Volume
Avg volume
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan, pemasaran dan distribusi barang konsumen yang laku keras (FMCG). Kegiatan bisnis utama Perusahaan terbagi ke dalam dua segmen operasi: Kebutuhan Rumah Tangga dan Perawatan Tubuh yang meliputi produk kosmetik, dan juga produk-produk pembersih rumah tangga dan tubuh seperti deterjen, sabun, sampo, obat gigi, deodoran, dan Makanan dan Minuman, yang meliputi produk-produk makanan dan minuman, seperti es krim, kantong teh, kecap, minuman sari buah, bumbu-bumbu masak dan margarin. Sebagian dari merek utama untuk produk kebutuhan rumah tangga dan perawatan tu... Read More
Berapa Harga wajar Unilever?
Jumat kemarin saham $UNVR mencatatkan rekor harga terendah sejak 2009, Kenapa harga saham UNVR turun terus menerus, kemungkinan karena pada harga yg sudah premium tapi kinerja keuangan konsisten mengalami penurunan (kemahalan).
Dengan kemampuan menghasilkan laba 105% atau 10.5x lipat dari modal sendiri (Equity) UNVR saat ini diperdagangkan dg harga saham Rp 1630 per lembar mengindikasikan valuasi PBV 18x atau book value Rp 90 per lembar.
Dengan skenario ekspektasi return yang wajar sbb:
Return 10% maka harga wajarnya Rp 900
Return 7.5% maka harga wajarnya Rp 1200
Return 5% maka harga wajarnya Rp 1800
Dengan trend penurunan laba yang mgkn blm berubah, maka wajar kiranya ekspektasi investor ada di rentang return 7.5% sd. 10% yaitu di harga Rp 1200 sd 900 per lembar
Dari chart $UNVR, terlihat bahwa harga saham mengalami tren turun yang cukup panjang sejak tahun 2023. Beberapa analisis pola yang bisa diperhatikan:
1. Tren Bearish yang Dominan
Harga saham terus menurun dengan pola lower highs dan lower lows.
Tidak ada tanda-tanda reversal yang jelas saat ini.
2. Potensi Reversal Pattern
Beberapa pola yang bisa diwaspadai jika ada pembalikan arah:
Double Bottom: Jika harga bertahan di area support sekitar 1.600-1.630, lalu naik menembus resistance terdekat, bisa menjadi tanda pembalikan bullish.
Falling Wedge: Jika ada pola wedge (garis support dan resistance yang semakin menyempit) dan terjadi breakout ke atas, itu bisa menjadi indikasi reversal.
Bullish Divergence (jika ada): Cek indikator seperti RSI atau MACD untuk melihat apakah ada divergence, yaitu harga turun tetapi indikator menunjukkan tanda-tanda penguatan.
3. Level Support & Resistance Penting
Support: Sekitar 1.600-1.630 (harga saat ini sudah berada di area ini).
Resistance: Sekitar 1.700-1.750 untuk jangka pendek.
Jika harga berhasil bertahan dan rebound dari support ini, maka peluang reversal bisa meningkat. Namun, jika breakdown terjadi, harga bisa lanjut turun lebih dalam.
$ITMG $UNTR
$UNVR , kamu pilih yang mana
Habis Kena hujan badai, terus pakai head n shoulder, paket komplit
Ingat sehabis hujan, bakal muncul pelangi
Menerka manuver pak Sopir di saham old-money $UNVR $HMSP $MLPL
1. UNVR: Saham yg 85% digenggam Unilever holding BV ini udah hilang lebih dari 60% market capital sejak 5 th lalu, nasib di ujung tanduk bisa kena depak dari LQ45.
Beban berat & kondisi market FMCG yang sangat kompetitif kedepannya, mampukah UNVR membalikan keadaan? ataukah ini salah satu exit strategy dari UNVR untuk go private kedepannya?
2. HMSP: Inovasi rokok smoke-less & rokok elektrik yang semakin mendapat hati di masyarakat membuat revenue yang terus menggendut tiap tahun nya.
Namun nampaknya berbanding terbalik dg harga sahamnya, justru market capital telah hilang lebih dari setengahnya sejak 2020.
Publik yg hanya di jatah sebesar 7.5% dari jumlah saham yang beredar, nampaknya membuat curiga akankah emiten ini juga akan go private ataukah justru akan spin-off kedepannya?
3. MLPL: Melihat historical data 3 tahun terakhir dimana jumlah hutang yg lumayan susut dari 11.2 T ke 8.3 T dan sudah membukukan keuntungan, nampaknya masih berbanding terbalik dengan harga sahamnya saat ini yang justru terlihat "salah harga".
Akankah MLPL menyisihkan sedikit uang tabungan untuk buyback sahamnya kedepan? menarik untuk disimak.
seperti biasa, bukan ajakan buat beli/jual, disclaimer on ;)
Mengapa Dividen Bisa Menjadi Indikator Kesehatan Perusahaan?
Investasi saham tidak hanya tentang capital gain (kenaikan harga saham), tetapi juga tentang dividen—bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan ke pemegang saham. Dividen sering dianggap sebagai "hadiah" bagi investor, tetapi lebih dari itu, dividen juga bisa menjadi indikator kesehatan perusahaan . Mengapa? Simak penjelasannya!
1. Perusahaan Harus Punya Keuntungan Konsisten
Untuk membagikan dividen, perusahaan harus menghasilkan laba (profit) yang stabil. Jika dividen dibagikan secara rutin, artinya bisnis perusahaan mampu mencetak keuntungan berulang, bahkan di kondisi ekonomi sulit.
Contoh :
Bank Central Asia ( $BBCA ): Selama 10 tahun terakhir, BBCA konsisten membagikan dividen meski terjadi gejolak ekonomi. Ini menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari bisnis perbankan yang solid.
---
2. Arus Kas yang Kuat
Dividen dibayarkan dari kas perusahaan. Jika perusahaan rutin membagi dividen, artinya arus kas (cash flow) mereka sehat. Arus kas yang baik menandakan perusahaan mampu membayar utang, beroperasi lancar, dan tetap untung.
Contoh:
- Unilever Indonesia ( $UNVR ): Perusahaan consumer goods ini dikenal dengan arus kas stabil berkat penjualan produk sehari-hari (seperti sabun, shampo, makanan) yang tidak terpengaruh resesi. Mereka rutin membagikan dividen 80-100% dari laba bersih.
---
3. Manajemen Percaya Diri dengan Masa Depan
Perusahaan yang membagikan dividen besar biasanya yakin bisnisnya akan tumbuh di masa depan. Jika manajemen ragu, mereka mungkin akan menahan kas untuk ekspansi atau antisipasi krisis.
Contoh:
Telkom Indonesia ( $TLKM ): Dividen rutin dari perusahaan telekomunikasi ini didukung oleh kepercayaan manajemen terhadap pertumbuhan bisnis digital dan infrastruktur. Mereka bahkan berkomitmen membagikan minimal 50% laba bersih sebagai dividen.
4. Minim Utang atau Utang Terkelola Baik
Perusahaan dengan utang tinggi biasanya sulit membagikan dividen besar karena prioritasnya adalah melunasi kewajiban. Jika dividen tetap dibagikan, artinya utang perusahaan terkelola dengan baik.
Contoh :
Astra International (ASII): Meski memiliki utang untuk ekspansi bisnis otomotif dan pertambangan, Astra tetap konsisten membagikan dividen. Ini menunjukkan kemampuan manajemen dalam menyeimbangkan utang dan profitabilitas.
5. Komitmen terhadap Pemegang Saham
Perusahaan yang rutin membagikan dividen biasanya peduli pada kepentingan pemegang saham. Mereka tidak hanya fokus pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga ingin memberikan keuntungan langsung kepada investor.
Contoh :
- Kalbe Farma (KLBF): Perusahaan farmasi ini membagikan dividen secara konsisten selama bertahun-tahun, bahkan saat pandemi. Hal ini mencerminkan komitmen mereka untuk memberi nilai tambah bagi pemegang saham.
Dividen Bukan Segalanya, Tapi...
Meski dividen bisa menjadi indikator kesehatan perusahaan, investor tetap perlu memeriksa faktor lain seperti:
- Payout Ratio (persentase laba yang dibagikan sebagai dividen): Jika terlalu tinggi (>90%), perusahaan mungkin kesulitan mengembangkan bisnis.
- Pertumbuhan Laba: Pastikan laba perusahaan tidak stagnan atau menurun.
- Sektor Bisnis: Perusahaan di sektor stabil (seperti konsumer, perbankan) cenderung lebih konsisten bagi dividen dibanding sektor teknologi yang berisiko tinggi.
Kesimpulan:
Dividen bukan sekadar "uang tambahan", tetapi juga sinyal bahwa perusahaan memiliki bisnis yang sehat, laba stabil, dan manajemen yang bertanggung jawab. Dengan mempelajari pola dividen emiten, Anda bisa menemukan saham yang tidak hanya menguntungkan jangka pendek, tetapi juga aman untuk portofolio jangka panjang.
Beberapa waktu terakhir, situasi di bisnis skincare (perawatan kulit) definisi sangat menarik perhatian. Termasuk bagi saya.
Bagaimana tidak, bisnis skincare sekarang ini membolak balik pandangan dan menyajikan pemandangan ajaib. Dulu bisnis skincare berfokus pada penelitian dan unsur medis, sekarang bisnis skincare berfokus pada flexing pemiliknya - sampai sampai disebut bahwa bisnis ini cuma jadi ladang cuci uang (money laundering) karena lebih kental flexing dibanding mutu produk. Dulu bisnis skincare cenderung bermodal besar besaran, sekarang bisnis skincare definisi “efisien” dengan maklon (white label), bahkan bisa efisien lagi dengan “impor dari Tiongkok”. Dulu bisnis skincare membuat pemiliknya menjalankan bisnisnya secara etik dan beradab, sekarang bisnis skincare membuat pemiliknya jadi gila dan rela menjatuhkan kompetitor sekeras kerasnya, bahkan rela bikin drama ribut ribut demi marketing dan mempertahankan diri (entah dari siapa dan apa?).
Misalnya keributan yang disebabkan oleh kehadiran influencer binti dokter binti pengusaha skincare, Dokter Detektif atau Doktif, yang bikin geger pemilik skincare lain dan bahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bahkan, gegara skincare juga, berhasil membawa salah satu pemilik skincare yang disebut money laundering ke meja hijau.
Ada apa sih ini?
Topik serupa soal skincare, pernah saya bahas juga di QR di 2 slide terakhir.
=======
Sejak beberapa tahun ini, bisnis skincare definisi beneran rame dibandingkan sebelumnya. Saya mendeteksi ini, terutama setelah pandemi dan jualan online di e-commerce jadi marak digunakan. Berbeda dengan sebelum sebelumnya, yang hanya menampilkan beberapa nama besar saja, yang berhasil menguasai media dan media sosial. Hal ini terjadi karena, tentu, kemudahan berbelanja online yang membuat pemain pemain skala kecil menengah bisa masuk dan bersaing dengan level yang sama dengan pemain besar. Selain itu, kebutuhan akan skincare yang harganya kompetitif (murah, maksudnya) mulai meningkat karena tantangan ekonomi yang terjadi setelah pandemi, diteambah dengan maraknya influencer beauty (kecantikan) yang muncul bersamaan di situasi tersebut.
Kemunculan dua hal bersamaan ini, membuat orang orang mulai menyadari skincare menjadi penting juga, sama seperti halnya kosmetik yang sehari hari mereka gunakan. Apalagi tren cantik natural (seakan akan) no make up membuat adanya dukungan lebih lanjut buat skincare, bahkan lebih besar porsi skincarenya dibandingkan kosmetiknya. Ini mengingat effort untuk cantik natural (dengan kosmetik) memang harus dibantu dengan kondisi kulit yang memadai untuk membuatnya kelihatan natural. Itulah alasan kenapa viral banyak curhatan para ciwi ciwi (cewek cewek alias perempuan) di media sosial yang bilang untuk jadi natural (seakan) no make up seperti yang dipengen para cowo cowo (lelaki) itu definisi mengeluarkan duit yang lebih besar lagi. Bukan hanya soal kosmetiknya, tapi skincarenya juga. Jadi, bagi cowo cowo, bantuin modal dong! Wkwkwkwkw ~
Motivasi memakai skincare jadi meningkat, ditambah dengan beberapa kali viral konten glow up (jadi lebih bersinar) mereka mereka yang (tanpa bermaksud bodyshaming) sebelumnya disebut “bulukan” atau ngga kelihatan bibit bibit cakepnya, kemudian jadi syedep bener cakepnya. Meski ada banyak faktor lain yang membuat mereka glow up, misalnya karena di masa lampau aktivitas mereka banyakan di luar (panas panasan) dan membuat mereka ngga mikirin soal ginian, faktor turunan dari orang tuanya yang punya bibit cakep hingga potensi operasi atau perawatan kulit di klinik yang nilainya mehong (alias mahal), namun skincare yang tepat juga dapat membantu bibit bibit cakepnya kelihatan.
Secara basic, skincare sendiri digolongkan dalam beberapa kebutuhan. Ada skincare yang berfokus memperbaiki kondisi kulit, ada yang berfokus membuat cerah (sudah ngga boleh sebut putih yes, dianggap ngga inklusif soalnya), ada yang berfokus menghilangkan jerawat, ada yang berfokus melindungi (sunscreen) dan ada yang berfokus pada anti penuaan (anti aging). Selain itu, skincare pun juga digolongkan berdasarkan jenis kelaminnya. Ada skincare yang berfokus di perempuan - yang jadi konsumen terbesar sehingga tidak perlu disebut for Woman/Women dan ada yang berfokus di lelaki - yang masih jadi peluang pertumbuhan kedepan, namun terhalang stigmatisasi lelaki tidak bercerita (eh) lelaki tidak merawat diri. Meski pemainnya tambah banyak, tapi produk yang mereka jual cenderung sama sama bermain di kategori kategori tadi. Hanya beda di masing-masing pemain ada kategori yang cenderung diunggulkan oleh mereka, sehingga dari sisi branding dan marketing akan difokuskan kesana.
Dengan popularitas skincare yang meningkat, tentu menjadi peluang bisnis yang menggiurkan, bukan? Ngga heran pemainnya tiap hari terus bertambah, dengan berbagai latar belakang pemiliknya. Termasuk, kalangan selebritas pun mulai banyak cicip sektor ini, seperti Nagita Slavina dan Luna Maya. Sementara, pemain pemain eksisting seperti Martha Tilaar (MBTO), Mustika Ratu (MRAT), Wardah grup, Unilever (UNVR) hingga Viva Cosmetics pun meningkatkan level kompetitif mereka, dengan mengandalkan keterkenalan nama mereka yang sudah lama terjadi. Tinggal tantangannya tentu mempertahankan relevansi merek mereka pada generasi generasi pengguna skincare, yang tentu (lagi lagi) didominasi anak muda.
Bukan hanya skincare as a product, namun klinik kecantikan pun juga meningkat popularitasnya, dan mereka punya skincare juga. Hal ini terjadi karena klinik kecantikan biasanya punya solusi yang customize (spesial) untuk kondisi kulit yang berbeda. Karena ada kondisi kondisi yang tidak bisa ditangani hanya dengan skincare yang dijual secara umum, yang punya formulasi mirip mirip - hanya beda persen kandungan dan tentu saja produsennya, terutama kalo maklon lokal atau dari Tiongkok. Misalnya jika isu kulitnya terjadi secara menahun, seperti jerawat dan breakout yang tidak ditangani serius sejak dini. Meski dari sisi permodalan, klinik kecantikan lebih butuh banyak duit dan lebih rumit karena perizinan, kebutuhan dokternya dsb, namun level persaingan di klinik kecantikan juga sama kerasnya. Begitupun drama keributannya. Seperti yang terjadi antara Doktif tadi dan Dr. Richard Lee, owner klinik Athena, yang sama sama punya klinik kecantikannya sendiri.
Sayangnya, pemain yang makin banyak tidak berarti kualitasnya meningkat juga. Selain karena banyak skincare “instan” berkat jasa maklon dan produk Tiongkok “dibranding produk lokal” - yang penting murah, fokus sebagian pemilik skincare yang malah menjual flexing harta mereka yang disebut berasal dari jualan produk ini, membuat apapun bisa mereka lakukan. Termasuk, rela menjual produk produk yang kurang berkualitas, bahkan berbahaya untuk kulit dengan kandungan produk yang sejak dulu dianggap obat keras dengan penggunaan terbatas, bahkan terlarang - misalnya Merkuri dan Hydroquinone.
Situasi ini tentu memprihatinkan, karena bukan hanya berdampak pada kesehatan, juga berdampak pada menguras kantong. Mengingat masih banyak produk skincare yang dijual itu antara menguras duit karena harga mahal - tapi kurang efektif, atau harganya murah - tapi tetap berpotensi kurang efektif, bahkan bisa jadi ada bahan berbahaya. Dalam situasi ini, kehadiran dan ketegasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjadi penting. Masalahnya, ada semacam distrust (ketidakpercayaan) sebagian masyarakat terhadap kinerja BPOM - terutama setelah peristiwa gagal ginjal karena obat sirup yang bikin nyess hati emak emak (yang juga pengguna skincare), yang membuat mereka merasa perlu rely on ( bergantung) pada orang orang yang dianggap “kredibel” dan akhirnya membuat populer orang orang seperti Doktif.
Meski dalam hal medis atau kedokteran, kita bisa dan wajib minta second opinion (pendapat lain), namun dalam hal informasi umum atau sesuatu yang seharusnya mengacu pada satu sumber seperti legalitas obat dan makanan, seharusnya ngga ada sumber informasi ganda seperti ini. Posisi BPOM harus lebih kuat dari influencer manapun, dan harusnya lebih tegas, karena merekalah yang mengeluarkan izin, bukan Doktif. Selain itu, posisi BPOM yang cenderung lebih netral karena mereka bukan sekaligus pelaku usaha, juga menjadi alasan lain. BPOM harus memenangkan kembali kepercayaan masyarakat, apalagi dengan tipikal masyarakat kita yang cenderung emosional dan tidak terlalu paham urusan medis beginian, memenangkan emosi lebih penting dari sekadar memenangkan regulasi semata.
Tanpa bermaksud meragukan kemampuan dan kapasitas Doktif maupun influencer serupa yang menyelidiki makanan maupun skincare, mereka mereka ini juga memiliki usaha sendiri - jadi influencer yang menyelidiki ginian pun juga hitungannya usaha dong. Posisi mereka yang dobel seperti ini rawan konflik kepentingan, demi menyukseskan usaha/kantong mereka sendiri dan dengan keterkenalan mereka yang luar biasa, mereka juga berpotensi menggiring opini publik untuk salah/memfitnah dan jika kepleset bisa menyebarkan hoax. Resikonya jadi tinggi dan mereka harus siap dengan konsekuensi, bukan hanya siap dengan pujian dan terima kasih.
Begitu ~
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi, serta Twitter/X @plbkinvestasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$MRAT $MBTO $UNVR
1/2
Selamat sore semua...
Setelah sekian lama vakum, saya kembali aktif posting disini 🙂
$UNVR holders gimana kabarnya?
Hari ini kembali breakdown dari supportnya. Mau bilang ke proyeksi target kok gak tega ya 🙂
Apakah masih ada yang punya ini UNVR dari harga atas ya?
Beli sore oke, beli pagi juga oke. Ga ada yg susah kawan!
Gasss… bungkuz lagi 🥁
$ASSA 🏹 Cuan ketigabelas hari ini!
💫 Average 656
✨ Jual 670
The longer you hold, the greater the risk, cash out now and let your portfolio breathe easy. The market is not a casino, stack wins, not bets 😉
🌺🌺🌺
$ACES $UNVR
@barubelajar90 beli yang banyak $UNVR vroh... ini buat invest long long time, tiap dapet lebih murah cicil trs. invest untuk anak cucu yg jelas jelas aja, jgn kaya saham gorengan blue chip lain nya 🤭 🤭 🤣 🤣
@SunLight itu saham yang dia pegang lagi nyelem. udah bluechip, dipidend seuprit ga nutupin loss lagi. lagi stress itu dia $ITMG $BBRI $UNVR
intinya semua saham akan balik arah sesuai fundamentalnya, contoh aja $BREN sekarang segitu. Yakin beli perusahaan market cap 1200 trilliun? BBCA aja dia salip
Sekarang aset $BREN apa? lantas bisnis masa depan? Yakin 100% tumbuh? Gimana kalau tiba-tiba ada goncangan, contoh: $UNVR yang dulu sangat diagung2 kan.
