$BBCA $BBRI $BMRI $BRIS BBNI $ASII TLKM
MELIHAT MASA DEPAN: PERSIAPAN RALLY S/D AKHIR TAHUN MEMBUTUHKAN "2 KAKI"
Disclaimer: postingan ini akan sangat panjang sekali dan membosankan terutama. Jadi untuk yang tidak terlalu suka dengan analisa fundamental, makro ekonomi dan saham2 bluechips silahkan di-skip aja ya.
Membaca judul postingan di atas pasti akan men-trigger pertanyaan, "Apa dasarnya?" Kenapa membutuhkan 2 KAKI?
Waktu awal belajar saham, analisa pertama yang saya gunakan adalah analisa teknikal. Meskipun saya memutuskan tidak melanjutkan untuk menggunakannya dalam pengambilan keputusan, tapi ada beberapa teknik yang saya masih hafal dan ini bisa dijadikan acuan untuk momentum pergerakan. Kaki yang saya maksud di sini adalah grafik yang membentuk "higher low" atau titik terendah yang lebih tinggi atau sama dengan titik terendah sebelumnya atau lebih rendah tapi tidak terlalu jauh dari titik terendah sebelumnya.
Titik terendah pertama di tahun 2024 terjadi di kisaran awal s/d pertengahan Mei untuk saham perbankan, sedangkan untuk TLKM pada akhir April namun masih terus mengalami penurunan dengan akselrasi yang mulai menurun sedangkan ASII masih berada di kisaran titik terendah tsb karena "efek" ex date dan alasan lainnya.
Kaki pertama sudah mulai terlihat dan tinggal menunggu kaki kedua untuk pijakan melompat lebih tinggi. Semua rally yang pernah saya lihat selama ini normalnya harus memiliki (minimal 2 kaki. Ketika kaki kedua terkonfirmasi, Anda akan susah mengejar saham2 tsb di harga bawah.
Sekarang kita balik ke fundamental. Harus ada dasarnya kaki kedua terbentuk dengan sempurna yang diawali dengan inflow dari asing. Inflow skala besar ini harus didasari dengan fundamental yang kuat karena mereka masuk juga dengan dana yang besar.
Bukankah kualitas kredit perbankan terutama untuk mikro sedang dipertanyakan? Nanti kalo kena ke kredit korporat gimana? Bukankah likuiditas juga lagi seret? Udah ngecek masalah TLKM itu gara2 Starlink masuk dan biaya langganan yang lebih murah per pengguna? BYD akan bangun pabrik, emang ASII masih punya peluang?
Pada dasarnya emang ada outflow aja di saham2 di atas cuma justifikasinya aja yang sekarang kita dengar dan baca, sehingga kita berlarut2 dalam keadaan tsb. Outflow adalah hal yang wajar untuk investasi portfolio atau dikenal dengan "hot money". Mereka bisa masuk dan keluar kapan aja. Mereka keluar = saham hancur, mereka masuk = saham rally. Apakah mereka mau masuk lagi?
Sebelumnya di postingan MELIHAT MASA DEPAN saya menulis mengenai POTENSI DOLLAR DI BAWAH 16.000 di akhir April, ini linknya https://stockbit.com/post/14592385. Pada tulisan tsb fokusnya adalah inflasi yang "cooling down" dan "BI yang curi start duluan". Kita udah melihat efeknya di awal s/d pertengahan Mei ini. Inflow berangsur mulai masuk meskipun belum pulih.
Pada tulisan ini saya mau fokus pada beberapa poin lanjutan yang akan mendukung thesis saya di atas:
1. Bank Indonesia (BI) diantara 2 pilihan
2. Harga minyak cenderung "stabil"
3. Data inflasi yang "membaik" lagi, pemangkasan suku bunga akan segera dibahas kembali
BI DIANTARA 2 PILIHAN
Pada hari ini kita akan mendengar hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI mengenai keputusan kebijakan suku bunga. Pilihannya saat ini hanya ada 2, yaitu menahan atau menaikkan (lagi). Kondisi saat ini agak sedikit berbeda dibandingkan dengan bulan lalu. Tekanannya lebih "rendah" sehingga tidak ada urgency buat BI untuk menaikkan saat ini. Hanya saja, kalo BI berubah pikiran dan mau benar2 menjaga stabilitas rupiah, kenaikan 25 bps akan menjadi pertimbangan. Saat ini saya melihat probablitasnya 50:50 antara menahan atau menaikkan suku bunga acuan. Apa dampaknya?
Menahan = bergantung dengan keadaan global. Kalo data inflasi US membaik, artinya kebijakan ini benar sudah diputuskan, tapi kalo tidak artinya mereka harus mempertimbangkan kenaikan di rapat selanjutnya. Senjata "kenaikan suku bunga" disimpan.
Menaikkan = antisipasi gejolak keadaan global. Dengan "mencuri start" kedua kalinya, BI memastikan stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Hanya saja senjata ini bisa jadi tidak ampuh, ketika dibutuhkan nantinya. Pasar akan meminta "lebih" = tidak bagus di jangka panjang kalo gejolak terjadi lagi.
Jadi keputusan yang diambil ada plus minusnya pada saat ini. Buat saya menahan atau menaikkan sudah bagus asalkan tidak ada gejolak di panggung global. Pertanyaannya adalah potensi apa yang akan muncul sehingga membuat inflasi bisa naik signfikan? Kita bahas ke poin berikutnya.
HARGA MINYAK CENDERUNG "STABIL"
Saya mencoba untuk terus mengikut perkembangan di Timur Tengah karena saat ini memanasnya tensi di kawasan tsb sangat mungkin sekali mengeskalasi harga minyak secara signfikan. Pandangan saya pribadi, harga minyak harusnya stabil atau mungkin menurun dengan dasar di postingan ini https://stockbit.com/post/14439387 dimana ada 2 hal yaitu ekonomi Cina dan meredanya ketegangan di timur tengah. Ekonomi Cina belum sepenuhnya terlihat, tapi ketegangan di Timur Tengah justru beberapa kali meningkat, tapi ada "hal yang aneh". Ada 2 event yang saya catat beberapa waktu terakhir:
1. 19 April 2024 - Serangan Israel ke Iran (kota Isfahan)
2. 19 Mei 2024 - Jatuhnya helikopter yang ditumpangi Presiden Iran dan pejabat penting lainnya
Pada kejadian poin 1, harga minyak baik WTI dan Brent mendadak naik secara signifikan dalam hitungan menit di pagi hari. Keadaan mulai "mereda" menjelang siang, begerak stabil di sore ke malam hari. Setelah itu mengalami penurunan. Poin ke 2 juga sama tapi tidak ada kenaikan sesignikan seperti di poin 1. Justru harga mengalami penurunan di perdagangan sore ke malam hari. Memang ini bukan satu2nya faktor penggerak harga minyak, tapi kejadian penting seperti di atas ternyata tidak berhasil menaikkan harga komoditas tsb. Pertanyaan sederhananya adalah apakah kejadian di atas tidak terlalu penting? Atau ada faktor lain yang berpotensi menurunkan harga minyak ke depannya sehingga para "trader" tidak mau ambil posisi lebih agresif? Apakah mungkin US salah satu yang gak mau harga minyak saat ini naik dulu karena mereka mau pemilu?
Apapun itu setidaknya ini cukup menenangkan buat Indonesia. Kita salah satu negara net importir minyak lebih suka harga yang tidak terlalu tinggi dan stabil. Sederhananya imbasnya seperti ini, harga minyak stabil sesuai range APBN = tidak membahayakan APBN = apabila pemasukan negara tidak sesuai, tidak perlu menerbitkan Surat Utang lebih banyak = pasar keuangan lebih stabil = Indonesia menarik untuk investasi portfolio = inflow = rupiah menguat.
PERLU DATA INFLASI YANG "MEMBAIK" LAGI
Kenapa harus menunggu data inflasi yang membaik lagi? Gimana kalo nanti naik lagi? Hal sederhana yang saya lihat saat ini adalah US itu mau pemilu. Incumbent a.k.a Joe Biden nyapres lagi. Posisi antara Joe Biden (JB) dan Donald Trump (DT) berdasarkan poling gak terlalu jauh, bahkan di poling tertentu DT lebih dominan tipis. Ini link berita terbarunya https://cutt.ly/1etnZmWY. Perlu kebijakan populis untuk bisa menarik simpati masyarakat segera. Salah satu yang sangat mungkin adalah "pemangkasan suku bunga". Hal ini terdengar mustahil kalo lihat data inflasi yang mereda sedikit tapi masih di atas 3%an. Apalagi ada statement "Higher for Longer" dari The FED.
Apapun bisa terjadi. Awal tahun banyak pihak yang "semangat banget" bilang akan ada pemangkasan suku bunga 6-8x, karena data inflasi yang "susah turun" langsung berubah mungkin hanya 1x atau gak sama sekali. Padahal kalo dilihat secara seksama, inflasi yang naik dikit di bulan Januari - Maret itu sangat wajar sekali. Dari inflasi 8-9% terus turun ke angka 3%an, lalu naik nol koma sekian persen langsung merubah segalanya. Hanya butuh data inflasi yang membaik lagi dan statement dari The FED yang akan merubah segalanya. Mood akan berubah signfikan.
Apakah inflasi bisa "cooling down" lagi? Sangat mungkin sekali. Kita hanya tinggal menunggu waktu saja.
Kalo poin2 di atas terjadi seharusnya inflow yang masuk akan jauh lebih deras dari yang terjadi dari mulai bulan Oktober-November 2023 lalu. Saham2 bluechips yang sudah terkoreksi banyak akan menjadi pilihan "hot money" kembali dan sangat mungkin kita akan mengalami rally s/d akhir tahun (November) 2024 ini.
Semoga apa yang saya bahas bisa segera terjadi. Buat teman2 yang udah agak "mual" liat turbulensi beberapa bulan terakhir, bisa dijadikan pelajaran supaya nanti hasil investasinya bisa jauh lebih baik lagi.
馃檪