imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

🐓 Sektor Poultry 1Q25: CPIN Unggul, JPFA dan MAIN Tertekan

Stockbit’s take:

Kinerja emiten poultry pada 1Q25 menunjukkan hasil yang mixed. Charoen Pokphand Indonesia ($CPIN) kembali tampil menonjol, melanjutkan kinerja 4Q24 yang baik [https://stockbit.com/post/17954378]. Di sisi lain, Japfa Comfeed Indonesia ($JPFA) – yang sebelumnya memiliki kinerja yang baik [https://stockbit.com/post/17723513] – dan Malindo Feedmill ($MAIN) mengalami tekanan laba bersih.

Berikut beberapa highlights kami:

â–Ș CPIN mencatatkan pertumbuhan laba bersih (+16% QoQ, +116% YoY) yang signifikan dan melampaui ekspektasi, mencapai 34%/36% dari estimasi FY25F Stockbit/konsensus dan menandai laba bersih kuartalan tertinggi sejak 4Q20.

â–Ș JPFA justru membukukan penurunan laba bersih (-26% QoQ, +2% YoY), sedikit di bawah ekspektasi (23%/20% estimasi FY25F Stockbit/konsensus).

â–Ș Sementara itu, MAIN mengalami tekanan paling berat dengan penurunan laba bersih sebesar -51% QoQ dan -28% YoY.

Secara keseluruhan, segmen ‘feed’ masih menjadi sumber keuntungan utama bagi ketiga perusahaan tersebut, di tengah harga rata–rata jagung yang naik tipis ke level Rp4.852/kg (+2% QoQ).

1. CPIN Diunggulkan dari Segmen ‘Processed Chicken’

Laba CPIN terutama terdorong oleh lonjakan signifikan dari segmen ‘processed chicken’, dengan laba usaha segmen tersebut tumbuh +275% QoQ menjadi Rp331 M (vs. 1Q24: rugi Rp102 M, 4Q24: laba Rp88 M). Ini merupakan kinerja kuartalan terbaik segmen tersebut sejak 3Q23.

Sementara itu, dalam segmen yang sejenis, JPFA mencatatkan penurunan laba usaha -20% QoQ menjadi Rp98 M (+60% YoY) dan MAIN mencatatkan kerugian laba usaha sebesar Rp14 M (vs. 1Q24: rugi Rp15 M, 4Q24: rugi Rp16 M).

2. Pelemahan Harga Ayam Menekan Sektor Poultry

Tekanan terbesar datang dari pelemahan di segmen ‘DOC’ dan ‘broiler’, seiring turunnya harga DOC menjadi Rp5.518/ekor (-10% QoQ) dan broiler menjadi Rp19.220/kg (-5% QoQ).

Pada segmen DOC, MAIN mencatatkan kinerja terlemah dengan rugi usaha sebesar Rp41 M, berbalik dari laba Rp54 M pada 4Q24. CPIN masih mencatatkan laba usaha sebesar Rp82 M, meski turun -48% QoQ. Sementara itu, JPFA mencatat laba usaha Rp202 M, turun -34% QoQ, meski tetap menjadi yang paling solid di antara ketiganya.

Pada segmen broiler, tekanan laba lebih tajam terlihat pada MAIN yang hanya mencetak laba usaha tipis sebesar Rp2 M (-93% QoQ) dan JPFA yang mencatatkan laba usaha Rp255 M (-72% QoQ). Sementara itu, CPIN membukukan laba usaha Rp744 M (-35% QoQ), tetap menjadi yang paling resilient di antara ketiganya.

3. Kinerja 1Q25 dan Outlook Sektor Poultry FY25

Manajemen MAIN dalam earnings call pada Selasa (6/5) mengatakan bahwa lemahnya kinerja pada 1Q25 dipicu oleh penurunan permintaan, tercermin dari harga ayam yang turun drastis selama periode Lebaran 2025. Hal ini menyimpang dari tren historis, di mana harga ayam biasanya naik pada momen Lebaran.
Kami juga melihat bahwa tren lemahnya permintaan ini kemungkinan besar akan berlanjut ke depannya, mengingat tidak adanya musim festive dan/atau efek seasonality yang dapat mendongkrak konsumsi dalam waktu dekat. Selain itu, mendekatnya periode bulan Suro – yang secara historis turut menekan harga ayam – berpotensi memperburuk tekanan harga dalam jangka pendek yang akan berlangsung pada akhir Juni hingga akhir Juli 2025.

Meski demikian, manajemen MAIN optimistis supply ayam akan lebih terjaga dalam beberapa kuartal ke depan, seiring dengan pemangkasan kuota impor grand parent stock sebesar -30% YoY menjadi 530.000 ekor untuk periode 2024. Dampak penurunan impor tersebut akan tercermin pada supply poultry mulai dari 2Q25.

-------
Reynaldo Mulya (@reynaldomulya)
Investment Analyst Stockbit

Read more...

1/3

testestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy