Volume
Avg volume
Pada tahun 1968, PT. Surya Pertiwi Tbk (SPTO) telah menjadi agen tunggal di Indonesia dari TOTO Jepang, produsen produk kamar mandi Jepang terkemuka. TOTO adalah salah satu produsen produk kamar mandi terbesar di dunia, didirikan sejak 1917. Pada tahun 1977, pemegang saham SPTO, bersama dengan TOTO Jepang, mendirikan PT. Surya Toto Indonesia Tbk untuk memproduksi dan menjual produk merek TOTO di Indonesia, di bawah lisensi TOTO Jepang. Sejak tahun 1978, SPTO menjadi distributor tunggal eksklusif produk TOTO di Indonesia, dan saat ini, SPTO memerintahkan jaringan distribusi yang luas ke 14 kota besar di luar Jabodetabek dan Sura... Read More
Okay, ini aku mau buka-buka saja hasil analisa aku, enggak harus diikutin, cuma mau sharing saja dan aku bakal update setiap 1x per bulan beside tradingku
BBCA:
harga sekarang : 9.400
valuasi wajar : 10.000 (PER 13x-14x)
risiko:
- sektor perbankan sensitif terhadap suku bunga dan ekonomi makro
- valuasi relatif tinggi jadi margin upsidenya terbatas
keunggulannya : stabil, asset besar, kinerja historis konsisten
SMSM:
harga sekarang : 1.865
valuasi wajar : 2.000 (PER 13-14.5x)
risiko:
- tergantung ekspor & pasar otomotif global
- kenaikan bahan baku (logam) bisa tekan margin
keunggulannya : ROE tinggi, utang rendah, dividen rutin, margin laba bersih stabil
ASII:
harga sekarang : 4.850
valuasi wajar : 5800 (PER 11-12x)
risiko:
- kinerja sangat tergantung otomotif dan alat berat
- bisnis multi-sektor, manajemennya lumayan kompleks
Keunggulan : konglomerasi besar, fundamental kuat, prospek dividen baik
TSPC
harga sekarang : 2.600
valuasi wajar : 3.000
risiko:
- persaingan ketat di sektor consumer dan farmasi
- margin bisa tertekan dari promosi atau distribusi
keunggulan : EPS terus bertumbuh, brand kuat (bodrex, hemaviton)
SPTO
harga sekarang: 700
valuasi wajar: 750
risiko:
- ketergantungan ke sektor konstruksi & properti
- margin bisa tipis saat biaya logistik meningkat
keunggulan : dividen konsisten, utang rendah, distribusi produk TOTO menjamin stabilitas bisnis
IFII
harga sekarang: 242
vauasi wajar: 250
risiko:
- sensitif terhadap harga kayu dan pasar properti
- skala kecil, potensi volatilitas lebih tinggi
keunggulan: EPS terus bertumbuh selama 5 tahun, fokus pasar domestik, ekspansi kapasitas
based on risk:
risk rendah : BBCA, SMSM, TSPC
risk menengah : ASII, SPTO
risk tinggi : IFII
buat sekarang, emang belum ada yang discount lebih paling mending itu $TSPC $BBCA $SPTO tapi ini belum best deal banget, jadi enggak bisa all in sesuai alokasi 🙂
🎶 🆑💯❌⁉️🆙♨️⭕️🆓
Fokus aja yg ini :
ADMF :
CAMP :
$LPPF :
$POWR :
RALS :
$SPTO :
Untuk periode
Hari : Rabu
Tanggal : ⏭️ 28 May 2025 ⏮️
Hadir dalam SINYAL #ScreenerDekan™️ di StockBit .
Kita tunggu % Higher to Price sewaktu closing nanti jam 16.00 untuk cross-check hasilnya yang selama ini fitur screener StockBit tidak mengecewakan.
DisclamerOn : bukan saran jual beli, hanya Guideline pribadi 🌈
Mengais Asa di Tengah Perubahan Global
________________________________________
A Brief Thesis Investment of PT. Adaro Andalan Indonesia Tbk.
Part 2/2
Analisa Kualitatif
Saat ini, kita tengah berada di era elektrifikasi, di mana hampir seluruh aspek kehidupan modern sangat bergantung pada energi listrik. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan teknologi dan kenyamanan, konsumsi energi listrik diperkirakan akan terus mengalami peningkatan di masa mendatang. International Energy Agency (IEA) memproyeksikan bahwa pada tahun 2030, permintaan energi global akan naik sebesar 45 persen, dengan sekitar 80 persen di antaranya masih dipenuhi oleh sumber energi berbasis bahan bakar fosil. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada pergeseran menuju penggunaan energi listrik, ketergantungan terhadap energi fosil masih sangat tinggi.
Hampir tidak mungkin bagi kita untuk sepenuhnya meninggalkan listrik (kecuali ditemukan sumber energi lain yang lebih efisien). Oleh karena itu, kebutuhan akan pembangkit listrik akan terus berkembang, tinggal bagaimana kita memilih untuk memanfaatkan sumber energi bersih atau tetap bergantung pada energi kotor.
Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa kondisi Climate Change merupakan ancaman nyata bagi peradaban umat manusia. Dan salah satu penyumbang terbesar atas proses Climate Change adalah penggunaan Bahan Bakar Fosil yang meninggalkan jejak karbon.
Dunia sadar, bahwa jika kondisi ini tidak segera diatasi. Maka masa depan dunia akan menjadi taruhannya. Oleh sebab itu dalam beberapa dekade terakhir mulai digaungkan kampanye green energy yang berfokus pada lingkungan. Namun disisi lain bahan bakar fosil masih menawarkan nilai ekonomis dan reliabilitas yang sangat tinggi.
Negara-negara OECD sudah memulai transformasi energi nya menuju energi bersih dan perlahan-lahan mengurangi kebutuhan pada sumber energi kotor. Namun kondisi yang berbeda terjadi di negara Non OECD yang justru menaikkan penggunaan energi kotornya. Negara-Negara yang masih masif dalam mengembangkan industri pembangkit listrik batubaranya seperti India, negara-negara di ASEAN, dan Afrika Selatan.
Salah dua dari pasar batu bara terbesar di dunia adalah Tiongkok dan India. Tiongkok menyumbang sekitar 51% dari total produksi global, sementara India berkontribusi sekitar 11%. Meskipun produksi mereka sangat besar, hal itu masih belum mencukupi kebutuhan domestik, sehingga kedua negara tersebut juga termasuk dalam jajaran importir batu bara terbesar di dunia, dengan Tiongkok mengimpor sekitar 34% dan India 16%. Di sisi lain, Indonesia memimpin pasar batu bara seaborne dengan porsi ekspor mencapai 36%.
Pada tahun 2024 IEA memproyeksikan bahwa batubara akan memasuki trend reversal pada 2025 dan 2026 setelah mengalami peningkatan signifikan pasca Covid-19. Tesis utamanya adalah peningkatan EBT akan melampaui kebutuhan energi Nasional di berbagai Negara. Meskipun India dan ASEAN masih terus menumbuhkan demand akan batubara, namun pengurangan permintaan dari USA, Eropa, Korea dan Jepang akan memberatkan laju pertumbuhan tahunan.
Namun pada beberapa waktu kebelakang IEA “merevisi” proyeksinya dan menyatakan bahwa batubara akan terus bertumbuh dan melampaui rekor all time high nya setidaknya hingga tahun 2027. Namun komitmen dari Paris Agreement yang mengharuskan adanya penurunan penggunaan energi fosil pada dekade ini diprediksi akan menekan permintaan batubara.
Kelanjutan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya, bayu, dan hydropower diprediksi akan menekan demand batubara di masa depan. Prediksi ini sedikit tercermin pada Q1 2025 dimana China melaporkan penurunan produksi listrik dari bahan bakar fosil sebesar 4.7% YoY yang mengakibatkan impor batubara turun 13.1% YoY
Baru-baru ini pemerintah China telah memperbarui standar nasional efisiensi konsumsi energi bagi pembangkit listrik tenaga batubara. Pemerintah menetapkan ambang batas yang lebih ketat baik untuk pembangkit listrik existing maupun yang baru akan dibangun.
Berbeda dengan China, India justru sedang gencar-gencarnya menaikkan penggunaan batubaranya. India menganggap EBT belum mampu untuk menggantikan energi batubara di tengah ekspansi industri yang terjadi di dalam negeri.
Dari segi supply, Indonesia sebagai market leader seaborne masih terus berekspansi dalam peningkatan jumlah produksinya. Pemerintah juga masih mendorong penggunaan energi kotor sebagai sumber utama energi nasional dikarenakan masih berlimpahnya cadangan batubara nasional serta masih minimnya investasi pada EBT.
Dari sisi China juga terdapat penumpukan stok yang diakibatkan oleh kebijakan strategis demi mengamankan kebutuhan energi. Kondisi serupa juga terjadi di India, dimana mereka tengah gencar dalam melakukan produksi domestik dan berusaha mengurangi porsi impor.
Atas situasi ini, Fengkuang Coal Logistic mengatakan sentimen pasar cukup pesimistis sehingga menyebabkan harga acuan jatuh dan pembeli menjauh dari pasar spot sambil menunggu harga mencapai titik terendah. Sementara itu pembelian masih didasarkan pada kebutuhan yang kaku dan permintaan hanya didorong oleh harga yang relatif rendah
Jumlah kapal yang berlabuh di pelabuhan pun hanya mencapai level separuh dari titik yang sama di tahun lalu. Industri China yang masih lemah ditambah dengan peningkatan produksi tahun 2024 dan menghangatnya cuaca pada musim dingin 2024 kesemuanya berkontribusi pada kondisi oversupply di market dan akhirnya mengakibatkan penurunan harga acuan batubara.
BloombergNEF melaporkan pada 2024 Investasi yang telah dikucurkan untuk transisi energi telah melebihi angka USD 2 Trilliun. Pertumbuhan ini menjadi titik tertinggi dalam sejarah meskipun secara Growth terdapat perlambatan. Angka ini disumbang mayoritas oleh China yang mengusur posisi USA, EU dan UK.
Masifnya pertumbuhan ditopang oleh EV (USD 757 Miliar), Reneweables Energy (USD 728 Miliar) dan Power Grids (USD 390 Miliar). BloombergNEF melaporkan bahwa investasi terbesar jatuh kepada teknologi yang telah matang dibanding teknologi yang masih dalam tahap pengembangan. Alhasil teknologi electrified heat, hydrogen, CCS, dan nuklir hanya meraih investasi sebesar USD 155 Miliar atau turun 23% YoY.
Tren pembangkit listrik dunia telah bergeser dalam beberapa dekade ke belakang. Apabila dahulu batubara masih menjadi market leader dengan prosentase diatas 40% dan pesaing terdekat hanya gas, hydropower dan nuklir yang masing-masing berada di bawah 20%. Tetapi kondisi di 2024 telah sedikit berubah, Batubara turun menjadi 35%, sementara gas mengalami kenaikan perlahan sedangkan angin dan surya naik secara eksponensial dalam 10 tahun terakhir.
Investasi EBT di China telah menyentuh USD 818 Miliar atau naik 20% YoY. Angka ini menyumbang ⅔ dari total kenaikan investasi global secara YoY. Lebih lanjut, menurut laporan Carbon Brief kontribusi sektor EBT telah menyumbang 10% PDB di China pada 2024. Angka ini naik dari 9% pada tahun sebelumnya.
Sejalan dengan China, India juga telah mulai gencar untuk melakukan investasi pada EBT. Kementerian Keuangan India baru saja meneken draf Taksonomi Keuangan Iklim yang berisi pengarahan investasi ke sektor ramah lingkungan dan mencegah praktik greenwashing. India membutuhkan dana sebesar USD 2.5 Triliun guna mencapai target pengurangan emisi 45% di 2030 dan Net Zero Emission di 2070.
BloombergNEF menambahkan bahwa diperlukan rerata USD 5.6 Triliun investasi setiap tahun dari 2025-2030 untuk mencapai Net Zero Emission di 2050. Sedangkan laju investasi global saat ini baru menyentuh 37% dari kebutuhan.
Tantangan
Tekanan terhadap batu bara semakin besar akibat dampak negatifnya terhadap iklim global. Batu bara memang telah lama menjadi sumber energi utama karena infrastrukturnya yang luas dan biayanya yang relatif murah. Namun, jika dampak lingkungan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak segera diatasi, dunia berisiko menghadapi perubahan iklim ekstrem yang pada akhirnya mengancam kelangsungan hidup manusia.
Sebagai bentuk upaya untuk mencegah krisis iklim, pada Desember 2015 lebih dari 200 negara menandatangani Paris Agreement, sebuah perjanjian internasional yang salah satu tujuannya adalah menahan laju kenaikan suhu rata-rata global agar tidak melebihi 1,5°C pada tahun 2030.
Perjanjian ini menuntut transformasi besar dalam aspek ekonomi dan sosial yang berbasis pada ilmu pengetahuan. Selain itu, negara-negara maju juga didorong untuk memberikan bantuan keuangan dan penguatan kapasitas kepada negara-negara berkembang dan miskin sebagai bagian dari tanggung jawab kolektif.
Indonesia turut ambil bagian dalam komitmen global ini melalui dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) dengan menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Komitmen ini diperkuat melalui Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2021, yang mengatur tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK). Salah satu implementasi dari kebijakan ini adalah peluncuran bursa karbon.
Mekanisme bursa karbon cukup sederhana: pelaku usaha yang ditetapkan oleh pemerintah akan diberikan alokasi emisi dalam jangka waktu tertentu. Jika emisi yang dihasilkan melebihi kuota, mereka dapat membeli unit karbon dari pelaku usaha lain yang memiliki kelebihan kuota.
Di sisi lain, industri batu bara global menghadapi tantangan yang cukup kompleks, terutama yang berasal dari dinamika geopolitik dan tingkat permintaan di negara-negara konsumen utama seperti Tiongkok dan India. Meski Tiongkok telah merevisi standar energi nasional untuk keempat kalinya, mereka masih mengizinkan pembangunan PLTU baru setidaknya hingga tahun 2027. Sementara itu, India terus meningkatkan permintaan terhadap batu bara, menjadikannya sebagai sumber energi utama di dalam negeri.
Namun, tren investasi besar-besaran Tiongkok dalam Energi Baru dan Terbarukan (EBT) menjadi sinyal penting bagi para investor di sektor batu bara. Diperkirakan, EBT akan mencapai tingkat efisiensi yang melebihi PLTU dalam waktu dekat. Di sisi lain, meskipun konsumsi energi India diperkirakan akan menyamai Tiongkok, peningkatan produksi batu bara domestik mereka diperkirakan akan sedikit menekan permintaan batu bara di pasar seaborne.
Valuasi
Salah satu cara paling relevan untuk memvaluasi emiten batubara adalah dengan menghitung nilai asset nya. Per 2024 AADI memiliki cadangan reserved 917.4 Juta Ton. jika kita asumsikan produksi pertahun di 65.8 Juta ton dari tahun ke tahun, maka kita dapati sisa umur tambang AADI di 14 tahun. Dengan menggunakan asumsi ASP USD 75 Mton maka kita dapati fair value AADI di 15000. Tinggal kita gunakan MOS sebesar 50% sehingga harga beli maksimal diangka 7500.
Di sisi lain posisi EPS Annualized 1647 dan harga penutupan (23/05) 7200 menunjukkan Earning Yield 22.8% atau PE 4.3X. Sedangkan dari sisi dividen, AADI tidak lagi membagikan dividen untuk tahun buku 2024. Namun diharapkan akan mulai membagikan dividen mulai tahun buku 2025 denga payout ratio 45% atau potensi Dividen Yield 10%.
Kesimpulan
Saat ini, dunia tengah memasuki masa transisi dari energi berbasis fosil menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Komitmen global terhadap perubahan ini tercermin dalam Paris Agreement, yang mendorong negara-negara untuk menahan laju kenaikan suhu global di bawah 2°C. Sebagai respon, banyak negara telah melakukan investasi besar-besaran di sektor energi terbarukan.
Namun demikian, reliabilitas energi fosil, khususnya batu bara, masih menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan energi dunia. Bahkan menurut proyeksi dari International Energy Forum (IEF), permintaan batu bara diperkirakan akan terus meningkat dan mencetak rekor penjualan tertinggi (All Time High) setidaknya hingga tahun 2027.
Di tengah tren penurunan harga acuan dan ketidakpastian ekonomi global, investor perlu mengandalkan strategi dasar dalam pengambilan keputusan, salah satunya melalui pendekatan Margin of Safety (MOS) dan dividen yield.
Margin of Safety berfungsi sebagai pengaman terhadap volatilitas pasar maupun kesalahan dalam penilaian nilai wajar suatu aset. Sedangkan Dividend yield di sisi lain memberikan arus kas yang stabil sembari menunggu situasi pasar membaik.
Dengan MOS sebesar 22,8% dan potensi dividend yield mencapai 10%, apakah $AADI ini cukup menarik untuk dipertimbangkan sebagai bagian dari portofolio investasi Anda?
Bukan rekomendasi jual-beli
Always Do Your Own Research!
Random Tag
$BBRI
$SPTO
1/5
tahun lalu $BJTM saat tgl cum dividen 20 feb 24, harga saham 675 dgn dividen 54,39..
tahun ini dividen 54,71 ada peluang naik ke 650 dgn q125 yg moncer..
prediksi LK keluar akhir bulan ini
random tag $SPTO $AADI
$TOTO udah ada toko online di toped. mungkin $SPTO mau ikutin jadi kompetitor. silakan kalau ada yg mau beli buat naikin revenue
🔓🆒🆔⬆️🔚
Update Higher To Price dari sinyal yang muncul hari tsb :
LPPF : 0.0%
POWR : 1.4%
PTRO : 1.3%
$RALS : 1.3%
$SPTO : 1.4%
Jika target sudah tercapai saatnya keluar
#ScreenerDekan™️
Not bad lah
@Djokowitojo74 kayaknya ini beda lagi ya? soalnya rups nya 2 jun. ini RUPSLB beda lagi agenda nya $SPTO
$SPTO Direktur Keuangan PT Surya Pertiwi Tbk (SPTO), Irene Hamidjaja mengundurkan diri dari jabatannya dalam rangka pensiun dini good news or bad news
$SPTO sejak bagi dividen hampir konsisten naik terus setiap tahun. Dari sisi valuasi 5 tahun terakhir juga relatif lebih rendah secara historikal sehingga bisa jadi waktu yang cocok untuk mulai dikoleksi.
chart lain bisa dibuka di: https://cutt.ly/qrcz1Egq
💬 Maunya Multibagger
Sebuah Catatan Tentang Kesabaran yang Gagal di Tengah Jalan
“Naik 10% aja udah takut turun.”
Tapi giliran turun 50%, malah ‘yakin akan balik’. Ironis, kan? 🤦🏻♀️🤦🏻♂️
📉 Intro
Banyak investor bermimpi menemukan saham multibagger—yang naik berkali-kali lipat. Tapi kenyataannya?
Begitu naik 10%, langsung dijual sambil senyum kecut:
“Daripada turun lagi…”
Padahal, multibagger itu bukan soal hoki. Tapi soal waktu dan keyakinan.
⸻
💡 Multibagger Butuh Waktu, Tapi Banyak Investor Butuh Kepastian
Saham luar biasa gak tumbuh dalam semalam. Laporan keuangan bagus pun butuh waktu direspons pasar. Tapi kebanyakan investor mau hasil instan—lebih cocok beli mi instan daripada saham.
📈 Kalau Tujuanmu Long Term, Kenapa Bertindak seperti Trader Harian?
Bilangnya beli buat 5 tahun.
Tapi dicek: portonya 5 kali sehari.
Bilangnya percaya fundamental.
Tapi panik gara-gara sentimen makro di Stockbit.
Multibagger butuh logika panjang, bukan emosi pendek.
⸻
👀 Investor Multibagger Punya Dua Hal: Kesabaran dan Keyakinan Rasional
Bukan Blind Conviction. Tapi FAITH.
Dia tahu kenapa beli. Dia ngerti valuasi. Dia tahu potensi. Dan yang paling penting:
Dia sabar melewati koreksi, noise, dan sindiran teman nongkrong.
“Masih pegang saham itu?”
“Iya, masih percaya growth-nya.”
Itu jawaban yang mahal.
🙃 Yang Gagal Multibagger Biasanya Keburu Jual di Tikungan Pertama
Kenaikan awal justru sering jadi test—siapa yang kuat nahan, siapa yang keluar duluan.
