


Volume
Avg volume
PT ABM Investama Tbk, adalah perusahaan energi terintegrasi yang melakukan investasi strategis di sektor terkait pertambangan dan energi. Portofolio bisnis ABM mencakup sumber daya, jasa, dan infrastruktur dibidang pertambangan utamanya batu bara, yang seluruhnya disinergikan untuk dapat memberikan pelayanan yang holistik mulai dari lokasi penambangan (pit) sampai pengapalan (transshipment) di laut lepas. Menjadi bagian dari keluarga besar PT Tiara Marga Trakindo, PT ABM Investama Tbk (ABM) mengejar visi luhur menjadi perusahaan dengan investasi strategis di bidang pertambangan terintegerasi yang mengelola keseluruhan rantai ni... Read More
Memang betul ABMM Colabs Sama Grup sinarmas dan Pelabuhan pemuatan Tunas inti abadi(TIA) Dipakai Borneo indo bara(BIB) tapi itu pun jarang tergantung ramai atau tidak orderan batu bara, setahu saya ABMM sama Sinarmas Colabas bikin Kapal SPB Namanya Abm jinju dan lain" itu pun operasi pemuatannya bukan di Tanah bumbu, tapi di kabupaten paser tanah grogot di PT kideco. Yang sering Di BIB mah TPMA, KSA, SLM.
random tag: $ABMM $GEMS $TPMA
$ABMM Punya Tambang Batubara Tapi Dianggurin?
Request user Stockbit bukan di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
ABMM memang sangat bergantung pada $GEMS, tapi ABMM sebenarnya punya tambang sendiri juga. Di atas kertas, grup ini kelihatan seperti pemilik tambang batubara yang serius, dengan tiga IUP operasi produksi yang tersebar di Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, Aceh Barat, dan Kapuas Tengah. Total cadangan yang tercatat mencapai sekitar 123,91 juta ton pada 30 September 2025, angka yang secara teori bisa menopang umur tambang yang sangat panjang. Namun ketika laporan produksinya dibuka, kenyataannya jauh lebih dingin. Untuk periode sembilan bulan pertama 2025, produksi batubara dari tambang milik sendiri tercatat nihil. Yang berputar justru bukan alat gali di tambang sendiri, tetapi mesin jasa kontraktor tambang dan logistik yang mengerjakan tambang milik pihak lain serta laba dari entitas asosiasi seperti GEMS yang masih rajin mencetak laba. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dibuat lebih rinci, struktur cadangan ABMM cukup rapi di laporan. PT Tunas Inti Abadi di Tanah Bumbu Kalimantan Selatan memegang IUP operasi produksi seluas sekitar 3.085 hektar, dengan total cadangan 55,68 juta ton dan sisa cadangan yang tercatat masih sama 55,68 juta ton. PT Nirmala Coal Nusantara di Aceh Barat memegang sekitar 3.198 hektar dengan cadangan 31,00 juta ton dan sisa cadangan 31,00 juta ton. PT Piranti Jaya Utama di Kapuas Tengah menguasai sekitar 4.800 hektar dengan cadangan 37,23 juta ton dan sisa cadangan 37,23 juta ton. Kalau dijumlahkan, grup ini menguasai sekitar 11.083 hektar IUP dengan total cadangan 123,91 juta ton dan sisa cadangan yang tercatat persis sama 123,91 juta ton. Dari sisi umur tambang, ini kelihatan seperti aset jangka panjang yang cukup menggiurkan. Tetapi karena tidak ada tonase produksi yang jalan di 9 bulan 2025, cadangan ini lebih mirip opsi masa depan yang belum dikonversi menjadi revenue.
Pertumbuhan cadangan antara 31 Desember 2024 dan 30 September 2025 juga menceritakan pola yang menarik. Tunas Inti Abadi tetap di 55,68 juta ton tanpa ada penambahan. Nirmala Coal Nusantara juga tetap di 31,00 juta ton. Lonjakan cadangan hanya datang dari Piranti Jaya Utama yang baru dikonsolidasikan setelah akuisisi pada 15 April 2025, menambah 37,23 juta ton sekaligus. Jadi total cadangan grup naik bukan karena eksplorasi internal yang meningkatkan estimasi cadangan, tetapi karena buku konsolidasi melebar lewat akuisisi. Buat investor, ini sinyal bahwa manajemen memilih jalan beli umur tambang lewat corporate action, yang hampir selalu berpasangan dengan tambahan risiko pendanaan dan leverage di sisi lain neraca.
