Volume
Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) didirikan pada tanggal 17 Juli 2003 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2003. Kantor pusat Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk berlokasi di Jln. Raya Cicalengka Majalaya KM. 5 Desa Sri Rahayu, Kec. Cikancung, Bandung, Jawa Barat 40396 Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SBAT adalah bergerak dalam bidang eksporimpor dan perdagangan tekstil serta industri tekstil. Saat ini, kegiatan usaha utama SBAT adalah bergerak dalam bidang industri khususnya tekstil serta memproduksi benang dari bahan daur ulang.
News Update
👉 Disl sesi I perdagangan, IHSG ditutup merah melemah 0,24% kelevel 7,419.
👉 Kouta impor Garam-Gula dan Jagung Industri akan dikurangi tahun depan.
👉 Harga emas terdorong naik oleh konflik di Suriah dan Aksi Borong oleh Tiongkok.
👉 $SBAT sampaikan informasi tentang pemberhentian sementara Direktur perseroan.
👉 $WOOD raih peringkat idA- dengan prospek stabil dari Pefindo.
👉 Prajogo Pangestu kembali membeli 1,1jt lembar saham $BREN di harga Rp7,470/saham.
👉 Untuk meremajakan armada, $TCPI menjual aset kapal senilai Rp24M.
👉 Direktur $NEST memborong 5,500 lembar saham Perusahaannya diharga Rp448/saham.
https://cutt.ly/0eCjkLsd
Sejahtera Bintang Abadi Textile ($SBAT) sedang dilanda konflik internal yang semakin panas. Ketegangan antar pengurus makin meruncing setelah muncul keputusan pemberhentian sementara direktur utama (CEO) perusahaan oleh dewan komisaris. Namun, langkah ini justru memicu kontroversi baru.
$SBAT mantep bgt ini regulator pelindung bandar. emitn mapya gk jelas gini dibiarin berkeliaran di bursa bertahun tahun, tanpa kejelasan yg pasti. cuma modal di kasi cap tattoo aja, ampas bgt $IHSG $MKNT
$SRIL kalau sritex rencana mau diselamatkan pemerintah, gimana nasib pabrik tekstil lainnya yang mau bangkrut seperti $PBRX & $SBAT?
News Today
👉 Jelang Pemilu AS, Wall Street melemah.
👉 OPEC+ menunda peningkatan produksi, Harga Minyak dunia naik.
👉 Pelaksanaan Core tax System, Sri Mulyani terbitkan PMK Perpajakan Sapu Jagat.
👉 $BOAT menetapkan harga IPO sebesar Rp100/saham.
👉 $BMRI catat pembiayaan energi terbarukan hingga Rp10T per September 2024.
👉 Gelar RUPSLB, $DGNS minta restu angkat Agus Heru Darjono sebagai komisaris.
👉 $KDSI akan gelar Stock Split saham dengan rasio 1:4.
👉 Direktur $SBAT Jefri Zal batal mengundurkan diri.
@Erikodiony Tapi 35% saham $SBAT milik Tan Heng Lok yg dmn doi lg tersangkut skandal korupsi PT. Telkom $TLKM
@benz1883 Kalau gw sih mending bikin baru,. atau akuisisi $SBAT sama sama pabrik tekstil dan karena disana ada PT INTI anak usaha Pindad milik BUMN ada saham disana,. yg punya liabilitas cuma 500M,. dibandingkan takeover utang $SRIL yg 24T itu,. Kalau coba di ibaratkan anggaran program MBG 71T itu untuk jutaan siswa,. daripada 30% dari anggaran tadi sekitar 24T cuma buat selamatin 50rb karyawan,. 🤷♂️🤷♂️
@skydrugz27 saya ada beberapa setuju dengan pandapat ini. Tapi tolong juga dilihat dari sisi positif nya pak. Total karyawan menurut $SRIL sekarang berjumlah 50.000 karyawan. Dengan tidak ada bantuan pemerintah, saya kira 50.000 orang itu jika dibiarkan PHK & mengalami kesusahan dlm mencari pekerjaan juga akan mempengaruhi angka kemiskinan di Indonesia. Sedangkan Pak Prabowo sangat pro & kepada masyarakat kecil, cth terdekatnya saja pemutihan kredit bagi UMKM. Kemudian mengapa perusahan spt rokok yg bapak contohkan tidak terselamatkan? Kalau dipikir2 kemuslahatan Pak Prabowo pasti memilih perusahaan yang jelas menghasilkan produk yg memang berguna bagi rakyat Indonesia, dibandingkan perusahaan rokok yang dimana pemerintah saja sangat mewanti2 rakyat nya untuk tidak merokok dengan iklan layanan masyarakat & penempatan larangan UU. Saya pikir juga akan bisa jadi terobosan baru, karena SRIL ini sebelumnya produksi baju2 tentara, namun sayangnya di eksport ke negara lain, tidak ke negara sendiri. Kemudian mungkin muncul pertanyaan sprt $SBAT ko tidak? Iya balik lagi, jumlah karyawan yang nantinya akan berdampak positif jauh lebih banyak ke SRIL.
Seberapa Parah Industri Tekstil Indonesia?
Kita tahu bersama bahwa SRIL baru saja pailit. Melihat pailitnya SRIL, saya jadi bertanya - tanya, seberapa parah sih industri tekstil di Indonesia?
Saya pun melakukan rekap Keystat 15 perusahaan tekstil yang ada di IHSG (gambar 1). https://bit.ly/45FDAJu
Laba Perusahaan Tekstil (gambar 1):
1 MYTX Laba ✅ 154.4 Milyar
2 SSTM Laba ✅ 9.52 Milyar
3 BELL Laba ✅ 7.82 Milyar
4 ARGO Laba ✅ 5.73 Milyar
5 ESTI Laba ✅ 3.89 Milyar
6 PBRX Laba ✅ 1.98 Milyar
7 UNIT Laba ✅ 0.21986 Milyar
8 TFCO Rugi❌ -2.74 Milyar
9 HDTX Rugi❌ -20.06 Milyar
10 CNTX Rugi❌ -23.12 Milyar
11 SBAT Rugi❌ -23.88 Milyar
12 INOV Rugi❌ -30.1 Milyar
13 POLY Rugi❌ -35.27 Milyar
14 INDR Rugi❌ -158.58 Milyar
15 $SRIL Rugi❌ -421.88 Milyar
Dari data rekap, saham sektor tekstil yang belum merilis Laporan Keuangan per Juni 2024 adalah UNIT (laporan terakhir per 30 Juni 2020), $PBRX (laporan terakhir per 31 Maret 2024), CNTX (laporan terakhir per 31 Maret 2024), dan $SBAT (laporan terakhir per 30 September 2023). Ini sudah jadwal rilis LK Q3 2024, mereka malah belum rilis LK Q2 2024. Ini contoh perusahaan ha Direkturnya keuangannya entah belum gajian atau memang malas. Padahal sudah menjadi kewajiban perusahaan Tbk itu untuk tepat waktu rilis Laporan Keuangan. Mereka malah malas - malasan rilis Laporan Keuangan. https://bit.ly/3YGX6Dc
Dalam sektor tekstil ini, saham dengan harga paling murah adalah SBAT pada harga 1, yang mencerminkan nilai yang sangat rendah, kemungkinan besar karena kondisi keuangan yang kurang stabil dan kinerja yang buruk. Di sisi lain, saham dengan harga paling mahal adalah INDR dengan harga 3,210, yang menunjukkan valuasi pasar lebih tinggi, meskipun perusahaan juga menghadapi tantangan seperti utang besar (1.79 Triliun) dan kerugian yang ditunjukkan dalam rasio PER negatif (-6.62). SBAT salah satu saham yang banyak penggemarnya di Stockbit.
Dalam sektor tekstil ini, POLY mencatat free cash flow (FCF) terbesar dengan nilai positif 57.17 Miliar, menunjukkan arus kas operasional yang cukup untuk mendukung pengeluaran tanpa perlu menambah utang dalam jangka pendek. Di sisi lain, MYTX memiliki FCF paling negatif di angka -128.23 Miliar, menandakan tekanan likuiditas yang besar. Dengan FCF negatif, MYTX kemungkinan besar harus mengandalkan pendanaan eksternal atau utang tambahan untuk menutupi kebutuhan operasional, yang berisiko meningkatkan beban finansial di masa depan.
Dari data yang ada, PBV paling murah dimiliki oleh PBRX dengan nilai 0.08, yang biasanya menandakan undervaluation. Namun, dalam kasus ini, PBV rendah mencerminkan risiko tinggi daripada peluang investasi sehat, mengingat kondisi keuangan PBRX yang lemah. Perusahaan ini memiliki utang besar mencapai 5.19 Triliun, kas terbatas sebesar 328.91 Miliar, dan free cash flow negatif sebesar -25.35 Miliar. Selain itu, PBRX mencatatkan penurunan laba signifikan sebesar -88.58%, menandakan tantangan besar dalam profitabilitas. Di sisi lain, PBV paling mahal ada pada ARGO di angka 26.68, yang menunjukkan ekspektasi pasar tinggi. Namun, laba ARGO hanya 5.73 Miliar, dengan PER yang sangat tinggi di 469.31, sehingga PBV tinggi ini tidak didukung fundamental yang kuat dan justru mengindikasikan risiko overvaluation. https://bit.ly/3YGX6Dc
Untuk PER, MYTX memiliki PER positif terendah di 1.15, yang bisa terlihat menarik. Namun, di balik PER rendah ini, MYTX menghadapi tantangan likuiditas dengan free cash flow negatif sebesar -128.23 Miliar dan ekuitas negatif (PBV -1.04). Utangnya mencapai 1.80 Triliun, menunjukkan bahwa PER rendah bukan tanda kesehatan, melainkan risiko tinggi. Sebaliknya, PER tertinggi yang negatif dimiliki oleh TFCO (-559.01), mencerminkan kerugian besar sebesar 2.74 Miliar dan ketergantungan pada utang sebesar 22.49 Miliar. Meski TFCO memiliki kas sebesar 613.25 Miliar, kondisi keuangan dan kerugian besar membuat PER negatif ini menjadi indikator risiko signifikan. Secara keseluruhan, baik PBV maupun PER dalam data ini menunjukkan lebih banyak risiko daripada peluang yang sehat dalam sektor tekstil.
Industri tekstil Indonesia, berdasarkan data rekap saham tersebut, tampak menghadapi tantangan yang cukup signifikan di berbagai aspek keuangan dan operasional. Kondisi ini terlihat dari berbagai indikator seperti profitabilitas, arus kas, utang, dan pertumbuhan yang menunjukkan gambaran yang kurang sehat untuk hampir seluruh perusahaan dalam sektor ini. Beberapa saham mencatatkan angka pertumbuhan laba yang positif, namun sifatnya sangat fluktuatif dan tidak menunjukkan kestabilan yang diinginkan dalam industri yang kompetitif ini. ❌ https://bit.ly/3YGX6Dc
Dalam hal valuasi, mayoritas perusahaan tekstil di Indonesia memiliki Price to Book Value (PBV) yang rendah atau bahkan negatif. Sebagian besar saham, seperti MYTX dengan PBV -1.04 dan SRIL -0.19, menunjukkan nilai buku negatif, menandakan ekuitas negatif atau kondisi keuangan yang bermasalah. Valuasi rendah ini bisa mengindikasikan persepsi risiko yang tinggi dari investor terhadap sektor ini, karena kekhawatiran terhadap kondisi likuiditas dan profitabilitas. ❌
Di sisi profitabilitas, rasio Price to Earnings Ratio (PER) menunjukkan bahwa banyak perusahaan tekstil dalam kondisi yang tidak menguntungkan, dengan nilai PER negatif, seperti pada TFCO (-559.01) dan SRIL (-3.54). Hal ini disebabkan oleh kerugian yang berkelanjutan atau rendahnya tingkat keuntungan yang dapat dicapai. Rasio PER yang negatif menjadi sinyal bahwa perusahaan-perusahaan ini mengalami kesulitan dalam menghasilkan laba dari operasional mereka. ❌ https://bit.ly/3YGX6Dc
Beberapa perusahaan seperti ARGO memiliki PER yang sangat tinggi (469.31), yang mencerminkan valuasi saham yang tidak wajar, terutama bila mempertimbangkan bahwa laba perusahaan hanya 5.73 Miliar. PER tinggi ini mungkin disebabkan oleh kenaikan harga saham yang tidak proporsional dengan laba yang dihasilkan, sehingga rentan terhadap koreksi harga di masa mendatang. ❌
Dalam hal arus kas, banyak perusahaan tekstil menghadapi kesulitan dalam menghasilkan free cash flow (FCF) yang positif. Misalnya, MYTX mencatat FCF negatif sebesar -128.23 Miliar dalam satu tahun terakhir, yang mengindikasikan tekanan dalam memenuhi kebutuhan kas operasional tanpa menambah utang atau melakukan penjualan aset. Ini adalah salah satu masalah umum dalam sektor ini yang berpotensi mempengaruhi likuiditas perusahaan. ❌
Utang yang tinggi menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan tekstil di Indonesia. SRIL, misalnya, memiliki total utang 14.56 Triliun dengan kas yang tersedia hanya 75.59 Miliar, menunjukkan ketergantungan tinggi pada utang. Ketidakseimbangan ini meningkatkan risiko gagal bayar utang, terutama jika arus kas dari operasional tidak cukup untuk menutupi kewajiban yang ada. ❌
Ketergantungan yang tinggi pada utang ini terlihat pula pada POLY, yang memiliki utang sebesar 17.61 Triliun dengan kas yang hanya mencapai 67.00 Miliar. Kesenjangan yang signifikan antara utang dan kas memperlihatkan potensi masalah likuiditas, yang dapat mengancam keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang jika tidak ada perbaikan dalam pengelolaan keuangan. ❌
Di sisi lain, meskipun ada beberapa perusahaan yang mencatatkan pertumbuhan laba operasi yang tinggi seperti ARGO dengan 5,171.29%, fluktuasi yang ekstrem ini tidak mencerminkan kestabilan keuangan. Ketidakstabilan pada pertumbuhan laba operasi ini mengindikasikan tantangan dalam pengelolaan biaya operasional dan pemasaran, serta ketergantungan pada kondisi pasar yang cenderung berubah-ubah. ❌ https://bit.ly/3YGX6Dc
Pertumbuhan pendapatan juga mengalami fluktuasi yang tinggi, seperti pada SBAT yang mencatat penurunan pendapatan sebesar -87.40% secara Year-on-Year. Penurunan ini dapat diakibatkan oleh persaingan ketat di pasar domestik maupun internasional, atau mungkin akibat dari perubahan permintaan yang sulit diprediksi, yang menjadi tantangan besar bagi industri tekstil. ❌
Dividen yield di sektor ini pada umumnya sangat rendah atau bahkan tidak ada, dengan hanya sedikit perusahaan yang memberikan dividen, seperti INDR dengan yield 7.48%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan tekstil memilih untuk tidak membagikan laba kepada pemegang saham dan mungkin mengalokasikan laba yang ada untuk mempertahankan operasional atau mengurangi utang. ❌
Dalam hal rasio likuiditas, hanya beberapa perusahaan yang memiliki kas yang memadai untuk menutupi kewajiban jangka pendek mereka. BELL, misalnya, memiliki kas 10.71 Miliar dengan utang yang lebih kecil, tetapi ini merupakan pengecualian dalam data yang ada, karena sebagian besar perusahaan dalam sektor ini menunjukkan kesenjangan besar antara utang dan kas. ✅❌
Ketidakstabilan pendapatan dan laba juga memengaruhi minat investor terhadap saham tekstil. Return harga satu tahun terakhir banyak menunjukkan angka negatif, seperti pada SSTM (-68.41%) dan SBAT (-98.00%), yang mencerminkan rendahnya minat investor dan potensi volatilitas tinggi pada saham-saham di sektor ini. ❌
Selain itu, beberapa perusahaan yang memiliki PBV rendah seperti PBRX (0.08) mungkin tampak murah secara valuasi, tetapi risiko yang tinggi akibat kesulitan keuangan membuat saham-saham ini kurang menarik. PBV rendah yang konsisten di sektor ini menjadi salah satu indikator bahwa pasar melihat industri tekstil dalam kondisi yang kurang menguntungkan secara umum. ❌ https://bit.ly/3YGX6Dc
Data ini menunjukkan bahwa industri tekstil Indonesia menghadapi tekanan besar dari segi profitabilitas, arus kas, dan utang. Keterbatasan dalam menghasilkan arus kas positif, tingginya ketergantungan pada utang, dan ketidakstabilan dalam pertumbuhan laba membuat industri ini terlihat kurang sehat secara finansial. Investasi dalam sektor ini mungkin memerlukan kehati-hatian ekstra dan peninjauan lebih lanjut terhadap rencana perbaikan di tiap perusahaan. ❌
Dari data yang tersedia, perusahaan tekstil dengan utang paling besar adalah POLY, dengan total utang sebesar 17.61 Triliun. Free cash flow (FCF) POLY sebesar 57.17 Miliar terlihat positif, tetapi jika dilihat secara keseluruhan, kondisi ini masih perlu dicermati lebih lanjut. POLY memiliki utang yang sangat besar, mencapai 17.61 Triliun, yang jauh lebih tinggi dibandingkan kas sebesar 67.00 Miliar. Meski FCF positif, jumlah ini relatif kecil dibandingkan total utang, sehingga kemampuan perusahaan untuk mengurangi utang atau membiayai operasional tanpa ketergantungan pada pinjaman tambahan masih terbatas. Kondisi ini mengindikasikan bahwa meskipun ada arus kas positif, POLY tetap menghadapi tekanan finansial yang tinggi karena beban utang besar yang membutuhkan arus kas lebih signifikan untuk menjamin keberlanjutan jangka panjang. ❌
Meskipun MYTX mencatat laba sebesar 154.4 Miliar, kondisi ini tidak sepenuhnya bagus karena beberapa indikator keuangan menunjukkan masalah mendasar. Perusahaan memiliki ekuitas negatif (PBV -1.04), yang menandakan risiko solvabilitas, serta free cash flow (FCF) negatif sebesar -128.23 Miliar, menunjukkan kurangnya likuiditas untuk menutupi pengeluaran operasional tanpa utang tambahan. Selain itu, utang MYTX mencapai 1.80 Triliun, jauh lebih besar dari kas yang hanya 61.58 Miliar, membuat ketergantungan pada utang tinggi dan membebani kondisi keuangan secara keseluruhan. Secara umum, meskipun laba tercatat positif, kondisi MYTX secara keseluruhan masih belum sehat. ❌
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
$BBRI $BRIS
1/2
salah satu kelemahan bursa jika yg bermasalah perusahaan yg kena imbasnya ya ritel😌
coba lihat SRIL 3 tahun suspend, harusnya utk perusahaan gini biarkan aja kena FCA tanpa campur2 kena suspend segala, biarkan market yg respond mau dibawa kemana juga
gua mah mending CL lalu pindahkan ke perusahaan lain yg potensi bagus drpd duit ketahan 3 tahun
$TOPS
$SRIL
$SBAT
$MKNT
$SBAT bukti nyata kalau si regulator gas elpiji itu adalah pelindung bandar berkedok melindungi ritel 🤣🤣 mapya2 $MKNT $IHSG
Tulisan distream mah ga usah dimasukin hati guys
malu lah sama Newbie
Yuk bersatu padu, retail bersatu kita kuat
Lawan kita sebenarnya bandar besar yaitu emiten sendiri yang mau keruk duit retail termasuk para influencer dan market maker yang terlibat didalamnya termasuk otoritas terkait yang menjadi saringan pertama yaitu yang IPO mau EXIT untuk kantong mereka sendiri dengan mengorbankan retailer dengan salah satunya sudah tahu perusahaan bermasalah di IPO untuk dibangkrutkan
Bagaimana otoritas membuat aturan yang indah dibuat tapi tidak ada prakteknya nihil. Bagaimana bisa membeli kembali saham yang sudah beredar kalau perusahaan udah pailit? atau bisa disita jika ada dugaan kejahatan kerah putih ? secara hukum sangat sulit karena mekanisme RUPS saja sudah disetujui. Apakah perlu manajemen di lakukan dengan HTO seperti yang dilakukan KKR inipun sulit karena investor asing, besar dan ada uang sehingga model diatas seperti pemegang saham pengendali yang melakukan manipulasi laporan keuanganan bisa didepak dan investor menjadi aktif memperbaiki tata kelola perusahaan.
Jangan juga sampai XL Xobat Loss demi profit besarnya tidak menjaga keetisan, belajar dari salah satu sekuritas besar retail yang rumornya diduga lagi ada masalah keuangan karena ya gitu terlalu tampung market maker nasabah besar
Jadi jangan terlalu naif dan polos, pintar pintar analisa mandiri dan independen termasuk dari saya ya XL
$HKMU $ENVY $SBAT $KAYU $MKNT
Bahas 3 Saham Rp. 1 di Bursa!! Apakah Menarik??
@wicakcakwe
https://cutt.ly/heSmOlRp
$SBAT $TOPS $MKNT