Someone said in BREN: Saham pak PP bakal dijaga terus harganya karena ingin menambah kekayaan on paper, beliau masuk orang terkaya di dunia
So, kalau udah percaya gitu ibarat kata kita membeli sebuah batu permata yang cantik namun sebenarnya fungsinya sedikit tapi overpricing
BREN itu bagus, bisnis masa depan yang sangat prospek tapi harganya sungguh amazing.
Semoga postingan ini bisa jadi pelajaran untuk yang bilang fundamental is dead!
@amutricardo iya tu, payah giliran jalan ke Utara $WIFI go blok, pembiaran yang perlahan jalan ke selatan bagaimana itu nasib nyakuter? $UNVR.
Update: $UNVR masih gigih turun. Bikin new lowest lagi. Biarkan sajalah. Entry ga kena ini. Tawar lagi.
New entry: 1735
Stop: 1635
Loss: 100k per 10 lots
Resistance psycho level: 2000
Support 5-year low: 1645
Making New Low 30 Januari 2025
Bayangkan kamu bangun pagi, buka aplikasi trading, dan melihat portofolio kamu lebih merah dari sambal level 10. INTP sekarang di Rp5.875, padahal setahun terakhir paling rendah cuma Rp6.000. CNMA lebih parah lagi, turun ke Rp153 dari Rp156. Ini bukan sekadar koreksi sehat, ini sudah masuk kategori koma. Ini kayak pasien di sinetron yang sudah pakai ventilator, tapi dokter bilang, "Maaf, kondisinya makin memburuk, harap keluarga bersiap." Investor yang pegang saham ini udah masuk fase pasrah, kayak Luffy yang cuma bisa nangis waktu Ace mati di tangan Akainu. Mau teriak? Percuma. Mau marah? Market gak peduli. Mau cut loss? Ah, keburu nyangkut. Terpaksa Luffy Upgrade skill haki https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau ngomongin psikologi investor yang terjebak di saham nyungsep, ini mirip Five Stages of Grief, teori psikologi yang sering muncul di film Hollywood, tapi sekarang relevan banget buat mereka yang portofolionya lagi tenggelam. Tahap pertama: Denial. Ini fase di mana investor masih yakin banget harga bakal balik. "Ah, ini cuma sementara, bulan depan naik lagi kok." Ya, sama kayak jomblo yang percaya kalau mantan bakal balik padahal udah tunangan sama orang lain. Investor di tahap ini biasanya masih rajin baca laporan keuangan, nyari data teknikal, dan meyakinkan diri kalau PBV rendah artinya undervalued. Padahal, undervalued dan turun terus itu beda tipis.
Lalu masuklah ke tahap Anger. Ini saat investor mulai ngamuk di forum saham, menyalahkan bandar, market maker, The Fed, bahkan tukang gorengan depan rumah. Pokoknya semua salah, kecuali diri sendiri. "INI BANDARNYA IBLIS LAKNAT!" atau "INI KONSTIPASI WAHYUDI!" adalah kalimat sakti yang sering muncul. Ini mirip capres 2019 waktu kalah pemilu, masih ngotot bilang ada kecurangan, padahal semua data sudah jelas dia kalah. Investor di tahap ini juga mulai nyinyir ke orang yang invest di saham lain. Kalau ada yang cuan di saham sebelah, mereka langsung komen, "itu pasti anaknya Soros yang goreng buat cuci duit." Padahal yang salah cuma satu: mereka sendiri yang gak mau terima kenyataan.
Lanjut ke tahap Bargaining. Ini saat di mana investor mulai tawar-menawar sama dirinya sendiri. "Kalau naik dikit aja gue cut loss, janji!" atau "Tunggu kuartal depan deh, siapa tahu ada perbaikan." Mereka mulai pasang target harga yang absurd, kayak mantan yang masih berharap balikan sama gebetan yang udah pindah negara. Ini mirip Vegeta yang selalu merasa bisa menang lawan Goku, padahal dari dulu sampai sekarang ya tetap kalah. Bargaining ini nggak ada gunanya, karena market tetap jalan sesuai hukum alamnya: kalau fundamentalnya gak kuat dan demand gak ada, ya bakal turun terus.
Setelah capek tawar-menawar, datanglah fase Depression. Ini saat di mana aplikasi trading mulai jarang dibuka, notifikasi market dimatikan, dan tiap kali ada yang nanya soal saham, jawabannya cuma, "Gak usah bahas itu deh." Ini mirip Zoro waktu kalah dari Mihawk, duduk termenung sambil sadar kalau dia masih terlalu lemah untuk bertarung. Beberapa investor mulai mencari pelarian. Ada yang banting setir ke kripto, ada yang mulai trading Skibidi Coin, dan ada juga yang mulai belajar jualan online. Intinya, mereka gak mau ngelihat portofolio mereka lagi, karena sakitnya sudah terlalu dalam. Pak Toto jualan bakso https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan akhirnya, sampailah di tahap terakhir: Acceptance. Ini saat di mana mereka bilang, "Ya sudahlah, biar jadi warisan cucu." atau yang lebih klasik, "Sekarang gue investasi jangka panjang." Ini bukan strategi, ini cuma mekanisme bertahan hidup. Sama kayak Luffy yang akhirnya menerima kematian Ace dan lanjut berlayar, mereka pun akhirnya menerima nasib kalau duit mereka sudah berpindah tangan ke pihak lain.
Tapi yang bikin tambah ngenes, di antara saham-saham yang nyungsep ini, ada beberapa yang masih kasih harapan palsu. UNVR, misalnya, meski turun ke Rp1.650, masih kasih dividend yield 7,15%. WIIM lebih sadis lagi, bagi dividend yield 15,97%, kayak bilang, "Tenang aja bro, walaupun harga saham gue turun, setidaknya gue masih baik hati bagi dividen." Sementara itu, BBTN punya PBV 0,45 dan net income Rp2,08 Triliun, tapi tetap aja turun. Ini kayak orang yang udah kerja keras, lembur tiap hari, tapi tetap gak bisa beli rumah karena harga tanah naik lebih cepat dari gaji.
Di sisi lain, ada saham-saham gocap yang sudah seperti penghuni abadi dasar market. SRSN, KOCI, KUAS, LAJU, HUMI—saham yang kalau turun ya udah gak bisa turun lagi, tapi naiknya juga gak ketahuan kapan. Ini kayak Yamcha di Dragon Ball, nasibnya sudah ditentukan sejak awal sebagai karakter yang gak akan pernah jadi tokoh utama. Mau sekuat apapun dia latihan, tetap aja kalah.
Jadi, pelajaran dari semua ini? Pasar saham itu kayak dunia nyata: yang kuat bertahan, yang lemah terlupakan. Investor yang bisa move on bakal cari peluang baru, sementara yang masih denial bakal terus terjebak dalam teori konspirasi. Market gak peduli kamu mau investasi jangka panjang atau pendek, yang jelas, kalau kamu gak bisa terima kenyataan, kamu cuma bakal jadi korban berikutnya. Dan ingat, harga murah bukan jaminan akan naik lagi, sama seperti mantan yang sudah bahagia dengan yang lain, gak ada alasan buat dia balik ke kamu.
Daftar saham dengan harga saat ini dan harga terendah 1 tahun:
INTP - Harga: Rp5.875, Harga Terendah 1 Tahun: Rp6.000
BBMD - Harga: Rp1.750, Harga Terendah 1 Tahun: Rp1.750
UNVR - Harga: Rp1.650, Harga Terendah 1 Tahun: Rp1.685
BBTN - Harga: Rp1.020, Harga Terendah 1 Tahun: Rp1.040
NCKL - Harga: Rp700, Harga Terendah 1 Tahun: Rp700
WIIM - Harga: Rp670, Harga Terendah 1 Tahun: Rp670
CNMA - Harga: Rp153, Harga Terendah 1 Tahun: Rp156
SRSN - Harga: Rp50, Harga Terendah 1 Tahun: Rp50
KOCI - Harga: Rp50, Harga Terendah 1 Tahun: Rp50
KUAS - Harga: Rp50, Harga Terendah 1 Tahun: Rp50
LAJU - Harga: Rp50, Harga Terendah 1 Tahun: Rp50
HUMI - Harga: Rp50, Harga Terendah 1 Tahun: Rp50
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$INTP $BBTN $UNVR
1/3
Cara Menentukan Target Pendapatan dari Dividen
Banyak investor tertarik dengan saham dividen karena dapat memberikan pendapatan pasif yang stabil. Namun, bagaimana cara menentukan target pendapatan yang realistis dari dividen? Artikel ini akan membahas langkah-langkah mudah untuk menghitung target pendapatan dari dividen, dengan contoh nyata dari emiten saham di IHSG.
1. Tentukan Berapa Pendapatan yang Anda Butuhkan
Sebelum mulai berinvestasi, tentukan jumlah pendapatan pasif yang ingin Anda peroleh setiap bulan atau tahun dari dividen.
Contoh:
Jika Anda ingin mendapatkan Rp5.000.000 per bulan dari dividen, maka total pendapatan tahunan yang dibutuhkan adalah:
Rp5.000.000 x 12 bulan = Rp60.000.000 per tahun
2. Pilih Saham dengan Dividend Yield yang Stabil
Dividend yield adalah persentase dividen tahunan terhadap harga saham. Pilih saham yang memiliki dividend yield yang stabil dan tidak terlalu fluktuatif.
Contoh:
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) memiliki dividend yield sekitar 15%.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memiliki dividend yield sekitar 4%.
3. Hitung Modal yang Dibutuhkan
Setelah mengetahui dividend yield, Anda bisa menghitung jumlah modal yang dibutuhkan untuk mencapai target pendapatan.
Formula:
Contoh Perhitungan:
Jika Anda memilih ITMG dengan dividend yield 15%, maka:
Jika memilih UNVR dengan dividend yield 4%, maka:
Dari contoh ini, terlihat bahwa saham dengan dividend yield lebih tinggi membutuhkan modal lebih sedikit untuk mencapai target pendapatan.
4. Lakukan Diversifikasi
Jangan hanya mengandalkan satu saham saja. Gabungkan beberapa saham dari sektor yang berbeda agar risiko lebih terkendali.
Contoh Diversifikasi:
$ITMG (Sektor Energi) – Dividend yield tinggi, tetapi harga saham bisa fluktuatif.
$UNVR (Sektor Konsumsi) – Dividend yield lebih kecil, tetapi lebih stabil.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ($TLKM) – Perusahaan telekomunikasi dengan dividen yang stabil.
5. Reinvestasi untuk Pertumbuhan Lebih Cepat
Jika Anda belum membutuhkan pendapatan dari dividen, reinvestasikan dividen tersebut untuk membeli lebih banyak saham. Ini akan mempercepat pertumbuhan portofolio Anda.
Kesimpulan
Menentukan target pendapatan dari dividen memerlukan perencanaan yang matang. Tentukan kebutuhan pendapatan Anda, pilih saham dengan dividend yield yang sesuai, hitung modal yang dibutuhkan, dan lakukan diversifikasi. Dengan strategi yang tepat, Anda bisa membangun sumber pendapatan pasif yang stabil dan terus bertumbuh.
Selamat berinvestasi dan semoga sukses!
another next UNVR adalah $DOID
peak november sampai hari ini sudah -38.29% perusahaan apa ini? tipu2 ya ~ ownernya sama kek eFishery.
jadi DOID adalah next $UNVR atau next eFishery ? biar harga yang menjawab
2024 Dividend Statistics Part 4 - Dividend Decline
Dari 327 saham yang membagikan dividend di tahun 2024, tidak semuanya menaikkan dividend yang dibayarkan per lembarnya dari tahun sebelumnya. Salah satu contoh yang paling terlihat kentara adalah $UNVR. Tidak seperti $BJTM yang terus menaikkan dividend-nya dalam 10 tahun terakhir, atau bluechip lain seperti $BBRI yg konsisten naik di 3 tahun terakhir, dividend payment dari UNVR terlihat selalu turun dalam 5 tahun terakhir dengan rata-rata -25 rupiah per tahun. Kalau trend ini terus berlanjut, bisa-bisa dalam 5 tahun lagi nilainya menjadi 0. Hal ini tentunya dikarenakan turunnya penghasilan UNVR karena market share-nya yang terus tergerus.
Ini bisa jadi pengingat bagi investor untuk tetap hati-hati dalam memilih saham yang akan dibeli. Jangan hanya melihat yield saat ini saja, tapi juga trend dan prospeknya ke depan.
Kalau mau mengeksplor trend dividend payment dari emiten lain, bisa dilihat di: https://cutt.ly/Fe48l5kF
1/2