Membatalkan Keuntungan Besar

Selama hampir 8 tahun perjalanan saya dalam investasi saham, saya akui bahwa menemukan perusahaan berkualitas itu sulit, seperti menemukan jarum dalam teka-teki tumpukan jerami. Ada ribuan bisnis di luar sana yang listing di bursa, namun hanya sedikit yang betul-betul menyandang status perusahaan ‘berkualitas'. Apabila kita berhasil menemukannya lalu membeli sahamnya dengan harga yang wajar, maka dengan terus memilikinya selama kualitasnya masih bagus adalah cara yang cerdas. Meskipun dalam portofolio kita hanya berisi 3-5 saham, namun apabila kesemuanya itu memiliki atribut bisnis dan manajemen yang berkualitas, maka kita berpotensi memperoleh return di atas rata-rata. Nah, bagi Anda yang masih belum jelas tentang perusahaan berkualitas itu seperti apa, saya pernah jelaskan panjang lebar dalam artikel ini: https://stockbit.com/post/7778944

Anda mungkin pernah mendengar bahwa sebagian besar investor hebat di luar sana seperti Philip Fisher, Warren Buffett, Charlie Munger, Peter Lynch, Terry Smith, Joel Greenblatt, Mohnish Pabrai, Li Lu, Chuck Akre, Francois Rochon, Nick Sleep, Thomas Russo, dan masih banyak lagi, mereka mempunyai preferensi untuk membeli perusahaan yang berkualitas tinggi. Mereka tertarik untuk memiliki perusahaan yang bergerak dalam sektor yang cenderung stabil terhadap siklus ekonomi, yang proses bisnisnya sederhana, menghasilkan produk atau jasa yang consumable, memiliki competitive advantage, dan dikelola oleh manajemen yang superior. Dengan ciri-ciri tersebut, maka tak heran jika perusahaan berkualitas memiliki track record pertumbuhan kinerja yang stabil selama bertahun-tahun, dan prospek ke depan pun masih menjanjikan dengan ruang pertumbuhan yang masih besar. Dengan kata lain, perusahaan yang berkualitas itu tidak hanya mampu tumbuh cepat, tapi juga mampu tumbuh secara sustainable atau berlekanjutan selama mungkin.

Warren Buffett punya istilah khusus bagi perusahaan semacam ini, yaitu ‘wonderful company’. Sebagian ada juga yang menyebut mereka sebagai ‘compounder’. Pertanyaannya, kapan para investor hebat tersebut menjual saham compounder? Simak jawaban mereka dalam artikel ini: https://stockbit.com/post/3510712

Saya pernah melakukan kesalahan itu, yakni menjual saham compounder terlalu dini. Sebagaimana yang saya ceritakan dalam artikel bulan lalu, saya pernah menyesal menjual saham $ULTJ yang saya hold selama 3 tahun sejak Oktober 2015, dan $ARNA yang saya hold selama 8 bulan sejak Oktober 2018. Memang hasil penjualan keduanya memberikan capital gain masing-masing 20% dan 50%, dan saya cukup happy saat itu. Namun, jika saya masih hold keduanya hingga saat ini, maka floating gain dan dividend yield yang saya peroleh bisa lebih besar lagi. Saya membatalkan keuntungan yang lebih besar dengan menjual perusahaan berkualitas terlalu cepat.

Adapun alasan saya menjual saham ULTJ saat itu karena kecewa dengan pertumbuhan labanya yang melambat di tahun 2017 dan 2018. Di tahun berikutnya setelah saya jual atau di 2019, laba ULTJ malah tumbuh 48% YoY, dan terus tumbuh di tahun-tahun berikutnya. Kesalahan ini mengajarkan saya, bahwa terkadang bukanlah keputusan yang bijak menjual saham compounder hanya karena kinerja tahunannya mulai melambat apalagi itu sifatnya hanya temporer. Sebelumnya saya sudah melakukan riset secara mendalam saat memutuskan membeli saham ULTJ, dan saya yakin dengan prospeknya dalam jangka panjang. Namun, saat kinerjanya sedikit tersandung, saya malah mudah terbawa emosi.

Kesalahan serupa juga pernah dilakukan oleh Warren Buffett pada investasinya di Walt Disney, dan Peter Lynch pada investasinya di Home Depot dan Dunkin Donuts, dan mereka menganggap itu memang salah satu kesalahan terbesar seorang long-term investor. Tidak hanya mereka berdua, ada banyak lagi investor yang melakukan kesalahan dengan menjual bisnis yang berkualitas di harga tinggi untuk mengantisipasi pembelian kembali dengan harga lebih rendah. Masalahnya, momen untuk mendapatkan kembali kesempatan membeli compounder stock di harga yang murah atau wajar itu sulit. Biasanya, setelah kita jual, harga sahamnya malah kembali melanjutkan kenaikan. Pahit rasanya.

If we believe the business model is going to continue to compound our capital at high rates, and we recognise that number will go up and down for normal business experiences, we want to hang on to the business, because the really great ones are, A, too hard to find, and B, too hard to replace. Every now and again we fool around with taking a little bit of something off of the table because we think it’s gotten too rich. My sort of life experience is that if I sell a stock at 30 dollar because it’s too rich, and I set in my mind that I’m going to buy it back at 23, inevitably, it trades to 23 and an eighth, or 23 and one, or whatever it is. Oh yeah, whereas if it trades at 22.98 dollar, you know it trades 300 shares there, or something like that, and I never get it back. And then the next time I look, instead of being 30, it’s 300 dollar. And I messed it up." Chuck Akre

“The short-term investor is intensely focused on the present. But this focus puts one at extreme risk of missing out on the future. If a short-term manager’s best holding is 10% overvalued on a given day, he sells it. For good reason: it might underperform next quarter. But since the best companies deliver the nicest surprises over time, that business may never be undervalued again. In fact, the manager who loves to trade around his positions might be right more often than he’s wrong; but the ones he trims that never come back to him cause more damage than all the smallscale trading successes. If your performance is driven by home runs, why bunt?” David Poppe

Beruntung, saya mendapatkan kesempatan untuk membeli kembali ULTJ di tahun 2021 karena menawarkan valuasi yang menarik. Ya, meskipun harga yang saya bayarkan nominalnya lebih tinggi dibandingkan Oktober 2015, namun P/E yang saya bayarkan saat itu 15x, sedangkan di Oktober 2015 saya beli ULTJ dengan rasio P/E 28x. Dalam kurun waktu 2015 ke 2021, harga saham ULTJ sudah naik 50%, tetapi rasio P/E nya malah menurun. Fenomena ini disebabkan pertumbuhan EPS ULTJ tidak diimbangi dengan kenaikan harga sahamnya. Kenapa? Saya menilai saat itu banyak kekecawaan di kalangan pelaku pasar terhadap perusahaan ini sehingga mereka tidak menghargai dengan semestinya.

Secara psikologis, sulit rasanya untuk mau membeli kembali saham compounder di harga yang lebih tinggi dari harga jual kita sebelumnya. Bahkan Buffett mengakui bias ini berdampak pada dirinya. Simak pendapat beliau:

“It’s a little hard when you looked at something at X and it sells at 10X to buy it. It shouldn’t be, but I can just tell you psychologically it’s harder - if you looked at it in the first place and passed at X to buy at 10X.  It’s cost people a lot of money. It cost people in Berkshire. People saw it at a lower price and they say 'if it gets back there I’ll buy it,' but that’s a terrible way to think.”

“I think it’s usually a bad mistake to sell your interest in wonderful businesses. I don’t think people find them that often. And I think they get hung up, if they’ve sold them at X that they want to buy them back at 90 percent of X, or 85 percent of X, so they’ll never go back in at 105 percent of X. I think, on balance, if you are in a business that you understand and you think it’s a really outstanding business, that the presumption should be that you just hold it and don’t worry. And if it goes down 25 percent in price or 30 percent in price, if you have more money available, buy more. And if you don’t, you know, so what? Just look at the business and judge how it’s doing.”

Untuk menyoroti hal ini, dalam surat tahunannya pada tahun 1995, Buffett merujuk pada pengalamannya dengan saham Disney...

"One more bit of history: I first became interested in Disney in 1966, when its market valuation was less than $90 million, even though the company had earned around $21 million pre-tax in 1965 and was sitting with more cash than debt. At Disneyland, the $17 million Pirates of the Caribbean ride would soon open. Imagine my excitement - a company selling at only five times rides!" 

Terkesan dengan temuannya, Buffett Partnership membeli sejumlah besar saham Disney dengan harga USD31 sen (stock split adjusted) pada tahun 1966. Jika Anda melihat kembali hal ini, Anda mungkin berpikir ini adalah langkah yang luar biasa, mengingat harga saham disney saat ini adalah sekitar USD84 (270 baggers!). Namun dalam suratnya pada tahun 1995, Buffett mengakui bahwa dia telah 'membatalkan' keuntungan besar atas keputusan brilian pada pembelian saham disney, karena dia malah menjual sahamnya satu tahun kemudian atau di 1967 di harga USD48 sen dengan realisasi gain 50%. Mendapatkan keuntungan 50% dalam holding period selama satu tahun memang hasil yang hebat, dan ini juga pernah saya alami pada transaksi saya di saham ARNA sebelumnya. Akan tetapi….. ah sudahlah, saya tidak bisa membayangkan bagaimana kesalnya Buffett saat mengingat kembali kesalahan itu.

Kadang kita sudah merasa benar ketika menjual saham di saat ada bad news lalu harga saham terkoreksi setelahnya. Namun, jika tesis investasi kita tetap utuh dan prospek bisnis jangka panjang sebetulnya tidak berubah, mungkin yang terbaik untuk dilakukan adalah ‘do nothing’.

“Selling fine businesses on “scary” news is usually a bad decision.” Warren Buffett

Oh ya, ada lagi yang ingin saya sampaikan. perusahaan-perusahaan berkualitas bukan berarti harga saham mereka akan kebal terhadap koreksi pasar saham yang cukup besar, seperti saat terjadi krisis. Mr. Market tidak serta merta bisa membedakan antara bisnis yang baik dan buruk. Saat terjadi krisis dan kepanikan di mana-mana lalu indeks terkoreksi dalam, maka saham compounder juga akan ikut terkoreksi.

“When the market falls sharply, it doesn’t distinguish between the good girls and the bad girls.”  Peter Cundill

“Unfortunately, an emotionally inspired selling wave snowballs and carries with it the prices of all issues, even those that should be going up rather than down.” J Paul Getty

“I used to hold Berkshire stock as a proxy for cash and that was a mistake. During times of distress, everything will go down, including Berkshire.” Mohnish Pabrai

“In the crashes that follow most bubbles, enormous interim markdowns can befall good companies as well as bad, requiring sharp analysis to differentiate between them, and high conviction and an iron stomach to hold on.” Howard Marks

“You're deluding youself if you believe your stocks, however cheap they are, won't temporarily go down when Mr Market decides to correct." Charles de Vaulx

“For most people, the most dangerous self-delusion is that even a falling market will not affect their stocks, which they bought out of a canny understanding of value.” Leon Levy

Jangan biarkan koreksi pasar membuat Anda takut untuk memiliki bisnis yang hebat dalam jangka panjang. Ingat, harga yang tertera di papan sering kali mencerminkan emosi orang banyak, bukan nilai sebenarnya yang mendasari bisnis tersebut.

“When the price of a stock can be influenced by a ‘herd’ on Wall Street with prices set at the margin by the most emotional person, or the greediest person, or the most depressed person, it is hard to argue that the market always prices rationally. In fact market prices are frequently nonsensical.” Warren Buffett

Banyak investment masters mengadopsi pola pikir sebagai ‘business owner’, bukan sebagai pedagang di pasar saham. Hal ini untuk membantu menghadapi kebisingan fluktuasi pasar saham.

"In our view, what makes sense in business also makes sense in stocks: An investor should ordinarily hold onto a small piece of an outstanding business with the same tenacity that an owner would exhibit if he owned all of that business." Warren Buffett

Saudara-saudara, Anda harus memastikan bahwa Anda dapat bertahan dari fluktuasi jangka pendek untuk mencapai keuntungan jangka panjang yang tinggi. Hal ini membutuhkan kesabaran dan pemahaman yang kuat tentang bisnis yang mendasarinya agar conviction Anda semakin kuat. Seperti saran Charlie Munger, jika Anda tidak ingin mengalami penurunan harga saham sebesar 50%, Anda mungkin tidak seharusnya berada di pasar saham.

"This is the third time that Warren and I have seen our holdings in Berkshire Hathaway go down, top tick to bottom tick, by 50%. I think it's in the nature of long term shareholding of the normal vicissitudes, in worldly outcomes, and in markets that the long-term holder has his quoted value of his stocks go down by say 50%. In fact, you can argue that if you're not willing to react with equanimity to a market price decline of 50% two or three times a century you're not fit to be a common shareholder, and you deserve the mediocre result you're going to get compared to the people who do have the temperament, who can be more philosophical about these market fluctuations." Charlie Munger

Saat terjadi kepanikan pasar dan indeks harga saham terkoreksi secara besar-besaran, maka di sana ada peluang berharga untuk membeli saham perusahaan berkualitas tinggi di harga yang menarik. Dengan atribut kualitas yang dimiliki, kinerja perusahaan compounder cenderung lebih kebal terhadap krisis dan bisa pulih lebih cepat begitu juga harga sahamnya saat kondisinya mulai membaik. Coba pelajari pemulihan yang terjadi pada saham-saham seperti $ACES $MYOR $ICBP. Pastikan Anda tidak ketinggalan momen seperti ini.

"From 1932 to nearly the present, the studies confirm that when bad things happen to good companies, they recover - and usually quite nicely in a reasonable amount of time." Chris Browne

"At the end of the day, in order to build wealth, there is a simple approach which we have followed for 17 years at Giverny Capital: investing for the long term in high-quality companies purchased at attractive valuations—investing in companies that will survive the crises of our civilization and the short-term irrationally of our economic system." Francois Rochon

"People don't believe business quality is a hedge, but if your valuation discipline holds and you get the quality of the business right, you can take a 50 year flood, which is what 2008 was, and live to take advantage of it." Jeffrey Ubben

"We think a rigorous discipline of buying quality companies, when priced right and run by honest, intelligent management teams, offers the best defence against challenging macro conditions." Allan Mecham

“It was our companies that protected us [in the downturns]. It was not because we were clever at buying and selling stocks during the day time.” Chuck Akre

Sekali lagi, salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan oleh long-term investor adalah menjual perusahaan hebat terlalu cepat dengan alasan fluktuasi kinerja dalam jangka pendek. Di sisi yang lain, berani membeli saham perusahaan hebat yang harganya sudah terkoreksi dalam akibat beberapa faktor seperti krisis, koreksi indeks, penurunan kinerja temporer, dan bad news, adalah sebuah keputusan yang cerdas. Percayalah, jika Anda yakin bahwa Anda sudah membeli perusahaan berkualitas di harga yang wajar, maka dalam kondisi apapun Anda akan baik-baik saja selama kualitas perusahaan juga masih baik. Biarkanlah ia tumbuh dan berbuah banyak.

Semoga bermanfaat, jangan lupa bahagia dan selalu bersyukur.

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy