382

0.00

(0.00%)

Today

15.77 M

Volume

35.44 M

Avg volume

Company Background

PT Summarecon Agung Tbk adalah perusahaan yang bergerak dibidang Properti dan Real Estate. Kegiatan usaha perusahaan yaitu Mengembangkan kawasan perumahan skala besar, yang diintegrasikan dengan kawasan komersial serta fasilitas pendukung yang lengkap, menjadi kota terpadu (township). Unit bisnis Summarecon: Pengembangan Properti, Investasi & Manajemen Properti, serta Rekreasi, Perhotelan dan Lainnya. Proyek perusahaan antara lain Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong, Summarecon Bekasi, Summarecon Bandung, Summarecon Emerald Karawang, dan Summarecon Mutiara Makassar.

$SMRA titik jenuh ritel nih sebelum akhirnya buang barang. dan lp belum mau main disini

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

beberapa pantauan masih dalam akumulasi yg cukup menarik seperti $SMRA $BKSL $PPRE beberapa ada yg masih menjaga harga potensi awal tahun,besok klo ga sabar harusnya ada yg langsung naik

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Harga $MEDC sekarang Rp 1.295

Zona Area Beli Aman:
Rp 1.260 – 1.285
• Area support kuat, cocok untuk entry aman jika harga pullback ke zona ini, Boss

Zona Stoploss:
< Rp 1.230
• Jika turun di bawah level ini, struktur swing melemah dan rawan koreksi lebih dalam, Boss

Jika naik & breakout:
> Rp 1.330 → ENTRY LANJUTAN (tambah posisi)
• Breakout 1.330 berpotensi memicu momentum bullish lanjutan, Boss

Target Profit:
• TP1 = Rp 1.360
• TP2 = Rp 1.420 – 1.480

Keterangan Tambahan:
• Selama harga bertahan di atas 1.260, peluang swing bullish tetap terjaga, Boss
• Entry ideal dekat support untuk risk/reward optimal
• Breakout 1.330 membuka potensi kenaikan menuju area 1.480-an

Analisa saya boleh bantu, tapi keputusan tetap milik Boss.

Ayo REQUEST SAHAM di kolom komentar seperti
$SMRA $SMDM
,Nanti Kami Buatkan Flowchart Keputusan biar analisa makin gampang!

Support like agar terus update!!!

Follow untuk ikuti flowchart keputusan saham trend

Kalau postingan ini bermanfaat, boleh banget kasih tip lewat tombol bergambar 💲 di bawah ya. Terima kasih banyak 🙏

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA 19 Dec 25
Investor: LILIAWATI RAHARDJO
Action: BUY
Shares Traded: +7,113,400 (+0.0431%)
Current: 923,402,436 (5.5935%)
Previous: 916,289,036 (5.5504%)
Broker: PD
Investor Type: Domestic
Source: KSEI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA kelamaan asing nya pada out

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA banyakn yg sell daripda yg buy GK ngerti padahal sahamnya termasuk undervalued

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@biimaaja izin kalau w menilai.. jika benar & valid adanya 2 prospek yang w mention di stream, emang emiten ini tuh cuma butuh katalis agar likuiditasnya ngalir.

Karena kurang apa lagi emiten ini? Proyek jelas ada, bandar sebenernya siap, undervalue, bisa dibilang ini kek “$SMRA”nya Jababeka.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

💰 Volume Sebagai Bukti: Mengapa Harga Bohong, Tapi Volume Jujur
Harga saham seringkali bisa dimanipulasi atau bergerak secara acak dalam jangka pendek (noise). Namun, ada satu metrik yang hampir mustahil untuk dipalsukan, terutama dalam volume besar: Volume Transaksi. Volume adalah jumlah uang yang benar-benar berpindah tangan, dan pergerakan volume yang ekstrem adalah bukti fisik bahwa ada kekuatan besar—Smart Money—yang sedang melakukan manuver.

Trigger Smart Money adalah sistem yang secara eksklusif berfokus untuk membaca "kejujuran" volume ini. Alat ini dikembangkan untuk memberikan pemahaman kepada trader Indonesia tentang kapan sebuah saham sedang dalam fase gathering atau akumulasi oleh pihak-pihak dengan modal tidak terbatas. Kami mengubah volume dari sekadar indikator pelengkap menjadi core dari strategi trading.

