Cerita Fiktif. Sabtu, 24 Mei 2025
Kata kunci: Warung Kopi, Sekuritas, Literasi Keuangan
Episode 3
"Warung Kopi, Sekuritas Kedua"
Warung Pak Bambang awalnya hanyalah tempat ngopi para sopir, tukang parkir, dan warga sekitar. Tapi sejak Pak Bambang mulai berbagi cerita soal saham—dari yang ia baca, dengar, dan alami sendiri—warung itu pelan-pelan berubah fungsi.
Bukan jadi kantor, bukan pula jadi sekuritas resmi. Tapi di sudut warungnya, di meja kayu yang sudah agak aus, sering ada obrolan serius soal IHSG, dividen, hingga laporan keuangan.
"Kopi di sini gratis, asal mau belajar saham," begitu canda Pak Bambang pada pelanggan tetapnya. Sering kali, ia menyodorkan koran bekas ke anak muda yang cuma main ponsel.
"Coba baca ini. Gak semua berita soal seleb. Ada loh perusahaan yang bagi dividen 10%. Keren kan?"
Ia tak pernah menggurui. Tapi caranya memancing rasa ingin tahu membuat banyak orang terpikat. Beberapa anak muda yang tadinya hanya mampir buat ngopi, akhirnya buka akun sekuritas juga. Mereka mengaku: inspirasi mereka datang bukan dari influencer, tapi dari Pak Bambang dan warung kopinya yang penuh kehangatan.
Warung itu pun dijuluki "Sekuritas Kedua"—karena di sanalah mereka belajar sebelum menekan tombol buy dan sell yang pertama.
Bahkan ada satu pelanggan, Mas Rinto, yang kini jadi analis junior di sekuritas nasional. Ia selalu bilang:
"Guruku bukan dosen kampus, tapi Pak Bambang dan kopi panasnya."
Pak Bambang hanya tertawa.
"Aku ini cuma mantan sopir angkot. Tapi kalau ilmu bermanfaat, kenapa harus berhenti dibagi?"
Warung itu kini bukan sekadar tempat ngopi. Ia menjadi ruang belajar, tempat berbagi, dan rumah bagi impian finansial banyak orang kecil yang ingin hidup lebih layak.
Prolog:
Warung Kopi & Saham ☕️📊
https://stockbit.com/post/18319582
Episode 1:
Dari Sopir Angkot ke Investor Saham
https://stockbit.com/post/18400612
Episode 2
"Salah Jalan: Belajar dari Saham Gorengan"
https://stockbit.com/post/18559388
$BBRI $BRPT $BSDE