Rangkaian terakhir dari trilogi singkat memahami basic laporan keuangan dengan analogi abang nasi goreng.
Laba Rugi : https://stockbit.com/post/18561105
Arus Kas : https://stockbit.com/post/18562152
Versi visual di IG : Fadhilmenulis
Memahami Neraca dari cara
bisnis abang nasi goreng.
Setelah kita membaca cerita laba rugi dan mencocokkannya dengan arus kas, sekarang saatnya membuka halaman berikutnya: neraca. Kalau dua laporan sebelumnya bicara tentang aktivitas selama satu periode, neraca justru mencatat hasil akhirnya. Ini adalah foto diam yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada satu titik waktu, hasil akumulasi dari awal berdiri hingga hari laporan diterbitkan.
Neraca terdiri dari dua bagian utama dan satu bagian simpulan. Bagian pertama adalah aset, yaitu semua harta yang dimiliki perusahaan. Bagian kedua adalah liabilitas, yaitu semua kewajiban atau utang yang harus dibayar. Lalu bagian terakhir adalah ekuitas, yaitu selisih antara aset dan liabilitas. Banyak yang menyebutnya sebagai nilai buku, harta bersih, atau sisa kekayaan setelah semua utang dilunasi.
Strukturnya dibagi dua kategori: lancar dan tidak lancar. Lancar berarti bisa dicairkan, dipakai, atau jatuh tempo dalam waktu kurang dari setahun. Tidak lancar artinya di atas satu tahun. Sederhana saja.
Sekarang kita kembali ke si abang nasi goreng. Aset lancarnya misalnya uang tunai di laci gerobak, kasbon pelanggan, dan bahan-bahan seperti beras dan telur. Aset tidak lancarnya adalah gerobaknya itu sendiri. Di sisi liabilitas, kalau abang masih punya utang ke warung sembako yang harus dibayar minggu depan, itu liabilitas lancar. Kalau dia beli gerobak baru dengan cicilan lima tahun, itu masuk liabilitas tidak lancar.
Bagian ekuitas mencatat seberapa besar usaha ini bertumbuh. Di sana tercatat modal awal, misalnya saat pertama kali abang setor uang buat bangun gerobak, dan saldo laba, yaitu akumulasi dari semua untung-rugi selama ini. Kalau saldo laba terus defisit, artinya sejak dulu usaha ini rugi terus. Kalau modalnya besar tapi saldonya minus, bisa dibilang modal awal sudah terkikis, bukan karena investasi gagal, tapi karena setiap malam hasil jualan cuma cukup buat nutupin biaya.
Sering kali angka di neraca membuat aset terlihat besar. Tapi perlu ditanya, besar karena apa? Karena keuntungan yang ditahan? Atau karena utang menumpuk? Karena semua aset, mau itu dari hasil usaha, suntikan modal, atau utang koperasi, tetap tercatat sebagai aset. Itulah kenapa aset harus selalu sama dengan liabilitas ditambah ekuitas. Karena neraca tidak cuma mencatat apa yang dimiliki, tapi juga dari mana asalnya.
Setelah kita membaca laba rugi dan arus kas, selisih antara keduanya sering kali akan terlihat di neraca. Misalnya ada keuntungan tapi uangnya belum masuk, maka muncul di piutang. Atau kalau si abang beli minyak goreng banyak-banyakan karena diskon, uangnya keluar tapi belum diakui sebagai beban, maka muncul di persediaan. Atau kalau beli gerobak baru, nilainya akan muncul di aset tetap, dan cicilan pinjamannya di liabilitas. Semua titik-titik yang tadinya mengambang, di neraca bisa terlihat lebih utuh.
Dan dari neraca pula kita bisa mulai mencium hal-hal yang mencurigakan. Misalnya, perusahaan mengaku siap ekspansi ratusan juta, tapi kas cuma tersisa 20 juta sementara utang jangka pendek yang jatuh tempo ratusan juta juga. Atau asetnya besar, tapi isinya bukan alat-alat usaha, melainkan properti yang tidak ada hubungannya dengan bisnis. Bagi si abang nasi goreng, ini seperti tiba-tiba punya dua unit kontrakan di daerah sepi, padahal gerobaknya mulai reyot.
Memahami neraca melengkapi dua cerita sebelumnya. Kalau laba rugi adalah cerita perjuangan, dan arus kas adalah bukti uangnya berpindah, maka neraca adalah hasil akhirnya. Dari sini kita bisa lihat, usaha ini sehat atau hanya terlihat sibuk. Dan kalau ada yang bilang, “perusahaan ini kuat kok, asetnya besar,” kita bisa balik tanya, “itu aset dari hasil usaha atau hasil utang?”
Membaca neraca bukan soal bisa menghafal istilah, tapi soal bisa melihat gambaran besar. Karena semua laporan keuangan saling terhubung. Dan bagi pembaca yang cermat, setiap angka adalah jejak. Jejak yang bisa membawa kita pada kepercayaan, atau peringatan.
$UNTD $UNVR $UVCR