Kami mencapai presisi ini melalui dua langkah analitis yang krusial. Pertama, Pencarian Volume Anomali yang Jauh di Atas Norma. Kami tidak melihat rata-rata volume konvensional yang reaktif. Kami mencari lonjakan volume yang sangat tiba-tiba dan jauh di luar batas intraday historis—misalnya, volume 6-8 kali lebih besar dari rata-rata intraday saat itu. Lonjakan mendadak seperti ini adalah signature dari campur tangan Smart Money. Kedua, Verifikasi dengan Arus Uang (Money Flow). Volume tinggi bisa berarti pembelian besar atau penjualan panik. Trigger Smart Money secara otomatis memfilter dan menentukan apakah volume tersebut didominasi oleh dana yang masuk (akumulasi) atau dana yang keluar (distribusi). Hanya sinyal akumulasi yang terverifikasi arus dananya yang akan diteruskan kepada Anda, secara dramatis mengurangi false signal. Semua ini terjadi real-time, memberikan Anda kesempatan emas untuk masuk di awal pergerakan, sebelum harga sahamnya benar-benar melonjak tinggi dan menjadi sorotan publik.
$ARGO $SMDR $SMRA

Read more...

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA SABAR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA lily was a little girl affraid of the big whale 😁

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA harga wajar menurut
graham 1. 720
graham 2. 576
graham 3. 480

dan laporan keuangan sangat baik dan sehat, yg artinya saham ini lagi undervalue (diskon) dan bakal mendekati graham 3 dan bakal sideways di graham 2 trs ke > graham 1

metode ini cocok buat yg suka saham swing jangka bulanan

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

⏱️ Titik Optimal Masuk: Momen Krusial Awal Akumulasi
Dalam dunia trading, waktu adalah segalanya. Profit tertinggi dicapai ketika Anda mampu masuk pada titik optimal, yaitu tepat saat Smart Money baru memulai proses akumulasi mereka. Masuk terlalu lambat berarti Anda membeli di harga yang sudah terdorong naik. Masuk terlalu cepat, tanpa konfirmasi, adalah spekulasi. Kunci untuk menemukan momen sempurna ini terletak pada analisis volume yang mendalam dan real-time.

Trigger Smart Money diciptakan untuk mengidentifikasi titik optimal masuk ini bagi trader Indonesia. Alat ini adalah engine yang memproses data transaksi BEI secara live, dirancang khusus untuk menangkap anomali volume yang hanya dapat diciptakan oleh modal besar.

Pilar penentuan waktu kami adalah Pendeteksian Lonjakan Volume yang Tak Proporsional pada Skala Waktu Pendek. Kami mencari deviasi volume yang sangat signifikan, misalnya, volume perdagangan melonjak 5 hingga 7 kali lipat dari volume intraday rata-rata. Lonjakan yang drastis ini adalah tanda bahwa Dana Institusional sedang menanamkan modalnya secara agresif. Untuk menjamin akurasi waktu, kami menerapkan Validasi Arah Aliran Dana (Money Flow). Volume tinggi harus dipastikan didominasi oleh arus uang masuk (akumulasi) dan bukan arus uang keluar (distribusi). Dengan mengkombinasikan kecepatan deteksi volume abnormal dengan validasi arus dana yang kuat, Trigger Smart Money memberikan Anda sinyal yang cepat dan teruji, memungkinkan Anda untuk masuk ke pasar tepat pada saat Smart Money memulai aksinya, sehingga memaksimalkan potensi keuntungan Anda.
$SMRA $SMKM

Read more...

1/2

testes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA 18 Dec 25
Investor: LILIAWATI RAHARDJO
Action: BUY
Shares Traded: +13,000,000 (+0.0788%)
Current: 916,289,036 (5.5504%)
Previous: 903,289,036 (5.4716%)
Broker: PD
Investor Type: Domestic
Source: KSEI

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA ini GK gerak2 kah

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA foreign keluar terus, mau harapin apaan?

$CTRA $BSDE $SMRA sudah mulai menarik dikit heheh

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Waktunya di iris lagi $PWON


Ayo YU tunjukan pesonamu iris..iris..


$CTRA

$SMRA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

3 SKENARIO ENTRY SAHAM $DEWA (Swing Trader Plan)
Harga sekarang: 545

1) SKENARIO ENTRY SEKARANG (Moderate Entry)
- Entry: 530 – 555
- Stoploss: < 505
- TP1: 570
- TP2: 590 – 620
Alasan: Harga lagi mantul dari area demand minor, Boss. Selama 505 bertahan, struktur swing DEWA masih kasih peluang lanjut naik.

2) SKENARIO ENTRY PULLBACK (Conservative – Paling Aman)
- Entry: 505 – 525
- Stoploss: < 480
- TP1: 545
- TP2: 570 – 590
Alasan: Area demand kuat, Boss. Ini area entry paling enak buat swing trader yang nunggu retrace sehat dengan risk lebih kecil.

3) SKENARIO ENTRY AGRESIF (Buy on Breakout)
- Entry: Buy kalau breakout > 570 dengan volume besar
- Stoploss: < 545
- TP1: 590
- TP2: 620 – 650
Alasan: Breakout 570 bisa nyalain momentum bullish lanjutan. DEWA berpotensi lanjut kencang kalau resistance ini ditembus, Boss.

Alasan Buy:
• Harga masih bertahan di area demand
• Struktur swing masih mendukung peluang rebound
• Breakout 570 bisa jadi trigger rally lanjutan

Risiko:
• Kalau 505 / 480 jebol = potensi masuk fase turun lebih dalam
• Breakout tanpa volume rawan fake breakout
• Stoploss wajib buat proteksi modal Boss

Analisa ini panduan ya Boss, eksekusi tetap kembali ke gaya trading Boss.

Ketik nama sahamnya Boss, contohnya $SMRA $COCO. Biar saya buatkan skenarionya.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

beritanya udah masuk ke property nich apakah apakah?
$BSDE $SMRA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PWON
$BSDE
$SMRA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BSDE vs $SMRA vs $PWON: Mana Yang Lebih Luas Lahannya?

Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau kalian jadi konsumen, kalian pilih jadi konsumen yang beli properti BSDE atau SMRA atau PWON? Mungkin beda-beda sih tiap orang jawabannya, apalagi kalau dana terbatas. Tapi kalau banyak duit, jawabannya mungkin lebih mudah, beli aja semua, kan ada duit. 😌

Tapi kalau sebagai investor, mau pilih ikhlas nyangkut di mana? Di BSDE? PWON? SMRA? Di sini justru menariknya. Karena sebagai konsumen, yang dicari biasanya lokasi, kenyamanan, gengsi, dan cicilan. Tapi sebagai investor, yang dicari itu napas bisnisnya, seberapa panjang amunisi lahannya, seberapa berat persediaannya menghisap kas, dan seberapa disiplin manajemen mengubah tanah jadi revenue dan kas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

BSDE sering disebut raksasa properti Indonesia bukan tanpa alasan. Skala asetnya, terutama persediaan dan cadangan lahan, memang jauh di atas SMRA dan PWON.

Kalau investor melihat properti sebagai bisnis jangka panjang, beda skala ini bukan cuma soal gaya-gayaan, tapi soal panjangnya runway pertumbuhan dan besarnya risiko eksekusi di tiap fase siklus. Per 30 September 2025, persediaan real estat BSDE mencapai Rp18,19 triliun, naik dari Rp16,86 triliun di akhir 2024. Komposisinya juga jelas menunjukkan BSDE lagi ngegas dari hulu. Tanah yang sedang dikembangkan Rp10,99 triliun, tanah dan bangunan siap jual Rp5,56 triliun, bangunan dalam konstruksi Rp1,63 triliun. Porsi besar di tanah yang sedang dikembangkan bikin karakter BSDE seperti pabrik tanah raksasa yang lagi menyiapkan bahan baku penjualan bertahun-tahun ke depan.

Konsekuensinya juga logis. Siklus persediaan jadi panjang, Days Inventory di kisaran 1.400 hari atau hampir 4 tahun. Tambahan detail yang menarik, sekitar 7,78% persediaan BSDE sudah terikat PPJB tapi belum bisa diakui sebagai pendapatan, artinya demand sebagian sudah terkunci, cuma belum masuk laba rugi.

SMRA polanya mirip sebagai developer township, tapi skalanya lebih kecil. Per 30 Juni 2025, persediaan SMRA Rp10,52 triliun. Yang bikin investor harus melek adalah komposisinya.

Sekitar 94% persediaan SMRA berupa proyek dalam penyelesaian atau work in progress, barang jadi cuma sekitar 5%. Ini memberi sinyal yang sangat tegas. SMRA agresif di tahap konstruksi dan pengembangan kawasan, dan itu memang masuk akal untuk township builder. Tapi konsekuensinya juga tidak bisa ditawar. Makin lama barang parkir di work in progress, makin besar kebutuhan pendanaan, makin sensitif kinerja ke depan pada tempo serah-terima. Tambah satu lapisan lagi, SMRA mengapitalisasi biaya pinjaman ke persediaan. Di 6M 2025, bunga yang dikapitalisasi sekitar Rp30,07 miliar. Secara akuntansi neraca tampak lebih tebal, tapi saat unit dijual, biaya itu ikut nempel di harga pokok dan bisa menggerus margin kalau harga jual tidak naik sebanding.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

PWON ada di ujung spektrum yang beda. Per 30 September 2025, persediaan PWON sekitar Rp7,58 triliun, lebih kecil dibanding BSDE dan SMRA.

Porsi persediaan terhadap total aset PWON sekitar 21,03%, relatif lebih ringan dibanding SMRA yang mendekati 30%. Ini nyambung dengan model bisnis PWON yang bertumpu pada superblock dan recurring income dari mal, hotel, dan sewa. Jadi tekanan psikologis persediaan panjang biasanya lebih jinak, karena laba dan kas tidak murni bergantung pada serah-terima unit baru. Persediaan tetap penting, tapi PWON punya penyeimbang yang bikin siklusnya terasa lebih terkendali ketika pasar residensial lagi melambat.

Perbedaan ketiga emiten ini makin kelihatan kalau investor lihat cadangan lahan mentah. Di sini BSDE benar-benar beda liga. Lahan belum dikembangkan BSDE per 30 September 2025 mencapai 43.816.087 m2 atau sekitar 4.381 hektar, dengan nilai buku Rp17,60 triliun. Hampir separuhnya ada di BSD City. Ini seperti gudang bahan baku yang ukurannya tidak masuk akal untuk pemain lain, dan secara teori memberi BSDE kemampuan mengembangkan proyek sangat panjang tanpa cepat-cepat kehabisan lahan.

SMRA berada di level menengah dengan land bank sekitar 18.582.014 m2 atau 1.858 hektar, tersebar di banyak kota. Skala ini besar dan sehat untuk ekspansi jangka panjang, tapi tetap menuntut disiplin replenishment karena luas lahannya cenderung turun pelan dari waktu ke waktu.

PWON paling kecil dari sisi luas lahan mentah, sekitar 3.890.826 m2 atau 389 hektar, tapi jangan salah paham. Kecil luas tidak otomatis kecil kualitas, karena PWON banyak bermain di lokasi premium perkotaan yang harga tanahnya memang mahal.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bagian yang sering bikin investor langsung paham peta permainannya adalah harga land bank per meter persegi berdasarkan nilai buku, bukan nilai pasar. Ini bukan angka sakti, tapi jadi petunjuk kasar seberapa murah atau seberapa premium bahan baku lahannya di neraca.

Dengan data yang ada, harga buku land bank BSDE kira-kira Rp401.679 per m2, SMRA kira-kira Rp470.294 per m2, dan PWON kira-kira Rp827.588 per m2.

BSDE itu luasnya monster dan harga buku per meternya paling rendah, artinya secara bahan baku, runway-nya panjang dan relatif murah di neraca.
SMRA di tengah, masih besar dan masih relatif rendah per meter, tapi tidak semurah BSDE.
PWON paling premium per meter, dan itu nyambung dengan DNA PWON yang banyak pegang lokasi matang, jadi harga perolehan tanahnya memang cenderung tinggi, lalu dibayar balik lewat kualitas demand dan kemampuan menjaga pricing. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau investor mau memilih tempat ikhlas nyangkut, sebenarnya ini soal watak.
BSDE cocok untuk investor yang suka mesin volume, amunisi lahan jumbo, tapi siap dengan konsekuensi siklus kas panjang dan eksekusi proyek yang berat.
SMRA cocok untuk investor yang percaya pada kekuatan township dan pengembangan kawasan, tapi harus lebih cerewet soal work in progress yang dominan dan efek biaya pinjaman yang dikapitalisasi ke persediaan.
PWON cocok untuk investor yang suka properti dengan penyeimbang recurring income, persediaan lebih ringan, lokasi cenderung premium, dan risiko konversi persediaan ke kas relatif lebih terkendali, walau bahan baku lahannya lebih mahal per meter di neraca. Di properti, angka persediaan besar itu bukan otomatis bagus atau jelek. Yang menentukan itu skala, lokasi, tempo konversi, dan kemampuan perusahaan bertahan sampai panen tiba.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/8

testestestestestestestes
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

🔥BERITA🔥

🔰$BBYB cetak laba Rp 517 miliar hingga oktober 2025.
🔰PIK 2 $PANI rampungkan pembelian 2,27 miliar saham CBDK senilai Rp 14,64 triliun.
🔰Bos $SMRA Liliawati Rahardjo borong 13,06 juta saham SMRA.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA
saham cakep, si keong juga bandarmologynya cakep $CTRA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

makin dipertegas

$SMRA di Rp388 berada di zona value dengan konfirmasi akumulasi institusi yang semakin kuat
Selama support 385 bertahan, peluang rebound menuju 400–415 sangat terbuka, dengan prospek pemulihan menengah yang menarik.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Persediaan Properti $PWON vs $SMRA

SMRA dan PWON adalah perusahaan properti bonafid di Indonesia. Tapi justru karena dua-duanya bonafid, investor sering keblinger. Mereka kira bonafid itu otomatis saham meroket, padahal di bisnis properti, bonafid cuma berarti punya mesin proyek besar tapi belum tentu bandarnya juga bonafid. Sayangnya nama belakangnya keluarga PWON dan SMRA itu bukan Pangestu Hapsoro. 😌
Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

SMRA dan PWON punya mesin besar persen yang bisa jadi pencetak cuan, tapi juga bisa jadi mesin penghisap kas kalau persediaan salah baca. Dan persediaan inilah yang paling sering diabaikan investor yang cuma terpaku laba rugi, padahal kalau investor pengen ikhlas nyangkut karena fundamental, persediaan itu wajib dibedah karena di situlah kualitas laba dan ketahanan cashflow diuji.

Per 30 September 2025, persediaan PWON Rp7,58 triliun dan porsinya 21,03% dari total aset grup. Sementara per 30 Juni 2025, persediaan SMRA Rp10,52 triliun dan porsinya 29,7% dari total aset, bahkan 67,1% dari aset lancar. Jadi secara struktur neraca, SMRA lebih inventory heavy daripada PWON. Ini bukan otomatis jelek, tapi artinya nasib laporan keuangan SMRA lebih sensitif terhadap kecepatan serah-terima dan penjualan unit, karena porsi aset yang mengendap sebagai proyek jauh lebih dominan.

Kalau investor bandingkan persediaan dengan mesin penjualan, gambarnya makin kebuka. PWON di 9M 2025 punya revenue Rp5,11 triliun. Kalau di-annualized jadi sekitar Rp6,81 triliun, maka rasio persediaan terhadap revenue sekitar 1,11x. COGS (cost of goods sold) Rp2,27 triliun, annualized jadi sekitar Rp3,03 triliun, rasio persediaan terhadap COGS sekitar 2,51x. Penerimaan kas dari pelanggan Rp5,04 triliun, annualized jadi sekitar Rp6,72 triliun, rasio persediaan terhadap kas pelanggan sekitar 1,13x. Ini intinya bilang begini. Stok proyek PWON besar, tapi masih relatif seimbang dengan arus kas pelanggan dan mesin pendapatan yang berjalan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di SMRA, persediaan Rp10,52 triliun dibanding revenue 6M 2025 Rp4,58 triliun, kalau annualized jadi sekitar Rp9,16 triliun, rasionya sekitar 1,15x, mirip PWON di level headline. Tapi begitu masuk ke kas operasi, beda kelasnya keluar. CFO (cash flow from operations) SMRA 6M 2025 cuma Rp412 miliar, annualized sekitar Rp825 miliar, sehingga persediaan dibanding CFO jadi sekitar 12,76x. Di PWON, CFO 9M 2025 Rp2,06 triliun, annualized sekitar Rp2,75 triliun, sehingga persediaan dibanding CFO sekitar 2,76x. Jadi bukan sekadar siapa persediaannya lebih besar, tapi siapa yang punya kemampuan mengubah persediaan jadi kas tanpa ngos-ngosan.

Di sisi siklus operasi, dua-duanya memang panjang karena karakter industri. PWON DI (days inventory) sekitar 900 hari, DSO (days sales outstanding) sekitar 7,1 hari, DPO (days payables outstanding) sekitar 34,3 hari, CCC (cash conversion cycle) sekitar 873 hari. SMRA DI sekitar 839 hari, DSO sekitar 9,9 hari, DPO sekitar 7,1 hari, cash cycle sekitar 841,8 hari. Sama-sama dua tahunan lebih. Bedanya, PWON punya DPO lebih longgar dan DSO lebih cepat, plus model recurring income dari sewa dan hotel yang bikin kas masuk lebih rutin. SMRA DPO sangat pendek, artinya pembayaran ke pemasok cepat, jadi kebutuhan kas harian bisa lebih nempel ke pembiayaan proyek dan uang muka pelanggan.

Di SMRA, struktur persediaan juga memberi sinyal lain. Sekitar 94% persediaan adalah dalam penyelesaian, sekitar Rp9,89 triliun. Ini berarti SMRA sedang memasak barang dalam jumlah masif. Bagus kalau penyerapan lancar, tapi kalau revenue melambat, beban bunga dan biaya memelihara proyek bisa makin terasa. Apalagi ada kapitalisasi biaya pinjaman ke persediaan sekitar Rp30,07 miliar di 6M 2025 dengan tingkat kapitalisasi sampai 7,95%. Itu menunjukkan sebagian bunga tidak langsung menghantam laba rugi, tapi disimpan di nilai persediaan dan baru terasa saat unit dijual lewat HPP dan margin. Ini bukan praktik aneh, ini normal di properti, tapi investor harus sadar. Semakin lama proyek muter, semakin besar risiko nilai persediaan menggendut karena biaya, bukan karena nilai pasar.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sementara di PWON, bantalan likuiditasnya bikin persediaan besar lebih masuk akal. Kas dan setara kas sekitar Rp7,01 triliun, hampir selevel dengan total persediaan real estat sekitar Rp7,55 triliun. Ini penting karena persediaan properti itu menyedot kas selama masa konstruksi. Kalau kas tebal, perusahaan punya pilihan. Bisa sabar nahan harga, bisa atur tempo launching, bisa jaga margin, tidak gampang terpaksa jual murah demi napas. Ditambah kualitas laba PWON di 9M 2025 juga rapi karena laba bersih Rp2,12 triliun dan CFO Rp2,06 triliun, rasio CFO terhadap laba sekitar 0,97. Itu sinyal laba tidak cuma cantik di kertas.

Jadi kalau investor tanya, mana yang lebih sehat dari sisi persediaan. Secara prinsip, PWON terlihat lebih nyaman karena persediaan relatif lebih sejalan dengan kas operasi dan ditopang kas besar serta recurring income. SMRA tetap menarik karena skala proyeknya besar dan uang muka pelanggan bisa jadi sumber pendanaan, tapi risikonya lebih sensitif ke ritme serah-terima dan pembiayaan proyek karena CFO relatif kecil dibanding stok. Dan ini nyambung ke realita bursa. Meski persediaan sehat dan angka rapi, saham tetap tidak otomatis terbang tanpa bandar. Bedanya, analisis persediaan membuat investor tidak nyangkut karena salah paham. Kalau nanti harga digoreng, investor tahu ceritanya ditopang barang yang benar-benar ada. Kalau nanti harga turun, investor tahu apakah itu sekadar noise bandar, atau sinyal stok mulai berat ditanggung cashflow.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA

saya gunakan angka psikologis :
Buy, 370-388
TP 1, 394-400
TP 2, 410-420
SL, Close under 370

#Jangan lupa follow akun saya untuk dapat rekomendasi saham yang menarik lainnya
#Uang Makan Siang

Random Tag :
$CSIS $BULL

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA di Rp388 berada di zona value dengan konfirmasi akumulasi institusi yang semakin kuat
Selama support 385 bertahan, peluang rebound menuju 400–415 sangat terbuka, dengan prospek pemulihan menengah yang menarik.
SMRA saat ini sedang dalam fase Bottoming (pembentukan harga dasar). Upaya mengakumulasi dalam jumlah besar (142K lot hari ini) di harga 390 menunjukkan adanya keyakinan bahwa harga 380-390 adalah area buy yang aman.

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMRA menarik polanya.. nyicil dikit2 berani nih.. walaupun 1 lot 1 lot...

2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy