imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

💠💠💠
False Dividend Hunter?
===================
Ngopi Santai 32

Pertengahan tahun adalah musim RUPST (Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan) dan pembagian dividen. Berita emiten yang membagikan dividen sebagai hasil RUPST tidak hanya marak di media main stream tetapi juga di media sosial seperti Stockbit (SB) entah itu terkait dengan $SMDR, IPCC maupun emiten lain. Di SB berita pembagian dividen diunggah oleh investor yang mengikuti RUPST, umumnya lebih cepat daripada berita di media massa mainstream seperti Detik atau Kontan.

Maraknya berita pembagian dividen juga berarti marak pula istilah dividend hunter meski istilah ini sering dipahami secara berbeda oleh orang yang berbeda. Secara harafiah arti dividend hunter itu berarti pemburu dividen. Namun makna dividen sendiri bisa berbeda bagi setiap orang. Ada yang menganggap dividen sekedar uang sama seperti capital gain, yang lain menganggap lebih dari itu.

Dalam dunia saham sendiri istilah dividen itu terlalu umum, perlu diperjelas karena ada istilah DPR (Dividend Payout Ratio), ada DPS (Dividend per Share) ada pula DY (Dividend Yield). Itu berbeda-beda. Kalau ada media mainstream memberitakan bahwa perusahaan  publik anu membagikan dividen Rp 150 Miliar tentunya yang dimaksud adalah total dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Demikian juga kalau ada berita yang mengatakan perusahaan lain membagikan dividen Rp 1 Triliun. Tentu bukan dividen per lembar saham yang dimaksud. Dividen per lembar saham tidak sampai miliaran rupiah. Dividen per lembar saham disebut sebagai DPS yang besarannya berkisar antara Rp 1 sd beberapa ribu rupiah. Umumnya DPS yang di atas Rp  2.300,- bukan berasal dari laba operasional rutin tetapi dari  hasil jual aset yang hanya sekali saja. Tentu saja tahun berikutnya DPS seperti ini akan anjlok. Meski demikian ada juga DPS di atas Rp 2.300,- tetapi berasal dari laba operasional rutin seperti yang terjadi pada emiten batubara pada puncak siklus dimana tahun depan mungkin akan naik, tetap, atau sedikit turun tetapi saya rasa tidak anjlok drastis seperti dividen yang berasal dari jual aset yang hanya sekali saja.

Selain istilah DPS ada juga istilah DPR yang sudah disinggung di atas yang besarannya dinyatakan dalam persen. DPR merupakan persentase dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dari keseluruhan laba bersih per saham. Rumus DPR adalah DPS dibagi EPS dikalikan 100%. Di mana EPS adl kependekan dari Earning per Share alias laba bersih per saham. Semakin besar DPR semakin besar DPS-nya dong? Ya, DPS akan semakin besar. Namun ada hal lain yang harus dipertimbangkan.

Kita kembali dulu kepada istilah dividend hunter di atas. Apakah dividend hunter berarti mengejar DPR tinggi? Untuk menjawabnya kita mesti melihat makna dividen yang ternyata berbeda bagi setiap orang. Seperti disinggung di atas istilah dividen sendiri dimaknai berbeda oleh orang yang berbeda. Ada yg memaknai dividen sekedar uang sama seperti capital gain. Ada yang memaknainya berbeda, bukan sekedar uang dan tidak sama dengan capital gain. Bagi saya dan kiat saya (Kiat JHP) dividen itu bukan sekedar uang dan tidak sama dengan capital gain. Bagi saya dan Kiat JHP:
💠 Dividen adalah laba real perseroan yang dibagikan kepada pemegang saham. Ini berbeda dengan capital gain dimana capital gain dibayar oleh investor lain karena kita menjual sahamnya. Capital gain mungkin bersifat zero sum game sedang dividen bersifat real berasal dari laba perseroan dalam melayani konsumen dengan produk atau jasa yang disukai konsumen dan ini merupakan bisnis perseroan. Kita bisa mendapatkan dividen tanpa harus menjual sahamnya sehingga saat kita menerima dividen maka aset kita menjadi sekian rupiah dividen plus sekian lembar saham yang masih utuh.

