Di portofoliomu, mungkin ada beberapa saham warisan dari orang tua ($UNVR $ULTJ $UNTR yang dibeli 20 tahun lalu). Atau mungkin itu saham pertama yang kamu beli pas baru belajar investasi dan sekarang udah "terlupakan".
Inilah yang kita sebut "Legacy Stocks" — saham peninggalan masa lalu yang duduk manis di portofolio, entah karena sentimental atau karena inertia (malas ngapa-ngapain).
Pertanyaan besarnya: Saham 'warisan' ini harus diapain? Dibiarkan jadi 'peninggalan sejarah' atau dilepas untuk modal baru yang lebih produktif? 🤔
Jangan ambil keputusan karena emosi. Coba jawab 3 pertanyaan ini secara jujur.
1. Pertanyaan Objektif: "Jika Hari Ini Aku Punya Uang Cash, Akankah Aku Membeli Saham Ini?"
Ini adalah pertanyaan paling penting untuk membunuh bias sentimental.
Bayangkan kamu tidak memiliki saham itu sama sekali.
Lihatlah perusahaan itu dengan mata segar, seolah-olah kamu baru pertama kali menganalisisnya hari ini.
Lupakan harga belinya dulu. Lupakan kenangannya.
➡️ Jika jawabanmu "TIDAK," kemungkinan besar alasanmu menahan saham itu hanyalah karena faktor emosional atau endowment effect (merasa sesuatu lebih berharga hanya karena kita memilikinya). Ini adalah sinyal kuat untuk mempertimbangkan menjualnya.
➡️ Jika jawabanmu "YA, TENTU SAJA," berarti kamu masih percaya pada Pengendali dan Prospek fundamentalnya. Lanjut ke pertanyaan kedua.
2. Pertanyaan Masa Depan: "Apakah Bisnisnya Masih Relevan untuk 10 Tahun ke Depan?"
Dunia berubah. Perusahaan yang dulu jadi raja, sekarang bisa jadi dinosaurus yang menunggu punah.
Cek Moat (Keunggulan Kompetitif): Apakah 'benteng' bisnisnya masih kokoh? Atau sudah mulai digerogoti oleh pesaing yang lebih lincah dan inovatif?
Cek Relevansi Industri: Apakah industrinya masih bertumbuh, atau sedang mengalami senja kala? (Ingat nasib Kodak di era digital).
Cek Inovasi: Apa yang perusahaan lakukan untuk beradaptasi? Apakah mereka memimpin perubahan atau hanya reaktif?
✅ Contoh Legacy Stock yang Bertahan: Perusahaan perbankan besar yang sukses bertransformasi digital.
❌ Contoh Legacy Stock yang Gagal: Perusahaan media cetak yang tidak bisa beradaptasi dengan media online.
Jangan berinvestasi hanya dengan melihat kaca spion (kinerja masa lalu). Kamu harus melihat ke kaca depan (prospek masa depan).
3. Pertanyaan Biaya Peluang: "Apa 'Harga' dari Menahan Saham Ini?"
Setiap rupiah yang 'terkunci' di dalam saham lama adalah rupiah yang tidak bisa kamu gunakan untuk peluang investasi yang lebih baik. Ini disebut Opportunity Cost.
Tanyakan pada dirimu: "Dengan menahan saham A yang pertumbuhannya mungkin cuma 5% setahun, apakah aku kehilangan kesempatan untuk masuk ke saham B yang punya potensi tumbuh 20% setahun?"
Bandingkan potensi return dari Legacy Stock-mu dengan rata-rata return IHSG atau dengan saham lain di watchlist-mu.
Jika Legacy Stock-mu sudah menjadi "dead money" (aset yang tidak bertumbuh), maka menahannya sama saja dengan membiarkan modalmu tergerus inflasi secara perlahan.
Kesimpulan: Kapan Harus Jual vs. Tahan?
Tanda-Tanda Harus Dilepas ❌
Kamu tidak akan membelinya hari ini.
Bisnisnya mulai usang & tidak relevan.
Kalah saing dengan pendatang baru.
Pertumbuhannya stagnan ("dead money").
Ada peluang investasi lain yang JAUH lebih baik.
Tanda-Tanda Layak Dipertahankan ✅
Kamu masih akan membelinya dengan yakin.
Moat-nya masih kuat & terus berinovasi.
Masih menjadi pemimpin pasar di industrinya.
Masih memberikan return & dividen yang sehat.
Sulit menemukan alternatif yang lebih baik.
Perlakukan setiap saham di portofoliomu—baru atau lama—sebagai kandidat yang harus terus membuktikan kelayakannya. Jangan biarkan portofoliomu menjadi museum.
Punya 'Legacy Stock' di portomu? Saham apa dan apa rencanamu (tahan/jual)? Share ceritamu di kolom komentar! 👇