Volume
Avg volume
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan, pemasaran dan distribusi barang konsumen yang laku keras (FMCG). Kegiatan bisnis utama Perusahaan terbagi ke dalam dua segmen operasi: Kebutuhan Rumah Tangga dan Perawatan Tubuh yang meliputi produk kosmetik, dan juga produk-produk pembersih rumah tangga dan tubuh seperti deterjen, sabun, sampo, obat gigi, deodoran, dan Makanan dan Minuman, yang meliputi produk-produk makanan dan minuman, seperti es krim, kantong teh, kecap, minuman sari buah, bumbu-bumbu masak dan margarin. Sebagian dari merek utama untuk produk kebutuhan rumah tangga dan perawatan tu... Read More
@InvestorfromPky kenapa ambil contoh $UNVR gan? value investing nggak mungkin beli $UNVR karena valuasinya mahal.
$CMRY saham yg tahan banting apapun kondisinya. sprtnya ownernya care dengan harga sahamnya beda dg $UNVR $AVIA๐๐คฃ
Hayolohh Hit Lagi Prediksi Saya $INCO
Selamat buat yang Follow dan Baca ๐
Brace yourself $UNVR $GGRM menyusul
HUJAN EMAS
Bagi INVESTOR yang suka diberi ANGIN SURGA berupa HUJAN EMAS.
2020 : $UNVR harga saham mulai turun hujan emas!
2021 : UNVR harga saham makin turun hujan emas berkat berlimpah!
2022 : UNVR harga saham turun drastis hujan emas,hujan emas,hujan emas!
2023 : UNVR harga saham makin hancur hujan emas semakin lebat!
2024 : $UNVR harga saham turun bagai meteor hujan emas tanpa henti!
2025 : $UNVR harga saham hancur lebur turun lebih dari 80% .
๐คฌ๐๐ฟ๐โ ๏ธ๐ฉ๐คก๐น
Percayalah, cerita yang sama berulang pada saham BANK SEJUTA UMAT.
Trump dan Keinginan Menurunkan Suku Bunga: Strategi Bisnis atau Ancaman Ekonomi?
Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat yang juga dikenal sebagai pengusaha kawakan, memiliki kecenderungan kuat untuk menekan bank sentral agar menurunkan suku bunga. Ini bukan tanpa alasan. Suku bunga rendah memberikan stimulus ekonomi dengan membuat biaya pinjaman lebih murah, yang biasanya mendorong konsumsi dan investasi. Namun dalam konteks Trump, banyak analis beranggapan bahwa keinginannya itu tidak murni demi kepentingan rakyat. Alih-alih, ada anggapan bahwa Trump ingin menciptakan lingkungan bunga murah yang sangat menguntungkan bagi mereka yang berorientasi pada utang besarโseperti dirinya sendiri yang dikenal memiliki bisnis berbasis leverage alias pembiayaan utang. Ketika suku bunga turun, biaya bunga pun menurun, sehingga lebih mudah bagi pelaku bisnis untuk memperluas usahanya tanpa harus menanggung beban pembayaran yang tinggi.
Namun ada strategi yang lebih berisiko yang digunakan Trump untuk memengaruhi arah kebijakan suku bunga: perang dagang dan tarif. Dengan mengenakan tarif tinggi terhadap produk impor, terutama dari China, Trump sebenarnya sedang menekan stabilitas ekonomi global sekaligus domestik. Tarif membuat biaya produksi naik dan harga barang ikut meningkat, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan. Anehnya, kondisi ini bisa digunakan sebagai alasan bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga karena pertumbuhan melambat. Di sini muncul teori kontroversial bahwa Trump sengaja menciptakan ketidakpastian dan perlambatan ekonomi sebagai alat tekan agar bank sentral mengambil langkah pelonggaran moneter. Jika benar demikian, maka strategi ini sangat berisiko dan mengorbankan kestabilan jangka panjang demi keuntungan politik atau bisnis jangka pendek.
Dari kacamata seorang pembisnis, Trump tentu paham bahwa bunga rendah menciptakan likuiditas tinggi di pasar. Hal ini bisa meningkatkan harga aset, termasuk saham dan properti, yang notabene menjadi sumber kekayaan utama kalangan elit. Dengan menurunkan suku bunga, Trump secara tidak langsung juga mendorong nilai pasar saham naik, yang akan meningkatkan kepercayaan terhadap pemerintahannya. Dalam dunia bisnis, taktik ini sah-sah saja. Namun jika dilakukan dari posisi sebagai kepala negara, maka langkah tersebut rentan menimbulkan konflik kepentingan. Banyak ekonom mengkritik bahwa kebijakan tersebut lebih menguntungkan orang kaya dan investor besar ketimbang rakyat kecil yang terkena dampak inflasi dan PHK akibat perang dagang.
Jika dilihat dari data yield obligasi pemerintah Amerika seperti dalam grafik yang ditampilkan, tekanan terhadap suku bunga tampak jelas. Yield turun saat ada ketidakpastian dan naik ketika pasar mulai optimis. Trump mungkin memahami pola ini dan menggunakan kebijakan tarif sebagai "senjata" untuk menggiring pasar dan bank sentral ke arah yang ia inginkan. Tapi strategi semacam ini ibarat bermain api. Jika gagal dikendalikan, justru bisa merusak fondasi ekonomi dalam negeri dan mengundang resesi. Maka dari itu, penting untuk melihat lebih jauh apakah kebijakan ekonomi dijalankan demi kestabilan nasional atau hanya sebagai alat untuk memperkuat posisi pribadi dalam politik dan bisnis. Karena jika motifnya adalah yang kedua, maka masyarakatlah yang pada akhirnya harus menanggung risikonya.
$IHSG $HMSP $UNVR
1/2
$IHSG
Focus on the signal, ignore the noise.
Antara informasi US trade deficit dan informasi US naikkan tarif, yang mana signal, yg mana noise?
Ketika US trade deficit dgn Indonesia, artinya US impor produk dari Indonesia lebih banyak.
Kalau saya bisa kasih "sedikit" pandangan untuk leadership bangsa ini, saya akan sampaikan agar leadership bangsa ini:
1. memanfaatkan international networking yg mrk miliki, membantu perusahaan yg ekspor ke US, utk mendapatkan alternatif market.
2. terus maju dgn semangat hilirisasi yg sdh dirintis. Jangan mundur. Dunia membutuhkan natural resources dari Indonesia spt gold, copper, nickel.
3. Usahakan kemandirian pangan. Ingat, Indonesia memiliki lahan yg jauh lbh luas drpd Thailand. Manfaatkan keunggulan ini. Kelola setiap lahan yg terbengkalai.
Focus on the signal, ignore the noise.
$MDKA $UNVR
$UNVR menarik apabila tarif sudah diberlakukan kemungkinan malah akan tumbuh dengan mencari pasar lain dikarenakan juga sahamnya juga sudah turun signifikan bertahun-tahun
Baiklah, saya akan spill salah satu analisis Riset Bolasalju untuk sektor consumer goods (barang konsumsi). Analisis ini terbit sebagai publikasi Riset Bolasalju di bulan November 2024.
Pilihan saham: Hal selanjutnya adalah pilihan saham. Industri konsumer terbagi dua: non-siklus dan tersiklus.
Dari dua industri konsumer ini, ada empat subsegmen di non-siklus (125 saham) dan tujuh subsegmen di industri tersiklus (154 saham). Industri non-siklus meliputi: ritel makanan dan konsumsi umum, makanan dan minuman, tembakau, dan produk tidak tahan lama lainnya. Industri tersiklus meliputi: otomotif, rumah tangga, barang rekreasi, barang mewah, jasa konsumen (termasuk hotel), dan media.
Di analisis ini kami hanya memilih 13 saham. Ada produk makanan/minuman ($INDF Indofood, MYOR Mayora, ULTJ Ultra Jaya, STTP Siantar Top, ROTI Sari Roti, dan CAMP es krim Campina), ritel konsumsi ($AMRT Alfamart), distributor produk kesehatan (EPMT Kalbe Farma), produk perawatan badan dan rumah tangga ($UNVR Unilever), produk bayi/ibu (MICE Pigeon), produk otomotif (AUTO Shop&Drive), dan pariwisata (PJAA Jaya Ancol). Kami merasa 13 saham ini bisa menangkap nuansa industri konsumer karena: 1) mereka adalah yang terbaik dan bahkan pemimpin pasar di industrinya; dan, 2) beberapa segmen mereka sudah cukup mewakili untuk menangkap nuansa di industri konsumer yang berbeda-beda tersebut.
Kesimpulannya, ritel non-siklus seperti makanan/minuman atau bahan pokok masih tumbuh, meski tumbuhnya tidak sebesar periode sebelumnya.
Sementara itu, ritel tersiklus yang mayoritas produk/jasa kategori kebutuhan sekunder atau tersier ada yang mengalami tekanan, ada yang tidak. Jadi bagaimana kesimpulannya? Silakan pikirkan sendiri.
Mungkin ada beberapa komentar untuk mengkritisi analisis ini:
Analisis ini bias karena fokus hanya 13 perusahaan yang termasuk terbaik di kedua industri ini. Jawaban saya: betul. Tapi industri mereka menguasai hajat hidup orang banyak. Artinya kebutuhan masyarakat akan produk/jasa mereka masih besar.
Bisa saja data keuangan yang dilaporkan over-reported, sehingga menyembunyikan realitas sesungguhnya. Jawaban saya: Bisa juga under-reported, misal untuk mengurangi pajak.
Lalu bagaimana dengan sentimen di luar tentang ekonomi yang rasanya terganggu? Jawaban saya: saya melihat memang beberapa industri terganggu. Banyak industri. Misalnya kontraktor, proyek infrastruktur fisik/digital terhambat, dan akhirnya siklus bawahnya semua spending di masyarakat terasa terhambat. Banyak usaha ritel terganggu juga.
Anggaplah kita bagi ekonomi di masyarakat itu dalam tiga tingkatan: ekonomi ritel bawah, ekonomi di tengah sebagai penyedia jasa/produk umum (sekunder), dan ekonomi besar yang menangani proyek/perdagangan besar seperti infrastruktur/pertambangan/komoditas.
Jika ekonomi besar terganggu atau terhambat, maka ekonomi di tengah juga terpengaruh, dan akhirnya ekonomi ritel bawah juga. Kenapa ekonomi besar terganggu? Selain efek pandemi, kita juga baru mengalami pemilu presiden. Dua hal ini bisa mengganggu spending ekonomi besar. Apalagi dengan gejolak global yang demikian dinamis, ada perang dagang dan juga perebutan hegemoni kekuasaan yang masih terus berkecamuk, maka perputaran dana juga terganggu. Dana global sebenarnya tidak langsung memengaruhi ekonomi menengah atau ritel bawah. Dana global berputar di wilayah pasar modal, transaksi surat utang (obligasi), dan investasi. Nah, yang terakhir inilah yang bisa memengaruhi aliran uang hingga ke bawah.
Di tingkat ekonomi ritel bawah, setidaknya jika dilihat dari profitabilitas perusahaan ritel yang menguasai hajat hidup orang banyak yang telah kami analisis, sebenarnya Indonesia masih baik-baik saja.
Nah, sebagai penutup, usaha-usaha tersebut adalah perputaran ekonomi di tingkat konglomerasi besar. Bagaimana perputaran ekonomi di tingkat industri kecil atau mikro? Saya belum tahu jawabannya dan hingga detik ini belum menemukan data yang layak untuk bisa dilihat. Kalau dilihat dari data pembanding seperti inflasi, memang terjadi penurunan. Inflasi turun bisa berarti dua hal: harga turun atau konsumsi yang turun sehingga memaksa penyedia menurunkan harga. Tapi apa iya harga turun? Nah.
Selanjutnya bagaimana? Ngupi aja dulu โ๏ธ
UNVR - PT. Unilever Indonesia Tbk Rp 1.265 +25 (+2,00%) Info Selengkapnya! JAKARTA - PT The Magnum Ice Cream Indonesia resmi mengelola bisnis es krim yang sebelumnya digarap oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Pengalihan bisnis tersebut terkait rencana Unilever PLC menjadikan bisnis es kr...
idnfinancials.com
JAKARTA - PT The Magnum Ice Cream Indonesia resmi mengelola bisnis es krim yang sebelumnya digarap oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Pengalihan bisnis tersebut terkait rencana Unilever PLC menjadikan bisnis es krim berdiri sendiri. Mengutip hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)Independen pada ...
idnfinancials.com
@abrahamdamar engga bang, cuma liat2 aja pas saham US pada rontok saham apa aja yg jd top gainers, ternyata ada induknya $HMSP , $UNVR sama $GDYR
@RgSTMA dari segi pertumbuhan dan capital gain bijimane? kalo mau jadi dividen hunter cari yg dprnya 100% $UNVR $ITMG begitu ex. date langsung jual lagi ๐
Aturan Halal Indonesia: Ketika Niat Mulia Jadi Proyek Birokrasi Abadi di Mata Amerika Serikat
Ini adalah rangkuman dari dokumen 2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers yang di share salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau mau jujur, niat awal aturan halal di Indonesia itu mulia. Memberi kepastian pada konsumen Muslim bahwa barang yang mereka makan, minum, oles, telan, dan bahkan yang mereka injak (kalau sepatu halal ikut disertifikasi) itu betul-betul sesuai syariat. Masalahnya, ketika niat baik bertemu dengan birokrasi setengah matang, hasilnya bukan sistem efisienโmelainkan labirin administratif yang bisa bikin pengusaha putus asa dan pemerintah asing garuk-garuk kepala. Dan inilah yang ditangkap oleh Amerika Serikat dalam laporan perdagangan resminya: sistem halal Indonesia terlalu ambisius, terlalu rumit, dan terlalu memberatkan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dalam 2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers, pemerintah Amerika menyebut aturan halal Indonesia sebagai hambatan perdagangan non-tarif alias non-tariff barrier (NTB) yang makin sulit diabaikan. Mereka menilai proses sertifikasi halal di Indonesia bukan hanya mahal dan berbelit-belit, tapi juga tidak transparan dan diskriminatif. Bahkan perusahaan yang produknya sudah lulus uji halal di puluhan negara lain tetap harus antre ulang di Indonesia, dengan proses yang bisa makan waktu berbulan-bulan. Kenapa? Karena BPJPH belum tentu mengakui lembaga sertifikasi halal luar negeri, kecuali sudah menandatangani Mutual Recognition Agreement (MRA)โyang, sayangnya, juga tidak ada standar waktu, biaya, atau mekanismenya yang jelas.
Mari lihat dari sisi teknis dulu. Prosedur sertifikasi halal di Indonesia terdiri dari banyak tahap. Pelaku usaha harus:
Daftar ke SIHALAL (sistem daring BPJPH),
Menyusun dokumen bahan, proses produksi, SOP, vendor,
Menunjuk penyelia halal internal yang wajib dilatih,
Di-audit oleh Lembaga Pemeriksa Halal (LPH),
Menunggu sidang fatwa dari MUI,
Baru bisa terbit sertifikat dari BPJPHโyang hanya berlaku 4 tahun.
Masalahnya, tiap tahap bisa menimbulkan hambatan tersendiri. Misalnya: server SIHALAL bisa error di jam-jam sibuk. LPH hanya tersedia terbatas di beberapa daerah. Penyelia halal harus ikut pelatihan resmi (yang tak selalu tersedia tepat waktu). Dan sidang fatwa bisa tertunda karena keterbatasan ulama. Belum lagi jika ada audit ulang karena salah dokumen atau ketidaksesuaian bahan. Singkat kata, kalau semua berjalan lancar, mungkin 2 bulan bisa selesai. Tapi kalau tidak? Siap-siap 6 bulan sampai 1 tahun. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan ini untuk pelaku usaha dalam negeri. Untuk perusahaan luar negeri? Mereka harus menunggu lembaga halal negara asal mereka diakui BPJPH terlebih dahulu. Hingga awal 2025, dari lebih dari 400 lembaga halal global, hanya puluhan yang resmi diakuiโitu pun sebagian besar dari Malaysia dan Timur Tengah. Lembaga dari AS, Australia, Eropa? Banyak yang belum masuk daftar, atau bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Jadi bayangkan seorang eksportir dari Amerika yang sudah sertifikasi halal di negaranya, tetap ditolak di Indonesia karena โbelum MRAโ.
Sementara itu, Kementerian Agama dan BPJPH rutin mengeluarkan daftar bahan halal (positive list), tapi sayangnya daftar ini ditulis dalam bahasa kimia teknikal, sering berubah tanpa notifikasi, dan tidak sinkron dengan sistem registrasi BPOM atau Bea Cukai. Hasilnya, pelaku usaha harus menduga-duga apakah asam sitrat dari supplier A masuk daftar atau tidak. Dan kalau bahan tidak ada di daftar? Harus diuji ulang. Lagi-lagi: tambah waktu, tambah biaya, tambah kebingungan.
Dari sisi biaya, proses ini tidak murah. UKM memang bisa mendapat sertifikasi gratis dalam program fasilitasi pemerintah, tapi hanya untuk jenis produk tertentu. Untuk usaha menengah dan besar, biaya bisa mencapai Rp 10โ25 juta per sertifikat. Itu belum termasuk biaya audit ulang, pelatihan penyelia, konsultasi penyusunan dokumen, hingga biaya sertifikasi ulang tiap 4 tahun. Di sisi global, angka ini terhitung mahal, apalagi jika dibandingkan dengan negara seperti Malaysia, di mana sertifikasi bisa selesai dalam 30 hari kerja dengan prosedur yang lebih singkat.
Amerika tidak tinggal diam. Dalam laporan perdagangan tahunannya, mereka menyampaikan kekhawatiran bahwa sistem halal Indonesia bersifat eksklusif, tidak adil terhadap lembaga luar, dan tidak proporsional terhadap risiko produk. Apalagi sertifikasi halal diwajibkan tidak hanya untuk makanan dan minuman, tapi juga kosmetik, produk rumah tangga, bahkan alat kesehatan dan bahan baku industri. Mulai Oktober 2024, produk-produk seperti suplemen, sabun, lipstik, hingga lem perekat pun harus memiliki sertifikat halal. Dan lebih ekstrim lagi, mulai 2026 hingga 2039, akan diberlakukan sertifikasi wajib untuk obat-obatan, vaksin, dan alat kesehatan kelas berat, termasuk reagen laboratorium, sarung tangan operasi, dan alat diagnosa. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini tentu membuat kalangan industri farmasiโbaik lokal maupun globalโresah. Bagaimana mungkin memverifikasi kehalalan semua bahan aktif obat, padahal sebagian besar adalah produk turunan petrokimia yang tidak memiliki status halal-haram yang jelas? Dan yang lebih tragis, tidak ada jalur cepat atau pembebasan untuk produk penyelamat nyawa. Hasilnya: banyak perusahaan luar memilih untuk tidak ekspor sama sekali ke Indonesia, karena prosesnya terlalu panjang, penuh ketidakpastian, dan terlalu politis.
Dari sudut pandang Amerika, aturan halal Indonesia bukan lagi tentang kepercayaan religius, tapi sudah berubah jadi alat kontrol pasar. Dengan mewajibkan produk luar tunduk pada audit dan verifikasi dalam negeri, Indonesia menciptakan penghalang masuk yang tidak kasat mata. Dan karena hanya segelintir pemain lokal yang tahu celahnya, sistem ini memperkuat oligopoli distribusi. Perusahaan besar dengan relasi ke BPJPH atau distributor eksklusif bisa mengurus semua dengan cepat. Sementara pelaku kecil dan eksportir baru? Tersandung di tahap pendaftaran saja.
Amerika secara halus menyebut semua ini sebagai bentuk technical barrier to trade. Tapi maknanya jelas: Indonesia dianggap sedang menyulitkan produk luar masuk pasar domestik, lewat sistem yang dibungkus rapi dengan narasi halal, nasionalisme, dan kedaulatan konsumen. Di atas kertas kelihatan religius dan patriotik. Tapi dari luar negeri, ini tampak seperti proyek regulasi besar-besaran yang tidak efisien dan minim transparansi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Singkatnya, dari kacamata Washington, aturan halal Indonesia adalah contoh bagaimana satu ide bagus bisa berubah jadi alat kontrol pasar yang mahal, lambat, dan sulit dimengerti. Ini seperti mengubah niat mulia jadi prosedur yang hanya bisa dijalani oleh mereka yang sabar... atau yang kenal orang dalam. Dan selama sistem ini tidak diperbaikiโbaik dari sisi transparansi, efisiensi, maupun pengakuan lembaga luarโIndonesia akan terus dipandang sebagai negara dengan potensi besar, tapi terlalu ribet untuk dijangkau. Atau seperti yang mungkin dipikirkan para pengusaha Amerika: โKami menghormati prinsip halal, tapi harusnya tidak serumit ini untuk sekadar jual sabun.โ
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$UNVR $ADES $ICBP
1/10
benar banget bro.
saham $UNVR $HMSP $GGRM udah pasti nyungsep punya.
kalau masih percaya silakan tampung aja sampai jadi komisaris.
$UNVR pilihan saham swing lainnya bisa pantau saham ini
Secara volume masih cukup bagus, berpotensi lanjut naik. Bila harga masih turun bisa jaring di area di harga 1150-1200.
Bila harga CLOSED breakdwon 1150 wajib CUTLOSS. (in my opinion yah)
Untuk yang mau main aman bisa tunggu harga breakout 1420 baru masuk posisi karena mengkonfirmasi saham bergerak uptrend.
Disc On
Selamat Idulfitri, mohon maaf lahir dan batin! ๐
Tak lupa siapkan air $ADES
Teh Lipton dari $UNVR
Menyantap Lontong di Hotel Sofyan $SPOT
Banyak investor berpegang pada prinsip sederhana: โBeli saham dari perusahaan yang produknya kalian gunakan setiap hari.โ
Padahal, realitas pasar saham tidak sesederhana itu? PT Unilever Indonesia Tbk $UNVR dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk $HMSP adalah contoh nyata!
Meskipun hampir setiap rumah tangga menggunakan sabun Lifebuoy atau pasta gigi Pepsodent, dan meskipun banyak teman kita, bahkan kita sendiri yang masih merokok Dji Sam Soe dan Sampoerna Mild, tapi saham dua perusahaan ini masih saja mengalami penurunan tajam dalam beberapa tahun terakhir!
Kalian bisa menggunakan produk mereka setiap hari, tapi itu tidak menjamin harga sahamnya akan terus naik.
Prinsip ini sebenarnya hanyalah cara sederhana untuk memahami investasi, bukan jaminan keuntungan. Pasar saham dipengaruhi oleh faktor lain: perubahan regulasi, persaingan industri, hingga perubahan kebiasaan konsumen.
Percayalah, berinvestasi butuh lebih dari sekadar kebiasaan belanja pribadi, Kamerad ๐น