Dan sering kali, yang keluar duluan… adalah yang paling ribut soal ‘cari saham masa depan’.
⸻
📌 Kesimpulan: Multibagger Itu Bukan Sekadar Naik Banyak. Tapi Naik Saat Kamu Masih Pegang.
Saham bagus akan naik. Tapi gak semua orang berani duduk tenang waktu harga bergejolak.
Makanya…
Jangan buru-buru jual cuma karena naik sedikit.
Kamu mungkin baru di ujung awal dari perjalanan panjang yang luar biasa.
⸻
Maunya multibagger, tapi tahan sahamnya cuma seminggu.
🤡 Itu bukan investasi, itu speed dating sama emiten.
$NISP $MDKI $SPTO
$SPTO estimasi dividend tahun buku 2024 jika menggunakan DPR tahun lalu 53% adalah Rp. 56, kalau benar, ini akan menjadi dividend tertinggi 5 tahun terakhir. Jika dikurangi interim Rp 35, maka dividend finalnya Rp 21. Semoga.
📚 Legacy Stock – Sayang Cucu
Melanjutkan eksplorasi sy terhadap saham-saham Indonesia yg layak disebut sebagai Legacy Stock, berikut adalah penilaian terhadap 10 emiten tambahan berdasarkan empat kriteria utama:
1. Boring Industry – Simple Business
2. Blue Ocean – Niche Market
3. Market Leader – Price Maker
4. Big Moat – Big Competitive Advantage
Setiap emiten dinilai dgn skor 1–10 pada tiap kriteria, dan total skor maksimal 100.
---
🔍 PENILAIAN
1. PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) – Skor: 93
A) Boring Industry – Simple Business: 10
IPCM adalah operator jasa pemanduan dan penundaan kapal. Bisnis kepelabuhanan yg sangat teknikal, tp stabil dan rutin, serta sangat penting dlm rantai logistik nasional.
B) Blue Ocean – Niche Market: 8
Bekerja di sektor jasa pelabuhan dgn pelanggan utama BUMN dan kapal-kapal besar. Jasa ini hanya bisa dilakukan oleh entitas yg disetujui pemerintah. Kompetisi sgt terbatas.
C) Market Leader – Price Maker: 9
Anak usaha dari PT Pelindo (BUMN pelabuhan). Dominan di banyak pelabuhan besar Indonesia. Karena skala dan statusnya, IPCM punya pengaruh dlm penetapan tarif layanan.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 10
Izin operasi khusus, kepercayaan institusi negara, serta hubungan eksklusif dg Pelindo menjadikan IPCM punya moat yg nyaris mustahil ditiru oleh pihak swasta biasa.
2. PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) – Skor: 90
A) Boring Industry – Simple Business: 9
Layanan laboratorium klinik dan pemeriksaan kesehatan. Bisnis yg rutin, berulang, sangat dibutuhkan, dan mudah dipahami. Trs relevan seiring tren gaya hidup sehat.
B) Blue Ocean – Niche Market: 8
Fokus pd layanan lab mandiri, bukan rumah sakit. Pasarnya unik krn sebagian besar kompetitor masih berada di bawah ekosistem RS.
C) Market Leader – Price Maker: 9
Prodia sudah lama jd brand laboratorium klinik top of mind. Jaringan luas, brand kuat, harga premium – punya kuasa harga dlm segmen menengah ke atas.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 10
PRDA punya moat besar dr kepercayaan, teknologi lab, SDM medis, dan standar layanan yg konsisten. Sulit disaingi pemain baru, apalagi yg berbasis digital tanpa infrastruktur fisik.
3. PT Surya Pertiwi Tbk (SPTO) – Skor: 88
A) Boring Industry – Simple Business: 10
Importir dan distributor sanitary ware: toilet, wastafel, kran. Sangat sederhana, visual, dan jangka panjang. Produk tahan lama, dibutuhkan di proyek-proyek properti.
B) Blue Ocean – Niche Market: 8
Pasar sanitary ware kelas menengah ke atas tdk byk pemain besar. SPTO fokus pd merek-merek premium (TOTO, dll), yg posisi pasarnya jelas dan loyal.
C) Market Leader – Price Maker: 8
SPTO sangat kuat di segmen high-end sanitary. Produk bermerek dgn brand equity tinggi, sehingga mampu menjaga margin dan pricing power.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 9
Moat SPTO ada d jaringan distribusi, pengalaman puluhan tahun, dan eksklusivitas brand Jepang (TOTO). Pesaing baru sulit masuk krn barrier to entry tinggi (distribusi & kepercayaan merek).
4. PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS) – Skor: 85
A) Boring Industry – Simple Business: 9
Beroperasi di bidang distribusi produk F&B, KMDS memiliki model bisnis yg sederhana dan stabil.
B) Blue Ocean – Niche Market: 8
Sebagai distributor tunggal produk premium seperti Monin syrup, Milk Lab, dan Lavazza, KMDS menargetkan pasar horeka (hotel, restoran, kafe) yg spesifik.
C) Market Leader – Price Maker: 8
Dengan portofolio produk eksklusif dan jaringan distribusi nasional, KMDS memiliki posisi kuat di pasar.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 9
Kemitraan eksklusif dgn merek internasional dan layanan konsultasi produk memberikan KMDS keunggulan kompetitif yang signifikan.
5. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) – Skor: 85
A) Boring Industry – Simple Business: 9
Retail perlengkapan rumah tangga. Jelas, berulang, tidak rumit. Toko ACES jd tempat solusi rumah tangga satu atap.
B) Blue Ocean – Niche Market: 8
Walau retail padat, tidak banyak pesaing langsung ACES. Format store besar, produk beragam, dan layanan konsultatif membedakan dr toko biasa.
C) Market Leader – Price Maker: 8
ACES punya posisi dominan di DIY & home improvement. Bisa menjaga margin lewat brand private label & eksklusif.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 9
Brand kuat, lokasi premium, loyal customer base, dan efisiensi operasional jadi moat ACES yg kokoh.
6. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) – Skor: 85
A) Boring Industry – Simple Business: 8
Real estate developer yg fokus pada superblok & recurring income (mall, hotel, office). Model campuran tp mudah dimengerti.
B) Blue Ocean – Niche Market: 9
PWON pionir superblok — bukan sekadar bangun rumah, tp kawasan terpadu (mall + apartemen + kantor). Sangat niche dan nice.
C) Market Leader – Price Maker: 8
Market leader utk konsep mixed-use di Surabaya & Jakarta. Punya kekuatan mengatur harga krn brand & lokasi top.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 9
Moat dari recurring income besar (50%+), lokasi strategis, tenant besar, dan manajemen properti yg efisien.
7. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) – Skor: 83
A) Boring Industry – Simple Business: 9
Developer properti — sangat familiar, siklikal, tp inti bisnisnya ttp jelas: beli lahan, bangun, jual. Produk jelas dan riil.
B) Blue Ocean – Niche Market: 7
Pasar properti ramai, tp Ciputra fokus pp pengembangan skala kota baru (township) — area yg sedikit pesaingnya.
C) Market Leader – Price Maker: 8
CTRA salah satu developer top Indonesia. Produk di banyak kota, harga kompetitif tp ttp bisa mengatur margin.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 9
Track record panjang, brand kuat, dan akses lahan besar. Reputasi Ciputra Group jadi aset tak ternilai.
8. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) – Skor: 83
A) Boring Industry – Simple Business: 9
WOOD adalah produsen furnitur kayu dan produk interior berbasis ekspor. Bisnis yg klasik, sangat visual, dan konsumtif. Mudah dipahami dan konsisten.
B) Blue Ocean – Niche Market: 8
WOOD unggul di furnitur kayu berbasis permintaan OEM dan ekspor ke negara-negara besar spt AS & Eropa. Fokusnya pd produk modular yg efisien dan berkelanjutan menjadikannya unik.
C) Market Leader – Price Maker: 7
Di pasar lokal, WOOD cukup dominan. Namun dlm skala global, persaingan dgn negara eksportir besar (Tiongkok, Vietnam) membuat kemampuan penetapan harga jd terbatas.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 9
WOOD punya keunggulan dlm sertifikasi legalitas kayu (SVLK), green sustainability, dan pabrik besar yg efisien. Moat utamanya ada pd skala, efisiensi, dan akses pasar luar negeri yg mapan.
9. PT Blue Bird Tbk (BIRD) – Skor: 78
A) Boring Industry – Simple Business: 9
Transportasi darat konvensional. Bisnis inti tetap tak berubah sejak dulu: angkut penumpang. Meski terganggu ride-hailing, bisnis tetap eksis.
B) Blue Ocean – Niche Market: 7
BIRD makin fokus ke segmen korporasi & penumpang premium. Ini area yg belum sepenuhnya dimasuki oleh pemain ride-hailing.
C) Market Leader – Price Maker: 7
Masih jadi pemain dominan taksi reguler di kota besar. Tapi pricing sudah tdk sefleksibel dulu krn tekanan Gojek/Grab.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 8
Moat-nya ada di reputasi, keamanan, armada besar, dan pelanggan korporat. Juga aset berupa lahan & pool di lokasi strategis.
10. PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) – Skor: 75
A) Boring Industry – Simple Business: 9
IFII bergerak di industri MDF (Medium Density Fibreboard), produk turunan kayu yg sering dipakai di furnitur dan konstruksi ringan. Bisnisnya mudah dipahami dan selalu dibutuhkan.
B) Blue Ocean – Niche Market: 7
Fokus di segmen MDF lokal yg belum terlalu padat kompetitor. Tapi krn MDF bukan produk final, kekuatan diferensiasinya terbatas.
C) Market Leader – Price Maker: 6
IFII termasuk pemain utama di Indonesia, tp scr global masih kecil dan pricing power terbatas krn tergantung harga bahan baku dan permintaan hilir.
D) Big Moat – Big Competitive Advantage: 8
Dengan pabrik terintegrasi dan efisiensi operasional, IFII mampu bersaing harga dan memenuhi permintaan domestik secara cepat. Moatnya kuat secara efisiensi dan skala lokal.
---
Berdasarkan keseluruhan penilaian terhadap 10 emiten dlm bagian kedua Legacy Stock, kita bs memperoleh gambaran pola dan pelajaran utama sebagai berikut:
1. Karakter Legacy Stock yang Konsisten
Terlihat Seluruh emiten yg terpilih berbagi fondasi yg sama:
- Bisnis sederhana, jelas, dan stabil, dr distribusi F&B (KMDS), sanitary ware (SPTO), hingga MDF board (IFII).
-Pasar spesifik (niche) dan minim kompetitor, seperti lab klinik mandiri (PRDA) atau superblok properti (PWON).
- Posisi sbg pemimpin pasar, baik karena ukuran (IPCM, PRDA) atau fokus segmen (ACES, KMDS).
- Keunggulan kompetitif kuat dan sulit ditiru, seperti izin eksklusif (IPCM), brand premium (SPTO), atau integrasi pabrik (WOOD, IFII).
2. Skor Tinggi Dikaitkan dgn Moat Regulasi & Eksklusivitas
Emiten dgn moat berbasis regulasi dan hubungan institusional seperti IPCM (izin operasi pelabuhan) dan PRDA (standar medis tinggi) cenderung mendapat skor paling tinggi (93 dan 90).
Kerjasama eksklusif dgn merek global (KMDS, SPTO) atau pengelolaan aset besar (PWON, CTRA) juga menciptakan moat yang langgeng.
3. Karakter Blue Ocean dan Market Leader Menjadi Pembeda Kunci
Banyak bisnis sederhana dan profitable, namun hanya yang memiliki pasar yg unik dan posisi dominan yang layak disebut Legacy Stock.
Emiten dengan skor Blue Ocean dan Market Leader ≥8 secara konsisten mendapat skor total ≥85. Sebut saja $IPCM, $PRDA dan $SPTO.
Sebagai penutup, beberapa emiten mungkin layak disebut Legacy Stock krn memberikan rasa aman melalui bisnis yg sederhana dan konsisten, memiliki pertahanan kompetitif yang kuat—baik melalui regulasi, brand, skala, atau efisiensi, serta cocok disimpan jangka panjang sebagai warisan finansial yang stabil. Namun, penting untuk tetap selektif: tidak semua bisnis sederhana layak diwariskan, kecuali memiliki moat yg tak lekang oleh waktu.
DYOR