Memahami Arus Kas Operasi dari Dompet Abang Nasi Goreng
Lanjutan dari tulisan : https://stockbit.com/post/18561105
Versi visual bisa di cek di IG fadhilmenulis
Laporan arus kas juga bercerita soal usaha, tapi hanya mencatat yang sudah benar-benar dibayar atau diterima. Revenue yang belum dibayar tidak masuk, begitu juga beban bahan baku yang belum dilunasi. Bagian paling atas adalah arus kas operasi, yaitu uang masuk dan keluar dari kegiatan inti. Lalu ada arus kas investasi, seperti beli atau jual aset. Di bawahnya lagi, arus kas pendanaan, misalnya pinjam uang atau bayar cicilan. Terakhir, semua dijumlahkan dengan kas awal periode untuk melihat: selama periode ini, uang tunai bertambah atau justru berkurang.
Di cerita sebelumnya kita sudah bahas si abang nasi goreng tentang berapa untung yang terlihat di laporan laba rugi. Nah, sekarang kita lihat dari sisi uang yang benar-benar berpindah. Arus kas dari aktivitas operasi itu ibarat catatan harian: berapa uang tunai yang masuk dari pembeli, dan berapa yang keluar untuk beli bahan.
Kalau ada pelanggan langganan yang makan dulu bayar belakangan, itu kasbon, belum masuk ke arus kas. Begitu juga kalau si abang sudah ambil bahan dari tukang sayur atau warung sembako tapi bayarnya minggu depan, itu belum dicatat keluar. Maka kadang usaha kelihatan rugi di laporan laba, tapi kasnya malah sehat. Atau sebaliknya, arus kas operasi tampak positif bukan karena dagangan laris, tapi karena si abang belum bayar apa-apa ke pemasok.
Selisih antara laba dan arus kas ini biasanya muncul dari tiga hal: piutang, utang usaha, dan persediaan. Kalau banyak pelanggan kasbon, laba tetap dicatat tapi kas belum masuk. Kalau si abang belum bayar ke tukang sayur, beban sudah muncul di laporan, tapi kas belum keluar.
Dan kalau stok bahan numpuk di dapur seperti beras, telur, dan minyak, uangnya sudah dikeluarkan, tapi belum jadi beban di laba rugi. Tapi ini bukan selalu soal kelalaian, bisa juga strategi. Misalnya bulan itu warung sembako lagi kasih diskon besar untuk minyak goreng, jadi si abang sengaja borong buat stok. Arus kasnya memang negatif, tapi bukan karena usahanya rugi, melainkan karena sedang nyiapin cadangan.
Kalau kita mulai menemukan selisih antara laba dan arus kas dari si abang nasi goreng, pertanyaannya jadi sederhana: uangnya ke mana? Jawabannya biasanya tersembunyi di tiga titik, yaitu kasbon pelanggan yang tercatat sebagai piutang, pembayaran ke tukang sayur yang masih ditunda dan jadi utang usaha, atau belanja bahan dapur yang belum dipakai dan jadi persediaan.
Semua itu tercatat di neraca, bukan di arus kas. Jadi kalau laporan laba rugi kelihatan untung tapi arus kasnya seret, bisa jadi uangnya sedang tertahan di situ.
Membaca arus kas tanpa neraca ibarat nebak isi dompet tanpa tahu ke mana saja tadi uang dibelanjakan. Tapi soal neraca, nanti dibahas di cerita berikutnya. Untuk sekarang, cukup tahu bahwa selisih antara yang dicatat dan yang terjadi secara tunai itu bukan ilusi, tapi berpindah tempat.
Arus kas dari investasi dan pendanaan pun logikanya sama, hanya mencatat uang yang benar-benar keluar atau masuk. Kalau si abang nasi goreng beli gerobak baru, itu tercatat di investasi. Kalau dia pinjam uang ke koperasi atau nyicil utang, masuk ke pendanaan.
Urutannya dari atas ke bawah bukan tanpa alasan. Arus kas operasi ditaruh paling atas karena itu sumber utama napas usaha, dari situ usaha bertahan. Di bawahnya investasi karena itu biasanya keputusan jangka panjang yang tidak dilakukan tiap hari. Lalu baru pendanaan karena itu sumber dana tambahan kalau kas operasional dan investasi belum cukup. Dan di paling bawah, barulah dihitung: setelah semua keluar masuk tadi ditotal, uang tunai si abang di akhir periode bertambah atau justru menipis.
Bagian ini pun bisa dibaca berpasangan dengan neraca. Misalnya, kalau kas keluar besar untuk beli gerobak, bisa dilihat apakah nilai aset tetapnya memang bertambah.
Laporan arus kas bukan dibuat untuk menggantikan laba rugi, tapi untuk saling mengklarifikasi. Keduanya memberi sudut pandang berbeda tentang bagaimana si abang nasi goreng mengelola usahanya dalam periode kuartalan atau tahunan. Laba rugi menunjukkan seberapa besar usaha mencatat untung, sementara arus kas menunjukkan bagaimana uangnya benar-benar bergerak.
Efek gabungan dari keduanya akan terlihat di neraca, karena setiap keputusan seperti mencatat beban, menunda pembayaran, atau menyimpan stok pasti berdampak pada posisi aset dan liabilitas. Dengan memahami dua laporan ini secara berpasangan, investor bisa menilai usaha dengan lebih objektif dan tidak kaku pada rumus seperti “arus kas operasi harus selalu positif.” Ini bukan tentang memberi vonis, tapi tentang membaca cerita dengan utuh. Dan cerita itu baru lengkap kalau kita buka lembar berikutnya: neraca.