Volume
Avg volume
Perseroan didirikan dengan nama PT Jayamas Medica Industri pada tanggal 15 Desember 2000 dan mulai beroperasi pada tahun 2002. Kegiatan usaha utama Perseroan adalah bergerak di bidang usaha manufaktur alat kesehatan, alat kesehatan elektromedik, alat diagnostik, antiseptik dan disinfektan, dan perbekalan kesehatan rumah tangga lainnya. Perseroan memiliki salah satu rangkaian alat dan perbekalan kesehatan terluas di Indonesia, menurut F&S, termasuk sejumlah besar produk baik yang diproduksi secara lokal maupun yang diimpor. Portofolio produk Perseroan terdiri dari sekitar 3.200 SKU Aktif, termasuk merek pihak ketiga dan 72 mer... Read More
JAKARTA – Laba PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED) naik 6,50% menjadi Rp154,7 miliar pada semester I 2025, dari periode serupa tahun lalu yang mencapai Rp145,23 miliar.
Pertumbuhan laba ini sejalan dengan kenaikan pendapatan 5,25% di periode yang sama.
Dalam siaran pers dikutip Senin (4/8), Lo...
www.idnfinancials.com
$OMED Tancap Gas Ekspor, Margin dan Volume Penjualan Terdongkrak
Ekspor OMED melonjak 133% sepanjang semester I-2025, mendorong margin laba bersih naik ke 16,7% dan volume penjualan tumbuh hampir 8%
📈 Pendapatan tembus Rp 925,8 miliar
💰 Laba bersih naik ke Rp 154,7 miliar
🌎 Ekspor ke AS dan Amerika Latin meroket
🧾 DER sangat rendah hanya 0,02
🏭 Siap ekspansi global 2026
Baca selengkapnya di: https://cutt.ly/3rDdLOOY
Lanjut pantau
$KLBF $SIDO
KABARBURSA.COM - PT Jayamas Medica Industri Tbk mencatat kinerja solid pada semester I 2025 di tengah dinamika rantai pasok global dan ekspansi ke pasar internasional. Pada paruh pertama tahun ini, perusahaan dengan kode saham OMED ini sukses membukukan pendapatan sebesar Rp925,8 miliar, naik 5,25 p...
www.kabarbursa.com
IDXChannel - PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED) mencetak kinerja positif di paruh pertama tahun ini. Di semester I-2025, penjualan Onemed tumbuh 5,25 persen secara tahunan.
Perusahaan distribusi alat kesehatan (alkes) itu juga berencana mengakselerasi ekspor. Pada periode ini, OMED membukukan ang...
www.idxchannel.com
$OMED serapan anggaran memang biasanya di Q3 dan Q4
tidak muluk-muluk karena ada kecenderungan begitu, strong start, semoga strong finish.
$OMED harga akan bergerak naik duluan, tapi reflected di LK-nya ya nanti pas Q3 dan Q4 sudah keluar hehehe
sejauh ini setelah IPO emitennya bisa keep up their promises.
penjualan ekspor $OMED ke Amerika naik >100% , walaupun masih tergolong kecil .
tapi ingat mau segacor apapun emiten mu , kalau market maker nya gak ngizinin untuk di tarik . pasti nya gak akan kemana mana v😅
$OMED ini key growthnya udah di tangan, pabrik2 baru dan market baru ekspor, tinggal tunggu waktu aja 🙏
MOATnya jg jelas, barrier to entry perusahaan lain jg sulit karena berbagai regulasi dan sertifikasi yg harus dipunya.
$OMED ada lah, export ke us, karna dari china brangnya lebih mahal kena tarif. mungkin aja iya gak?.. makin gede nilai export nya ke us. juga LK nya makin bagus semenjak perang
@adkhan MEDS memang awalnya dikenal sebagai pemasok alat kesehatan, khususnya yang banyak dibutuhkan saat pandemi, dari jarum suntik hingga alat pelindung diri. Namun setelah masa darurat itu lewat, tak terlihat ada diversifikasi signifikan atau perluasan ke produk-produk dengan siklus permintaan yang lebih stabil. Dari laporan keuangannya, mayoritas penjualan masih di dalam negeri. Sayangnya, tak banyak informasi tentang ekspor atau pengembangan pasar baru, padahal seperti Anda bilang, ketergantungan kita pada impor bisa jadi celah strategis kalau benar-benar dimanfaatkan.
Tag : $MEDS $OMED $IRRA
MEDS LK Q2 2025: Gudang Penuh, Napas yang Kian Sesak
Saya baru saja selesai membaca laporan keuangan tengah tahunan Hetzer Medical Indonesia (MEDS) untuk periode yang berakhir 30 Juni 2025. Setelah menelusuri angka-angkanya, ada sebuah perasaan ganjil yang tak mau pergi. Ini bukan sekadar cerita tentang laba dan rugi, ini adalah sebuah narasi tentang harapan yang berbenturan dengan kenyataan, tentang sebuah mesin yang terus dipaksa berputar meskipun bahan bakarnya kian menipis.
Di permukaan, ceritanya tampak muram. Penjualan anjlok drastis, dari Rp 5,4 triliun pada semester pertama 2024 menjadi hanya Rp 3,1 triliun di periode yang sama tahun ini. Ini bukan sekadar penurunan, ini adalah sebuah jurang. Laba kotor yang dulu terlihat kokoh di angka Rp 1,6 triliun kini menguap, menyisakan hanya Rp 323 juta. Akibatnya, kerugian bersih semakin dalam, mencapai Rp 3,87 triliun untuk enam bulan pertama tahun 2025. Perusahaan ini membakar uang dan tampaknya api semakin membesar.
Namun, yang paling membuat saya terdiam bukanlah kerugian itu sendiri. Dalam bisnis, kerugian adalah hal yang bisa terjadi. Yang membuat saya berhenti dan berpikir adalah apa yang saya temukan di neraca dan laporan arus kas. Di saat penjualan runtuh dan kerugian membengkak, nilai persediaan MEDS justru meningkat, dari Rp 11,2 triliun di akhir 2024 menjadi hampir Rp 12 triliun pada Juni 2025. Mayoritas dari tumpukan itu adalah barang jadi, yang nilainya melonjak dari Rp 6,5 triliun menjadi Rp 10,1 triliun. Ini sebuah paradoks. Di saat pasar seolah berkata, “Kami tidak butuh barangmu sebanyak dulu,” perusahaan justru semakin giat mengisi gudangnya. Ini seperti sebuah toko yang terus menambah stok di tengah pasar yang sepi, berharap badai pembeli akan datang entah dari mana.
Lalu muncul pertanyaan yang tak terhindarkan: dari mana uang untuk semua ini berasal? Arus kas dari aktivitas operasi menjawabnya dengan gamblang. Perusahaan tidak menghasilkan kas, malah sebaliknya, menghabiskan Rp 2,3 triliun hanya untuk menjalankan bisnisnya selama enam bulan. Tahun lalu di periode yang sama, mereka masih bisa menghasilkan kas positif sebesar Rp 2,2 triliun dari operasinya. Ini adalah pembalikan arah yang sangat berbahaya.
Jawabannya tersembunyi di bagian aktivitas pendanaan. MEDS mendapatkan napas buatan. Ada suntikan dana segar sebesar Rp 2,86 triliun. Sebagian besar berasal dari utang lain-lain kepada pihak berelasi, yang nilainya mencapai Rp 2,16 triliun. Dana ini ternyata datang dari sumber internal, yaitu Jemmy Kurniawan, Komisaris Utama sekaligus pemegang saham pengendali perusahaan. Selain itu, perusahaan juga menambah utang bank baru sebesar Rp 2 triliun pada bulan Juni 2025 untuk modal kerja. MEDS tidak berjalan dengan uang dari pelanggan, melainkan dari utang dan kantong pemiliknya.
Manajemen sendiri bahkan mengakui adanya kerugian berulang yang menimbulkan tanda tanya atas kelangsungan usaha. Mereka berjanji akan fokus meningkatkan penjualan dan efisiensi, serta menyoroti adanya surat dukungan finansial dari pemegang saham pengendali. Ini sama saja dengan mengakui bahwa perusahaan sedang berada dalam mode bertahan hidup, bergantung sepenuhnya pada kebaikan hati sang pemilik.
Melihat semua ini, saya tidak bisa tidak memikirkan sebuah analogi. MEDS seperti sebuah rumah besar yang fondasinya mulai retak. Alih-alih memperbaiki fondasi, yaitu model bisnis dan arus kas operasinya, manajemen sibuk menambah perabotan baru dan mengecat ulang dindingnya dengan dana pinjaman. Penumpukan persediaan adalah perabotan itu, sebuah pertaruhan besar yang didanai oleh utang. Jika pertaruhan ini gagal, jika tumpukan barang senilai Rp 12 triliun itu tak kunjung laku, maka bukan hanya kerugian di atas kertas yang akan dihadapi, tetapi juga krisis likuiditas yang nyata ketika utang-utang itu jatuh tempo. Termasuk utang kepada komisaris utama yang harus lunas pada akhir 2025.
Tentu, selalu ada sisi lain dari setiap cerita. Mungkin manajemen melihat peluang yang tidak terlihat dari luar. Mungkin ada kontrak besar di depan mata yang membuat penumpukan persediaan ini menjadi langkah strategis yang brilian. Namun, laporan keuangan ini tidak menceritakan hal itu. Ia hanya menyajikan fakta: sebuah perusahaan yang napasnya semakin sesak, ditopang oleh ventilator utang.
Manajemen seolah sedang membangun bahtera, menumpuk pasokan untuk perjalanan jauh. Tapi di luar, langit tampak cerah dan laut yang diharapkan tak kunjung datang. Pertanyaannya bukan lagi apakah bahtera ini bisa terapung, melainkan untuk apa ia dibangun?
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Tag : $MEDS $OMED $IRRA
$OMED Perusahaan Sehat yang belum punya gawe.
Tunggu aja klo nanti udah punya gawe. Bakal meroket harga sahamnya.
konglomerat yang ada di balik emiten farmasi healthcare, cara bermain nya cukup beda yang satu agresif karena udah ketahuan alur ekspansinya $PYFA dan yang satunya masih di jaga karena barangnya masih belum cukup untuk di angkat 🤣 $OMED . tapi terimakasih omed walaupun belum naik masih di kasih uang tunggu . yuk tidur lagi sambil menunggu keduanya sama sama terbang