America Tariff

Saya akan menyombongkan ramalan saya.

SEMUA PASTI KENA TARIF.

Ini link-nya https://stockbit.com/post/18081578 dan capture screen terlampir – silahkan check last-update date-nya.

Ada sebuah tulisan yang berpendapat bahwa tarif hanyalah gertak2an politik dari America / Trump saja dengan alasan selama ini balance-of-payment America masih surplus karena begitu banyak-nya yang mau menerima obligasi dari America – yang arti-nya uang tetap mengalir ke America.

( Karena posisi special America yang bebas mencetak USD yang merupakan world-currency-reserve sesuka-nya, obligasi America dianggap mempunyai jaminan 100% alias tidak mungkin default. )

Jadi flow-nya adalah negara lain produksi barang – barang-nya dibeli America – dibayar pakai USD – USD ini dibelikan obligasi America – USD-nya mengalir balik lagi ke America

Thus, walaupun America terus2an deficit, tidaklah menjadi masalah karena America tidak akan pernah kekurangan USD untuk terus membeli barang2 berikut-nya. Dan bahkan karena sistem seperti inilah America menjadi negara terkaya di dunia. Dan bahkan lebih-lebih lagi sistem ini adalah America sendiri meng-establish-nya.

( Istilah yg lebih bergaya dikatakan bahwa balance-of-payment America tetap sehat2 saja. )

Sehingga selama ini sudah terjadi sebuah kondisi yang saling-menguntungkan.

Then why disrupt it?

Karena dengan demikian America terus menumpuk hutang-nya unlimited dan ini unsustainable. Saya jelaskan dengan lebih detail.

Argumen saling menguntungkan di atas betul HANYA pada waktu produktifitas America masih jauh di atas negara lain dan selalu meningkat lebih cepat dari negara lain ( i.e. karena teknologi-nya jauh lebih tinggi dan kemajuan-nya jauh lebih cepat dari negara2 lain ) – sehingga tidak masalah terus2-an menumpuk hutang. Karena berapapun hutang-nya – produksi America tahun depan-nya pasti bisa menutup hutang tersebut dan bahkan surplus ( surplus terhadap hutang tahun lalu ) – sehingga tidak masalah jika di tahun berikut-nya America berhutang lebih besar lagi.

Masalah-nya adalah tinggi-nya produktifitas ekonomi America atas negara2 lain semakin hari semakin mengecil. Barang2 yang tadi-nya hanya bisa dibuat oleh America sekarang bisa dibuat oleh negara lain dengan kualitas dan harga yang SANGAT bersaing ( e.g. Tesla vs BSD eh... BYD ).

Dari tadi-nya America menguasai 50% ekonomi dunia – lambat laun turun hingga sekarang hanya tersisa 24%. Bahkan China sekarang sudah mengejar seperti kesetanan sehingga menguasai hingga 20% ekonomi dunia.

Jika trade deficit ini terus berlanjut, dan produktifitas America semakin dikejar negara lain, dari tadi-nya hutang America bisa dibayar dengan produktifitas di tahun depan, lambat laun akan membutuhkan 2 tahun untuk membayar-nya. Jika dilanjutkan terus, akan menjadi 3 tahun, 4 tahun, dan seterus-nya.

Tidak tahu sampai kapan, tetapi PASTI pada suatu pagi hari yg cerah dan ceria – dunia akan mulai bertanya2 – bisakah America membayar hutang-nya. Dan jawaban-nya sudah pasti tidak akan pernah bisa.

Dunia akan mulai berlomba2 membuang obligasi America – USD drop – inflasi meningkat – yang kemudian dicounter dengan dengan rate yang tinggi. Rate yang tinggi akan semakin menurunkan produktifitas America – sehingga USD akan drop dengan kecepatan yang bahkan lebih tinggi lagi – alias drop dengan kecepatan yg exponential.

Then boom! Di suatu malam yang gelap dan gulita dan pekat – selesai-lah USD – selesailah America.

Hutang yg terus membesar lebih cepat daripada produktifitas yang didapat sudah pasti tidak akan pernah bisa sustainable. Tidak peduli mempunyai posisi khusus sebagai pencetak USD, apakah itu kingdom, apakah itu empire, apakah itu big corporate, small corporate, keluarga dan pribadi – tidak akan sustainable. TIDAK AKAN PERNAH BISA SUSTAINABLE.

Tentu argumen saya juga bisa didebat balik dan kemudian kita bisa berdebat semalaman mengenai apakah kejatuhan America tidak akan pernah terjadi, masih jauh atau sudah dekat.

Untuk mencegah ini, mari kita meminta tolong ke seseorang yg sudah luar biasa baik-nya, mengumpulkan data2 ekonomi ratusan tahun dan kemudian menshare-nya dalam indikator2 ekonomi yang terjadi sebelum sebuah great power jatuh dalam sebuah big-cycle.

( Great power ini dalam skala dunia saat ini ya seperti America & China, dan kalau dulu ya Spanyol, Portugis, Belanda dan terakhir sebelum US take-over ya British Empire. )

Mari kita gunakan ini untuk memotret indikator2 America sekarang – apakah betul ini yang sedang terjadi ke America. Silahkan lihat di gambar2 lampiran – untuk case-nya America gunakan grafik warna hijau ( Floating-Case ).

Sumbu X mewakilkan waktu dalam bulan dari titik nol yang merupakan titik kejatuhan. Jangan lupa bahwa di sini kita sedang bicara sebuah big-cycle yang jangka waktu-nya di atas puluhan tahun – jadi jangka waktu 5 tahun sebelum dan sesudah sebuah kejatuhan (the boom!) bisa dianggap sebagai margin-of-error.

( Sebetul-nya seseorang yang baik ini memberikan total 19 indikator, tetapi akan so boring kalau harus dibahas satu per satu. Jadi saya hanya pilih beberapa indikator yang cukup umum dan lebih relevant dengan tulisan ini. )

Yang pertama adalah indikator debt / revenue America saat ini di 700%-an sudah jauh lebih besar. Kemudian budget deficit / GDP di -6.5%-an sudah sedikit lebih tinggi. Current-account deficit / GDP ada di -3.1% juga sudah sedikit lebih tinggi. Foreign debt / GDP ada di 40% – hampir 2x dari indikator.

Debt service / revenue di 18%-an memang saat ini masih jauh di bawah – tetapi jangan lupa ini terjadi karena posisi America sebagai pencetak world-currency-reserve yang dianggap tidak akan pernah bisa default – sehingga bisa mendapatkan interest rate yg sangat rendah, dan juga jatuh tempo dari majority hutang yang relatif panjang.

Juga khusus untuk America, sebagian debt juga ter-nihil-kan ( entah berapa ) karena bisa mencetak USD sendiri. Jadi kalau di negara lain angka debt service / revenue di 18% belum berbahaya – belum tentu case-nya sama untuk America.

( Hati2 membaca indikator America karena posisi-nya yg unik bisa mencetak uang untuk dunia – seperti misalnya lagi reserve America yang relatif kecil hanya di 250 milyar-an dollar atau hanya 0.8% dari GDP. )

Debt growth-nya America ada di 5.8% sedangkan GDP growth hanya 2.3% – jadi debt America akan terus membesar. Semakin besar-nya debt, akan semakin banyak lagi bagian dari government revenue yang akan dipakai untuk membayar debt service. Dalam banyak kasus hampir pasti bansos lah yang akan dipertahankan dan mengorbankan investasi produktif sehingga perbedaan antara debt growth dan GDP growth akan semakin melebar lebih cepat lagi.

Keep printing USD untuk meng-counter ini juga lama2 tidak akan menolong karena akan menciptakan inflation, yang kemudian berimbas ke semakin tingginya rate, yang juga membuat debt service semakin membesar, dan pada saat yang bersamaan juga terjadi perlambatan ekonomi yang lebih besar lagi, yang akhirnya akan kembali lagi ke problem awal, dunia mulai membuang exposure-nya atas USD, debt service meningkat, dan yang kemudian membuat gap antara debt growth dan GDP growth juga semakin melebar lebih cepat lagi.

Dari indikator2 di atas bisa dipahami kalau situasi America memang tidak baik2 saja. Waktu Musk mengatakan waktu-nya tidak banyak – dia tidak sedang nge-bullshits – karena sekarang kita sudah melihat bahwa memang begitu indikator2-nya.

Nah... urutan cerita dan logika-nya sudah diberikan – indikator2 nya juga sudah diberikan – sudah yakinkan kalian bahwa tujuan tarif America memang betul2 mau menutup deficit-nya... belum? Fine, saya berikan satu cerita lagi.

Mari kita check sekali lagi konsistensi dari tujuan dari tarif untuk menutup trade-deficit dengan menurunkan rumus tarif America yang sudah diumumkan tersebut.

Sudah banyak majalah2 dan artikel2 yang menuliskan rumus yang digunakan oleh America untuk menghitung tarif yang dikenakan ke negara lain. Tetapi belum ada yang membahas penurunan rumus ini bukan? Akan saya berikan di sini.

You read it here first :Pp

( Somehow Bloomberg masih menyebutkan faktor 50% di rumus tarif sebagai faktor “discounted-rate“ – yang menurut saya ini lebih tepat disebut sebagai faktor pembuka negosiasi. )

Dasar dari penurunan rumus ini tidak lain tidak bukan adalah berdasarkan... apaaaaaa... yes berdasarkan bagaimana membuat trade-deficit menjadi sama dengan nol.

Seperti biasa, supaya tidak capai mengetik-nya saya akan menggunakan symbol2. Kita gunakan symbol E untuk export dari negara lain ke America. Symbol I untuk import negara lain dari America. Kita gunakan symbol D untuk deficit.

Rumus dari trade-deficit adalah export dikurangi import atau ditulis secara singkat sbb:

D = E – I

Untuk membuat deficit menjadi nol maka kita membutuhkan sebuah satu term lagi yang saya symbolkan dengan X sebagai pengurang terhadap deficit ini sedemikian sehingga menjadi nol. Jika dituliskan dalam rumus menjadi sbb:

D = 0 = E – I – X
X = E – I
X = D

( Hati2 – tarif di sini adalah counter terhadap deficit secara tidak langsung, yaitu dalam bentuk pemasukan pajak. Bukan menghilangkan deficit secara langsung. )

Dari manakah America bisa mendapatkan sejumlah X ini sebagai peng-counter trade-deficit? Satu2-nya cara adalah didapat dari tarif yang dikenakan ke export dari negara lain yang masuk ke America. Karena hanya term export ini yang bisa dikontrol sepenuh-nya oleh America. Kita gunakan symbol T untuk melambangkan tarif ini.

Rumus di atas, bisa kita lanjut turunkan menjadi sbb:

X = D
T x E = E – I
T = ( E – I ) / E
T = D / E

See... inilah bentuk utama dari rumus tarif-nya America – yang diturunkan dengan dasar untuk membuat trade-deficit menjadi nol.

Kita check sekali lagi supaya yakin tidak ada salah penurunan:

D =
E – I – X =
E – I – T x E =
E – I – ( D / E ) x E =
E – I – D =
E – I – ( E – I ) =
*NOOOOLLLLL!*

Rumus sudah betul – sekarang tinggal mencari dari mana faktor sebesar 50% diturunkan – yaitu yang digunakan oleh America sebagai faktor yang menjadi bagian dari rumus tarif yang sudah diumumkan.

Term export memang hanya satu2-nya term yang bisa di-tarif oleh America, tetapi itu bukan hanya satu2-nya term yang bisa ditarifkan. Masih ada term import – yang dikontrol oleh negara yg mengimport barang dari America.

Dengan penurunan rumus yang serupa – negara tersebut juga bisa MENURUNKAN TARIF IMPORT-NYA UNTUK MENCAPAI DEFICIT MENJADI NOL. Tetapi dalam case import ini, situasi-nya dibalik ya… yaitu penurunan tarif ini bisa digunakan oleh America untuk MENAIK-KAN HARGA BARANG YANG DI-IMPORT OLEH NEGARA TERSEBUT!

( Tadi-nya dijual dengan harga 150 – kalau tarif sebesar 50 bisa dibuang maka harga bisa saja menjadi hanya 100 – tetapi kalau dengan harga 150 pun customer sudah mau bayar – arti-nya perusahaan2 America tetap bisa mencharge harga sebesar 150 – atau ada tambahan profit sebesar 50 untuk menutup deficit-nya. )

Sepertinya memang America sengaja membuka negosiasi dengan mengenakan tarif export sebesar 50% dari tarif full yang bisa menutup deficit seluruh-nya, dan berharap mendapatkan 50%-nya lagi dari penurunan tarif yang diberikan oleh negara2 yang meng-import dari America – atau whatever negosiasi dan solution yang diajukan oleh negara masing2.

Jadi overall ada dua peng-counter trade-deficit, 50%-nya dalam bentuk pajak export yang langsung masuk ke kas negara, dan 50% lagi dari pengurangan tarif import yang langsung memotong trade-deficit.

Semua ini masih konsisten dengan yang selama ini diminta ke negara2 lain.

Kita berikan symbol T_n_1 untuk melambangkan tarif pembuka negosiasi pertama ini sebagai tarif yang saat ini dikenakan oleh America, then kita lanjutkan penurunan rumus-nya menjadi sbb:

T_n_1 = 50% x T
*T_n_1 = 50% x D / E*

Voiilllaaaaaaaaaa... kita berhasil menurunkan sebuah rumus untuk menghitung besaran tarif sedemikian sehingga bisa menol-kan deficit... dan hasil-nya PERSIS SAMA dengan rumus yang digunakan oleh America untuk menghitung tarif.

Jadi, again, video 40 tahun lalu sudah ada ( https://cutt.ly/4rs1W9fb ), video 13 tahun lalu juga sudah ada ( https://cutt.ly/Trs1W9tX ), cerita dan logika sudah dijelaskan juga, indikator2 dan terakhir penurunan rumus tarif yang digunakan juga sudah dibuatkan... dan semua-nya konsisten dengan tujuan me-nol-kan deficit.

Buat saya ini sudah lebih dari cukup untuk yakin.

Lupakan bahwa America akan mau berubah. India dan Italy yang merupakan teman terdekat-nya pun juga gagal menego ini. Siapapun dan apapun yang diminta negara itu, selama goal-nya bukan trade-deficit menjadi nol, sudah PASTI akan gagal.

Message-nya America ke seluruh negara di dunia ini sudah sangat CLEAR DAN KONSISTEN – MEREKA MAU TRADE-DEFICIT AMERICA MENJADI NOL DAN INI SUDAH TIDAK BISA DIGANGGU-GUGAT.

Saya justru membayangkan sebuah hal yang bisa menjelaskan hal ini jauh lebih sederhana lagi – yang mungkin terjadi kira2 13 tahun lalu:

Trump duduk dengan para penasihat ekonomi-nya. Problem mereka clear: trade-deficit akan membuat America bangkrut. PASTI.

So, what to do?? What to do?????

Setelah putar2 otak2 atik2 cari-cari-cari solusi2222 kiri-kanan-kiri-kanan, mereka mendapatkan fakta bahwa ternyata banyak sekali negara2 yang menerapkan tarif import untuk produk2 America yang tidak reciprocal alias tidak fair!

So, that’s it the quick solution – TARIFF THEM!

Lihat video Trump di salah satu link di atas yang dengan pongah-nya dia mengatakan “what should we do?? WHAT SHOULD WE DO??? SO EASSSSSYYYYYY… I’M GONNA TARIFF YOU!”

Tarif ini bisa diterapkan dengan sebuah rumus sederhana, dengan penurunan rumus yang juga sederhana, yang juga bisa diterapkan LANGSUNG SEKARANG JUGA tanpa perlu menunda-nya untuk membangun pabrik ini-itu dulu termasuk tanpa harus me-rewire the whole supply-chain dulu.

Begitu simple-nya dan direct-nya dan win-win-nya sampai Trump mengatakan begitu Indah-nya solution ini.

Mungkin ini adalah economic plan paling jenius dan berani setelah America meninggalkan Bretton Woods di tahun 1971.

Tetapi Paakkkkkkkk... itu iPhone kan Apple so is America sudah cuan JAUUUUUUUHHHHHHH lebih banyak... dibandingkan China yang cuan-nya dari iPhone sudaahhhh keciiiilllllll sekaliiiiiiiii lhooooooo Paaaaakkkkkkk... jadi kan harus-nya America sudah diuntungkan sekali dari sini. Kenapa ditarif lagi??? Bukan-nya ini nama-nya serakaaaahhhh??? Abuse poweerrrrrrr????? Bukan-nya ini malah akan jadi bumerang sendiri buat America – coba bagaimana kalau China kemudian ngambek terus gak mau buat iPhone lagi???? Trump ini tollllllllooooollllll dan aroooogaaaaaaaannnnn sekaliiiiiiiiiiiiii Paaaaaaaaaaakkkkkkkkkkk!

Betul ada company2 yang memberikan cuan lebih besar untuk America dibandingkan yang diberikan ke negara yang menjadi trading-partner-nya, tetapi tetap saja ini semua tidak berarti karena problem utama-nya adalah masalah trade-deficit.

Kalau gara2 ini penjualan Apple menjadi turun, atau bahkan terhenti sama sekali karena di-block oleh China – arti-nya tujuan tercapai karena trade-deficit dari transaksi Apple ini menjadi nol.

Tetapi nanti dulu... bagaimana cerita-nya seseorang membeli iPhone, dan Apple thus juga America cuan, tetapi malah kemudian menyebabkan America menjadi bermasalah dengan trade-deficit-nya?

Jika seseorang tersebut membayar dengan tunai – tidak ada masalah sama sekali. Ketika China memegang USD hasil pembayaran iPhone – yang arti-nya America menjadi berhutang ke China – hutang ini tidak menjadi masalah karena barang-nya ada yaitu berupa barang yang sudah dihasilkan oleh si pembeli iPhone.

Ingat, si pembeli iPhone ini bisa mempunyai USD untuk membayar iPhone – pasti karena telah bekerja menghasilkan sebuah barang yang barang tersebut sekarang adalah milik America karena telah ditukar dgn USD yang dipegang oleh orang tersebut.

( Sorry agak rumit – tetapi memang begitulah urutan2-nya. )

Tetapi jika seseorang tersebut membayar dengan credit atau hutang – dan kemudian sama seperti case di atas dimana pembayaran ini kemudian diterima oleh China dan oleh karena-nya America menjadi berhutang ke China – hutang ini menjadi masalah karena belum ada barang yang sudah dihasilkan oleh si pembeli iPhone.

Ingat, si pembeli iPhone tidak mempunyai USD karena belum menghasilkan barang apapun – thus dia membayar dengan credit atau hutang.

Case membayar dengan credit atau hutang ini yang disebut terjadi over-consumption alias lebih besar pasak daripada tiang. Dan memang trade-deficit yang terlalu besar – walaupun belum tentu merugikan America seperti dalam case-nya iPhone yang dibayar tunai – adalah salah satu indikator telah terjadi sebuah over-consumption.

Tetapi Paaaaaaakkkkkkkkk... tidak ada satu ekonom pun yang yakin bahwa negara2 lain akan memindahkan pabrik-nya ke America. Kalau pun dipindahkan nih Paaaaaaakkkkkkkkk... biaya di America itu sudah sangat tinggi... walaupun pajak-nya disubsidi puuuun... tidak akan bisa untung Paaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkk! Trump ini tollllllllooooollllll nyaaaaaaaa luaaaaarrrrr-biasssssssssaaaaaaa Paaaaaaaaaaakkkkkkkkkkk!

( Memindahkan pabrik kembali ke America – atau re-industrialisasi – adalah betul salah satu faktor yang vital untuk ketahanan industri militer mereka – dan ini adalah satu dari banyak hal yang ingin dicapai oleh America dengan penerapan tarif ini. )

Mengenai masalah tenaga kerja yang mahal ini, ada interview yang menarik yang diberikan oleh Secretary of Commerce America Howard Lutnick ( https://cutt.ly/Vrs1W9zZ ). Dia menjelaskan bagaimana strategi America mengatasi tenaga kerja-nya yang mahal tersebut. Kunci-nya adalah dengan ada-nya tarif – America bisa mengecilkan pajak orang2 America atau bahkan menghapus-nya – sehingga cost dari tenaga kerja pun bisa turun secara significant.

Yang jika akhir-nya pemindahan pabrik menjadi pilihan, beban tarif dengan sendiri-nya akan hilang, yang dengan kata lain tarif pada akhir-nya tidak akan membebani orang America juga.

Saya tidak tahu hitungan2 pasti-nya apakah betul ini yang akan terjadi – tetapi lagi2 ada alasan lain lagi yang memperkuat niatan Trump untuk menerapkan tarif sebagai pengganti pajak.

Terlepas dari itu semua, hal ini kembali lagi ke message-nya America yang sudah clear – yang mereka mau SAAT INI adalah membuat trade balance menjadi nol secepat2nya dulu menggunakan tarif – urusan memindahkan pabrik dan subsidi pajak adalah urusan nanti yang akan di-discuss setelah atau sebagai impact dari negosiasi tarif.

Memindahkan pabrik dan juga subsidi pajak saat ini hanyalah salah satu dari banyak solusi win-win lain-nya yang bisa dinegosiasikan oleh America dan negara2 lain dalam rangka penerapan tarif ini untuk menekan trade-deficit menjadi nol.

Anyway, setelah tarif berlaku – dan setelah mendapatkan subsidi pajak – dihitunnggg222... ternyata tetap lebih menguntungkan untuk tidak memindahkan pabrik – ya simply tidak akan dipindahkan juga pabrik-nya.

America juga tidak memaksa itu juga, kecuali tentu saja untuk beberapa pabrik yang mereka pandang mempunyai nilai national security yang tinggi – atau whatever reasons lain-nya – mungkin America akan enforce itu dengan segala cara – tetapi ini hal yang sudah totally berbeda dari yang kita bahas di sini. Tidak akan kita bahas lebih lanjut. ( It's the economy, stupid! )

Inti-nya juga adalah apapun alasan lain2-nya lagi, saat ini, sehingga negara lain bisa surplus dan America deficit, sudah tidak lagi relevant alias dianggap sebagai masa lalu.

Sebagian dari alasan pasti karena tarif yang tidak fair, tetapi jelas tidak semua-nya gara2 itu. Apapun itu juga, either karena orang America boros-nya gak keru2an ( yes mereka mungkin negara paling boros di dunia – maklum namanya juga negara paling kaya di dunia ), terlalu nguber profesi lawyer dan financial, thus sudah terlalu lama mengabaikan STEM ( science-technology-engineering-math ), rasialis sehingga mengurangi supply orang2 terbaik dari seluruh dunia, malas karena sudah terbiasa hidup terlalu enak, bansos yang terlalu tinggi, woke movement yang kebablasan, stupid green energy transition, whatever whatever whatever – ITU ADALAH PROBLEM NANTI – bukan problem yang mau di-solve dengan tarif sekarang.

Seperti-nya cukup sebagai background – sekarang kita akan bahas what’s next-nya.

What’s next nya ini sudah pasti super kompleks. Masih terlalu begitu banyak komponen2 yang bisa bergerak liar. Tergantung dari politik, industri-nya, posisi dari negara-nya, hubungan antar negara, kekuatan dan ketergantungan militer-nya, struktur dari supply-chain, struktur dari supply-chain setelah di-rewire, besar-nya deficit, besar-nya tarif yang dikenakan, dan lain-sebagai-nya.

Tidak ada seorang pun yang bisa memahami ini semua dengan baik secara sekaligus. So, membahas ini semua akan sia2.

America sendiri pun saya yakin juga belum paham penuh atas seluruh dinamika yang akan terjadi. Saya yakin ini karena mereka juga membiarkan setiap negara membuat plan-nya masing2 – untuk kemudian datang ke America melakukan negosiasi.

Jadi saya hanya akan fokus membahas dari cara berpikir dan dinamika dari economic plan America itu sendiri – dengan sengaja mengabaikan sebisa mungkin semua variasi respon dari negara2 lain – yang sudah pasti akan terkait satu sama lain thus akan menjadi terlalu kompleks.

Kebetulan juga, mungkin karena sadar akan menjadi trigger dari semua kehebohan – America sudah membuat apa yang ingin mereka capai se-clear2-nya. Rumus tarif – ini adalah kartu yang sudah dibuka oleh America di meja negosiasi. Dengan memahami dinamika rumus tarif ini – kita akan bisa lebih menebak berbagai dinamika2 yang akan mungkin terjadi.

Jika dinamika dari plan America sendiri bisa kita pahami dengan lebih baik – maka masalah memprediksi bagaimana masing2 negara akan merespon – SEMOGA bisa menjadi sedikit lebih mudah.

Jadi untuk tulisan yang mungil ini akan saya tuntaskan dengan pembahasan mengenai dinamika ini saja.

Yang pertama adalah America meminta trade-balance – bukan membuat America menjadi surplus dan negara lain menjadi deficit. Ini adalah permintaan yang fair – dan oleh karena-nya sebetul-nya sangat susah untuk ditolak.

Untuk yg berniat retaliate seharus-nya memikirkan masalah fairness ini baik2.

Kecuali negara tersebut memiliki export yang cukup strategic untuk America – dengan gampang America akan mem-branding negara tersebut sebagai negara yang tidak fair thus tidak worth-it untuk dijadikan teman – dan bisa tanpa berpikir panjang akan langsung dikenakan tarif export secara full. Ingat, tarif negosiasi awal yang dilempar oleh America pun baru sebesar 50% dari tarif full.

Definitely mereka open utk negosiasi.

Selanjut-nya dengan mem-bom seluruh dunia dengan tarif SEKALIGUS SECARA BERSAMAAN DAN SEPIHAK – America menyampaikan pesan: “I’m dead serious — don’t mess with me.”

Tujuan dari faktor 50% yang dimasukkan ke rumus tarif negosiasi awal adalah untuk memberikan kebebasan kepada masing2 negara untuk menutup trade-deficit-nya dengan America dengan sekreatif mungkin.

Trump sendiri sudah menyampaikan maksud dan tujuan ini secara clear – dengan men-challenge setiap negara untuk memberikan usulan2 negosiasi yang “phenomenal”. Ini semakin mempertegas juga bahwa tarif yang dikenakan adalah open utk negosiasi – SELAMA tujuan negosiasi itu adalah untuk menutup trade-deficit America.

Cara yang paling sederhana adalah dengan comply sepenuh-nya ( alias surrender :D) ) dengan menurunkan tarif dan meningkatkan import dari Amerika. Note bahwa dengan hanya penurunan tarif import pun juga akan memberikan effect berupa kenaikan import.

Dengan cara penurunan rumus yang kurang-lebih sama dengan cara penurunan rumus yang digunakan oleh America, besar-nya penurunan tarif import ( bukan tarif total ya – tetapi pengurangan tarif dari tarif import yang sudah ada ) adalah sebesar:

50% x deficit / import.

( Sebetul-nya di rumus tarif dari America ada satu faktor lagi yang saya skip – yaitu untuk meng-akomodasi elastisitas dari harga. Sayang-nya membahas ini akan membuat tulisan yang sudah boring ini menjadi lebih boring lagi. Inti-nya adalah jika gara2 penurunan tarif import – value import meningkat – maka tarif yg dikenakan bisa lebih kecil dari rumus yang saya tulis di atas. )

Efek dari penurunan tarif adalah akan meng-expose industri2 yang tadi-nya diproteksi terhadap persaingan langsung dari America.

Hal ini sebetul-nya tidak terlalu buruk juga, karena akan membuat market lebih efisien dan efisiensi dari sini akan bisa dinikmati juga oleh negara itu sendiri. ( Hal ini adalah inti dari globalization yang dijelaskan dengan detail di sini https://stockbit.com/post/9849856. )

Masalah-nya memang ada industri2 yang secara politik terlalu bahaya untuk di-expose 100%. Industri2 seperti ini di Indonesia terutama adalah industri2 yang padat karya. Tetapi tidak mungkin juga orang America akan mau datang ke Indonesia dan bekerja dengan salary orang Indonesia. So, meng-expose ini ke America rasa-nya akan aman2 saja – tetapi akan beda case jika misalnya level salary Indonesia sudah seperti Singapore.

Jika kebanyakan industri yang diproteksi dengan tarif adalah industri yang memang tidak bisa dimasuki oleh America – maka menurunkan tarif sampai mencapai 0% pun juga bisa tidak memotong trade-deficit America cukup significant.

Walaupun tetap bagus juga untuk memberikan gesture baik ke America sebagai langkah awal bernegosiasi – perlu dicari cara2 yang lebih kreatif lagi untuk menutup trade-deficit ini.

Jika penurunan tarif tidak berhasil mencapai target deficit menjadi nol – maka selanjut-nya adalah dengan menambah import dari America. Yang paling gampang adalah memindahkan sebagian import dari negara lain ke America. ( Dan negara lain yang dikurangi import-nya akan retaliate ke kita – yang mungkin dengan memberikan apa yang America mau and so on – thus itulah menganalisa keseluruhan case akanlah sangat kompleks. )

Yang lebih susah adalah membuka market baru untuk America – tetapi tentu saja doable. America kan juga bukan negara kaleng2 – banyak sekali produk America yang bisa bermanfaat dan bahkan bisa meningkat produktifitas. Atau tutup import ilegal. Atau judol tuh daripada uang-nya dipakai utk judi kenapa tidak digunakan untuk meningkatkan import dari Amerika.

Jika itu juga tidak berhasil mengurangi deficit – maka cara berikut-nya adalah dengan mengurangi export ke Amerika. Cara ini pasti kurang disukai karena kenapa kita berusaha membantu mengurangi trade-deficit ke America adalah karena kita berharap tidak ada pengurangan terhadap export kita ke America.

Ada satu hal yang menarik juga, efek dari pengenaan tarif export secara sepihak oleh America, maka export setiap negara pun secara otomatis juga sudah berkurang ( thus penurunan tarif import pun bisa lebih kecil dari rumus di atas ).

So, pengurangan export secara sukarela pun mungkin bukan idea yang buruk – dibandingkan jika America meningkatkan tarif export-nya sehingga akhir-nya export turun lebih significant lagi kalau tidak menjadi nol sama sekali.

Jika semua hal itu tetap tidak bisa menutup deficit dengan America – ya either menyembah2 America dengan berurai air mata ala iklan2 startup2 di Indonesia atau retaliate sekalian, misalnya yaitu justru dengan MENINGKATKAN tarif import dari America secara sepihak.

Persis seperti China – tit for tat – tetapi ya ini China. Kebanyakan negara lain tidak mempunyai kemampuan untuk ini. Don’t even try — or even bring it up!

Secara umum retaliate adalah bad idea. Alasan-nya adalah America merupakan negara peng-import terbesar di dunia. Mereka adalah customer terbesar di dunia – dan customer selalu right.

Ditambah customer ini masih make sense hanya meminta trade-nya dibuat balance – bukan untuk membuat negara2 lain menjadi bangkrut.

Jika kita mengesampingkan ego dan politik – sebetulnya customer ini selama ini juga sudah membantu banyak sekali negara2 lain dengan membiarkan negara2 lain menerapkan tarif import yang tinggi dan sebaliknya membuka market-nya sendiri untuk hampir semua negara selebar2-nya. Sebelum hari ini, America adalah negara dengan tarif import yang mungkin paling terendah sedunia.

Jadi ini sebetul-nya seperti case business biasa saja – setiap business yang merasa mempunyai skala besar akan selalu menego harga segila2-nya dan term-of-payment sepanjang2nya – yang kalau bisa dibayar nanti setelah dunia kiamat ( bangkrut ).

Jelas, retaliate ini bukanlah hal yang gampang dilakukan dan mempunyai risk paling tinggi yang kita tidak tahu bagaimana America akan retaliate balik. Dengan gaya2nya America dan Trump sekarang – jika kita adalah negara yang tidak mempunyai kartu truf yang cukup ke America – America tidak akan berpikir dua kali untuk menghancurkan negara itu sekaligus.

Thus, so far baru hanya China yang secara tegas berani melakukan retaliate.

Kalau gara2 retaliate kemudian America menutup import-nya – negara siapa yang paling mungkin bisa menyerap import yang mendadak tak bertuan ini? Negara peng-import terbesar kedua di dunia alias China. Sudah lihat besarnya tarif import China?? Itulah juga reason utama kenapa America complain 😂

Negara peng-import terbesar ke-tiga dan ke-empat di dunia adalah: Germany dan UK. Tebak siapa negara tujuan export terbesar dari Germany dan UK – you are right – adalah America juga 😂😂

Sebagai negara peng-import terbesar dunia – artinya America menjadi tujuan export dari sebagian besar negara2 lain. Jadi yang untuk retaliate – yang arti-nya harus bersiap2 juga mencari tujuan export baru – akan mendapatkan kenyataan bahwa sebagian besar negara2 itu juga sedang mempunyai masalah yang sama dengan export nya ke America.

Arti-nya trade-surplus di negara2 tersebut juga akan mengecil atau malah jangan2 akan berubah menjadi deficit. Apakah mungkin negara2 tersebut mau menambah import-nya sementara surplus-nya sendiri dalam ancaman akan mengecil atau mungkin malah akan menjadi deficit?? 😂😂😂

Kemudian jika sebuah negara retaliate – bukan kah trade yang ditinggalkan nya menjadi opportunities untuk negara2 lain? Nah kira2 negara2 lain ini akan solider dengan negara yang retaliate tersebut atau malah semakin baik2 ke America supaya trade yang kosong tersebut bisa digantikan olehnya?? Baik2 ke America dengan cara?? Yes – dengan menurunkan tarif import-nya atau menambah import-nya tetapi masih lebih diuntungkan dengan penambahan export baru ke America 😂😂😂😂

Coba lihat saran2 dari para influencer2 tidak berguna kita – lihatlah challenge ini sebagai opportuniy demikian kata mereka2 ini – jadilah seperti huruf-nya China yang bahkan mereka sendiri tidak pernah hafal bentuk-nya. Kopi kata-nya bisa jadi kesempatan emas untuk Indonesia karena tarif import dari Vietnam lebih besar.

Masalah-nya adalah jika influencer2 sekelas itu saja sanggup berpikir seperti itu – apakah negara2 lain tidak akan berpikiran hal yg sama??

Atau Vietnam dianggap hanyalah sekumpulan orang idiot2 saja? Jelas tidak, bukan. Tuh, WSJ baru saja melaporkan kalau Trump sudah melakukan “productive” call dgn Vietnam’s To Lam dan konon Vietnam berjanji akan menolkan tarif untuk semua import dari America – gak tanggung2 – NOL! LOL!

Sampai di sini, saya sendiri juga sudah pusing delapan-keliling... kok bisa yaaaa… strategi tarif America yang begitu sederhana… tetapi seperti mengunci satu dunia untuk ujung2-nya tidak mempunyai jalan keluar lain selain comply??? Kok bisa posisi America yang seharus-nya tersudut dengan trade-deficit-nya… tahu2 berubah menjadi party yang memegang semua kartu truf???

Jawaban-nya simple karena memang America sudah memiliki semua kartu truf itu sejak lama – hanya mereka selama ini terlalu baik sehingga hampir seluruh dunia lupa dan bahkan America-nya sendiri pun juga ikutan lupa… BAHWA INI ADALAH AMERICA BUNG!

Saya analogikan lebih sederhana lagi sebagai berikut:

America itu seperti seorang kaya di sebuah desa. Orang kaya ini selama ini membantu hampir seluruh penduduk desa.

Yang mau produksi tetapi tidak punya modal – orang kaya ini memberikan modal-nya. Yang mau produksi tetapi tidak tahu cara-nya – orang kaya ini mengajarkan bagaimana know-how-nya. Yang sudah produksi dan kemudian mau menjual hasil produksi-nya ke tetangga-nya, tetapi tetangga-nya tidak percaya, orang kaya ini memberikan jaminan-nya. Termasuk waktu tetangga-nya ini tidak punya uang untuk membeli hasil produksi tetangga-nya itu, orang kaya ini juga memberikan uang-nya.

Suatu hari orang kaya ini sadar – bahwa uang-nya lama2 akan habis – so orang kaya ini memutuskan untuk stop memberikan bantuan.

Penduduk desa ini – alih2 merasa berterima-kasih karena selama ini sudah dibantu – menjadi marah karena bantuan-nya diberhentikan.

Semua penduduk desa ini kemudian justru merespon dengan melakukan protes masal.

Dan semua kompak menuduh macam2 – termasuk tuduhan2 menggunakan guna2 istri muda.

Tetapi apa yang mau dicapai dengan protes ini – uang-nya itu sudah tidak ada. Mau protes dan marah sampai kepala meletus pun tidak berguna karena uang-nya sudah tidak ada.

Kita lanjutkan.

Ada satu hal yang menarik jika memperhatikan pengaruh elastisitas harga terhadap rumus tarif. Dengan menurun-nya export akibat tarif yang dikenakan America, deficit yang harus ditutup sebetulnya sudah mengecil juga, so dengan sendiri-nya penurunan tarif import juga ikut mengecil juga. Setelah tarif import diturunkan maka import dari America pun menjadi membesar – yang overall memperkecil lagi deficit yang harus ditutup – dan berimbas kepada tarif export yang bisa lebih kecil lagi – dan demikian seterus-nya.

( T_n_1 berubah menjadi T_n_2 yang lebih kecil yang kemudian berubah lagi menjadi T_n_3 yang lebih kecil lagi dan seterus-nya. )

Dengan kata lain, tebakan saya adalah begitu negosiasi selesai, tarif final baik untuk export maupun untuk import bisa jadi akan jauh lebih kecil daripada tarif awal yang dihitung dengan rumus tarif di atas ( rumus tarif T_n_1 ).

Dan jika demikian yang terjadi, dan juga apa guna-nya saling mentarif-kan jika mengecilkan tarif bisa membuat ekonomi tumbuh lebih baik – tetapi di saat yang bersamaan deficit juga mengecil – sehingga akhir-nya akan lebih baik jika tidak ada tarif sama sekali atau tarif yang sangat minimum. Jadi ada kemungkinan juga bahwa pada akhir-nya tarif final yang di-set berdasarkan keseimbangan trade ini akan membuat globalization bisa kembali berkembang.

Bagaimana jika seluruh negara di dunia ini somehow bisa bersatu dan retaliate dan memboikot America?? America menjadi negara yang ter-isolasi dan akhir-nya menyerah???

Hahaha – terus terang baru setelah saya menulis sampai sejauh ini ( itulah guna-nya menulis ) – saya akhirnya sadar sendiri juga bahwa hal ini hampir tidak mungkin terjadi.

Kenapa?? Karena siapapun yang masuk ke aliansi retaliation ini – pasti akan ada negara lain yang mengambil opportunity trade yang ditinggalkan.

Secara tebak2an cepat saja, kalau pun sampai hal ini terjadi, saya rasa paling tidak tetap akan ada setengah dunia yang akan comply dengan America.

Setengah-nya lagi yang meng-isolasi America akan membuang export-nya kemana? Most likely ke negara2 pengimport terbesar yang berada dalam isolasi tersebut – dan yang terbesar adalah siapa??? China.

China mempunyai problem apa?? Tarif import-nya terlalu besar. Jadi China harus apa?? Supaya aliansi tersebut bisa berfungsi – China dan minimal sebagian besar negara2 pengimpor terbesar itu harus mengurangi tarif import-nya. YANG ARTI-NYAAA??

Menurunkan tarif seperti yang dimohon2 oleh America. Then why go through all the troubles of fighting America in the first place 😂😂😂😂😂

Tidak perlu sekumpulan pemenang Nobel ekonomi untuk memahami bahwa saat ini posisi America adalah deficit. Tarif ini memindahkan uang dari negara2 yang selama ini trade-nya surplus ke America – sehingga jelas semua negara lain pasti lebih dirugikan.

Secara psikologis dan politik, pengenaan tarif secara sepihak oleh America ini tentu sangatlah menusuk hati.

Tetapi mau diputar2 seperti apapun, respon yang didasari dengan akal sehat, akan selalu berujung ke sini – karena yang diminta oleh America sebetul-nya adalah hal yang fair. Cara-nya mungkin kurang elegan – tetapi tetap tidak bisa dinaifkan fundamental dari request yang diminta ini – dan itu justru adalah kartu truf paling utama yang dipegang oleh America.

Dengan akhirnya diumumkan-nya tarif ini, China sendiri langsung memberikan respon terkeras dengan menambahkan tarif import sebesar 34% on top of all existing tariffs.

Mereka pasti paham game-nya dengan jelas dan juga posisi-nya America – disamping mereka juga salah satu holder USD kedua terbesar di dunia. Problem-nya USD in a way adalah merupakan concern mereka juga.

Dan karena paham, mereka tahu tidak boleh terlihat lemah dulu dalam negosiasi ini. Trump menerapkan tarif sepihak, maka mereka juga kalah-menang menggertak balik dulu, retaliate dulu secara sepihak juga. Ini bluffing saja – seperti hal-nya Trump juga bluffing bahwa tarif tidak bisa dinego ( hanya tidak bisa dinego dengan apapun yang tidak membantu menurunkan deficit-nya America ).

Angka-nya lucu juga kan – exactly sama 34%.

Atau bahkan jangan2 Xi dan Trump ini sebetulnya sedang berkomunikasi menggunakan kode2 morse saja???

Untuk yang berpandangan bahwa China bisa menjadi kartu truf untuk retaliate ke America – jangan lupa bahwa America pun akan berpikiran hal yang sama. Bukan kebetulan jika Trump menempatkan China sebagai negara terakhir yang akan ditemui-nya.

BACA: TRUMP MASIH MEMBUKA PINTU NEGOSIASI SEBESAR2-NYA UNTUK CHINA!

Dan apakah China sendiri tidak bisa berpikir seperti ini juga?? Jelas tidak, bukan. Jikalau kemudian America approach China dengan segala ke-charming-an-nya – kira2 siapakah yang akan lebih dirangkul oleh China – negara2 lain itu atau America?? Silahkan dijawab sendiri juga.

Tidak berlebihan jika Lee Hsien Loong memperingatkan bahwa cara2 America ini bisa menyebabkan kita memasuki babak baru international-trade dimana hukum rimba menjadi penentu-nya.

Tetapi seperti-nya bukan itu yang dimaui oleh Trump. Yang diminta adalah trade-balance – bukan trade-surplus. Tarif yang dilempar baru 50% dari tarif full atau tarif yang diperlukan untuk menutup deficit.

Dua hal tersebut menurut saya cukup untuk semakin meyakini bahwa Trump mau-nya cuan bersama – bukan hukum rimba. Xi juga mau-nya cuan. Dua2-nya mengerti bahwa international-trade yang tidak sehat akan merugikan semua orang.

Saya mempunyai keyakinan bahwa pada akhir-nya China pun juga akan follow. Tetapi kita tunggu dulu saja, apakah pertemuan Trump dan Xi akan bisa menghasilkan jalan tengah yang terbaik untuk semua-nya.

Happy new-day, everyone!

$IHSG

Read more...

1/6

testestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy