1,750

-15

(-0.85%)

Today

12.03 M

Volume

31.3 M

Avg volume

Company Background

PT Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan, pemasaran dan distribusi barang konsumen yang laku keras (FMCG). Kegiatan bisnis utama Perusahaan terbagi ke dalam dua segmen operasi: Kebutuhan Rumah Tangga dan Perawatan Tubuh yang meliputi produk kosmetik, dan juga produk-produk pembersih rumah tangga dan tubuh seperti deterjen, sabun, sampo, obat gigi, deodoran, dan Makanan dan Minuman, yang meliputi produk-produk makanan dan minuman, seperti es krim, kantong teh, kecap, minuman sari buah, bumbu-bumbu masak dan margarin. Sebagian dari merek utama untuk produk kebutuhan rumah tangga dan perawatan tu... Read More

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@fidelisgalla kalau emang fundamental masih hidup kenapa $BBRI $UNVR turun udah lebih dari 30% ???

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Hati-hati...

Lama-lama kalian kalau punya saham nganggur (nggak di-trading-kan) lebih dari setahun , bisa jadi bakal diambil pula oleh Negara 😁 ✌️

(minimal bisa di-diskon gede oleh mister market spt bluechips jadul $GGRM $UNVR and maybe $BBRI )

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$UNVR LK Q2 2025: Laba Masih Anjlok

Lanjutan dari review saham LK Q2 2025 di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

PT Unilever Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan consumer goods paling senior di Indonesia yang usianya hampir satu abad. Didirikan pada 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V., perusahaan ini mengalami beberapa kali perubahan nama hingga akhirnya menjadi PT Unilever Indonesia Tbk pada 1997. Sejak 16 November 1981, sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia, dengan 15% porsi publik dan 85% dimiliki Unilever Indonesia Holding B.V. yang berada di bawah Unilever PLC di Inggris. Kepemilikan ini membuat arah strateginya mengikuti garis besar kebijakan grup Unilever global, termasuk dalam hal merek, teknologi, dan tata kelola. Pabriknya tersebar di Tangerang, Bekasi, dan Surabaya, dan lini bisnisnya sangat luas, mencakup sabun, deterjen, perawatan tubuh, makanan, minuman, es krim, hingga bumbu masak. Model bisnisnya terintegrasi dari hulu hingga hilir, mulai dari pengadaan bahan baku, produksi, distribusi, sampai riset pasar untuk memastikan produk yang dihasilkan sesuai selera konsumen Indonesia yang beragam. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi rantai pasok, Unilever Indonesia mendapat bahan baku, barang jadi, dan jasa dari berbagai pemasok termasuk entitas Unilever di Asia seperti Unilever Asia Private Limited, PT Unilever Oleochemical Indonesia, Unilever Myanmar Limited, dan Unilever Thai Holdings Ltd. Tidak ada pemasok tunggal yang menyumbang lebih dari 10% total pembelian, sehingga risiko ketergantungan rendah. Dari sisi penjualan, pasar domestik masih mendominasi, melayani jaringan ritel modern dan tradisional, serta ekspor ke berbagai negara. Penjualan ke pihak berelasi menyumbang 3,24% dari total penjualan, termasuk ke Unilever Cambodia Ltd dan Unilever Asia Private Limited. Perusahaan juga memiliki perjanjian penting dengan Unilever PLC terkait lisensi merek dan teknologi, di mana royalti merek dibayar sebesar 3% dari penjualan pihak ketiga dan lisensi teknologi sebesar 2% dari omzet produk terkait. Ada juga perjanjian Central Services dengan biaya maksimum 3% dari penjualan domestik, serta perjanjian Enterprise Technology Solution Service yang membebankan biaya aktual plus 5% markup, dibatasi 1% dari penjualan domestik setelah 2020. Biaya jasa pihak berelasi ini sangat signifikan, mencapai Rp1,19 triliun atau 75,01% dari beban umum dan administrasi semester I 2025.

Secara kinerja, semester I 2025 menunjukkan penurunan pendapatan dari Rp19,04 triliun menjadi Rp18,20 triliun atau turun 4,41%. Penurunan ini terutama berasal dari pasar domestik yang melemah dari Rp18,51 triliun menjadi Rp17,63 triliun, sementara ekspor naik tipis. Harga pokok penjualan ikut turun ke Rp9,45 triliun, tetapi laba kotor juga tertekan dari Rp9,47 triliun menjadi Rp8,76 triliun. Upaya efisiensi terlihat dari penurunan biaya pemasaran dan penjualan ke Rp4,27 triliun serta biaya umum dan administrasi ke Rp1,59 triliun. Meski begitu, laba operasi tetap turun ke Rp2,90 triliun. Beban bunga melonjak drastis dari Rp33,71 miliar ke Rp77,48 miliar, membuat laba bersih terpangkas 12,5% menjadi Rp2,16 triliun. Segmen Home & Personal Care menjadi penyumbang terbesar Rp11,44 triliun, disusul Foods & Refreshment Rp6,76 triliun, dan keduanya sama-sama mengalami penurunan penjualan.

Neraca menunjukkan total aset naik dari Rp16,05 triliun akhir 2024 menjadi Rp18,53 triliun per Juni 2025. Aset lancar melonjak dari Rp5,28 triliun menjadi Rp6,99 triliun berkat kas yang meroket dari Rp671 miliar menjadi Rp2,00 triliun dan klaim pajak yang dapat dikembalikan naik signifikan ke Rp1,38 triliun akibat pembayaran sengketa pajak tahun 2018-2020 yang sedang diajukan keberatan. Aset tidak lancar juga naik dari Rp10,77 triliun menjadi Rp11,54 triliun. Liabilitas total ikut membengkak dari Rp13,90 triliun ke Rp15,96 triliun, terutama liabilitas lancar yang naik ke Rp14,04 triliun. Pendorong utamanya adalah kenaikan utang usaha ke pihak berelasi dari Rp726,30 miliar ke Rp2,23 triliun, sementara utang sewa jangka pendek naik ke Rp241,89 miliar. Liabilitas tidak lancar justru turun ke Rp1,92 triliun. Ekuitas meningkat ke Rp2,57 triliun berkat laba bersih meski ada dividen yang dibayarkan sebesar Rp1,79 triliun.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Arus kas dari operasi (CFO) turun dari Rp2,18 triliun ke Rp1,81 triliun, salah satunya karena pembayaran klaim pajak Rp871,47 miliar yang tidak terjadi tahun sebelumnya. Belanja modal naik ke Rp311,63 miliar, membuat free cash flow turun ke Rp1,50 triliun dari Rp1,89 triliun. Current ratio berada di 0,49x, masih di bawah 1, yang menandakan ketergantungan pada liabilitas jangka pendek untuk mendanai aset lancar. Debt to equity sebesar 6,2x terlihat tinggi, meskipun mayoritas liabilitas berasal dari utang usaha dan utang pihak berelasi yang sifatnya tidak selalu berbunga. Net profit margin turun ke 11,84% dari 12,95%, dan EPS turun dari Rp65 ke Rp57.

Kondisi ini menyimpan beberapa anomali menarik. Kas yang naik signifikan meskipun laba dan CFO turun menunjukkan pengaruh besar dari pengelolaan modal kerja, termasuk kenaikan utang usaha pihak berelasi yang secara efektif menunda arus keluar kas. Klaim pajak yang besar juga berarti ada potensi arus kas masuk jika sengketa dimenangkan. Tingginya leverage memang berisiko, namun sifat bisnis yang stabil dengan produk kebutuhan sehari-hari membuat risiko ini relatif terkelola, apalagi pinjaman bank hanya sekitar Rp1,3 triliun dan seluruhnya berbunga tetap.

Risiko yang dihadapi meliputi pelemahan penjualan, kenaikan beban bunga, leverage tinggi, dan ketidakpastian sengketa pajak. Namun kekuatannya adalah posisi kas yang solid, kemampuan efisiensi biaya, portofolio merek yang kuat, dan dukungan penuh dari Unilever global. Strategi korporasi saat ini meliputi buyback saham Rp2 triliun sampai Oktober 2025 yang berpotensi mengangkat EPS dan harga saham, serta penjualan bisnis es krim sekitar Rp7 triliun untuk fokus ke segmen inti. Jika strategi ini berhasil, ditambah kemenangan dalam sengketa pajak, profit dan arus kas bisa pulih, margin membaik, dan valuasi meningkat. Sebaliknya, jika penurunan penjualan berlanjut dan sengketa pajak berakhir negatif, tekanan terhadap laba, dividen, dan harga saham akan meningkat. Dengan pondasi bisnis yang kuat di sektor kebutuhan pokok, PT Unilever Indonesia Tbk belum bisa disebut sebagai perusahaan sunset, tetapi saat ini berada di titik kritis yang menuntut eksekusi strategi yang presisi agar kembali tumbuh dan mempertahankan reputasinya sebagai salah satu emiten blue-chip paling stabil di Indonesia.

Dari sudut pandang profitabilitas, harga Rp1.750 per saham dengan EPS annualisasi Rp114 menghasilkan PER 15,35x. Angka ini berada di kisaran yang lazim untuk perusahaan consumer goods mapan yang punya merek besar, jaringan distribusi kuat, dan daya saing yang sudah teruji puluhan tahun. Untuk investor yang mencari kestabilan dan dividen rutin, level PER seperti ini bisa dianggap wajar, meskipun ada catatan penting bahwa laba per saham sedang mengalami penurunan -12,31% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Artinya, valuasi yang terlihat aman ini tetap perlu dikaitkan dengan tren kinerja yang sedang lesu agar keputusan investasi tidak hanya mengandalkan reputasi historis.

Di sisi lain, kalau kita melihat dari perspektif nilai buku, ceritanya berubah drastis. Ekuitas UNVR per akhir Juni 2025 sebesar Rp2,57 triliun membuat Book Value per Share hanya Rp67,39. Dengan harga pasar Rp1.750, PBV-nya melonjak ke 25,97x. Jika goodwill Rp61,93 miliar dan aset tak berwujud Rp333,68 miliar dikeluarkan dari perhitungan, Tangible Book Value per Share turun menjadi Rp57,03 dan PTBV naik ke 30,68x. Angka setinggi ini mencerminkan bahwa pasar memberi premi luar biasa terhadap aset bersih UNVR. Dalam logika investasi berbasis aset, PBV sebesar ini biasanya dianggap terlalu tinggi, tetapi di industri consumer goods premium seperti UNVR, pasar rela membayar mahal karena faktor brand equity, loyalitas konsumen, dan konsistensi arus kas. Menurunkan PBV dari 25,97x ke target 1,5x hampir mustahil dilakukan tanpa perubahan besar, entah itu dengan menahan sebagian besar laba untuk memperbesar ekuitas atau harga saham terkoreksi tajam. Keduanya sulit dilakukan mengingat karakter UNVR yang memang dikenal sebagai mesin dividen.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Rasio lain juga memperkuat gambaran ini. Price to Sales (P/S) dan EV/Sales sama-sama di 1,83x, EV/EBITDA di 10,01x, EV/EBIT di 11,50x, P/CFO di 18,43x, dan P/FCF di 22,26x. Ini menunjukkan valuasi arus kas yang memang premium, tetapi masih bisa diterima untuk bisnis kebutuhan pokok yang relatif tahan terhadap guncangan ekonomi. Dividend yield sebesar 5,03% menjadi magnet tersendiri bagi investor income, apalagi payout ratio berada di 77,87%. Namun, payout setinggi ini berarti ekuitas akan tumbuh lambat karena sebagian besar laba langsung dibagikan, membuat PBV tetap sulit turun secara alami.

Struktur modal UNVR cukup sederhana. Utang bank jangka pendek Rp1,3 triliun, ditambah liabilitas sewa jangka pendek Rp241,89 miliar dan jangka panjang Rp398,61 miliar, sehingga total utang Rp1,94 triliun. Dengan kas Rp2,00 triliun, posisi net cash sedikit positif. Secara kas murni, ini memberi bantalan likuiditas yang aman, tetapi jika menghitung seluruh liabilitas termasuk utang usaha dan utang pihak berelasi, leverage tetap terlihat tinggi. Di sisi lain, sifat bisnis yang padat modal kerja tetapi tidak terlalu padat investasi membuat rasio ini masih dapat dikelola tanpa risiko keuangan besar.

Kalau kita tarik ke sejarahnya, UNVR IPO pada 16 November 1981 di harga Rp3.175 per saham nominal lama. Tiga kali stock split sudah dilakukan, masing-masing 10:1 pada 2000, 10:1 pada 2003, dan 5:1 pada 2020, sehingga total faktor split menjadi 500. Harga IPO yang disesuaikan ke jumlah saham saat ini hanya Rp6,35. Dari Rp6,35 ke Rp1.750, return yang dihasilkan mencapai 27.459% dalam sekitar 44 tahun. Kalau dihitung rata-rata pertumbuhan tahunannya atau CAGR, hasilnya sekitar 12,15% per tahun, dan itu belum termasuk dividen yang jika direinvestasikan akan membuat angkanya jauh lebih tinggi. Ini bukan sekadar angka, tetapi bukti betapa pasar bersedia membayar premi besar untuk perusahaan yang mampu mencetak imbal hasil luar biasa dalam jangka panjang. Investor yang membeli UNVR di awal dan menahan hingga sekarang tidak hanya menikmati capital gain masif, tetapi juga dividen rutin yang jika diakumulasi nilainya sudah jauh melebihi modal awal.

Kalau ditanya apakah valuasi saat ini wajar, jawabannya tergantung dari sudut pandang. Dari sisi PER, level 15,35x masih dalam batas rasional untuk perusahaan defensif yang menguasai pangsa pasar dan punya rekam jejak panjang menjaga profitabilitas. Dari sisi PBV, jelas ini adalah harga premium yang hanya layak dibayar jika investor percaya bahwa merek-merek seperti Bango, Lifebuoy, Sunsilk, dan Walls akan terus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, dan bahwa manajemen bisa menjaga kestabilan dividen di tengah tantangan pertumbuhan. Untuk investor jangka pendek yang mencari harga murah secara buku, valuasi ini akan terlihat terlalu tinggi. Tetapi bagi investor jangka panjang yang mengutamakan kestabilan arus kas dan kekuatan merek, premi ini adalah harga yang rela dibayar demi kepastian.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Jika UNVR ingin mendekati target valuasi PBV 1,5x dan tetap mempertahankan PER di sekitar 15x, strategi yang realistis adalah fokus pada pertumbuhan laba dan penambahan ekuitas melalui penahanan sebagian laba. Namun, mengingat profil investor UNVR yang banyak mengandalkan dividen, menurunkan payout ratio secara drastis mungkin tidak akan populer. Pilihan yang lebih mungkin adalah menjaga pertumbuhan penjualan domestik dan ekspor, meningkatkan efisiensi produksi untuk memperbaiki margin, mengendalikan beban pemasaran dan administrasi, serta mengoptimalkan struktur permodalan agar beban bunga tidak membengkak. Dengan cara ini, PER bisa tetap stabil atau turun sedikit tanpa harus mengorbankan harga saham secara signifikan, dan PBV dapat berangsur membaik seiring kenaikan ekuitas walaupun prosesnya akan sangat gradual.

Pada akhirnya, valuasi UNVR adalah cerminan dari kombinasi kinerja saat ini, reputasi masa lalu, dan ekspektasi masa depan. Pasar bersedia memberi harga premium bukan semata-mata karena aset fisiknya, tetapi karena keyakinan bahwa bisnis ini akan terus menghasilkan laba dan membagikan dividen secara konsisten di masa yang akan datang.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi masalahnya ini UNVR udah 8 tahun bikin Nyangkut investor nya dan labanya anjlok terus. Sampai kapan investor nya akan Nyangkut?

Investor yang ikut IPO UNVR zaman old sudah kaya mungkin. Tapi pasti sudah tua banget itu investornya.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/9

testestestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@indana67 tapi kok $UNVR $BBRI turun mulu ya?🤔🤔🤔🤔🤔😂😂😂😂😂😂😂😂😂 bandar gak ngeliat sahamnya sektor apa buat digoreng

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan saham, Jumat (08/8/2025), menguat 71,291 poin atau naik 0,95% menjadi 7.561,474, dari penutupan Kamis (07/8/2025) di level 7.490,183.
Penguatan IHSG pagi ini, antara lain, dipicu naiknya harga saham sejumlah emiten,...

stockwatch.id

stockwatch.id

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ICBP
calon $UNVR ?

@ruthmarthaamelias
$UNVR
1. Ambil deviden buat beli saham yang lain (yang diyakini akan tumbuh pesat) dengan tujuan untuk menutup kerugian yang lumayan besar walau butuh 5 tahun untuk kembali lagi ke modal utama/ untung sedikit
Bisa juga beli bank sedikit sedikit dari hasil deviden + kerja tentunya diharga yang murah ya .... biar dapet keuntungan dividen+ capital gain contohnya kaya $BBRI beli di 3800-3600
2. Avg down setiap -20 Sampai -30 persen ( Kalau kamu masih yakin saham ini tidak dibiarkan semakin tenggelam kaya kasus ini yang tiba tiba UNVR buyback yang kiranya sedikit membantu dari 1300 ke 1700 )
Selalu tunggu bersabar kaya LKH rumusnya nyangkut di $BUMI bisa naik lagi untung dia
3. Kalau tidak sabaran silahkan CL, tapi harus berjanji cari yang bener bener bisa balik modal secara cepat ( secara cepat kaya GOTO :))
4. Kalau semua ga bisa jual aja ke lapak barang rongsokan 😃


Sebenarnya kalau orang tuanya bisa pakai manajemen resiko, masukin sebagian misal 50 persennya di Reksadana obligasi TRIM+ yang kasih dividen 9 persen lebih pertahunnya , bisa juga beli emas, perak , atau sedikit perbankan
Dan jangan All in karena All in itu merusak segalanya 😅

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SAPX mirip $GOTO $UNVR
wahana yang selalu akan buat bandar berpikir seribu kali sebelum masuk main, karna beresiko tinggi menjadi momen cuci gudang barang seluruh ritel yg nyangkut dari Januari 2025

@InsiderNews $ULTJ khusus bapak sabana belinya di 1500 aja jangan diharga diskon dong mau sampe kiamat ga bakal naik naik nih -_-
$UNVR aja buyback ya di 1700 makanya naik tuh

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@DWIKIWS saham $UNVR 3 tahun saham hold malah runkad

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$UNVR sudah 2 hari membuat spike

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@MiminSahampedia sejauh ini yg berhasil isu buyback hanya $UNVR bisa do kerek sampe tembus 1,800an/lembar tapi tetep cuma gimmick aja karena ga ada laporannya

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham, Kamis (07/8/2025) ditutup di level 7.490,183, kembali melemah 13,567 poin atau turun 0,18% dari penutupan Rabu (06/8/2025) di level 7.503,750.
Dibuka menguat di posisi 7.546,336, IHSG hari ini sempat naik ke level...

stockwatch.id

stockwatch.id

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan menguat atau rebound ke rentang 7.459–7.590 menjelang akhir pekan, Jumat (7/8/2025).
Indek saham sebelumnya ditutup turun 13,57 poin atau 0,18 persen ke level 7.490,18 pada Kamis (7/8/2025) dalam tekanan jual yang masih dalam batas waja...

www.idxchannel.com

www.idxchannel.com

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham sesi I, Kamis (07/8/2025) ditutup di posisi 7.540,766, menguat 37,015 poin atau naik 0,49%. Ini naiknya harga sejumlah saham.
Menurut data RTI Business, di sesi pertama, Kamis (07/8/2025), terpantau sebanyak 251 sa...

stockwatch.id

stockwatch.id

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$UNVR

💰Buyback Saham : Sinyal EMAS Buat Investor?
Bayangin gini: Perusahaan beli sahamnya sendiri di harga pasar. Kira-kira kenapa ya?

❓ Emang buyback itu apa sih min?
Buyback = Perusahaan membeli kembali sahamnya yang beredar di publik.

Artinya, saham di pasar makin sedikit, dan itu bisa bikin:
✅ EPS (Earnings per Share) naik
✅ Harga saham terdorong naik
✅ Sinyal kuat: manajemen yakin sahamnya masih murah!
✅ Membuktikan keuangan perusahaan sehat dan optimis terhadap masa depan

🚀 Trus, kenapa Ini Bisa Jadi Sentimen Positif?
•⁠ ⁠Saham makin langka → Hukum supply-demand main.
•⁠ ⁠⁠Manajemen yakin → Kalau mereka beli, kenapa kamu malah jual
•⁠ ⁠⁠Kas perusahaan tebal → Mereka punya dana nganggur dan lebih milih “invest di dirinya sendiri”.

📊 Emiten-emiten Besar Lagi Buyback, Sinyal Apa Nih?
OJK mencatat:
•⁠ ⁠Sejak 20 Maret – 31 Juli 2025, ada 45 emiten yang umumkan buyback tanpa RUPS.
•⁠ ⁠⁠Total alokasi: Rp26,52 triliun
•⁠ ⁠⁠Sudah terealisasi: Rp3,7 triliun (≈ 13,8%)

🏢 Siapa Saja Emiten yang Lagi Buyback?
🔥 $BUKA – Bukalapak
Masih melanjutkan program buyback pakai sisa dana Rp1,13 T dari total alokasi sebelumnya Rp1,9 T.
Masih pede support harga saham sendiri!

🔥 $UNVR – Unilever Indonesia
Buyback maksimal Rp2 T dengan batas harga Rp1.700 per saham
Periode: 31 Juli – 30 Oktober 2025

🔥 $ULTJ – Ultrajaya
Siapkan dana Rp1,45 T untuk buyback
Periode: 25 Juni – 25 September 2025

💸 Apa Untungnya Buat Investor?
•⁠ ⁠Potensi harga naik setelah buyback
•⁠ ⁠⁠Sinyal bahwa saham undervalued
•⁠ ⁠⁠EPS naik → dividen juga bisa naik
•⁠ ⁠⁠Stabilitas harga di tengah market merah

⚠️ Tapi Hati-hati Juga!
❌ Kadang cuma gimmick: diumumin tapi nggak dijalanin
❌ Efek ke harga nggak selalu langsung naik
❌ Buyback dari utang = bisa jadi beban

✅ Tips Buat Kamu:
•⁠ ⁠Cek jumlah saham yang mau dibeli
•⁠ ⁠⁠Lihat laporan keuangan: dananya cukup nggak?
•⁠ ⁠⁠Bandingkan dengan kapitalisasi pasar & volume harian

✍️ Notes:
Buyback yang beneran dijalanin + fundamental oke = kombinasi bullish.
Tapi jangan FOMO buta. Tetap DYOR (Do Your Own Research)!

Kalo bermanfaat boleh dijempol yaa! Request materi drop di bawah👇

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

🔥 IHSG 8.000 Pas HUT RI? Siap-Siap Market Gerak!
Bos BEI bilang targetnya jelas: IHSG tembus 8.000 pas 17 Agustus nanti.
Kalau beneran kejadian, ini bisa jadi rally paling nasionalis tahun ini.

📈 Saham LQ45 bisa rame.
Sektor bank ( $BBRI ), konstruksi ( $ADHI ), atau konsumer ( $UNVR ) bisa jadi penopangnya.
Retail mulai masuk? Fund asing ikut dorong?

📊 Tapi tetap ada yang skeptis: ini realistis atau cuma harapan?

👉 Menurut kalian gimana? Bakal kejadian atau cuma semangat 45 doang?

Coba drop tanggapan kalian di komen👇

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$UNVR panasin lagi mesinnya yok ... gaspolll 🚀🚀🚀🚀🚀

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$UNVR tes ombak semoga hit

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$UNVR sabar adalah awal menuju penuaan 😂😂😂

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$UNVR besok ke 1900 ytta 😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$UNVR saham pertama yang di beli waktu covid, bisa di bayangkan udah minus berapa 😅

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham, Rabu (06/8/2025) ditutup di level 7.503,750, melemah 11,435 poin atau turun 0,15%, dari penutupan Selasa (05/8/2025) di 7.515,185.
Dibuka menguat di posisi 7.534,447, IHSG hari ini sempat naik ke level tertinggi h...

stockwatch.id

stockwatch.id

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Di portofoliomu, mungkin ada beberapa saham warisan dari orang tua ($UNVR $ULTJ $UNTR yang dibeli 20 tahun lalu). Atau mungkin itu saham pertama yang kamu beli pas baru belajar investasi dan sekarang udah "terlupakan".

Inilah yang kita sebut "Legacy Stocks" — saham peninggalan masa lalu yang duduk manis di portofolio, entah karena sentimental atau karena inertia (malas ngapa-ngapain).

Pertanyaan besarnya: Saham 'warisan' ini harus diapain? Dibiarkan jadi 'peninggalan sejarah' atau dilepas untuk modal baru yang lebih produktif? 🤔

Jangan ambil keputusan karena emosi. Coba jawab 3 pertanyaan ini secara jujur.

1. Pertanyaan Objektif: "Jika Hari Ini Aku Punya Uang Cash, Akankah Aku Membeli Saham Ini?"

Ini adalah pertanyaan paling penting untuk membunuh bias sentimental.

Bayangkan kamu tidak memiliki saham itu sama sekali.

Lihatlah perusahaan itu dengan mata segar, seolah-olah kamu baru pertama kali menganalisisnya hari ini.

Lupakan harga belinya dulu. Lupakan kenangannya.

➡️ Jika jawabanmu "TIDAK," kemungkinan besar alasanmu menahan saham itu hanyalah karena faktor emosional atau endowment effect (merasa sesuatu lebih berharga hanya karena kita memilikinya). Ini adalah sinyal kuat untuk mempertimbangkan menjualnya.

➡️ Jika jawabanmu "YA, TENTU SAJA," berarti kamu masih percaya pada Pengendali dan Prospek fundamentalnya. Lanjut ke pertanyaan kedua.

2. Pertanyaan Masa Depan: "Apakah Bisnisnya Masih Relevan untuk 10 Tahun ke Depan?"

Dunia berubah. Perusahaan yang dulu jadi raja, sekarang bisa jadi dinosaurus yang menunggu punah.

Cek Moat (Keunggulan Kompetitif): Apakah 'benteng' bisnisnya masih kokoh? Atau sudah mulai digerogoti oleh pesaing yang lebih lincah dan inovatif?

Cek Relevansi Industri: Apakah industrinya masih bertumbuh, atau sedang mengalami senja kala? (Ingat nasib Kodak di era digital).

Cek Inovasi: Apa yang perusahaan lakukan untuk beradaptasi? Apakah mereka memimpin perubahan atau hanya reaktif?

✅ Contoh Legacy Stock yang Bertahan: Perusahaan perbankan besar yang sukses bertransformasi digital.
❌ Contoh Legacy Stock yang Gagal: Perusahaan media cetak yang tidak bisa beradaptasi dengan media online.

Jangan berinvestasi hanya dengan melihat kaca spion (kinerja masa lalu). Kamu harus melihat ke kaca depan (prospek masa depan).

3. Pertanyaan Biaya Peluang: "Apa 'Harga' dari Menahan Saham Ini?"

Setiap rupiah yang 'terkunci' di dalam saham lama adalah rupiah yang tidak bisa kamu gunakan untuk peluang investasi yang lebih baik. Ini disebut Opportunity Cost.

Tanyakan pada dirimu: "Dengan menahan saham A yang pertumbuhannya mungkin cuma 5% setahun, apakah aku kehilangan kesempatan untuk masuk ke saham B yang punya potensi tumbuh 20% setahun?"

Bandingkan potensi return dari Legacy Stock-mu dengan rata-rata return IHSG atau dengan saham lain di watchlist-mu.

Jika Legacy Stock-mu sudah menjadi "dead money" (aset yang tidak bertumbuh), maka menahannya sama saja dengan membiarkan modalmu tergerus inflasi secara perlahan.

Kesimpulan: Kapan Harus Jual vs. Tahan?

Tanda-Tanda Harus Dilepas ❌
Kamu tidak akan membelinya hari ini.
Bisnisnya mulai usang & tidak relevan.
Kalah saing dengan pendatang baru.
Pertumbuhannya stagnan ("dead money").
Ada peluang investasi lain yang JAUH lebih baik.

Tanda-Tanda Layak Dipertahankan ✅
Kamu masih akan membelinya dengan yakin.
Moat-nya masih kuat & terus berinovasi.
Masih menjadi pemimpin pasar di industrinya.
Masih memberikan return & dividen yang sehat.
Sulit menemukan alternatif yang lebih baik.

Perlakukan setiap saham di portofoliomu—baru atau lama—sebagai kandidat yang harus terus membuktikan kelayakannya. Jangan biarkan portofoliomu menjadi museum.

Punya 'Legacy Stock' di portomu? Saham apa dan apa rencanamu (tahan/jual)? Share ceritamu di kolom komentar! 👇

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BBNI turun 2.84% . skrg ngeri mainnya euy bank
$PANR naik 4.2%
$UNVR turun 3.61%

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,15 persen ke 7.503,75 pada Perdagangan Rabu (6/8/2025). Indeks sempat koreksi ke 7.502,01, tetapi bergerak hijau hingga 7.549,27, sebelum akhirnya pullback di sesi terakhir.
Sebanyak 347 saham menguat, 279 melemah, dan 330 lainnya ...

www.idxchannel.com

www.idxchannel.com

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham sesi I, Rabu (06/8/2025) ditutup di posisi 7.514,660, melemah 0,525 poin atau turun tipis 0,01%. Ini seiring turunnya harga sejumlah saham.
Menurut data RTI Business, di sesi pertama, Rabu (06/8/2025), terpantau se...

stockwatch.id

stockwatch.id

2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy