👍🏼 Likes banyak, followers ribuan…
tapi portofolio tetap merah. Kenapa?
Karena pasar saham nggak peduli seberapa aesthetic feed kamu, seberapa viral cuitan kamu, atau seberapa sering kamu tampil di For You Page.
Yang dihargai pasar cuma satu: keputusanmu beli, jual dan HodL berdasarkan pemahaman, bukan popularitas.
Saham yang bagus kadang nggak punya fans.
Saham yang ramai dibicarakan… kadang cuma pentas sandiwara para badut. 🤡
Jadi kalau kamu investasinya masih nunggu trending dulu, baru beli…
kamu bukan investor.
Kamu penonton sirkus.
⸻
Popularitas Tak Sama dengan Profit: Mengapa Likes dan Followers Tak Menghasilkan Return
Di era media sosial, perhatian adalah mata uang baru. Semakin banyak likes, semakin banyak followers, semakin besar pengaruh. Tapi di pasar saham, mata uang yang sesungguhnya tetap satu: keputusan yang rasional dan berbasis analisis.
Banyak investor pemula tertarik mengikuti akun-akun yang viral. Rekomendasi saham dari influencer, pompom-an dengan ribuan komentar, atau video dengan jutaan views. Tidak salah, tapi hati-hati. Karena kadang yang viral bukan karena kualitas analisanya, tapi karena kemampuan menjual ilusi harapan.
⸻
Pasar Saham Bukan Kontes Popularitas
Saham tidak naik karena akun yang mempromosikannya punya banyak followers. Saham naik karena fundamentalnya membaik, aksi korporasinya solid, atau karena ekspektasi pasar yang terkelola.
Apakah kamu pernah beli saham hanya karena “banyak yang bilang ini akan terbang”?
Apakah kamu lebih percaya komentar netizen daripada membaca laporan keuangan perusahaan?
Jika ya, mungkin kamu sedang bukan berinvestasi, tapi sedang bermain perasaan.
⸻
Yang Penting: Proses, Bukan Sorotan
Investor sejati tahu bahwa proses yang panjang, sepi, dan kadang membosankan adalah bagian dari perjalanan. Mereka membaca laporan keuangan, memahami model bisnis, memperhatikan valuasi, dan tetap tenang ketika pasar panik.
Sementara mereka yang hanya mengejar popularitas, bisa cepat naik… tapi juga cepat terbakar. Karena pasar tidak memberikan toleransi untuk keputusan yang gegabah—apalagi yang hanya ikut-ikutan.
⸻
Menjadi Investor Bukan Sekadar Beli-Jual
Bursa bukan tempat sulap. Dan bukan juga sirkus.
Kita bicara tentang perusahaan riil, manusia di baliknya, produk yang dijual, arus kas, dan masa depan.
Kalau kamu datang ke bursa hanya untuk cuan cepat, kamu bukan investor. Kamu penonton sirkus—yang ikut tepuk tangan saat atraksi naik, dan lempar popcorn pas atraksi gagal.
Dan parahnya, sekarang banyak yang ingin jadi ‘bintang sirkus’.
Jadi badut yang lucu, ramai, tapi kosong.
Menghibur ribuan followers dengan screenshot portofolio hijau, tapi sembunyi saat merah membara.
⸻
Jangan Jadi Penonton Sirkus
Ingat, pasar kadang seperti panggung hiburan. Ada badut, ada sulap, ada pengalihan isu. Tapi kamu harus tahu kapan duduk, kapan tepuk tangan, dan kapan pulang sebelum tertipu.
Karena di akhir hari, yang menentukan portofoliomu bukan jumlah likes atau followers, tapi seberapa dalam pemahamanmu.
Di bursa saham, orang ramai pas naik, tapi sepi pas nyangkut.
Jadi kalau kamu masih mengukur kualitas analisa dari jumlah views,
jangan kaget kalau nanti portofoliomu juga cuma jadi tontonan.
Karena investasi bukan ajang populer-populeran,
tapi ujian siapa yang paling sabar, paling tekun, dan paling waras.
Karena pada akhirnya, sirkus akan bubar. Lampu akan padam. Dan hanya mereka yang tahu alasan mereka ada di sana… yang akan tetap duduk dengan tenang.
-Martha Sitorus-
Bacaan lainnya:
🕊FAITH
Find And Invest Then Hold
https://stockbit.com/post/18455866
😮💨 Capek Cuan
Sebuah Kisah tentang Porto yang Tumbuh,
Tapi Diri Sendiri yang Menyusut
https://stockbit.com/post/18475932
🤱🏻Bukan Sekadar Ibu,
Tapi Investor Waktu dan Harapan
https://stockbit.com/post/18480335
📌 Renungan untuk kita semua 👩🏻👨🏻
supaya ga polos-polos amat yaaaaa.
https://stockbit.com/post/18487522
$DKHH $ERAA $MDKA