Mengapa Perlu Diversifikasi Lebar?
===================================
Kiat JHP, Kiat Aman Investasi Saham 2

Dalam tulisan saya terdahulu yang berjudul: Kuncinya adalah High DY (Dividend Yield) BUKAN High Dividend; Kiat Aman Investasi Saham 1 sudah saya jelaskan bahwa screening pertama yang kita lakukan adalah screening High DY. Itu adalah tahap awal, berikutnya tentu kita lihat fundamentalnya, rasio-rasionya, juga pertumbuhan EPS (earning per Share) dan GCG-nya, serta bedah LK-nya bila perlu. Ini link tulisan saya terdahulu:
https://stockbit.com/post/5721537
Dengan screening High DY, saya sering menemukan emiten yang fundamentalnya bagus dan under value (PBV kurang dari 1). Bahkan kadang DER atau Debt to Equity Ratio-nya juga kecil sehingga sangat layak dikoleksi. Tentu dengan catatan bahwa kita harus berhati-hati bila yield tinggi itu terjadi pada emiten yang bisnisnya bersifat siklis dan siklusnya sedang di puncak baik karena harga produknya tinggi atau sedang booming karena kalau siklusnya turun kita sering mengalami floating loss yang sangat besar. Contoh yang bersifat siklis adalah komoditas dan yang terkait properti.

Mulai tulisan ini kiat saya ini, saya sebut sebagai "Kiat JHP" sesuai initial nama saya. Meski kiat ini ada kaitan dengan pemikiran, pengalaman, dan kondisi khusus yang ada pada diri saya pribadi tetapi juga didasarkan pada nalar publik yang bisa diterima investor lain. Meski demikian tentu ada yang tidak cocok dengan Kiat JHP. Orang-orang yang cocok dengan tulisan saya dan Kiat JHP adalah orang-orang sibuk yang memiliki income memadai dari luar bursa saham dan tetap ingin menekuni kegiatannya di luar bursa saham bukan orang yang mau terjun sebagai trader apalagi trading for living. Pelajar atau mahasiswa yang hidupnya masih ditanggung orang tua juga cocok dengan Kiat JHP. Tapi seseorang yang baru terkena PHK dengan aset bersih pribadi hanya Rp 250 juta dan tak mau mencari income lain di luar bursa saham kurang cocok dengan kiat ini. Orang yang terkena pensiun dini bisa cocok dengan Kiat JHP bila nilai aset bersihnya setelah dipotong utang minimal Rp 4,3 Miliar (bandingkan tulisan saya yang berjudul: Masuk Sebagai Investor Keluar Sebagai Trader?https://stockbit.com/post/4017587 )

Secara ringkas Kiat JHP adalah cara investasi saham dengan mencari emiten berfundamental memadai di saat yield-nya tinggi (DY tinggi) dan EPS yang akan datang tumbuh, minimal tidak drop. Emiten-emiten tersebut dikelola dan hold forever agar DY tumbuh dan memberikan passive income memadai. DY adalah ROE bagi kita sebagai investor di mana DY yang awalnya "hanya" 8,8% suatu saat bisa mencapai 100% seiring pertumbuhan bisnis emiten. Kunci Kiat JHP adalah High DY bukan High Dividen. Semua menggunakan uang dingin, yakni uang yang tidak akan dipakai untuk keperluan lain paling tidak 3 tahun ke depan. Semakin dingin semakin baik. Ini adalah kiat aman dengan hasil memuaskan. Setelah saya jalani, selain sudah menikmati dividen gurih di atas bunga deposito juga pernah mengalami multi bagger pada beberapa portofolio.

Dalam tulisan kali ini saya ingin menjelaskan mengapa perlu diversifikasi lebar dan panjang. Ada 5 alasan mengapa diversifikasi panjang dan lebar itu perlu dalam Kiat JHP ini, yaitu:

:one: Stabilitas Income
:two: Bisa Mengoleksi Emiten Bagus
:three: Meminimalkan Risiko Kebangkrutan
:four: Dinamika Pasar
:five: Kemudahan Bagi Ahli Waris
:six: Wawasan Lebih Luas

_______________________________
Berikut ini penjelasannya satu per satu
====================================

:one: Stabilitas Income
==================
Tujuan utama Kiat JHP adalah mendapatkan passive income yang memadai dari dividen dan kebebasan finansial sehingga memiliki waktu luang yang cukup untuk keluraga atau memiliki waktu yang cukup untuk aktif di pekerjaan di luar bursa saham. Tentu akan sangat bagus kalau income yang diperoleh itu stabil dan nantinya secara jangka panjang yield-nya bisa mencapai 100%. DY adalah ROE bagi kita sebagai investor, kalau ROE kita sudah 100% berarti investasi kita sudah sangat kokoh, naik turunnya dividen tidak terlalu terasa. Juga saat bursa crash sekalipun kita tetap mengalami floating profit. Namun dalam perjalanan waktu, untuk mencapai DY 100% itu tentu ada pasang surut income kita dari 1 emiten yang kita pegang. Naik turunnya dividen yang kita terima bisa terjadi karena faktor luar maupun faktor dari dalam perseroan. Kalau faktor luar buruk, misalnya pandemi seperti sekarang ini mungkin dividen yang kita terima bisa turun atau anjlok bahkan karena EPS perseroan juga anjlok atau rugi. Akan tetapi kalau kita pegang banyak emiten paling tidak 30-an emiten tentu tidak akan banyak terpengaruh. Tentu diversifikasi semacam ini tidak hanya suatu diversifikasi yang sifatnya lebar tapi juga panjang. Yang dimaksud diversifikasi lebar itu kalau kita investasi ke sektor berbeda, sementara yang dimaksud diversifikasi panjang kalau kita pegang beberapa emiten di sektor yang sama misalnya kita pegang BDMN, $BMRI, $BJBR, BJTM dan ASDM sekaligus. Dalam Kiat JHP tidak dipersoalkam kita pegang BDMN, BMRI, BJBR, BJTM, ASDM, ADMF, dan PANS sekaligus meski itu semua berasal dari satu sektor yang sama, yakni keuangan. Tidak semua faktor luar memperburuk kinerja emiten. Bahkan dalam satu sektor saja ada beberapa emiten yang kinerjanya tetap bagus. EPS BJBR dan BJTM tidak turun karena pandemi, bahkan malah naik. Dan saya tidak pernah merendahkan duo BPD itu sebagai bank ndeso. Tidak pernah. BJBR sudah megumumkan DPS yang dibagikan tahun ini dari tahun buku 2020, tahun pandemi. DPS-nya lebih besar dari tahun lalu. Demikian juga diversifikasi lebar membuat faktor luar tidak terlalu berdampak buruk pada perolehan dividen kita. Dari sektor lain ada juga yang tidak terpengaruh pandemi, ARNA bahkan EPS-nya naik hampir 50%, DPS-nya juga naik. PBID, $RANC, LPGI, DMAS, ANTM, EPMT, dan BUDI juga tidak turun EPS-nya.

Selain faktor luar, ada faktor dari dalam perseroan yang berpengaruh pada stabilitas dividen yang kita terima yaitu keputusan RUPS. Sebagai investor retail atau investor minoritas kita tidak bisa memaksa RUPS memutuskan bahwa DPR harus sekian. Kita ikut saja keputusan RUPS. Sebelum pandemi, saya pernah mengalami emiten yang saya pegang menurunkan DPR-nya dari 70-an persen menjadi 50-an persen padahal EPS-nya naik 10% dari tahun sebelumnya. Saat pandemi ini bahkan ada yang DPR-nya turun dari 93% menjadi 36%.

Kalau kita hanya pegang 1 atau 5 emiten tentu dividen yang kita terima naik-turun secara drastis. Diversifikasi lebar dan panjang akan membuat income kita lebih stabil. Tentu 30-an emiten itu tidak harus kita beli sekaligus. Kalau emiten yang pertama kita beli tidak pernah kita jual maka lama-lama koleksi kita akan banyak juga. Dalam Kiat JHP, kita tidak pernah berpikir bahwa emiten yang kita beli akan kita jual. Dalam suatu kondisi dimana modal awal kita terbatas misalnya 2,5 juta tentu kita tidak memprioritaskan membeli UNTR yang 1 lot-nya saja sudah 2 jutaan. Dengan modal awal 2,5 juta investor sudah bisa pegang ASDM, POWR, NRCA, DMAS, PANS, WEGE, dan BJTM.

Inilah alasan utama mengapa perlu diversifikasi lebar dan panjang: agar income kita dari dividen stabil.


:two: Bisa Mengoleksi Emiten Bagus
===============================
Alasan kedua mengapa diversifikasi lebar perlu adalah kita bisa menemukan dan mengoleksi emiten yang secara fundamental bagus, tidak menolak emiten yang bagus tersebut hanya karena kurang likuid atau tidak likuid sama sekali. Tidak sedikit emiten penghuni BEI yang secara fundamental bagus DY juga tinggi di atas bunga deposito tapi kurang likuid atau tidak likuid sama sekali. Dengan diversifikasi lebar emiten-emiten seperti ini tetap bisa dikoleksi dan menjadi bagian dari portofolio yang kuat dan sehat. Kiat JHP tidak membatasi maksimum jumlah emiten berapa. Mau membengkak menjadi 50 atau 100 emiten tidak masalah.

Memang dalam Kiat JHP, setelah kita membeli tidak berpikir untuk menjualnya sehingga tidak berpikir bagaimana likuiditas saham yang bersangkutan. Tapi dengan diversifikasi lebar kita bisa menyebarkan dana kita pada banyak emiten sehingga seandainya perlu uang yang tidak terduga tetap bisa menjualnya tanpa kesulitan. Kalau dana yang tertanam pada emiten bagus dan tidak likuid itu tidak besar (karena tersebar pada banyak emiten) tentu tidak sulit untuk menjualnya.

Dalam pengalaman saya dengan MYOH, saya masih merasa nyaman ketika menjualnya. Sebagai informasi, MYOH adalah salah satu porto saya. Saya menemukan MYOH dengan screening High DY, selain itu MYOH juga lolos kriteria bahwa DER tidak sampai 50%. Untuk emiten komoditas saya membatasi DER-nya maksimum 50%. Bagi debagian orang, terutama big fund, MYOH dianggap kurang liquid tapi bagi investor retail seperti saya yang nyari passive income dari dividen kondisi MYOH masih lumayan liquid. Awalnya saya belum menjadi penganut diversifikasi lebar. Saat awal pegang MYOH porsinya dalam portofolio saya mencapi sekitar 15% (dalam rupiah per total rupiah). Saat crash bursa ($IHSG jatuh) akhir Maret 2020, salah satu yang tidak merah adalah MYOH. Sementara saya belum punya uang dingin baru padahal banyak saham yang harganya murah-murah. Solusinya adalah saya menjual MYOH, sekalian menunjang kebijakan baru saya, diversifikasi lebar dan panjang. Tahun 2019 saya telah merasakan dividen gurih dari MYOH dengan yield sekitar 12%.

Diversifikasi lebar dan panjang memungkinkan kita mengoleksi emiten-emiten bagus meski mungkin tidak likuid. Tidak menolak emiten bagus DY tinggi hanya karena tidak likuid. Emiten-emiten itu akan memperkuat porto kita.

:three: Meminimalkan Risiko Kebangkrutan
===================================
Bagi orang yang saat ini berusia 30 tahunan tentu masih ingat handphone bermerk Nokia atau Blacberry. Sekitar 15 tahun lalu mereka kuat. Tetapi dengan OS Android dan penolakan produsen terhadap OS Android menjadikan popularitas mereka pudar. Kita tidak tahu persis bagaimana 10 atau 15 tahun ke depan. Apabila populasi mobil listrik 15 tahun ke depan sangat tinggi bagaimana nasib produsen spare part tertentu. Tidak semua bagian dari mobil konvensional bisa dipakai oleh mobil listrik.

Kadang kita tidak bisa memprediksi dengan pasti kondisi 15 tahun ke depan. Padahal dalam Kiat JHP, kita bertujuan hold forever. Diversifikasi lebar dan panjang akan meminimalkan risiko kerugian akibat kebangkrutan satu atau beberapa emiten. Bila 30-an emiten kita porsinya rata maka setiap emiten porsinya adalah 3,33%. Apabila ada satu yang delisting atau harganya nol maka kerugiannya dari total investasi kita hanya 3,33% dikurangi dividen yang telah kita terima. Kalau di awal kita telah memilih emiten yang bagus, termasuk yang tidak likuid tentu risiko kebangkrutan emiten dalam portofolio kita ini kecil apalagi terdiversifikasi lebar. Semakin lama kita berinvestasi semakin banyak emiten yang menjadi portofolio kita, bahkan sangat mungkin lebih dari 30 emiten. Umumnya saat bursa jatuh karena jatuhnya harga saham gorengan atau saat bursa crash seperti Maret 2020 adalah kesempatan yang baik untuk melakukan diversifikasi.

Dalam realitas dan pengalaman saya, porsi setiap emiten tidak sama. Emiten yang saya percayai sangat bagus dan yield-nya bagus, Angka Efisiensi Perolehan Dividen (AEPD) besar biasanya porsinya saya perbesar. Sebagai catatan, AEPD adalah ukuran yang khas dalam Kiat JHP yang tidak ditemukan dalam tulisan orang lain.
Ini pertama kali saya unggah di SB dan bisa dilihat di link ini https://stockbit.com/#/post/2525905


:four: Dinamika Pasar
=================
Dinamika pasar sering memaksa kita untuk membeli saham lain. Kalau saham yang telah kita beli tidak dijual maka kalau kita beli saham lain otomatis porto kita akan terdiversifikasi. Dinamika pasar sering di luar perkiraan kita. Kalau kita baru membeli beberapa lots saham yang kita incar terus tidak lama kemudian harga terbang terlalu cepat akan sayang kalau kita melakukan top up yang menyebabkan average price kita ikut melonjak drastis. Mempertahankan average price tetap rendah selain bisa mendapatkan yield tinggi dan cepat balik modal dari dividen juga berarti kita melakukan tindakan yang baik dalam manajemen risiko karena hal itu bisa mengakibatkan floating profit yang memadai. Kadang floating profit yang memadai diperlukan bila terjadi pemburukan fundamental. Kalau terjadi hal yang buruk kita masih bisa keluar tanpa rugi dengan berlindung di balik keunggulan floating profit.

Dalam pengalaman saya saat membeli BDMN saya pikir harga akan jatuh saat ex date maka di awal saya tidak beli banyak, hanya dua lots ternyata harga tidak jatuh, juga tidak membuat BDMN saya mengalami floating loss. Akhirnya dananya saya belikan BMRI, saat itu harga saham bluechip sedang berjatuhan. Porto saya jadi terdiversifikasi.

Dinamika pasar sering memaksa porto kita terdiversifikasi. Kadang itu merupakan berkat, sehingga tidak perlu disesali.


:five: Kemudahan Bagi Ahli Waris
============================
Kalau kita sebagai kepala keluarga mengalami risiko kematian, dengan porto yang sudah terdiversifikasi lebar dan seimbang maka ahli waris kita (anak atau isteri) yang mungkin sangat awam dalam dunia saham maka tidak perlu repot-repot melakukan rebalancing. Dividen bisa mengalir lancar dan kontinyu.


:six: Wawasan Lebih Luas
======================
Dengan diversifikasi lebar kita dituntut mempelajari aneka bisnis yang membuat wawasan kita bertambah luas. Bertambah luasnya wawasan kita sering membuat kita bisa dengan mudah melihat beberapa peluang menarik maupun bisa segera tahu ada saham tertentu yang harganya masih di sekitar bottom atau sedang menuju bottom.

Dalam pengalaman saya, karena bertambah luasnya wawasan, saya menjadi tahu adanya kebijakan harga gas US$ 6 per MMBTU. Ini tentu suatu peluang menarik bagi tumbuhnya industri keramik seperti ARNA sehingga saya bisa cepat mengambil keputusan.

Dengan diversifikasi lebar saya juga cepat tahu ada emiten yang harganya masih menarik atau sedang menuju bottom. Hal ini bisa menghindarkan kita untuk mengejar emiten yang harganya terbang terlalu cepat. Dunia menjadi tampak luas tidak sesempit daun kelor.

Demikian tulisan saya kali ini mengapa diversifikasi lebar dan panjang itu perlu.

Disclaimer always on.
Jangan ikut-ikutan. Pahami terlebih dahulu apabila ingin membeli. DYOR, do your own research. Sesuaikan dengan kondisi Anda. Uang Anda tanggung jawab Anda sendiri.

Selamat berlibur, happy investing.
Gunakan waktu libur untuk belajar dan membaca.

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy