Volume
Avg volume
PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) bergerak dalam bidang pembuatan makanan, permen dan biskuit. Perusahaan menjual produknya baik di pasar domestik maupun luar negeri. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978.
Trading log 23 Mei 2025
Berhubung hanya dapat kirim 1 post/hari, update hanya ada perubahan posisi.
JUAL:
CMRY 2.5 PM @4890
BELI:
$MYOR 2.5 PM @2300
Alokasi:
Saham : 30%
Cash on hand : 70%
Yield bulan Mei per 23 Mei 2025 : +5.65% (yg sudah direalisasikan)
Arahan Senin, 26 Mei 2025
Pasang OPEN SELL untuk SL jika lanjut turun sesuai tabel rencana dagang!
(lihat di slide untuk lebih detail)
Catatan: bukan ajakan beli/jual.
1/2
$MYOR
Jumat, 22 Mei 2025, MYOR ditutup pada 2290, MYOR sudah test support pada level 2220, selama MYOR berada di atas level 2220 maka MYOR berpeluang kembali naik ke arah 2240 bahkan 2520.
.
Menurut kalian bagaimana tentang MYOR? Ada saham yang ingin dibahas? Yuk comment di bawah
.
Disclaimer:
Setiap pembahasan saham hanya bersifat sebagai referensi atau bahan pertimbangan, dan bukan merupakan perintah beli atau jual. Setiap tindakan adalah tanggung jawab dari pelaku pasar. Do your own research.
.
$ANTM $RAJA
.
Untuk info lebih banyak lagi bisa lewat External Community GAVRA di Discord dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: Y75116
Link Panduan
https://stockbit.com/post/14715856
1/5
Kabar IPO. Jumat, 23 Mei 2025.
Kata kunci: Orang Tua Group, IPO, FMCG, Consumer Goods
Orang Tua Group Bersiap Melantai di Bursa: FMCG Legendaris Milik Keluarga Djojonegoro Siap IPO?
Rumor mengenai rencana Initial Public Offering (IPO) dari Orang Tua Group (OT Group) kembali mencuat. Perusahaan consumer goods yang telah berdiri sejak 1948 ini dikabarkan tengah mempersiapkan langkah untuk melantai di Bursa Efek Indonesia.
Dalam konfirmasi kepada media, Head of Corporate and Marketing Communication OT Group, Harianus Zebua, menyatakan bahwa perusahaan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan IPO, namun hingga saat ini belum ada pendekatan resmi dari BEI maupun OJK. Ia menambahkan bahwa proses internal seperti penguatan struktur keuangan, kesiapan dokumen hukum, manajemen, valuasi, dan strategi komunikasi kepada calon investor sedang dilakukan.
Sejarah dan Kepemilikan OT Group
Orang Tua Group didirikan oleh Chandra Djojonegoro (juga dikenal sebagai Chu Sam Yak) bersama saudaranya Chu Sok Sam pada tahun 1948 di Medan, Sumatera Utara. Mereka memulai bisnis dengan memproduksi minuman anggur herbal. Pada tahun 1950, mereka merantau ke Semarang dan mendirikan perusahaan minuman anggur herbal dengan cap Orang Tua melalui NV Handel Maatschappij May Lian & Co. Perusahaan ini kemudian berkembang pesat dan berganti nama menjadi Orang Tua Group.
Saat ini, OT Group dikelola oleh tiga bersaudara: Husain Djojonegoro, Hamid Djojonegoro, dan Pudjiono Djojonegoro, yang merupakan anak-anak dari Chandra Djojonegoro .
Diversifikasi Produk dan Ekspansi Bisnis
OT Group telah berkembang menjadi salah satu pemain utama di industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam produk kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan, minuman, perawatan diri, dan produk kebersihan.
Beberapa merek terkenal yang dimiliki oleh OT Group antara lain:
Tango (biskuit wafer)
Teh Gelas (minuman teh dalam kemasan)
Kiranti (minuman herbal wanita)
Formula (produk perawatan gigi)
Mintz, Blaster, Oops (permen)
Adem Sari (minuman penyegar)
VIT (air minum dalam kemasan)
Woods (produk pereda batuk dan pilek, lisensi luar negeri)
Fullo, VitaCharm, OT Juice
Dll.
Selain produk ritel, OT Group juga memiliki unit usaha di bidang farmasi, nutrisi, dan distribusi logistik.
Infrastruktur Produksi dan Distribusi
OT Group memiliki lebih dari 30 pabrik yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Bekasi, Cikarang, Tangerang, dan Surabaya. Produk-produknya telah menembus pasar Asia Tenggara, Timur Tengah, bahkan Afrika.
Distribusi dilakukan oleh anak usaha mereka, termasuk Arta Boga Cemerlang, yang dikenal sebagai salah satu perusahaan distribusi FMCG terbesar di Indonesia.
Potensi IPO dan Prospek Pasar
Dengan skala bisnis yang besar dan portofolio merek yang kuat, IPO OT Group berpotensi menjadi salah satu aksi korporasi terbesar di sektor consumer goods di Indonesia. Pasar akan menanti valuasi yang ditawarkan, mengingat perusahaan ini memiliki daya saing yang kuat terhadap emiten FMCG lain yang sudah lebih dulu listing, seperti UNVR, MYOR, ICBP, dan INDF.
Namun, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku belum menerima dokumen atau informasi resmi dari OT terkait rencana IPO ini. **"Saya belum terupdate,"** kata Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK.
Kesimpulan
Jika seluruh proses berjalan lancar, IPO OT Group dapat membuka akses modal yang lebih besar dan mempercepat ekspansi baik di dalam negeri maupun global. Satu hal yang pasti: pasar menanti langkah selanjutnya dari perusahaan legendaris ini.
Pertanyaannya:
Jika Orang Tua Group resmi IPO, apakah Anda akan memasukkan sahamnya ke dalam watchlist investasi Anda?
$UNVR $MYOR $ADES
Trading log 22 Mei 2025
Berhubung hanya dapat kirim 1 post/hari, update hanya ada perubahan posisi.
JUAL:
MEDC 2.5 PM @1230
CMRY 2.5 PM @5150
(Slide 1)
Alokasi:
Saham : 30%
Cash on hand : 70%
Yield bulan Mei per 22 Mei 2025 : +5.24% (yg sudah direalisasikan)
Arahan Jum'at, 23 Mei 2025
SL UNIQ dinaikkan ke 470
SL BMRI dinaikkan ke 5300
SL ERAL dinaikkan ke 284
SL MEDC dinaikkan ke 1180
SL CMRY dinaikkan ke 4890
SL ACES dinaikkan ke 565
OPEN SELL :
MEDC 2.5 PM @1330
$ACES 2.5 PM @620
WL :
$MYOR
(lihat di slide untuk lebih detail)
Catatan: bukan ajakan beli/jual.
1/2
porto merah semua.bingung mana yg mau di avg down..ššš
nunggu bi cut rate aja kali biar ijo sendiri šš
$MYOR$INTP$BUMI arto mbma cuan
Saham $MYOR ada peluang teknikal & dividen? š
cek catatan pribadi saya di š
https://cutt.ly/qrxJrVob
WINGS kalau udah turun, bisa buat ketar ketir pemain kawakan sampai yang lagi naik daun
RT : $CLEO $ADES $MYOR
@juhaeri Ketika sebuah emiten ngumumin buyback saham, reaksi pasar biasanya kebagi dua: yang satu langsung angkat tangan teriak ābullish!ā, yang satunya ngelus dada sambil bilang, āini pasti akal-akalan lagi.ā Buyback, kalau dipikir-pikir, mirip banget kayak mantan yang tiba-tiba ngajak balikan. Katanya sih cinta, padahal bisa jadi cuma panik karena yang sekarang nggak sebagus dulu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari kacamata investor dividen, buyback itu kayak gebetan yang janjiin cinta tapi nggak ngasih kepastian. Kalau kamu tipe investor yang senang lihat rekening terisi tiap tahun karena dividen, kamu mungkin agak sewot. Misalnya gini, perusahaan punya kas Rp1 triliun, dan mereka pilih buat beli saham sendiri daripada bagi dividen. Artinya, kamu yang setia pegang saham nggak dapat sepeserpun. āDuitnya ke mana, bos?ā Ya ke saham treasury, yang nggak bisa ngasih kamu dividen dan nggak punya kontribusi apa-apa selain nempel di neraca sebagai ekuitas minus. Padahal, kalau dibagi ke pemegang saham, Rp1 triliun itu bisa kasih dividen Rp100 per lembar buat 10 miliar saham. Tapi ya sudahlah, katanya buyback lebih āstrategisāābuat siapa? Bukan kamu, jelas.
Sementara itu, value investor mungkin ngangguk-ngangguk pelan. Mereka lebih mikir logis, kurang drama. Kalau saham perusahaan dihargai Rp800 di pasar padahal nilai wajarnya menurut DCF atau PBV cuman 0,7, ya buyback bisa masuk akal. āDaripada duit nganggur, mending dibeli aja sahamnya,ā pikir mereka. Apalagi kalau EPS tahun lalu Rp100, dan setelah buyback bisa naik ke Rp115 tanpa laba berubah, gara-gara jumlah sahamnya dikurangi. Ini bisa bikin PER kelihatan lebih menarik, valuasi makin cakep, dan pasar bisa sadar, āOh ternyata saham ini undervalued.ā Tapi tetep, value investor juga punya batas toleransi. Kalau emiten pake utang buat buyback, atau labanya turun tapi EPS dipoles naik pakai buyback, ya mereka juga bisa males. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau dari sudut pandang emiten, buyback itu alat kosmetik yang luar biasa. EPS bisa naik tanpa harus kerja lebih keras. Cukup kurangi jumlah saham, boomāangka di layar investor langsung kelihatan kinclong. Contohnya, perusahaan punya laba Rp1 triliun dan jumlah saham 10 miliar ā EPS Rp100. Tapi setelah buyback 1 miliar saham, EPS naik jadi Rp111. Padahal bisnisnya sama aja, laba nggak nambah sepeserpun. Jadi buat manajemen, buyback bisa jadi jalan pintas buat bikin angka laporan keuangan terlihat sehat tanpa harus benerin operasi. Apalagi kalau direksi punya bonus berbasis EPSānah ini udah bukan strategi lagi, tapi konflik kepentingan terselubung yang disulap jadi "good governance."
Nah, yang paling nikmat mungkin justru spekulan. Buat mereka, buyback itu sinyal teknikal, bukan fundamental. āWah ada buyback, beli cepet, nanti naik!ā Mereka masuk sebelum sekuritas penunjuk mulai belanja, ikut dorong harga naik, terus cabut pas euforia naik ke puncak. Spekulan nggak peduli buyback-nya buat treasury, buat dimusnahkan, atau nanti dibagi ke ESOP manajemenāyang penting ada momentum. Tapi tentu aja, spekulasi yang sukses itu cuma buat yang bisa keluar lebih cepat dari yang lain. Yang telat keluar ya nyangkut, karena begitu buyback selesai, biasanya harga langsung melambai turun. Karena tanpa dukungan fundamental, buyback cuma jadi pemicu sementara kayak caffeine shot buat saham yang lagi ngantuk. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi buyback ini ibarat pisau dapur. Di tangan chef (emiten jujur), dia bisa bikin masakan lezat (nilai investor naik). Di tangan tukang tipu (emiten nyari pencitraan), dia bisa dipakai buat nutupin bangkai. Bagi investor dividen, buyback sering jadi penundaan THR. Buat value investor, bisa jadi kesempatan. Buat emiten, jadi alat sulap EPS. Dan buat spekulan, jadi pemicu euforia sesaatāyang penting naik, urusan nyangkut nanti aja. Makanya, sebelum seneng denger buyback, selalu tanya dulu: niatnya tulus⦠atau cuma acting belaka? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
$RALS $ADRO $MYOR
@ilprincipe Buyback saham tidak mengurangi laba secara langsung, karena laba adalah hasil dari pendapatan dikurangi beban, dan pembelian saham bukan termasuk beban operasional atau beban lain-lain yang masuk ke laporan laba rugi. Jadi Laba tetap = tidak terpengaruh oleh buyback (karena buyback masuk ke ekuitas, bukan ke beban). Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi buyback mengurangi ekuitas, tepatnya mengurangi saldo laba ditahan dan dicatat sebagai saham treasury, yang nilainya negatif di pos ekuitas. Artinya Total ekuitas turun
Saham treasury bukan aset, melainkan semacam "pengurang modal sendiri"
Lalu efek lainnya adalah Karena jumlah saham beredar berkurang (jika saham treasury tidak dijual lagi), maka EPS (Earnings per Share) naik. Contoh: laba tetap Rp1 triliun, saham beredar 10 miliar -> EPS Rp100. Setelah buyback 2 miliar lembar, EPS jadi Rp1 triliun / 8 miliar = Rp125. Padahal labanya nggak berubah.
Jadi
1. Laba tidak berkurang karena buyback.
2. Ekuitas berkurang karena saldo laba dipakai beli saham.
3. Saham treasury masuk neraca sebagai pengurang ekuitas, bukan aset.
4. EPS bisa naik karena jumlah saham beredar menyusut.
Jadi kesannya buyback itu kayak "sulap" mempercantik metrik EPS tanpa benar-benar bikin usaha lebih cuan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
$RALS $ADRO $MYOR
Rencana Buyback $MYOR
Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Mayora Indah Tbk atau MYOR mengumumkan rencana buyback saham jumbo senilai Rp1 triliun yang akan dimulai dari 5 Juni 2025 hingga 5 Juni 2026. Secara dokumen resmi, alasan buyback ini terdengar sangat mulia yaitu untuk meningkatkan fleksibilitas modal, menjaga nilai pemegang saham, dan memberi sinyal positif bahwa manajemen percaya diri terhadap masa depan perusahaan. Saham yang dibeli akan masuk kategori treasury shares yang artinya tidak memiliki hak suara, tidak mendapatkan dividen, dan hanya menunggu keputusan apakah akan disimpan, dibagikan, atau dimusnahkan di kemudian hari. Buyback akan dilakukan lewat pasar reguler dengan pelaksana Indo Premier Sekuritas (PD). Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Namun ketika kita membuka laporan keuangan Q1 2025, semua narasi ideal tadi mulai terasa kurang meyakinkan. Laba bersih MYOR anjlok 37,6 persen secara tahunan dari Rp1,13 triliun menjadi hanya Rp704,94 miliar. EPS juga ikut turun dari Rp50 ke Rp33 per saham. Dalam kondisi seperti ini, langkah tercepat memperbaiki tampilan EPS di mata pasar adalah dengan menyulapnya secara mekanik yaitu mengurangi jumlah saham beredar lewat buyback. Simulasi internal menunjukkan bahwa dengan buyback Rp1 triliun di harga asumsi Rp2.300 per lembar, EPS bisa naik dari Rp134 ke Rp137. Padahal laba bersihnya tidak bertambah. Jadi ini bukan pertumbuhan. Ini hanya manipulasi pembagi. Legal, tapi tetap saja kosmetik.
Sekarang mari kita lihat data keuangannya
1. Kas per Maret 2025 tercatat Rp3,66 triliun, turun dari Rp4,60 triliun di akhir 2024
2. Ekuitas masih Rp17,82 triliun, tapi akan turun ke sekitar Rp16,82 triliun jika buyback dilaksanakan penuh
3. Rasio utang terhadap ekuitas sebelum buyback sebesar 0,63 kali, akan naik tipis setelah buyback
4. Arus kas dari operasi atau CFO sebesar Rp709 miliar, turun dari Rp1,1 triliun pada Q1 2024
5. Capex hanya Rp419 miliar, turun 33 persen dari Q1 2024 yang mencapai Rp624 miliar
6. Total liabilitas turun dari Rp12,63 triliun menjadi Rp11,25 triliun
7. Utang obligasi yang masih berjalan sebesar Rp2,34 triliun dengan bunga tetap antara 7 sampai 8,25 persen per tahun
8. Harga saham per 16 Mei 2025 berada di Rp2.290, sangat dekat dengan asumsi harga buyback
Dari sini terlihat jelas bahwa perusahaan sedang melakukan penghematan besar. Capex dipotong, kas ditekan, dan laba turun. Tidak ada tanda-tanda ekspansi atau agresivitas. Yang ada adalah tindakan defensif untuk menjaga persepsi pasar. Jadi kenapa perusahaan yang lagi sepi ekspansi dan labanya turun malah beli saham sendiri? Jawabannya kemungkinan besar karena mereka tidak punya proyek pertumbuhan jangka pendek yang layak. Uang kas yang menganggur lebih baik digunakan untuk menciptakan ilusi peningkatan EPS dan menjaga stabilitas harga saham. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dengan kata lain ini bukan strategi pertumbuhan. Ini lebih mirip strategi bertahan. Beli saham sendiri saat tidak tahu lagi harus melakukan apa. Buyback ini seperti seseorang yang sedang kehilangan arah tapi tetap rajin beli skincare mahal supaya tetap terlihat glowing dari luar walaupun dalamnya sedang bingung masa depan. Apakah ini sinyal positif? Bisa jadi. Tapi apakah ini tanda bahwa perusahaan tidak punya rencana ekspansi? Juga mungkin.
Jadi buyback MYOR sah secara teknis, logis secara struktur, tapi tidak menjawab kebutuhan pertumbuhan jangka panjang. Ini strategi pengalihan fokus. Untuk sementara mungkin berhasil membuat EPS terlihat lebih manis dan menjaga harga saham tetap stabil. Tapi apakah ini akan jadi solusi jangka panjang? Atau hanya gincu sementara? Jawabannya belum bisa dipastikan. Yang jelas Rp1 triliun akan dibelanjakan untuk beli diri sendiri sambil berharap harga saham ikut naik meski fundamentalnya belum pulih sepenuhnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
šµ MYOR Kembali Rencanakan Buyback Saham hingga Rp1 T
Mayora Indah ($MYOR) berencana melakukan buyback saham dengan alokasi dana hingga 1 triliun rupiah pada 5 Juni 2025ā5 Juni 2026, meski perseroan tidak merinci jumlah saham yang akan dibeli. Rencana ini akan dibahas dalam RUPSLB pada 4 Juni 2025.
Aksi korporasi ini terpisah dari buyback existing, yang dilakukan tanpa memerlukan RUPS seiring relaksasi dari OJK untuk mendukung stabilitas pasar modal Indonesia. Buyback existing tersebut ā yang juga mengalokasikan dana hingga 1 triliun rupiah ā dijadwalkan rampung pada 28 Mei 2025.
[Sumber: Keterbukaan Informasi]
$ULTJ dari sisi dividen memang tidak bombastis, sama seperti saudara-saudaranya yang lain di sektor consumer defensive, tapi growth dividen-nya stabil dan valuasinya juga relatif lebih murah dibanding emiten sesektor seperti $CMRY atau $MYOR yang punya PE lebih premium.
Menarik untuk mulai dikoleksi, siapa tahu manajemennya kesambet terus bagi lagi dividen besar seperti di 2021 untuk tahun depan.
chart lain bisa dibuka di: https://cutt.ly/qrximLjV
News Today
š Wall Street berakhir 'mixed', Investor menantikan Data ekonomi AS.
š Stok minyak mentah AS melonjak, Harga Minyak dunia turun.
š Dunia tidak bergejolak Harga emas turun, LM Antam hari ini turun Rp20rb ke Rp1,866jt/gram.
š BEI mencermati pola transaksi saham CTBN BBSS dan FITT terkait dengan UMA.
š Kinerja penjualan mobil $ASII tumbuh tipis 0,25% per April 2025.
š $ADRO infokan perubahan jadwal Buyback saham senilai Rp 4T.
š $MYOR siapkan dana hingga Rp1T untuk gelar Buyback saham.
š ADCP meraih restu relaksasi jatuh tempo obligasi.