Harga Saham 2: https://stockbit.com/post/16379770
Berharap informasi ini rutin setiap hari? beri saya semangat dengan "LIKE" dan "FOLLOW"
$SILO LK Q1 2025: Apakah Lebih Bagus dari $MIKA
Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Siloam International Hospitals adalah salah satu entitas rumah sakit swasta terbesar di Indonesia yang bermain di liga papan atas. Berdiri dari restrukturisasi grup Lippo pada tahun 2010, SILO bukan sekadar rumah sakit, tapi konglomerasi layanan kesehatan yang menyebar ke seluruh nusantara. Sampai Maret 2025, mereka sudah mengelola lebih dari 40 rumah sakit aktif di delapan pulau. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Struktur pengendaliannya cukup kuat karena Sight Investment Company Pte Ltd menggenggam 63,45% saham, Megapratama Karya Persada 20,6%, dan sisanya dimiliki publik. Saham beredar tercatat sebanyak 12,99 miliar lembar. Skala bisnisnya masif dan infrastruktur tersebar, tapi apakah laporan keuangannya sekuat jaringannya itu sendiri? Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Pendapatan SILO pada kuartal I 2025 mencapai Rp3,037 triliun dan tumbuh signifikan dibanding periode sama tahun lalu. Beban pokok penjualan sebesar Rp1,921 triliun dan menyisakan laba kotor Rp1,116 triliun. Margin kotor 36,7% terbilang cukup solid untuk industri rumah sakit yang biasanya punya margin tipis. Laba usaha tercatat Rp373 miliar dan laba bersih tahun berjalan Rp246 miliar, mencerminkan margin bersih sebesar 8%. Secara nominal dan persentase, angka ini menunjukkan bahwa operasional makin efisien. Tapi kinerja di laporan laba rugi saja tentu tidak cukup. Kita harus cek apakah laba tersebut benar-benar mengalir jadi kas.
Arus kas dari aktivitas operasi (CFO) sebesar Rp400 miliar memang positif, tapi tidak terlalu besar mengingat revenue tembus Rp3 triliun. Artinya konversi kas sekitar 13,2%. SILO mencatat kas masuk dari pelanggan sebesar Rp3,257 triliun, namun kas keluar untuk pemasok dan karyawan mencapai Rp2,74 triliun. Jadi uang masuk nyaris langsung habis dan hanya menyisakan sedikit ruang napas. Lalu, kas itu tidak mengendap karena capex di kuartal ini sebesar Rp365 miliar ditambah uang muka pembelian aset tetap Rp48 miliar. Akibatnya, free cash flow (FCF) tinggal Rp36 miliar saja. Dengan revenue sebesar itu, FCF hanya 1,2% dari penjualan dan artinya cashflow masih sangat tipis karena seluruh pendapatan langsung diputar kembali ke ekspansi.
Dari sisi neraca, SILO mencatat total aset sebesar Rp13,376 triliun dengan liabilitas sebesar Rp4,365 triliun dan ekuitas sebesar Rp9,011 triliun. Struktur modal terlihat kokoh. Utang jangka pendek termasuk utang bank jangka pendek tercatat Rp1,523 triliun sementara liabilitas sewa jangka panjang sebesar Rp459 miliar. Kas dan setara kas tersedia sebesar Rp904 miliar. Jika semua kas digunakan untuk membayar utang berbunga, maka utang bersihnya hanya sekitar Rp596 miliar. Itu masih dalam batas aman. Rasio debt to equity berada di level 7% dan tergolong sangat rendah. Namun keberadaan utang jangka pendek yang cukup besar dan beban sewa dari penggunaan properti milik Lippo REIT menekan Altman Z-Score perusahaan menjadi sekitar 2,5 yang masuk zona abu-abu. MIKA punya Altman Z Score lebih baik mencapai 12,21. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Piutang usaha bersih sebesar Rp1,563 triliun. Dibandingkan dengan penjualan kuartalan, DSO atau days sales outstanding sekitar 46 hari. Artinya pembayaran dari pasien dan pihak asuransi memakan waktu rata-rata 1,5 bulan. Ini tergolong sehat untuk industri kesehatan swasta dan jauh lebih baik daripada rumah sakit pemerintah yang harus menunggu pembayaran BPJS selama berbulan-bulan. Persediaan tercatat sebesar Rp200 miliar. Sementara beban pokok penjualan per kuartal Rp1,921 triliun sehingga inventory days sekitar 9 hari. Ini menandakan manajemen persediaan sangat efisien karena stok tidak menumpuk tetapi tetap bisa memenuhi kebutuhan operasional harian.
Model bisnis SILO terbagi dua. Sebanyak 77% pendapatan berasal dari layanan umum seperti IGD, rawat inap reguler, dan layanan dokter umum. Sisanya sebesar 23% berasal dari layanan spesialis seperti bedah, radiologi, onkologi, kardiologi, dan terapi lanjutan. Layanan spesialis ini punya margin jauh lebih tinggi dan pertumbuhannya meningkat dari tahun ke tahun. Selain rumah sakit fisik, SILO juga mengembangkan platform digital Aido Health untuk layanan telemedis dan pemantauan pasien jarak jauh. Mereka juga punya pusat layanan Gamma Knife untuk bedah otak non-invasif. Ini teknologi canggih dengan margin operasi dua kali lipat dibanding layanan reguler. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Namun, struktur bisnis SILO juga mengandung risiko. Banyak rumah sakit mereka yang disewa balik dari First REIT yang merupakan bagian dari Lippo Group. Hal ini membuat liabilitas sewa muncul sebagai beban besar di neraca dan arus kas. Dengan struktur biaya tetap seperti ini, ketika pendapatan tersendat maka tekanan terhadap margin bisa signifikan. Selain itu, ekspansi terus-menerus juga menguras kas. Capex tinggi tiap kuartal berarti arus kas selalu dicekik di depan.
Sekarang kita bandingkan dengan Mitra Keluarga alias MIKA. Pendapatan kuartal I 2025 hanya Rp1,272 triliun dan jelas jauh di bawah SILO. Tapi margin bersihnya luar biasa yaitu 26% dengan laba bersih Rp332 miliar. Beban usaha sangat terkendali karena MIKA dapat suplai obat dan alat kesehatan dari Enseval Putera Megatrading yang merupakan saudara segrup dengan Kalbe. Total pembelian dari vendor grup ini mencapai 22,4%. Struktur neracanya bahkan lebih konservatif. Kas dan investasi jangka pendek MIKA mencapai Rp2,62 triliun dan utang berbunga praktis tidak ada. FCF MIKA mencapai Rp231 miliar atau 18% dari revenue. Bandingkan dengan SILO yang cuma 1%.
Tapi kelebihan MIKA bukan tanpa kekurangan. Sebanyak 81% laba usaha dan 76% pendapatan berasal dari rumah sakit di Jakarta dan Jawa Barat. Artinya ketergantungan geografis sangat tinggi. Di saat yang sama, aset rumah sakit luar Jawa sudah mencapai Rp3,66 triliun tapi hanya menyumbang pendapatan Rp7,9 miliar. Artinya return on asset-nya hampir nol. Proyek ekspansi luar Jawa lambat dan progress fisiknya masih di kisaran 20% sampai 35%. Risiko konsentrasi lokasi, ketergantungan vendor, serta pertumbuhan yang melambat menjadi perhatian tersendiri bagi MIKA.
Secara valuasi, SILO di harga Rp2.170 punya EPS tahunan proyeksi Rp76 sehingga PER sekitar 28. PBV-nya 3,1. MIKA di harga Rp2.460 punya EPS proyeksi Rp90 dan PER 27,5 serta PBV 4,5. Artinya dua-duanya mahal. Tapi pasar masih mau kasih premi ke MIKA karena margin tinggi dan neraca bersih. SILO masih harus membuktikan bahwa investasi dan capex mereka akan berbuah jadi laba yang sepadan.
Valuasi ideal untuk investor konservatif bisa memakai patokan PER 10 dan PBV 1. Maka harga wajar SILO berada di sekitar Rp680 dan MIKA di kisaran Rp1.700 sampai Rp1.900. Tapi untuk mencapai itu, syaratnya tidak ringan. SILO harus menurunkan capex dan menaikkan margin spesialis hingga FCF tembus Rp300 sampai Rp400 miliar per tahun. MIKA harus menyelesaikan proyek luar Jawa, mempercepat monetisasi aset, dan meningkatkan kontribusi pendapatan dari luar Jabodetabek hingga minimal 15%.
Kalau syarat itu gagal, pasar bisa pelan-pelan kehilangan sabar. SILO bisa masuk jebakan value trap karena laba ada tapi kas tidak pernah bebas akibat habis untuk investasi terus-menerus. MIKA juga bisa masuk jebakan stagnasi karena kas numpuk tapi tidak tumbuh dan investor mulai cari yang lain.
SILO adalah perusahaan dengan jaringan kuat, brand besar, dan potensi pertumbuhan yang sangat besar dari layanan spesialis dan digital. Tapi semua itu harus ditebus dengan waktu dan pembakaran kas. Sementara MIKA adalah contoh textbook manajemen konservatif yang punya margin tebal, kas gemuk, dan utang nol. Tapi kalau ekspansinya tidak segera produktif, investor akan mulai meragukan arah pertumbuhan jangka panjangnya. https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kalau dilihat dari sudut pandang Pak Toto, SILO cocok untuk orang yang sabar dan siap melihat pohon tumbuh perlahan. Tapi MIKA lebih cocok untuk yang ingin hasil stabil dan bisa panen dividen. Yang jelas, dua-duanya bukan saham buat yang cari diskon melainkan untuk yang paham value di balik bilik rumah sakit.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$HEAL
1/10