Volume
Avg volume
PT Cahaya Aero Services Tbk, yang dikenal dengan sebutan CAS dalah entitas induk dengan standar operasi dan mutu yang telah diakui dunia di bidang jasa penunjang transportasi udara, solusi boga dan pengelolaan fasilitas. Perseroan menjalankan usahanya di banyak lokasi, yakni bandar udara, daerah terpencil, kawasan industri maupun wilayah perkotaan. Pada tahun 2018 Perseroan menangani lebih dari 27,6 juta penumpang dan lebih dari 88.000 penerbangan, serta menyediakan 10 juta porsi makanan dan mengelola lebih dari 320.000 ton kargo.
Masih mending $PTPS bagi dividen. Lah daripada $CASS tidak kunjung bagi dividen, di situ saya merasa sedih.
The Beneficiary vs. Direct Participant Business Model
$OBAT $CASS
This concept is at the core of a smart investment strategy, often referred to as "betting on the ecosystem" or "investing in infrastructure."
Beneficiary Business Model
A company that provides essential goods or services to an industry but does not bear the direct risk of a single product's or brand's success. Its key characteristics are stable revenue, more predictable profit margins, and diversified business risk. The business model is often volume- or service-based, such as a raw material producer, infrastructure provider, or contract manufacturer.
Direct Participant Business Model
A company that directly participates in market competition, bearing the risks of marketing, sales, and brand rivalry. Its key characteristics are highly volatile revenue, which depends on the success of a flagship brand and aggressive marketing strategies. They have a greater potential for profit but also a higher risk of loss.
Examples include a pharmaceutical company with a single flagship brand or an airline competing intensely on ticket prices.
Understanding this concept changes how we view risk. Investing in CASS and OBAT is not just betting on a single company, but rather betting on the growth of the entire aviation, health products, beauty, and herbal ecosystems in Indonesia.
As an investor, you are placing your capital in a company that is protected from the risks of inter-brand competition and benefits from broad growth trends across various market segments. It also possesses solid fundamentals and exceptional profitability ratios.
$ASII
$CASS $ADES The "pick and shovel" model highlights an important distinction between betting on the success of an industry as a whole and betting on companies that derive direct profits from the industry's activities.
By providing essential infrastructure and services (ground handling, catering, maintenance, cargo), CASS captures value at a stable point in the aviation supply chain. Their revenue streams are more predictable because they are not directly tied to ticket prices or passenger load factors, but rather to flight volumes and airport operations themselves, regardless of which airline operates them. Post-COVID expansion, particularly from foreign airlines, has been a significant driver for CASS. As new players enter the market and legacy carriers like $GIAA rationalize their routes, CASS benefits from a diversified client base, reducing its reliance on the performance of any single airline.
If we identify the financial separation between these two business models, we will see that CASS demonstrates more stable EBITDA margins and higher Return on Invested Capital (ROIC) compared to GIAA's cyclical and often negative margins. Its capital structure also shows lower debt, reflecting a more stable business model.
Additionally, the barriers to entry for CASS services are often high, requiring significant capital investment in infrastructure, equipment, and licenses. This creates a competitive advantage (moat). The company has a long track record and established relationships with many airlines, making it a trusted partner and a difficult-to-replace vendor. These qualitative factors strengthen its position as a beneficiary of industry recovery, rather than a participant in its inherent risks.
$CASS 👍 usaha catering nya = pick and shovels. Usaha cargo nya = pengusaha jalan tol ambil fee setiap pesawat lewat. Usaha aircraft maintenance nya = Bengkel untuk setiap pesawat yg perlu regular check dan penggantian parts.
Diatas semua itu, CASS punya market share hampir monopoli di seluruh airport besar Indonesia 🇮🇩
Dan, balance sheet BERSIH. Tanpa hutang dan cash melimpah! Dan low capex dan low inventory, berarti cash flow turun deras.
I Love CASS
$CASS
This company is the ultimate example of "pick and shovel" business, referring to the famous tale of people got rich by selling pick and shovel during California gold rush, rather than directly participating in the risk gold mining itself.
Airlines business is very notoriously competitive and operating in low margin environment with many unpredictable variables, but $CASS as the "pick and shovel" of airlines will mostly be the main beneficiary of post-covid expansion of many foreign airlines which are very eager to pick the international-to-domestic routes that big players like $GIAA left behind, post restructure.
Pada acara VALUEx VAIL 2012, puluhan value investor global hadir dan masing-masing mempresentasikan satu analisa perusahaan . Salah satu peserta adalah Josh Tarasoff. Presentasinya adalah analisa terhadap perusahaan Amazon. Untuk mengerti betapa brilian dan keren nya seorang value investor profesional kelas dunia, Anda bisa baca langsung pdf nya di bawah.
Josh Tarasoff adalah General Partner dari Greenlea Lane Capital Partners, LP, sebuah kemitraan investasi swasta yang didirikannya pada tahun 2006. Dia menerima Bachelor dalam Filsafat dari Duke University pada tahun 2001 dan sebelumnya bekerja di Goldman Sachs. Josh juga meraih gelar MBA dari Columbia Business School. Pada tahun 2006, ia meluncurkan kemitraan dengan aset yang dikelola senilai USD 2,3 juta. Josh menjalankan fund ini secara one man show. Tidak ada karyawan, kantor, dan tidak memasarkan fundnya secara proaktif. Dia tetap menjadi satu-satunya investor profesional yang masih tanpa kantor resmi. Meski demikian, kemitraan ini telah menorehkan kesuksesan yang luar biasa, tumbuh menjadi lebih dari USD 450 juta dalam aset yang dikelola, sebagian besar karena return CAGR 17,3% setelah dikurangi semua biaya dan pengeluaran sejak 2006.
Menurut saya ini adalah pembelajaran yang sangat berharga, sebuah point of view yang sangat menarik dalam menganalisa perusahaan. Surprisingly, 10 tahun kemudian, apa yang Josh prediksikan benar-benar terjadi (hampir akurat). Ilmu analisa fundamental gratis ini tidak akan kita dapatkan dengan mengikuti kelas berbayar manapun. Truely exceptional and one of a kind!
Key Takeaway:
*PE ratio tidak menjamin mahal murahnya sebuah saham.
*Terdapat peluang hidden future earnings yang tidak terlihat dari laporan keuangan.
*Cara perusahaan membangun moat yang makin lebar dari hari ke hari. Dalam hal ini yang dilakukan Amazon adalah scale economies shared.
*Perusahaan yang wonderful adalah yang memiliki long runway dalam menjalankan bisnisnya.
Semoga bermanfaat!!!
$CASS $TOTL $IPCC
The current small outstanding share, small free float, and good economic fundamentals are a perfect combination for buying and holding for a long period of time. $CASS is the next $ADES, inshaAllah. And one more thing, using profits for expansion and not distributing them as dividends is a very good management strategy.
$CASS Engineers build programs, leaders create systems, and investors fuel opportunities—each role is important for turning innovation into tangible impact.
$CASS 25 Jul 25
Investor: SURONO SUBEKTI
Source: KSEI
Action: BUY
Shares Traded: +1,030,000 (+0.0494%)
Previous: 116,932,200 (5.603%)
Current: 117,962,200 (5.6524%)
Broker: BQ
Investor Type: Domestic
Pernah salah dalam menilai $CASS dahulu ada jurus silat pada laporan keuangan. Hingga akhirnya, bertemu dengan rekan-rekan di komunitas AvGeek.
Mulailah saya memahami bisnis CASS, akhirnya memutuskan investasi saham CASS. Hingga kini, belum ada satu lot saham yang dijual.
Kadang perlu ngobrol dengan orang yang ahli dan bekerja sehari-hari pada suatu industri.
Salah analisa itu hal biasa, yang penting ada keinginan untuk belajar. Random tag: $SCMA $EMTK
$CASS 24 Jul 25
Investor: SURONO SUBEKTI
Source: KSEI
Action: BUY
Shares Traded: +1,100,000 (+0.0527%)
Previous: 115,832,200 (5.5503%)
Current: 116,932,200 (5.603%)
Broker: BQ
Investor Type: Domestic
Pada bulan Agustus 1997, seorang petinggi Microsoft Bernama Jeff Raikes mengirimkan email kepada Warren Buffett untuk menjelaskan business model Microsoft. Jeff menerangkan dengan amat baik alasan mengapa Microsoft merupakan bisnis yang hebat dan sederhana sekaligus juga merupakan investasi yang sama bagusnya dengan See’s Candy maupun Coca-Cola Buffett. Email ini kemudian dibalas oleh Buffett, dan kemudian menjadi salah satu pertukaran e-mail terbaik yang dapat investor pelajari hingga saat ini.
Berikut rangkuman isi e-mail dari Jeff:
“FY 1996, terdapat 50 juta PC terjual di seluruh dunia. 80% di antaranya memakai lisensi OS dari Microsoft. Rata-rata pendapatan per lisensi adalah USD 45, sehingga revenue dari lisensi OS adalah USD 1,8 milyar. Sisa 10 juta PC lainnya sebenarnya juga memakai OS dari Microsoft, namun berupa versi bajakan. FY 2000, estimasi penjualan PC global adalah 100 juta unit. Pihak Microsoft berkomitmen dan yakin mampu menekan angka pembajakan menjadi 10%, sehingga 90 juta unit PC akan terlisensi. Di sisi lain, Microsoft juga punya pricing power seperti halnya See’s Candy. Diperkirakan, rata-rata pendapatan per lisensi Windows NT nantinya adalah USD 80. Maka revenue dari OS saja akan berkisar USD 7,2 milyar, naik dari 1,8 milyar hanya dalam beberapa tahun saja. Karena hampir tidak ada COGS dan tenaga penjualan global hanya 100 sd 150 orang saja, ini akan menghasilkan margin laba usaha 90%. Tentu saja ada capex R&D, namun profitnya tetap akan sama baiknya dengan bisnis syrup (Coca-Cola).
Di atas adalah revenue dari segmen OEM (Original Equipment Manufacturer). Microsoft masih punya segmen kedua, yaitu bisnis software. Sebuah PC adalah seperti razor yang membutuhkan blades. Pengguna PC membutuhkan software-software pendukung untuk meningkatkan produktivitas. FY 1996, rata-rata pendapatan segmen software per PC adalah USD 140, atau setara USD 7 milyar dari 50 juta PC terjual di seluruh dunia.”
E-mail ini kemudian dibalas Buffett. Intinya, keputusannya untuk tidak berinvestasi di Microsoft bukanlah mengenai keraguan akan business modelnya yang superior, melainkan seberapa lama ia mampu memprediksi revenue stream yang hebat itu akan terus terjadi. Coca-cola juga menghasilkan royalty sebesar USD 7,2 milyar per hari jika rata-rata konsumsi adalah 100 ounce. Buffett yakin bahwa ini akan terus terjadi di masa depan selagi Coke tidak menyebabkan kanker bagi peminumnya. Sebaik-baiknya royalty Microsoft, Buffett menekankan bahwa ia tidak dapat mengetahui dengan pasti berapa lama hal itu akan berlangsung. Jika ia harus berinvestasi atas dasar ketidaktahuannya untuk periode 20 tahun mendatang, ia akan memilih skip dan menunggu opportunity yang lebih pasti.
Dari pertukaran e-mail ini, terdapat pembelajaran yang menurut saya sangat penting, yaitu bisnis yang hebat adalah BISNIS YANG MENDAPATKAN ROYALTY (INCOME STREAM) dari growth pihak lain. Dalam kasus ini, Microsoft tidak mengeluarkan capex sedikitpun untuk memperbesar sales-nya dan MENUMPANG CAPEX IBM secara gratis untuk keuntungannya. Ketika ini terjadi, maka profitabilitas dan Return on Invested Capital sebuah perusahaan menjadi tinggi. Microsoft pada tahun pertukaran e-mail itu terjadi menorehkan FCF Margin sebesar 37%!!! Ini mungkin mirip dengan postingan bro @Hauw2x tentang potensi $INET meraih cuan banyak dari setiap growth $WIFI . Atau seperti $CASS yang memperoleh keuntungan dengan menumpang capex dari Angkasapura, GIAA, Lion Air, dll.
“The best business is a royalty on the growth of others, requiring little capital itself.” - Warren Buffett
Di sisi lain, hal yang bisa dipelajari dari respon Buffett adalah bahwa dalam dunia investasi, kita tidak harus selalu “memukul setiap bola yang datang”. Investor yang handal tidak akan memaksakan diri memukul bola dengan kemungkinan berhasil 25% dan lebih memilih untuk menunggu bola cantik dengan kemungkinan berhasil 75%. Bahkan ketika kita tidak memukul bola 75% tadi, tidak ada kerugian apapun dan akan selalu ada bola 75% lainnya yang akan datang.
Hal menarik lainnya yang menjadi pembelajaran adalah dari percakapan dalam e-mail, kedua pihak sama sekali tidak membahas tentang mahal murahnya saham-saham yang disebutkan. Tidak ada penyebutan EV to EBIT, PE ratio, PBV, dll. Tidak pula terdapat skenario bull case or base case. Jeff hanya menjelaskan bisnis dari sudut pandang owner dalam bahasa yang sangat awam. Buffett pun tidak merespon dengan mengatakan valuasinya kemahalan dll. Ia hanya tidak yakin dengan lamanya probabilita suksesnya dari usaha itu, dibandingkan dengan pemahamannya yang lebih baik terhadap bisnis Coke. Poinnya bukanlah mengabaikan valuasi. Tentu saja pada akhirnya harga merupakan aspek penting bagi investor. Email ini adalah contoh bahwa lebih baik mendahulukan pemahaman bisnis, keunggulan kompetitif, dan prospek jangka panjangnya sebelum mengkhawatirkan apakah sekarang sahamnya sedang murah.
Berikut saya lampirkan isi pertukaran emailnya. Semoga bermanfaat! Happy Weekend!
$CASS
Let's review the 2Q25 result.
1. Quite impressive growth numbers even though there was trade wars uncertainty in 2Q25. The company recorded +19.6% YoY Revenue growth and +16.32% YoY EBIT Growth when tourist numbers in Indonesia barely grew in 2Q25.
2. -5.7% yoy net profit in 2Q25 due to last year's one-off debt repayment. If we exclude last year's one-off gain, net profit in 2Q25 would be growing more than 20% YoY.
3. What delight me most was that CASS's catering business has been doing very great in the last few years. Catering business has been able to record healthy 16-25% operating margins and impressive 15-60% sales growth in the last few quarters. This was very contrast with catering business pre-covid's financial numbers which was consistently in dire states.
4. In the 3Q25, CASS financial numbers will be burdened by some non-cash one-off items which was: IDR18bn impairment loss from uncollectible receivables from PT JATC, divestment of PT JATC shares for IDR1mn.