Kontras paling tajam muncul ketika cadangan besar itu disandingkan dengan data produksi. Untuk periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2025, produksi batubara dari TIA, NCN, dan PJU semuanya nihil. Padahal izin operasi produksi mereka masih panjang, TIA sampai 2031, NCN sampai 2027, dan PJU sampai 2032. Artinya, secara hukum mereka sudah sah beroperasi sebagai tambang produksi, tetapi secara ekonomi mereka tidak menyumbang tonase ke laporan produksi grup di periode tersebut. Implikasi langsungnya jelas. Pertama, umur tambang memang tampak panjang, tetapi itu karena cadangan belum digarap, bukan karena manajemen berhasil mengelola produksi secara bertahap dan berkelanjutan. Kedua, sumber pendapatan utama grup bukan berasal dari penjualan batubara yang digali dari tambang sendiri, melainkan dari jasa dan perdagangan yang mengelilingi industri batubara. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sumber kekuatan ABMM di 2025 justru berada di mesin jasa kontraktor tambang. Segmen Kontraktor Tambang dan Tambang Batubara menyumbang sekitar 566,49 juta dolar Amerika dari total pendapatan 781,65 juta dolar Amerika di sembilan bulan pertama 2025, atau sekitar 72,5 persen. Angka ini menggambarkan bahwa model bisnis nyata di lapangan bukanlah pure coal producer, melainkan kontraktor tambang berskala besar yang hidup dari fee jasa per meter kubik material yang dipindahkan. PT Cipta Kridatama sebagai entitas anak kontraktor utama memegang kontrak-kontrak raksasa yang menjelaskan dari mana angka ratusan juta dolar Amerika ini berasal. Dengan PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua di Kalimantan Selatan, Cipta Kridatama menandatangani kontrak jasa pertambangan dengan target produksi sekitar 88 juta bank cubic meter per tahun. Dengan PT Multi Harapan Utama di Kalimantan Timur, kontrak jasa pertambangan diubah menjadi life of mine sampai 31 Desember 2029 dengan target produksi kumulatif sekitar 513 juta bank cubic meter. Dengan grup KIM di Jambi, kontrak jasa pertambangan menargetkan produksi kumulatif sekitar 226 juta bank cubic meter dengan jangka waktu sampai sekitar Oktober 2027 sampai Oktober 2028. Secara operasional, ini adalah kapasitas kerja masif yang menjelaskan kenapa laba operasional grup lebih lekat ke profil kontraktor dibanding penambang.
Di sisi lain, TIA sebagai pemilik infrastruktur jalan-hauling dan pelabuhan justru memonetisasi asetnya melalui perjanjian dengan PT Borneo Indobara. Borneo Indobara menggunakan jalan-hauling batubara milik TIA dan membayar biaya pemeliharaan tertentu kepada TIA, serta menggunakan fasilitas pelabuhan TIA berdasarkan perjanjian yang diperpanjang sampai 16 Februari 2036. Secara praktis, posisi TIA di sini lebih mirip pemilik jalan tol batubara dan pemilik pelabuhan yang disewa pihak lain, bukan operator yang hari-hari mengirim batubara dari cadangan 55,68 juta ton milik sendiri. Dari sudut cashflow, ini bagus untuk arus kas jangka panjang yang lebih stabil. Tetapi dari sudut narasi cadangan tambang, ini justru mempertegas fakta bahwa batubara di perut bumi milik TIA belum menjadi mesin utama laba, sementara jalan dan dermaga yang sudah terbangun malah yang dijadikan sumber pendapatan.
Belanja modal grup juga mendukung narasi bahwa fokus mereka lebih banyak di logistik dan jasa daripada mengejar produksi dari cadangan internal. Aset dalam penyelesaian per 30 September 2025 mencapai sekitar 11,09 juta dolar Amerika. Dari angka ini, sekitar 5,01 juta dolar Amerika diarahkan ke pembangunan kapal yang sudah sekitar 70 persen selesai dan ditargetkan rampung pada Juli 2026. Sekitar 3,99 juta dolar Amerika untuk bangunan dan prasarana yang direncanakan selesai antara Oktober sampai Desember 2025. Sekitar 2,01 juta dolar Amerika masuk ke mesin dan peralatan yang juga ditargetkan selesai di kisaran waktu yang sama, ditambah sekitar 0,07 juta dolar Amerika untuk kendaraan. Semua ini adalah infrastruktur keras yang memperkuat sisi transportasi laut, fasilitas pendukung, dan alat berat yang secara langsung menunjang jasa kontraktor dan logistik, bukan langkah eksplisit untuk menggenjot produksi batubara dari tambang milik sendiri dalam waktu dekat. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di luar batubara, ABMM memang menempel beberapa proyek energi yang bisa dijual sebagai cerita diversifikasi dan efisiensi. PT Nagata Bio Energi menjalankan perjanjian pembelian tenaga listrik dengan PLN untuk kapasitas terpasang 2 megawatt di Kalimantan Selatan, dengan tenor 20 tahun sejak operasi komersial pada Agustus 2020. Cipta Kridatama juga menjalankan proyek panel surya fotovoltaik bersama PT Energi Nuansa Jaya dengan kapasitas 638 kilowatt peak dan sistem penyimpanan energi 1 megawatt hour untuk mendukung kebutuhan operasi di wilayah tambang grup KIM di Jambi, berdasarkan perjanjian tiga tahun yang efektif sejak 26 Februari 2025. Secara skala, proyek-proyek ini lebih realistis dibaca sebagai upaya menurunkan biaya energi dan menambah sentuhan keberlanjutan daripada upaya radikal mengubah DNA bisnis yang masih sangat batubara sentris.
Akuisisi Piranti Jaya Utama dan fasilitas kredit dari BCA memperjelas sisi lain dari strategi ini. Dengan mengakuisisi PJU pada 15 April 2025, grup memasukkan 37,23 juta ton cadangan tambahan ke dalam buku, sekaligus menambah kompleksitas manajemen tambang di Kapuas Tengah. Di sisi pendanaan, penandatanganan surat pemberitahuan pemberian kredit dengan BCA pada 9 Juli 2025 untuk fasilitas uncommitted time loan sampai 600 miliar rupiah yang berlaku hingga 14 Juni 2026 menunjukkan bahwa ekspansi dan manuver korporasi tetap ditopang oleh akses ke perbankan. Dari sudut pandang risiko, setiap cadangan baru yang tidak segera diaktifkan menjadi produksi, tetapi dibiayai dengan utang atau fasilitas kredit, menambah beban bunga yang pada akhirnya menghantam laba bersih di laporan. Di sini titik lemah ABMM mulai terlihat. Grup memegang cadangan yang besar, punya alat dan kontrak kerja yang mengesankan, tapi berada di tengah struktur pendanaan yang menuntut disiplin tinggi supaya tidak berubah menjadi jebakan leverage ketika siklus batubara melemah.
Profil ABMM di 2025 lebih jujur disebut sebagai grup kontraktor tambang dan logistik terintegrasi yang kebetulan memiliki cadangan batubara sendiri dan saham di perusahaan batubara besar seperti GEMS, bukan sebaliknya. Cadangan 123,91 juta ton di TIA, NCN, dan PJU saat ini berfungsi lebih seperti opsi jangka panjang dan tambahan cerita di prospektus, bukan mesin laba utama. Yang benar-benar bekerja menghasilkan arus kas adalah kontrak-kontrak jasa pertambangan ratusan juta bank cubic meter, infrastruktur jalan-hauling dan pelabuhan yang disewakan, perdagangan bahan bakar, serta laba entitas asosiasi yang aktif menambang dan menjual batubara. Untuk investor yang masuk ke ABMM karena narasi cadangan tambang dan nama besar GEMS, penting untuk menyadari bahwa ini adalah saham kontraktor dan operator infrastruktur dengan risiko klien dan leverage yang signifikan, bukan murni penambang batubara yang sedang menguras 123,91 juta ton cadangan sendiri secara agresif.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

$ABMM LK Q3 2025: Saham LKH
Request user Stockbit bukan di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
ABMM adalah salah satu saham kesukaan LKH. Banyak investor ritel beli ABMM karena ikut LKH. Tapi apakah perusahaan ini memang bagus. Di harga sekitar Rp3.030 per saham, kapitalisasi pasarnya kurang-lebih Rp8,344 triliun, jadi ini jelas bukan emiten kecil yang gampang digeser naik-turun begitu saja. Pendapatan 9 bulan 2025 sekitar US$781,65 juta dan kalau di-annual-kan tembus kira-kira US$1,042 miliar, skala yang sudah kelas korporasi besar. Laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sekitar US$42,38 juta di 9 bulan atau sekitar US$56,51 juta per tahun hasil annualisasi, tetapi angka ini sudah turun sekitar 62,1% dibanding periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, CFO 9 bulan sebesar US$165,18 juta atau sekitar US$220,24 juta per tahun, jauh lebih gemuk daripada laba akrual. Di belakang semua itu, ada total utang sekitar US$977,64 juta yang berdiri seperti beban besar di atas kepala. Jadi pertanyaan yang lebih jujur bukan cuma apakah ABMM bagus, tetapi apakah investor paham bahwa yang dibeli ini kombinasi mesin kas yang kuat dengan leverage berat dan ketergantungan besar pada laba dari perusahaan lain. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
ABMM adalah sebuah holding publik di bawah Grup Tiara Marga Trakindo yang fokus pada ekosistem energi berbasis batubara dan jasa pendukungnya. Secara legal, ruang lingkup usaha induk tertulis sebagai jasa konsultasi manajemen bisnis dan jasa penyewaan, tetapi secara konsolidasi gambarnya jauh lebih luas. Grup membagi bisnis ke tiga segmen utama, yaitu kontraktor tambang dan tambang batubara sebagai segmen terbesar, segmen jasa yang berisi logistik, sewa kapal, site services, dan sewa pembangkit listrik, serta segmen pabrikasi yang memproduksi perlengkapan alat berat dan infrastruktur pendukung. Jadi ini bukan sekadar pemilik tambang yang pasif, tetapi sebuah rangkaian usaha yang mencoba mengendalikan rantai nilai batubara dari hulu sampai hilir.
Di hulu, ABMM memegang beberapa konsesi batubara melalui anak usaha. Tiga nama penting adalah PT Tunas Inti Abadi dengan total cadangan sekitar 55,68 juta ton dan sisa cadangan yang tercatat masih sama, PT Nirmala Coal Nusantara dengan cadangan 31,00 juta ton, dan PT Piranti Jaya Utama dengan cadangan 37,23 juta ton. Semua ini terkait IUP operasi produksi yang menjadi landasan legal operasi tambang. Secara akuntansi, belanja eksplorasi dan evaluasi dikapitalisasi setelah izin diperoleh dan ada harapan ekonomis untuk dieksploitasi, artinya neraca memuat investasi jangka panjang yang diasumsikan bisa dikembalikan lewat produksi. Di sisi lain, ada kewajiban lingkungan dan pascatambang yang harus dijamin melalui deposito berjangka atau rekening bersama di bank pemerintah. Ini menunjukkan bahwa setiap ton batubara yang diambil selalu membawa ekor berupa kewajiban reklamasi yang tidak kecil.
Di bagian tengah rantai bisnis, mesin utamanya adalah jasa kontraktor tambang dan dukungan industri. PT Cipta Kridatama menjadi tulang punggung sebagai kontraktor yang mengerjakan jasa pertambangan, mulai dari pengembangan, overburden removal, sampai pengangkutan untuk pemilik IUP seperti PT Multi Harapan Utama di Kalimantan Timur dan Grup KIM di Jambi. Pendapatan dari jasa ini diakui seiring jasa diberikan dan di 9 bulan 2025 segmen kontraktor tambang dan tambang batubara menyumbang sekitar US$566,49 juta dari total pendapatan US$781,65 juta, jadi lebih dari 70%. Di belakangnya, PT Sanggar Sarana Baja menopang dengan pabrikasi dan rekayasa mesin, membuat perlengkapan untuk alat berat dan sistem angkut sehingga grup tidak sepenuhnya bergantung pada pihak luar. Keduanya membuat ABMM tidak hanya hidup dari menjual batubara, tetapi juga dari menjual jasa dan solusi kepada pemain lain di industri yang sama. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masuk ke hilir, peran logistik, trading, dan energi mulai terasa. PT Cipta Krida Bahari mengelola logistik darat dan laut, termasuk lewat PT Alfa Trans Raya dan PT Baruna Dirga Dharma untuk angkutan laut dan lewat PT Dianta Daya Embara serta PT Pelabuhan Buana Reja untuk jasa bongkar muat dan kepelabuhanan. Pendapatan logistik diakui berdasarkan jasa yang diberikan, misalnya sewa kapal time charter diakui sepanjang masa kontrak, sedangkan pengangkutan batubara diakui berdasarkan tonase yang dikirim. Di segmen trading, PT Reswara Minergi Hartama dan PT Radhika Jananta Raya mengatur jual-beli batubara ke pelanggan besar. Satu pelanggan, PT Borneo Indobara, sendiri menyumbang sekitar US$206,80 juta atau 26,46% dari pendapatan 9 bulan, konsentrasi yang cukup tinggi untuk ukuran pelanggan tunggal. Di sisi energi, PT Nagata Bio Energi punya PPA 20 tahun dengan PLN di Kalimantan Selatan, menandakan awal diversifikasi ke bisnis pembangkit, meskipun skala sementaranya belum sebesar mesin batubara dan kontraktor tambang.
Cara ABMM menghasilkan laba terlihat jelas ketika laporan laba rugi dibedah. Ada dua mesin. Pertama laba usaha dari operasi grup sendiri, kedua bagian atas laba entitas asosiasi. Di 9 bulan 2025, laba usaha sekitar US$32,64 juta, sementara bagian laba entitas asosiasi mencapai US$64,14 juta. Jadi laba dari asosiasi kira-kira dua kali laba operasi grup. Dua asosiasi terbesar adalah $GEMS dengan kontribusi laba sekitar US$61,35 juta untuk kepemilikan 30% dan MDB dengan sekitar US$16,61 juta untuk kepemilikan 50%. Angka yang muncul di laporan laba rugi konsolidasian untuk bagian laba asosiasi sebesar US$64,14 juta, sementara di catatan rinci tercatat total US$77,95 juta, yang menunjukkan ada detail teknis pengakuan yang tidak semuanya muncul di baris muka. Yang membuat ini menarik, sebelum memasukkan kontribusi asosiasi, laba usaha plus pendapatan dividen dan pendapatan keuangan hanya menghasilkan sekitar US$35,64 juta. Biaya keuangan sendiri mencapai sekitar US$56,77 juta. Artinya kalau hanya mengandalkan mesin operasi sendiri, grup ini sebenarnya defisit sebelum pajak. Mesin laba asosiasi-lah yang menolong laporan laba rugi tetap positif. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dibandingkan dengan 9 bulan 2024, dua mesin laba ini sama-sama melemah. Laba usaha turun dari sekitar US$66,39 juta menjadi US$32,64 juta, penurunan sekitar 50,8%. Bagian laba asosiasi turun dari sekitar US$126,88 juta menjadi US$64,14 juta, penurunan sekitar 49,4%. Laba sebelum pajak jatuh dari sekitar US$118,61 juta menjadi sekitar US$43,01 juta, penyusutan sekitar 63,7%. Ini bukan koreksi tipis, tetapi penurunan tajam yang menunjukkan tekanan serempak, baik di level operasi sendiri maupun di level investasi asosiasi. Jadi ketika orang menyebut ABMM sebagai mesin dividen yang aman, secara data sebenarnya mesin ini baru saja kehilangan lebih dari separuh dayanya dalam satu tahun.
Dari sisi skala neraca dan arus kas, gambarnya lebih bernuansa. Aset terbesar grup adalah aset tetap sekitar US$721,87 juta, wajar untuk usaha yang penuh alat berat, pelabuhan, dan infrastruktur tambang. Liabilitas individu terbesar adalah utang bank jangka panjang sekitar US$559,50 juta. Penerimaan kas dari pelanggan selama 9 bulan mencapai sekitar US$809,80 juta, yang di-annual-kan menjadi sekitar US$1,08 miliar, konsisten dengan data pendapatan. Revenue tahunan sekitar US$1,042 miliar, CFO sekitar US$220,24 juta, cash capex sekitar US$96,46 juta, dan FCF hasil CFO dikurangi capex sekitar US$123,78 juta. Dari sini, CFO margin sekitar 21,13% dan FCF margin sekitar 11,88%. Untuk bisnis padat modal, CFO margin di atas 20% itu kuat, FCF margin dua digit juga menarik, artinya setelah belanja modal pun masih ada kas yang cukup tebal tersisa. Rasio Capex/Laba sekitar 1,71x menunjukkan perusahaan menginvestasikan kembali lebih dari satu setengah kali laba bersih, sinyal bahwa aset perlu terus dijaga atau diperluas. Capex/CFO sekitar 43,79%, artinya kurang dari separuh kas operasi dipakai untuk capex, sisanya bisa untuk bayar utang dan dividen. Capex/Revenue sekitar 9,25%, masih masuk akal untuk bisnis tambang dan kontraktor.
Masalah struktural muncul ketika angka utang disejajarkan dengan laba dan kas. Total utang sekitar US$977,64 juta. Dengan laba tahunan sekitar US$56,51 juta, rasio Utang/Laba sekitar 17,30x. Dibutuhkan lebih dari 17 tahun laba bersih jika semuanya dipakai menutup utang, yang jelas tidak realistis. Dengan CFO sekitar US$220,24 juta, Utang/CFO sekitar 4,44x. Ini lebih moderat dan menunjukkan bahwa selama CFO stabil, utang masih bisa dikelola. Dengan FCF sekitar US$123,78 juta, Utang/FCF sekitar 7,90x, artinya hampir 8 tahun FCF penuh untuk melunasi utang. Kualitas laba sendiri terlihat dari CFO/Laba sekitar 3,90x dan FCF/Laba sekitar 2,19x. Secara akuntansi, ini laba yang berkualitas karena kas jauh lebih besar daripada laba di kertas. Namun secara solvabilitas, angka-angka ini juga berteriak bahwa beban bunga akan terus menjadi masalah, apalagi biaya keuangan 9 bulan sudah US$56,77 juta. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dibagi per karyawan, terlihat betapa besar mesin ini bekerja. Dengan 10.560 karyawan, revenue per karyawan sekitar US$98.693 per tahun atau kira-kira Rp1,648 miliar. CFO per karyawan sekitar US$20.856 per tahun atau sekitar Rp348,33 juta. Laba bersih per karyawan sekitar US$5.351 per tahun atau sekitar Rp89,36 juta. Di sini metrik yang paling masuk akal untuk menilai produktivitas adalah CFO per karyawan, bukan laba per karyawan. Industri ini sangat padat aset, depresiasi dan amortisasi besar, ditambah biaya bunga tinggi. Laba akrual jadi terlihat tipis, padahal kas yang benar-benar mengalir ke perusahaan jauh lebih besar. Selain itu, sebagian besar laba bersih datang dari asosiasi seperti GEMS dan MDB yang tidak sepenuhnya dipengaruhi kerja harian karyawan ABMM. CFO justru lebih jujur karena dividen asosiasi masuk ke aktivitas investasi, sehingga CFO lebih mencerminkan kemampuan operasi inti.
Dari sisi valuasi, angka-angkanya kontras sekali. Dengan harga sekitar Rp3.030, kapitalisasi pasar sekitar US$499,69 juta. Kalau dihitung EV dengan menambahkan utang dan mengurangi kas sekitar US$180,37 juta, EV sekitar US$1,296,97 juta. Berdasarkan laba tahunan sekitar US$56,51 juta, PER sekitar 8,84x, jelas berada di zona murah secara absolut. Nilai buku per saham sekitar Rp5.213, sehingga PBV sekitar 0,58x atau hanya 58% nilai buku. Kas per saham sekitar Rp1.094, sementara total utang per saham sekitar Rp5.930. P/CFO sekitar 2,27x dan P/FCF sekitar 4,04x, yang praktis berarti investor membayar sekitar 2,27 dolar untuk setiap 1 dolar CFO tahunan dan sekitar 4,04 dolar untuk setiap 1 dolar FCF tahunan. P/S sekitar 0,48x, di mana market cap kurang dari setengah revenue. Di level EV, EV/Sales sekitar 1,24x, EV/EBITDA sekitar 4,62x, EV/EBIT sekitar 9,81x, EV/CFO sekitar 5,89x, dan EV/FCF sekitar 10,48x. Dividend yield annualized sekitar 6,67% dengan DPR sekitar 59%. Di kertas, kombinasi PER 8,84x, PBV 0,58x, P/CFO 2,27x, P/FCF 4,04x dan dividend yield 6,67% adalah paket yang sangat menggoda bagi penganut value investing.
Namun diskon itu tidak muncul di ruang kosong. Laba bersih turun sekitar 62,14%, laba usaha turun sekitar 50,8%, bagian laba asosiasi turun sekitar 49,4%. Secara sinkronisasi, revenue turun sekitar 12,5%, laba runtuh jauh lebih dalam, CFO hanya turun sekitar 16%. Jadi yang terjadi adalah perang antara laba dan kas. Dari sudut kas, kinerja masih kuat. Dari sudut laba, kinerja sedang jelek. Dari sudut neraca, leverage tinggi. Valuasi murah tadi lebih tepat dibaca sebagai harga yang diberi pasar untuk risiko kombinasi ini. Kasihannya, ABMM bisa terlihat sangat murah bagi investor yang hanya melihat P/B saja, tetapi bagi investor yang memperhatikan Utang/Laba 17,30x, Utang/FCF 7,90x, dan ketergantungan pada laba asosiasi, diskon itu justru dianggap wajar bahkan mungkin belum cukup. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dibawa ke skenario BEP 10 tahun dengan asumsi harga saham tidak bergerak dari Rp3.030 dan pengembalian hanya lewat dividen, gambaranya juga lumayan menantang. Untuk BEP 10 tahun, dibutuhkan rata-rata DPS sekitar Rp303 per tahun. Dengan DPR sekitar 59%, EPS yang dibutuhkan sekitar Rp513,56 per saham. Dengan kurs Rp16.700 per dolar dan 2.753.165.000 lembar saham beredar, laba bersih tahunan yang dibutuhkan sekitar US$84,69 juta. Kalau rasio CFO/Laba 3,90x dipertahankan, CFO yang dibutuhkan sekitar US$330,30 juta per tahun. Kalau rasio FCF/Laba 2,19x dipertahankan, FCF yang dibutuhkan sekitar US$185,37 juta per tahun. Saat ini, laba tahunan sekitar US$56,51 juta, kurang sekitar 50% dari kebutuhan untuk mencapai DPS Rp303 yang membuat investor impas dalam 10 tahun dengan asumsi harga tidak naik. Artinya harapan BEP 10 tahun yang realistis butuh skenario pemulihan laba cukup agresif dan disiplin pengelolaan FCF untuk menurunkan utang.
Di titik ini, wajar kalau pandangan terhadap valuasi ABMM terbelah. Kelompok optimis akan berteriak bahwa saham ini sangat murah, menyoroti P/CFO 2,27x dan P/FCF 4,04x sebagai inti cerita. Mereka akan bilang depresiasi dan bunga hanya mencacat laba di kertas, sementara kas operasi dan FCF sangat kuat dan didukung dividen besar dari GEMS. Diskon PBV 0,58x dianggap hadiah. Kelompok pesimis akan menyebut ini valuation trap. Mereka fokus ke pertumbuhan laba yang negatif 62,14%, leverage yang berat, dan fakta bahwa tanpa laba asosiasi, operasi grup sendiri praktis tertelan biaya bunga. Mereka akan melihat PBV 0,58x bukan sebagai hadiah, tetapi sebagai cermin risiko gagal bayar yang belum sepenuhnya dihargai. Kelompok realistis berada di tengah, mengakui bahwa likuiditas kas baik dan valuasi dalam banyak metrik terlihat deep value, tetapi juga memahami bahwa re–rating ke PBV 1,0x hanya mungkin jika utang berhasil diturunkan secara nyata dan laba usaha membaik.
Bagi pemain short, kombinasi utang besar, penurunan laba tajam, dan ketergantungan pada siklus komoditas serta suku bunga adalah lahan empuk untuk bertaruh bahwa masalah belum selesai. Bagi investor long yang benar-benar sabar, FCF yield sekitar 24,77% terasa seperti mimpi, terutama jika mereka percaya bahwa manajemen pada akhirnya akan memprioritaskan pelunasan utang dan terus memerah dividen dari GEMS. Di sisi lain, bandar melihat setup klasik untuk saham yang bisa ditradingkan keras. Fundamental kas yang kuat memberi lantai bawah, sedangkan cerita penurunan laba dan utang besar memberi bahan narasi negatif untuk membuat harga berayun lebar. Diskon PBV 0,58x menjadi ruang akumulasi di bawah yang cukup nyaman selama eksekusi manajemen tidak keluar jalur. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
ABMM mirip pompa air raksasa di tengah tambang yang dalam. Pompa ini, yaitu CFO, bekerja sangat efisien dan memompa kas dalam volume besar setiap tahun. Namun di atas pompa menggantung beban utang yang berat, dan tagihan bunga terus datang. Sebagian besar air yang dipompa harus dialirkan kembali untuk membayar kreditur, bukan untuk memperkaya pemegang saham. Selama utang belum dipangkas dan laba usaha belum benar-benar pulih, pasar cenderung tetap memberi diskon. Jadi ketika investor ritel ikut-ikutan beli ABMM hanya karena nama LKH, tanpa membaca angka-angka ini, yang sebenarnya terjadi adalah ikut naik ke pompa yang kuat, tetapi di dalam tambang yang sangat dalam dengan dinding utang yang tinggi di sekelilingnya.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$ADRO
1/2


Fundamental:
- kuantitatif
- biasanya membandingkan metrik-metrik yang kurang lebih sama antara peers, atau sub-industri
Stories & scuttlebutt:
- kualitatif
- biasanya menemukan potensi yang tidak seksi atau terlupakan jika berkaca pada metrik-metrik kuantitatif
Contoh fundamental & story harus saling mengonfirmasi:
- GARP (growth at reasonable prices)
- Stalwarts
Contoh memungut story dari fundamentals yang tidak seksi:
- Turnaround
- Asset play
$DMAS $ABMM $GJTL
[ Harga $ABMM sekarang Rp 3.090 ]
Zona Area Beli Aman : Rp 2.950 – 3.050
— Area support kuat, bisa jadi titik pantulan jika harga bertahan di atas 2.950
Zona Stoploss : < Rp 2.900
— Kalau turun di bawah sini, potensi koreksi lanjutan cukup besar
Jika naik & breakout : > Rp 3.150 → ENTRY LANJUTAN (tambah posisi)
Target Profit:
• TP1 = Rp 3.250
• TP2 = Rp 3.400 – 3.500
Keterangan Tambahan:
- ABMM masih di fase konsolidasi, tapi struktur masih bullish selama bertahan di atas 2.950
- Waspadai tekanan jual di area 3.150–3.200 sebelum breakout valid
- Cocok untuk swing moderate, akumulasi bertahap lebih aman
Analisa saya boleh bantu, tapi keputusan tetap milik Boss.
Ayo REQUEST SAHAM di kolom komentar seperti
$ISAT $FITT
,Nanti Kami Buatkan Flowchart Keputusan biar analisa makin gampang!
Support like agar terus update!!!
Follow untuk ikuti flowchart keputusan saham trend
Kalau postingan ini bermanfaat, boleh banget kasih tip lewat tombol bergambar 💲 di bawah ya. Terima kasih banyak 🙏
𝐀𝐁𝐌𝐌 : 𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐞𝐬𝐚𝐢 𝐭𝐫𝐞𝐧 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧𝐧𝐲𝐚? | 𝐄𝐥𝐥𝐢𝐨𝐭𝐭 𝐖𝐚𝐯𝐞 𝐀𝐧𝐚𝐥𝐲𝐬𝐢𝐬
Harga saham #ABMM terlihat lanjut bergerak naik lagi pada perdagangan kemarin setelah sempat tertahan di minggu lalu
Bisa naik sampai berapa dan apakah sinyal perlawanan naik ini bisa menjadi sinyal dari sudah selesainya tren turun harga saham $ABMM yang sudah berjalan dari tahun lalu?
Pembahasan selengkapnya bisa dibaca di sini https://cutt.ly/DtwKL7sI

$ABMM masak saham ini juga kena sindiran
padahal hutangnya besar
cadangan tipis
anak2 usaha pada jadi beban
masak masih kena sindiran juga
kalau emiten bagus di sindir oke
dan lkh cuman diem2 aja sih
🤔🤔
@AlvanB123
ya jauh lah.
$ABMM hidup dari memerah $GEMS🤔
Kenapa ritel gak langsung ke GEMs? kenapa mesti lewat orang lain?🤔
$ABMM
Terlihat pola IHNS setelah kejatuhan sampai tanggal 17 Oct 2025, setelah itu rebound.
Target sampai 3480.
#DYOR
@Komar05
Dari +-2 tahun lalu SDH saya analisa detail $ABMM ini. Dan SDH saya share disini juga.😊
Termasuk kondisi keuangan dia saat ini dan kemungkinan yg akan datang juga SDH saya infokan dr dulu.
$ABMM
Ini ABMM kenapa ceria??🤔🤭
Yang mau bagi dividen $BSSR $AADI dan ITMG, kenapa ABMM ikut merayakan?🤔🤭🤣
Apa jgn2 mau ikut bagi interim juga?🤭😂🤣
Sapa tahu gak mau kalah?🤔🤭😂
Update berita pagi 11 Nov 2025 :
Dalam negeri:
1. Pemerintah menyiapkan RUU Redenominasi Rupiah (target selesai 2026–2027).
2. Penjualan otomotif tampak pulih — motor dan penjualan mobil Oktober naik.
3. Sentimen lokal — IHSG terpengaruh aliran asing dan saham konglomerat.
4. Pemerintah/Regulator Indonesia menetapkan benchmark HBA untuk awal November (dipublikasikan akhir Okt/awal Nov).
5. Purbaya Surati Seluruh Pemda, Minta Belanja Dipercepat!
6. Terungkap Biang Kerok Baja Impor China Serbu RI.
7. Airlangga Sebut BP & ExxonMobil Mau Investasi Tangkap Karbon di RI Rp 250 T
Luar negeri:
1. Kongres AS bergerak menuju pengakhiran government shutdown — pasar global rally.
2. Sektor teknologi/AI memimpin reli di Wall Street (Nvidia, Palantir, dsb.).
3. Tok! Shutdown AS Segera Berakhir, Trump Buka Suara.
4. Pakai Bom Kelas Berat, Militer Ratakan Markas Penipu Online. Militer Myanmar pada Minggu (9/11) mengumumkan penghancuran hampir 150 bangunan.
5. Tegang, Jepang Panas ke China Gegara 'Penggal Leher' PM.
6. Para pembuat kebijakan The Fed berbeda pendapat mengenai perlunya penurunan suku bunga lebih lanjut.
7. Emas naik hampir 3% ke puncak dua minggu karena data ekonomi yang lemah memperkuat spekulasi penurunan suku bunga.
8. Suriah menggagalkan rencana ISIS untuk membunuh Presiden Sharaa.
9. Trump berjanji akan melakukan segala yang ia bisa untuk membantu Suriah setelah perundingan penting dengan Sharaa.
10. Industri real estat komersial Kota New York berupaya bekerja sama dengan Mamdani karena pembekuan sewa mengancam.
11. Eksklusif: Kepala FBI mengunjungi Tiongkok untuk membahas fentanil dan penegakan hukum.
12. Ancaman terbesar bagi Honda datang dari produsen kendaraan listrik Tiongkok, bukan tarif atau chip.
Sembarang tag : $BMRI , $AUTO , $ABMM