💠 Yang kedua, dalam dividen tercermin segala macam value, filosofi, laporan keuangan, dan hal lain yang terkait dengan bisnis perseoran yang lembaran sahamnya kita  pegang. Ada konsumen, ada brand name, ada manajemen pengelola, ada pemegang saham pengendali (PSP), ada integritas pengelola, ada kebun atau konsesi tambang, ada pabrik atau outlet, ada customer service, ada pangsa pasar, dsb. Lembaran saham bukan sekedar kertas yang harus segera diuangkan (dijual) tetapi juga menjadi tanda kepemilikan yang tentu saja di tahun berikutnya kita berharap memperoleh dividen lagi dan tentu harapannya DPS-nya lebih besar seiring tumbuhnya bisnis emiten.

Nah karena pandangan kami mengenai dividen itu seperti itu maka kalau ditanya mana yg lebih penting, DPR, DPS, atau DY (Dividend Yield)? Jawaban saya tentu saja DY yg paling penting. Mengapa? Karena di dalam DY itulah tercermin ROE kita sebagai investor. Merawatnya dan sebisa mungkin memperbesar ROE tersebut adalah keharusan sebagai tanda keseriusan, kemajuan dan pertumbuhan investasi kita. Ya, ROE adalah kependekan dari Return on Equity hampir sama dan sebangun dengan ROI alias Return on Investment. Kalau dalam dunia bisnis lain mungkin penggunaan istilah ROI lebih umum. Kalau dalam dunia investasi saham, saya lebih suka menggunakan istilah ROE alias pengembalian atas modal sendiri karena investasi saham seharusnya menggunakan uang sendiri, uang dingin bukan utang. Di dalam ROI mungkin terkandung utang. ROE kita sebagai investor berbeda dengan ROE-nya emiten. ROE emiten bisa saja besar di atas 25% tetapi ROE kita alias DY kita ternyata kadang sangat kecil hanya 3,5% padahal DPR-nya di atas 50%. Tentu DY 3,5% ini tidak memadai kecuali EPS  berikutnya melonjak drastis dengan DPR stabil atau naik. Bagi newbie atau yang terbiasa trading tanpa pernah analisa fundamental mungkin akan bertanya, memang ada yang DY nya di atas 3,5%? Ada, sangat buanyak.

Nah mungkin ada pertanyaan apakah dividend hunter mengejar DPR tinngi? Kalau dalam kiat saya, Kjat JHP, tidak mengejar DPR tinggi tapi mengejar DY tinggi. Mungkin juga ada pertanyaan lain apakah ada dividend hunter yang tidak mengutamakan DY atau ROE-nya sendiri?  Kalau kita mengacu pd istilah dividend hunter dalam pengertian yang luas termasuk yang baru ikut-ikutan sepertinya ada karena ia tidak mengutamakan DY tapi mengutamakan besaran dividen. Merasa tidak puas dengan perkiraan dividen sebesar Rp 500.000,- ia beli sahamnya lebih  banyak terus menerus secara membabi buta. Tujuannya mendapatkan dividen sebesar Rp 5.000.000,- padahal harga sahamnya terbang terlalu cepat. Akibatnya DY alias ROE-nya sendiri merosot karena average price yang dimilikinya ikut terbang. Sudah capek-capek mendapatkan average price rendah dirusaknya sendiri. Itupun masih mending kalau PSP tidak menurunkan DPR. Kalau PSP menurunkan DPR seperti pada kasus SMDR  maka DY anjlok drastis. Sebagai investor retail yang bukan PSP kita tidak bisa memaksakan besaran DPR-nya kepada RUPS. DPR dan DPS adalah keputusan RUPS bukan sesuatu yang otomatis naik karena EPS naik. Dengan perduli pada ROE kita sendiri alias tetap mempertahankan average price rendah seorang dividend hunter yang smart bisa mengalami floating profit ratusan persen alias multi bagger di samping adanya peningkatan ROE yang menjadi tujuan utama tentunya. Mungkin bagi yang baru ikut-ikutan menjadi dividend hunter belum tahu bahwa dividend hunter yang serius, smart dan berpengalaman sudah terbiasa mengalami floating profit  one bagger atau multi bagger. Tulisan-tulisan saya telah menjelaskannya.

Karena pandangan saya mengenai dividen mungkin berbeda dengan pandangan sebagian investor lain seperti saya jelaskan di atas maka menurut saya dan menurut Kiat JHP, yang paling penting di antara DPS, DPR, dan DY adalah DY. DY yang paling penting. Selain karena DY adalah ROE bagi kita, seperti saya jelaskan di atas, DY adalah satu-satunya yang bisa kita kendalikan dengan cara mengendalikan average price yang kita miliki dan dengan memilih emiten yang pertumbuhan EPS-nya baik serta DPR-nya stabil. Sebagai investor retail kita tidak bisa mengendalikan DPR atau DPS.

⬇️ Inilah rumus DY yang selalu harus diingat:

==================================================
Rumus DY adalah DPS dibagi harga saham dikalikan 100%. Dimana DPS kependekan dari Dividend per Share. Yang dimaksud harga saham bisa berarti harga saham saat ini, harga saham yang kita inginkan untuk masuk atau harga rata-rara (average price) yang telah kita miliki di dalam portofolio kita. Semakin tinggi DPS semakin tinggi DY-nya bila harga tidak naik atau bila kita tidak melakukan averaging up. Demikian juga semakin rendah harga saham, semakin tinggi DY-nya bila DPS tidak turun.
=================================================

Sebagai contoh bila kita masuk di harga saham $IPCM 304 dan bila DPS IPCM 20,71 maka kita mendapatkan DY:
29,71 ÷ 304 * 100% = 6,81%

Sedangkan kalau kita ingin mendapatkan DY IPCM 8,5% maka kita harus masuk di harga saham:
20,71 ÷ 8,5% = Rp 243 atau 242 sesuai tick harga di bursa. Mungkinkah? Mungkin bisa mungkin juga tidak.

Atau kalau kita ingin menurunkan target DY menjadi 7,5% maka kita bisa masuk di harga:
20,71 ÷ 7,5% = Rp 276


Atau kita tetap masuk di harga sekitar 304 dengan catatan kita mau menunggu sehingga DPS yang akan datang menjadi:
304 * 8,5% = Rp 25,84

Tentu kalau harga turun di bawah 304 kita bisa melakukan averaging down atau menurunkan harga saham rata-rata yang telah kita miliki untuk membuat DY kita lebih baik.

Seperti itu contoh-contoh perhitungannya. Pertimbangkan pula bila ada dividen interim. Apakah suatu emiten teebiasa membagikan dividen interim atau tidak, bisa dilihat di track record-nya di masa lau baik dari aplikasi Stocbit atau RTI.

Selain itu dari rumus di atas juga bisa dikembangkan untuk mengetahui floating profit seorang investor.

Misalnya, tahun 2022 ini saya mendapatkan DY dari ANTM sebesar 10,78%. Ini bisa dicari floating profit saya. Mungkin bagi newbie atau yang biasa trading dengan capital gain 15-20% selama tiga minggu akan menganggap DY 10,78% ini sangat kecil dan remeh karena tidak tahu floating profitnya atau tidak memaknai dividen seperti yang saya maknai. Padahal bisa dihitung floating profit saya. Pertama dihitung dulu average price ANTM saya yaitu:
DPS ANTM ÷ 10,78% = 38,74 ÷ 10,78%
= sekitar Rp 359,4 itulah kira-kira average price saya yang berarti floating profit saya
= (Harga saham ANTM saat ini - average price) ÷ average price * 100%
=  (1750 - 359,4) ÷ 359,4 * 100%
= sekitar 386%. Berarti multi bagger

Saya rasa itu hal-hal yang terkait dengan istilah dividen dan dividend hunter. Bagi saya dividen bukan sekedar uang yang sama dengan capital gain. Lebih dari itu. Ada satu hal lagi terkait istilah dividen. Ini tidak  ditemui di buku-buku investasi atau tulisan lain. Istilahnya AEPD atau Angka Efisiensi Perolehan Dividen, rumusan ini saya ciptakan setelah suatu emiten menurunkan DPR-nya dari 70-an persen menjadi sekitar 50%. Konsep AEPD adalah DY vs DPR. Kalau ada 2 emiten sama-sama DY 6% tetapi yang satu DPR 30% yang lain DPR 70% sementara prospek dan perkiraan pertumbuhan EPS sama maka saya akan cenderung memilih yang DPR nya 30%. Emiten yang DPR nya 30% memiliki AEPD lebih dari 1 sedangkan yang DPR nya 70% AEPD nya kurang dari 1. Seandainya RUPS berikutnya PSP menurunkan DPR menjadi 50% maka DY kita akan turun kalah dibandingkan yang DPR-nya cuma 30% tapi tetap mempertahankan DPR 30%.
Jadi, dividend hunter dalam Kiat JHP itu tidak mengejar DPR tinggi. DPR  dan DPS tidak bisa kita kendalikan.

Namun ada juga yang AEPD kurang dari 1 tapi bila EPS (dan DPS) melonjak drastis maka AEPD akan lebih dari 1 seperti yang terjadi pada $PTBA dan $ITMG yang sudah saya bahas di link ini tgl 19 September 2021 https://stockbit.com/post/7197891

Kalau mengenai dividen sudah sedemikian serius ada ilmu atau skill yang harus dipelajari maka untuk menjadi dividend hunter yang baik tidak bisa sembarangan. Tentu saja di market ada berbagai macam orang, berbagai macam investor, dengan aneka kondisi yang berbeda,  masih ada investor baru ataupun yang sudah berpengalaman, ada juga yang baru ikut-ikutan menjadi dividend hunter tanpa tahu makna dividen dan tanpa tahu perbedaan dividen dengan capital gain. Seperti itu sah-sah saja disebut dividend hunter. Namun kalau ada suatu strategi atau atau Kiat yang memungkinkan semua investor bisa sukses mengapa tidak dipertimbangkan? Bagi newbie tentu perlu wawasan lebih luas, perlu tahu bahwa ada alternatif lain selain trading dan akhirnya memilih sesuai kondisi dan tahu persis resiko-resiko atas pilihannya bukan sekedar ikut-ikutan. Tentu di market ada juga false dividend hunter yaitu yang menggunakan isu pembagian dividen untuk mencari keuntungan sesaat entah dari capital gain atau dari dividen dengan cara keluar masuk jangka pendek padahal dengan keluar masuk jangka pendek bisa membuat kita terjebak dalam kondisi zero sum game atau keuntungan yang satu diperoleh karena kerugian yang lain. Baca juga tulisan saya:

💠Ngopi Santai 26
Mungkinkah Semua Investor Saham Sukses?
https://stockbit.com/post/8561717

Tulisan ini sengaja saya buat khusus untuk newbie atau yang mau menjadi dividend hunter seiring maraknya berita pembagian dividen akhir-akhir ini. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan.

Happy investing, happy weekend. Gunakan hari libur untuk belajar sampai paham.

_____________________
Disclaimer always on.
DYOR. Jangan ikut-ikutan. Pahami terlebih dahulu bila ingin membeli. Apa yang cocok bagi saya belum tentu cocok bagi Anda. Saya hanya nenulis untuk yang mencari passive income dari dividen tanpa berpikir menjual sahamnya.
___________________________________________

Tulisan saya yang lain yang mungkin perlu dibaca:

💠 Ngopi Santai 17
Jual SCMA dengan Gain 200% Buat Nambah HEXA, Dapat Dividen Jumbo. Terima Kasih AF https://stockbit.com/post/7238187

💠Angka Efisiensi Perolehan Dividen (AEPD) https://stockbit.com/#/post/2525905

💠 Masuk Sebagai Investor Keluar Sebagai Trader? https://stockbit.com/post/4017587



Tag: $IHSG

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy