indikator notasi khusus
Perusahaan memiliki Notasi Khusus
X

194

0.00

(0.00%)

Today

0

Volume

Company Background

PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) merupakan anggota Gunung Steel Group, salah satu perusahaan baja swasta terbesar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1970 di Medan, Sumatera Utara, perusahaan kami memulai bisnis dengan memproduksi baja panas, secara bertahap memproduksi balok dan lembaran baja. Pada tahun 1991, PT Gunung Naga Mas berganti nama menjadi PT Gunung Raja Paksi. GRP berlokasi di Cikarang Barat, Provinsi Jawa Barat, Indonesia, seluas lebih dari 200 hektar. Dengan lebih dari 50 tahun pengalaman di industri baja, kami memproduksi 2.200.000 ton baja berkualitas tinggi setiap tahun yang disertifikasi oleh organisasi sertifik... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ACRO $KKGI $GGRP
(sory cuma bisa 3 tag)
*****************************
https://cutt.ly/wrnXsK1H
_________________________
Semoga Tambah Solid 🤲🤝 ☕

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

wahh .. ada apa ini $GGRP bos² pada masuk ? apa mau pindah ke kutub utara ? 😂

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@AkmalRamdan bukan. penyetoran pajak dilakukan secara mandiri om.

$GGRP $GWSA $SMDR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Tarif Baja AS Naik, Peluang Ekspor Baja RI Melebar

Tarif impor baja AS naik hingga 50%. Industri RI justru melihat peluang baru!

🔩 Produsen baja bidik pasar non-AS
🌍 Krakatau Steel ( $KRAS )perluas ekspor ke Asia & Afrika
🚗 Fokus ke baja otomotif & premium tahan fluktuasi
🇮🇩 Inalum tetap stabil, ekspor utama ke Jepang & Eropa
⚖️ $GGRP minta regulasi lindungi pasar lokal
📉 Kebutuhan baja domestik tumbuh, produksi belum cukup

Baca lengkap: https://cutt.ly/KrnORe3o

$GGRP

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP 03 Jun 25
Shareholder : Chairuddin
Type : Local
Bought : +403,653,035 (+3.33%)
Current : 2,427,345,035 (20.04%)
Previous : 2,023,692,000 (16.71%)

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP 03 Jun 25
Shareholder : Fihahati Taniwan
Type : Local
Bought : +168,188,736 (+1.38%)
Current : 1,088,048,736 (8.98%)
Previous : 919,860,000 (7.6%)

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP 03 Jun 25
Shareholder : Apollo Visintama Putra
Type : Local
Bought : +504,566,207 (+4.16%)
Current : 2,850,189,207 (23.53%)
Previous : 2,345,623,000 (19.37%)

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP saya tampung harga 150

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@Hoki11 nanggung bang, sekalian nunggu di 50 aja $GGRP nya 😆😂🤣

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@Hoki11 anak emas yang dijual $GGRP

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@ajirahmanto Terima Pasar nego harga 125 $GGRP 😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP Alhamdulillah, berarti mark down lagi dong 😆 😂 🤣

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

➖ Kalau dengan Jepang sepertinya lebih baik progres negosiasinya.

Trump mengumumkan rencana kerja sama United States Steel dan Nippon Steel.

$GDST $KRAS $GGRP

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@JUSANDI1 masa iya dapat baja ringan 😂🤣

@Hoki11 iya bro, pengen datang sih. Cuma setelah baca-baca RUPST tahun lalu, sepertinya $GGRP terkenal dengan julukan emiten 'pelit' ya bro. Jadi bikin ga semangat datang RUPST 😆

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Wahai para suhu, guru, sepuh di saham $GGRP, mau tanya nih.

Biasanya kalau RUPST $GGRP, souvenir nya dapat apa ya ?.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@Hoki11 eh nemu suhu $GGRP disini 😁

$BBRI $BMRI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP Perusahaan Baja, tapi gerak geriknya macam perusahaan startup aja ... dan belakangan sepertinya banyak promosi di CNBC, sering nongol di forum2 dll ...

what do you thinK?

https://cutt.ly/trxPzpuq

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP , Sudah 2 Minggu sejak laporan ini muncul 😃
Belum release jg ...

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP masih menunggu kabar baik dari LK Q1 2025

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GGRP di sini ada yang BU kah? Saya kok rada iseng ya, pengen ngerasain pegang saham non-liquid ini 😀 DM aja kalau ada yang mau lepas barangnya, tapi jangan terlalu banyak juga ya.

PS: saya juga blm pernah pengalaman trx nego, jadi kalau deal harga kita sama-sama konsul CS sekuritas untuk prosesnya.

$IHSG – Prinsip #2 : Going Concern – Membedah Keberlanjutan Bisnis dari Dua Sisi: Laporan Keuangan dan Mindset Investor”

Pendekatan Pertama: Teori Laporan Keuangan
Memahami Pilar Dasar Laporan Keuangan dan Kritis Menilai Masa Depan Perusahaan

Dalam ilmu akuntansi, prinsip going concern menyatakan bahwa laporan keuangan disusun dengan asumsi entitas akan melanjutkan usahanya di masa mendatang, dan tidak berniat maupun tidak dalam keharusan untuk melikuidasi atau menghentikan operasi dalam waktu dekat.

Jika entitas tidak dianggap mampu bertahan, maka cara penyajian laporan keuangannya harus diubah secara radikal (misalnya dengan pendekatan likuidasi), karena nilai aset dan kewajiban akan sangat berbeda jika perusahaan tidak lagi going concern.

Di Indonesia penerapan prinsip Going Concern diatur dalam:
PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan, paragraf 25–26:
“Laporan keuangan disusun atas dasar kelangsungan usaha kecuali manajemen bermaksud untuk melikuidasi entitas atau menghentikan operasi, atau tidak memiliki alternatif realistis lain selain melakukannya.”

Juga terdapat penekanan pada PSAK 8, jika terdapat ketidakpastian material terhadap kelangsungan usaha, hal itu harus diungkapkan secara jelas dalam catatan atas laporan keuangan.

-------------------------
Dua perspektif yang Bertolak Belakang dalam menerapkan Going Concern

1. Pihak Pembuat Laporan Keuangan (Perusahaan)
• Perusahaan dan akuntan secara default akan mengasumsikan going concern, sebagai dasar menyusun laporan keuangan tahunan.
• Artinya, mereka punya keyakinan bahwa perusahaan akan bisa membayar utang, melanjutkan operasional, dan tidak perlu melikuidasi asetnya dalam waktu dekat.
• Namun ini juga bisa menjadi blind spot, terutama jika keyakinan itu tidak didukung analisis risiko secara objektif.

VERSUS

2. Pihak Pengguna Laporan (Investor)
• Investor tidak boleh serta-merta percaya bahwa karena laporan keuangan menggunakan asumsi going concern, maka perusahaan benar-benar aman.
• Investor justru harus kritis dan skeptis, menilai apakah going concern itu layak dipercaya.
• Misalnya: Apakah arus kas cukup? Apakah ada utang besar jatuh tempo? Apakah bisnis inti mulai ditinggalkan?

Di sinilah pentingnya sikap analitis dan kehati-hatian investor, jangan hanya percaya pada angka, tapi juga memahami konteks dan tanda-tanda krisis.

------------------------------
Peran Penting Auditor: Penjaga Alarm Going Concern

Jika auditor melihat ada keraguan signifikan terhadap kelangsungan usaha, maka mereka wajib memberikan modifikasi opini audit, misalnya:
• "Emphasis of matter – Going concern uncertainty"
• Bahkan bisa jadi opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) jika perusahaan tidak mengungkapkan ketidakpastian dengan memadai.

Contoh penyebab keraguan auditor:
• Ekuitas negatif
• Arus kas operasional minus terus-menerus
• Kewajiban jangka pendek melebihi aset lancar
• Tuntutan hukum signifikan
• Gagal bayar utang obligasi

----------------------------
Indikator Going Concern dalam Laporan Keuangan

Berikut indikator utama yang investor harus cermati:
1. Defisiensi Modal
Ekuitas negatif = sinyal keras bahwa perusahaan berada dalam kondisi tidak sehat secara struktural.
2. Negatif Operating Cash Flow
Jika perusahaan tidak menghasilkan arus kas dari operasi secara konsisten, maka keberlanjutan dipertanyakan.
3. Rasio Utang vs Likuiditas
Rasio utang tinggi dengan aset likuid rendah = tanda ancaman gagal bayar.
4. Penurunan Penjualan dan Laba Bertahun-Tahun
Tren penurunan bisa mengarah pada kelumpuhan bisnis utama.
5. Kewajiban Jatuh Tempo Melebihi Kas yang Dimiliki
6. Keterlambatan Audit atau Laporan Keuangan
Sering kali menjadi sinyal kesulitan manajemen dan potensi krisis keuangan.

-------------------------------
Corporate Action yang Menunjukkan Masalah Going Concern

Beberapa tindakan korporasi bisa menjadi sinyal bahaya bagi investor:
1. PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang)
Tanda bahwa perusahaan kesulitan membayar kewajiban jangka pendeknya.
2. Penjualan Aset atau Anak Usaha Inti
Bisa berarti manajemen sedang mencari dana darurat.
3. PHK Massal, Tutup Cabang, atau Restrukturisasi Besar-besaran
Indikasi bahwa perusahaan sedang berhemat besar karena tekanan keuangan.
4. Penolakan KPR, Kredit Bank, atau Rating Obligasi Turun

--------------------------------
Alat Analisis Daya Tahan (Going Concern Tools)

Investor bisa menggunakan beberapa metode berikut:
1. Altman Z-Score
Digunakan untuk menilai kemungkinan kebangkrutan.
Skor < 1,8 = zona bahaya (distress), 1,8–3,0 = zona abu-abu, >3 = aman.

2. Interest Coverage Ratio (ICR)
Mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga dari laba operasional. ICR < 1 = sinyal bahaya.

3. Credit Rating Agencies
Menyediakan peringkat obligasi — jika turun ke “junk” status, going concern mulai diragukan.

4. EBITDA to Debt Ratio, Cash Ratio, dan Working Capital
Untuk mengukur likuiditas dan solvabilitas jangka pendek.

------------------------------------
Studi Kasus: Menelisik Going Concern di Emiten yang Tampak “Baik-Baik Saja”

Dalam studi kasus ini, saya tidak menggunakan emiten yang secara kasat mata memang sudah menunjukkan indikasi gangguan terhadap prinsip going concern—seperti ekuitas yang negatif, kerugian berulang dari tahun ke tahun, tumpukan utang yang membengkak, arus kas operasional yang tidak lagi mampu membayar kewajiban, berada dalam proses PKPU, nyaris delisting, atau jika dihitung menggunakan Altman Z-Score sudah masuk zona merah alias mendekati kebangkrutan.

Sebaliknya, saya justru memilih emiten yang secara permukaan terlihat masih sehat — laporan keuangannya masih positif, tidak dalam tekanan akut, dan belum memberikan sinyal-sinyal going concern yang ekstrem.

Namun justru di sinilah menariknya. Meski tidak tampak bermasalah secara terang-terangan, beberapa faktor tetap menimbulkan keraguan tersembunyi terhadap keberlanjutan bisnis di masa depan. Ini mengajak kita sebagai investor untuk lebih tajam, tidak hanya membaca angka, tetapi juga memahami arah strategis dan konteks bisnis secara menyeluruh.

$DMAS: Luas Tanah Menipis, Apakah Cuan Juga Menipis?

Sebelumnya saya telah membahas isu going concern atas DMAS di sini: https://stockbit.com/post/18495324. Dengan pendekatan regresi statistik sederhana, saya menyimpulkan bahwa cadangan lahan DMAS secara teoritis akan habis pada tahun 2031 — artinya hanya tersisa sekitar 6 tahun lagi sebelum seluruh persediaan tanah terjual.

Faktanya, luas persediaan tanah DMAS memang terus menurun. Perusahaan cukup konsisten menjual tanah, tetapi belum terlihat agresif dalam mengakuisisi lahan baru. Maka muncul pertanyaan krusial: Apa yang akan terjadi jika seluruh lahan habis? Apakah model bisnis DMAS masih berkelanjutan?
Menariknya, meskipun lahan makin terbatas, DMAS tetap membukukan laba yang sehat berkat kenaikan harga tanah per meter persegi. Data berikut menunjukkan bahwa dari tahun 2019 hingga 2025, nilai tanah per meter terus meningkat secara signifikan — menandakan bahwa profitabilitas per unit tetap terjaga bahkan ketika volume menyusut.
(lihat tabel gambar dibawah)

Sebelum lahan benar-benar habis, DMAS kemungkinan akan terus meningkatkan pembagian dividen demi menjaga daya tarik bagi investor. Selama perusahaan mampu mengelola keterbatasan lahan dan tetap menjaga profitabilitas, DMAS masih dapat menjadi pilihan investasi jangka panjang yang menarik.

Namun tetap penting untuk memantau strategi jangka panjang perusahaan ini. Jika DMAS mampu beradaptasi — entah dengan diversifikasi, akuisisi lahan baru, atau optimalisasi harga jual — potensi pertumbuhan tetap terbuka.

---------------------------------------------------
$GGRP – Jual Anak Usaha: Ancaman atau Peluang Going Concern?

Apakah penjualan anak usaha PT Nusantara Baja Profil (NBP) oleh GGRP berdampak terhadap going concern perusahaan?

Mari kita mulai dari analisis kuantitatif berdasarkan laporan keuangan tahunan 2023 (sebelum dan sesudah restatement) serta laporan keuangan kuartal II tahun 2024.

Dampak Keuangan dari Penjualan NBP
• Tahun 2023 (sebelum restated):
Laba bersih tercatat sebesar USD 37,8 juta, dengan kondisi NBP masih terkonsolidasi.
• Tahun 2023 (setelah restated):
Setelah penjualan NBP pada Mei 2024, laba bersih dihitung ulang hanya sebesar USD 10,9 juta dari operasi yang dilanjutkan.
Artinya, tanpa NBP, laba bersih menyusut USD 27 juta, atau sekitar 71%.

• Tahun 2024 (laporan keuangan Q2):
- Laba bersih dari operasi yang dilanjutkan: USD 18,3 juta
- Laba bersih dari operasi yang dihentikan (NBP): USD 9,5 juta
Artinya, jika NBP masih dimiliki, laba bersih total akan menjadi USD 27,8 juta, sehingga penurunan laba bersih akibat divestasi mencapai 34%.

Dari perbandingan tersebut, terlihat jelas bahwa penjualan NBP berdampak signifikan terhadap profitabilitas jangka pendek — dengan penurunan laba bersih sebesar 71% pada 2023 dan 34% pada paruh pertama 2024.

Pertanyaan Besarnya: Apakah Going Concern GGRP Terganggu?

Untuk menjawabnya, kita perlu memahami alasan strategis di balik divestasi NBP, berdasarkan pernyataan resmi manajemen:
1. Fokus pada Bisnis Baja Lembaran
GGRP mengalihkan fokus ke produksi baja lembaran — segmen dengan potensi pertumbuhan dan margin keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan baja struktural.
2. Penguatan Struktur Keuangan
Penjualan NBP memberikan tambahan likuiditas yang akan digunakan untuk investasi di teknologi baja rendah emisi dan peningkatan efisiensi energi.
3. Kemitraan dengan Investor Strategis
Dengan menggandeng investor internasional, GGRP berharap memperluas jaringan distribusi dan memperkuat daya saing global melalui kolaborasi produksi.
4. Transformasi Ramah Lingkungan
GGRP menargetkan menjadi salah satu produsen baja dengan emisi karbon terendah di wilayahnya, sejalan dengan agenda transisi energi dan keberlanjutan.

Penjualan NBP diharapkan menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi jangka panjang GGRP di industri baja nasional dan regional — terutama dengan orientasi keberlanjutan dan efisiensi operasional.
Namun, Apakah Alasan Ini Bisa Langsung Dipercaya?

Meskipun penjelasan manajemen tampak masuk akal secara strategi, realitasnya saat ini kita belum bisa menilai sepenuhnya apakah penjualan NBP membawa dampak positif atau negatif terhadap keberlanjutan bisnis GGRP. Ini karena laporan keuangan kuartal I 2025 belum tersedia, dengan alasan masih dalam proses audit.

Kabar Baiknya
Pada Juni 2024, GGRP berhasil menggandeng International Finance Corporation (IFC) sebagai mitra strategis dan memperoleh fasilitas kredit. Ini menjadi sinyal positif atas kepercayaan investor institusional terhadap arah transformasi GGRP — dan saya telah membahasnya lebih lanjut di postingan berikut: https://stockbit.com/post/18498056

----------------------------------------
Penutup: Going Concern — Bukan Sekadar Asumsi, Tapi Sinyal Investasi

Prinsip going concern memang merupakan salah satu pilar utama dalam penyusunan laporan keuangan. Namun bagi investor, ia bukan sekadar asumsi teknis — melainkan alarm awal, sinyal penting, sekaligus ajakan untuk berpikir kritis.

Seorang investor yang bijak tidak serta-merta mengandalkan laporan keuangan sebagai kebenaran absolut. Sebaliknya, ia akan menjadikannya sebagai titik awal untuk menyelami kondisi nyata perusahaan.
Investor yang tangguh akan:
• Membaca laporan keuangan sebagai awal investigasi, bukan akhir dari pencarian kebenaran.
• Mengamati tindakan manajemen, arah strategi, dan sinyal pasar, bukan hanya terpaku pada angka laba.
• Mempertimbangkan keberlanjutan bisnis di masa depan, bukan sekadar performa historis.

Dengan memahami prinsip going concern secara menyeluruh, kamu tidak hanya menjadi pembaca laporan yang lebih kritis — tapi juga investor yang rasional, tangguh, dan siap menghadapi realitas bisnis yang dinamis.
Ingatlah: Going concern bukan jaminan perusahaan akan selamat, tapi ajakan agar investor tidak lalai.

------------------------------------------------------------
Pendekatan Kedua: Mindset Investor Going Concern

Menjadi Pribadi Investor yang Sehat, Tangguh, dan Berkelanjutan

Prinsip going concern dalam akuntansi menyatakan bahwa sebuah entitas diasumsikan akan terus beroperasi dalam jangka panjang. Tapi makna prinsip ini tidak berhenti di laporan keuangan — ia bisa menjadi cermin bagi cara kita berinvestasi, bahkan cara kita menjalani hidup.

Seorang investor bukan hanya perlu menilai apakah suatu perusahaan layak bertahan, tapi juga perlu memastikan bahwa dirinya sendiri bisa "BERTAHAN SEBAGAI INVESTOR". Artinya, Going concern bukan hanya soal menganalisis perusahaan — tapi juga soal membangun ketangguhan pribadi.

Investor dengan mindset going concern akan berpedoman pada hal-hal berikut;
1. Investasi adalah Maraton, Bukan Sprint
Investor yang berpegang pada prinsip going concern tidak terjebak pada kegelisahan harian pasar. Ia tahu bahwa:
• Pasar naik-turun adalah bagian dari perjalanan.
• Portofolio butuh waktu untuk bertumbuh sehat, bukan diburu untuk cuan cepat.
• Ia menyiapkan mental seperti pelari jarak jauh: fokus pada stamina, bukan kecepatan.

Pedoman #1 “Aku nggak harus kaya dari satu saham atau satu tahun. Yang penting, portofolioku masih hidup, berkembang, dan nggak bikin aku stres berat.”

2. Siapkan Sistem, Bukan Spekulasi
Prinsip going concern berarti punya sistem keuangan yang berkelanjutan dan stabil. Investor sehat:
• Selalu sisihkan dana darurat sebelum berinvestasi.
• Tidak memakai uang kebutuhan pokok atau uang panas untuk beli saham.
• Punya strategi alokasi aset yang realistis dan tahan banting.

Pedoman #2 “Kalau hari ini sahamku merah, hidupku nggak ikut merah. Karena aku nggak bergantung pada hasil investasi untuk kebutuhan sehari-hari.”

3. Tahu Kapan Menepi, Bukan Menyerah
Investor yang berprinsip going concern tahu bahwa bukan berarti selalu "maju terus". Justru:
• Ia tahu kapan istirahat, mengevaluasi, atau bahkan berhenti sejenak untuk merenung.
• Ia tidak kehilangan arah hanya karena satu keputusan buruk.

Pedoman #3 “Aku bukan gagal karena pernah rugi, aku gagal kalau aku berhenti belajar. Going concern itu soal bertahan — bukan soal menang setiap waktu.”

4. Belajar Terus, Bukan Kejar Untung Terus
Going concern artinya punya mindset bertumbuh, bukan buru-buru jadi ahli. Investor yang sehat:
• Rajin evaluasi, refleksi, dan memperbaiki kesalahan.
• Tidak malu mengakui kekeliruan — justru menjadikannya bahan bakar untuk upgrade pola pikir.

Pedoman #4 “Aku bukan investor yang sempurna. Tapi hari ini aku lebih bijak dari kemarin. Dan itu cukup.”

5. Jangan Serap Semua Suara, Tapi Bangun Suara Sendiri
Investor going concern tidak hidup dari noise. Ia membangun keputusan berdasarkan prinsip dan pemahaman pribadi, bukan ikut-ikutan:
• Tidak terombang-ambing berita viral.
• Tahu kapan menyimak dan kapan menutup telinga.
• Percaya pada proses, bukan sensasi.

Pedoman #5 “Bukan tugas aku untuk selalu benar di pasar. Tugasku adalah jadi versi terbaik dari investor yang aku mau jadi.”

---------------------------------------------
Penutup:
Menjadi Investor yang “Going Concern” Adalah Pilihan Hidup

Prinsip ini bukan cuma soal investasi, tapi soal bagaimana kamu hidup sebagai pribadi yang tahan banting dan punya arah.

Investor going concern akan:
• Tetap tenang ketika volatilitas datang.
• Konsisten meski hasil belum maksimal.
• Disiplin membangun pondasi, bukan mengejar sensasi.
Karena menjadi investor sejati bukan tentang mencari jalan tercepat ke puncak. Tapi tentang bagaimana tetap berjalan — bahkan saat kabut menutupi arah.

-----------------------------------------------------------
Di seri berikutnya, kita akan bahas prinsip ketiga: Biaya Historis, dan bagaimana ia mengajarkan kita pentingnya menilai sesuatu berdasarkan dasar yang kuat, bukan ekspektasi semu.

Stay tuned — dan semoga kamu makin percaya diri jadi investor saham!

Read more...

$GGRP malah longsor dan suspend, knp ya?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$IHSG – International Finance Corporation (IFC)

$MDLA – Emiten ini baru saja melantai di Bursa melalui penawaran umum perdana (IPO) dan langsung menarik perhatian luar biasa dari investor retail maupun institusi, dengan total partisipan mencapai 57.358 investor.

Yang menarik, institusi internasional, yaitu International Finance Corporation (IFC) masuk sebagai pembeli strategis dengan mengakumulasi 10,5 juta lot saham, setara 7,49% kepemilikan.

$GGRP – Pada September 2024, GGRP mengumumkan masuknya investasi dari IFC dalam bentuk fasilitas kredit sebesar $60 juta. Dana ini digunakan untuk mendukung transisi perusahaan menuju produksi baja rendah karbon melalui modernisasi tungku busur listrik (EAF).

Langkah strategis ini akan meningkatkan efisiensi energi dan memungkinkan GGRP memenuhi regulasi emisi global, seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) dari Uni Eropa.

Tentang IFC
International Finance Corporation (IFC) adalah lembaga keuangan internasional terkemuka dan bagian dari World Bank Group. Setiap keputusan investasinya melewati proses seleksi dan uji tuntas (due diligence) yang sangat ketat dan komprehensif.

Masuknya IFC ke dalam suatu perusahaan menjadi sinyal kuat bahwa perusahaan tersebut:
✅ Memiliki prospek bisnis yang solid dan berkontribusi pada pembangunan nasional.
✅ Menerapkan Good Corporate Governance (GCG): transparansi, manajemen risiko, kepatuhan hukum.
✅ Memenuhi standar lingkungan dan sosial internasional.
✅ Sehat secara finansial dan dikelola oleh tim manajemen yang kompeten.

Namun demikian, perlu diingat: tidak ada investasi yang bebas risiko.

Happy investing!

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Edisi menghabiskan jatah comment harian.

Alhamdulillah free float $GGRP sudah bertambah. Tinggal sedikit lagi nih, supaya bebas dari suspend 😁

Otw ke 500 ✍🏻

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Yok ... kurang 0,9% lagi yok $GGRP biar cukup Free Float 👏

2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy