Volume
Avg volume
PT. Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi dan kegiatan energi lainnya, pengeboran darat dan lepas pantai, dan investasi (langsung dan tidak langsung) pada anak perusahaan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 13 Desember 1980.
Bersyukur masih bisa lihat yang hijau.
Sebelum senin kembali lihat layar.
Peluang minggu depan ?
Break out $NCKL atau buy on retrace $MEDC ?
atau buy pisau tumpul $UNTR ?
Gimana Cara Trading Saham Model Swing & Scalping? Ini Langkah-Langkah Gua yang Mungkin Bisa Ngebantu Lo
Gua dulu juga sempat bingung, tiap buka chart tuh rasanya semua saham mirip, ga ngerti mana yang bisa dikasih harapan buat cuan, mana yang cuma jebakan. Tapi makin ke sini, gua mulai nemu alur yang cocok buat gua: entah buat swing (tahan 2-5 hari) atau scalping (cepet masuk-cepet keluar, kadang 1-2 jam doang). Nah, gua coba share cara gua dari screening sampe eksekusi pas market buka. Semoga relate ya!
1. Screening Saham: Nyari yang Punya Potensi Gerak
Ini langkah pertama, gua nggak mau buang waktu lihat semua saham. Gua biasanya saring pake kriteria ini (tergantung mau swing apa scalping):
Kalau buat Swing:
MA5 > MA20: tanda awal reversal dari downtrend
Harga close > MA5: harga udah mulai naik dari support dinamis
Stochastic Golden Cross di bawah 50
Volume mulai naik (minimal 1,5x rata-rata 5 hari)
Candle bullish reversal (hammer, bullish engulfing, piercing line)
Money Flow juga gua pantau. Kalau di atas 500jt, menarik.
Kalau buat Scalping:
Top Gainers hari itu (naik >3%)
Volume meledak dari pagi (pukul 9.00–9.30)
Bid-offer tebal dan aktif
Kadang gua cari saham yang baru breakout dari resistennya (bisa cek running trade)
Tambahan: kadang lihat saham-saham yang lagi ramai dibahas di sosial media atau ada berita bagus.
Tools: Bisa pakai RTI, TradingView, atau stock screener dari sekuritas.
2. Milih Saham: Bukan Cuma Candlestick, Tapi Juga Feeling & Fakta
Udah dapet hasil screening, gua pilih lagi:
Cek news: ada sentimen? corporate action? right issue? Jangan-jangan naiknya cuma karena gorengan doang.
Cek bid-offer: likuid atau enggak? Jangan sampai kita nyangkut di saham sepi.
Perhatikan candle hari sebelumnya: Misal doji di support, atau breakout dengan volume besar.
Kadang gua lihat juga broker summary: siapa yang akumulasi?
3. Pas Market Buka: Ini yang Gua Pantau
Jam 08.55 gua udah siap:
Lihat running trade: siapa yang paling kenceng naik + volume besar
Cek saham watchlist yang gua screening malam sebelumnya
Pantau breakout level: misalnya kalau kemarin high 1000, terus hari ini nembus 1005 dengan volume, itu gua sikat.
Tips:
Kalau scalping, gua masuk pas momentumnya kuat. Target gua kecil, 2-3% cukup, asal cepet.
Kalau swing, gua tunggu candle daily close konfirmasi breakout. Kalau cuma mantul, gua cari entry dekat MA5 atau support.
4. Money Management: Ini yang Bikin Lo Gak Ambyar
Jangan all-in, apalagi cuma karena "feeling"
Gua biasa masuk maksimal 20–30% modal per saham
Cut loss gua tegas: 2–3% buat scalping, 5% buat swing
Penutup: Intinya, Bikin Sistem Sendiri
Dari pengalaman gua, lo gak bisa cuma ngikutin orang. Lo mesti bikin sistem screening, entry, dan exit yang lo ngerti sendiri. Gua cuma kasih contoh alur gua, lo bisa sesuaikan sama gaya lo.
Besok market buka? hari ini screening dulu. Siapin watchlist 3–5 saham. Besok pantau running trade, breakout, dan volume. Eksekusi kalau momentumnya dapet. Jangan lupa jaga emosi!
analisa terbaik adalah analisa dari dirimu sendiri
ingat : pelaut yang tangguh di tempah bukan dari laut yang tenang.
$RAJA $MEDC $NICL
IHSG – Anak Sultan, Bapak Diskonan - Misteri Conglomerate Discount
Bayangkan Anda bersilaturahmi ke sebuah rumah mewah nan megah. Tapi yang menyambut justru sang ayah renta, duduk di kursi rotan sambil menyeduh kopi sachet di beranda rumah petakan.
Sementara itu, mobil Alphard dan Mercy terparkir di halaman—milik sang anak yang tinggal di rumah sebelah, lengkap dengan kolam renang dan lift pribadi.
Ironisnya, seluruh aset sang anak tercatat atas nama sang ayah—tapi justru si ayah yang dianggap miskin oleh tetangga. Aneh, bukan?
Inilah paradoks dunia pasar modal. Inilah conglomerate discount, ketika si bapak (induk usaha) dihargai lebih rendah daripada kekayaan anak-anaknya (anak usaha) yang justru menjulang tinggi di lantai bursa.
Apa Itu Conglomerate Discount?
Secara teori, jika Induk A memiliki 90% saham Anak B yang nilai pasarnya Rp100 triliun, maka seharusnya nilai wajar kepemilikannya adalah Rp90 triliun.
Tapi jika pasar hanya menghargai si induk sebesar Rp50 triliun, maka selisih Rp40 triliun itulah yang disebut conglomerate discount—ibarat membeli satu keluarga, tapi hanya membayar harga sewa kosan.
“Pasar jangka pendek adalah mesin voting. Tapi dalam jangka panjang, ia adalah timbangan.” — Benjamin Graham
Namun dalam kasus conglomerate discount, bahkan timbangan itu pun tampaknya miring — atau sengaja dimiringkan.
Mengapa Diskon Bisa Terjadi?
Dalam akuntansi, laporan keuangan induk mencerminkan konsolidasi seluruh anak usaha. Tapi dalam penilaian pasar, justru yang terjadi adalah fragmentasi nilai.
Beberapa penyebab umum dari fenomena ini:
• Beban utang yang berat berada di tingkat induk
• Struktur keuangan kompleks dan minim transparansi
• Risiko tata kelola yang lemah serta praktik pencatatan silang
• Asimetri informasi dan manipulasi harga saham anak demi kepentingan induk
Ini seperti pohon besar yang menaungi banyak cabang. Jika batang utamanya rapuh, maka meski daunnya hijau dan rindang, kepercayaan tetap luntur.
Pasar menilai bukan hanya dari daun yang mekar, tapi dari kekuatan akar dan batangnya.
Tiga Studi Kasus: Ketika Bapak Kalah Pamor
Mari kita telusuri struktur konglomerasi bursa seperti geolog menelusuri lapisan bumi:
mencari di mana tekanan menciptakan berlian, dan di mana tersembunyi jurang.
1. $BRPT – TPIA & BREN
• Kepemilikan:
TPIA: 299,6 juta lot
BREN: 865,1 juta lot
• Nilai pasar total kepemilikan: Rp891,4 triliun
• Market cap BRPT: Rp108,2 triliun
• Diskon: 87,9%
Catatan: Saham anak dijaminkan — sinyal tekanan likuiditas.
2. $MEDC – AMMN
• Kepemilikan: 151,7 juta lot AMMN
• Nilai pasar kepemilikan: Rp104,7 triliun
• Market cap MEDC: Rp30,3 triliun
• Diskon: 71,1%
Catatan: Struktur bersih, tanpa jaminan — sinyal manajemen sehat.
3. $INDF – ICBP & SIMP
• Kepemilikan:
ICBP: 93,9 juta lot
SIMP: 94,3 juta lot
• Nilai pasar total: Rp105,7 triliun
• Market cap INDF: Rp68,9 triliun
• Diskon: 34,8%
Catatan: Dividen rapi, transparansi tinggi — keluarga harmonis.
Diskon ≠ Murah
Diskon bukan berarti layak beli. Bisa jadi seperti jaket branded palsu: murah, menarik, tapi benangnya mudah putus.
“Harga adalah apa yang Anda bayar. Nilai adalah apa yang Anda dapatkan.” — Warren Buffett
Investasi bukan soal mengikuti sorotan. Tapi soal menyelami substansi. Dan untuk itu, kita perlu menghitung nilai intrinsik.
Studi Kasus: MEDC – Diskon, Nilai, dan Masa Depan Energi
Mengapa saya menggunakan MEDC untuk contoh valuasi? Sebab nilai conglomerate discount-nya relatif besar dan sedang dalam proses transisi menuju industri masa depan: transisi ke energi terbarukan.
Valuasi Rata-rata Industri (IDX sektor Oil, Gas & Coal):
• PER: 8,15
• PBV: 2,54
Estimasi Harga Wajar MEDC:
• EPS: Rp231,64
• => Harga wajar (PER): Rp231,64 × 8,15 = Rp1.888
• BVPS: Rp1.361
• => Harga wajar (PBV): Rp1.361 × 2,54 = Rp3.459
Estimasi DCF (Discounted Cash Flow)
• FCF 5 tahun terakhir: Rp8,42 triliun
• Pertumbuhan terminal: 3%, WACC: 8,29%
• Enterprise Value: Rp255,7 triliun
• Net Debt: Rp83,1 triliun
• => Nilai intrinsik per saham ≈ Rp6.888
Margin of Safety:
• Harga pasar: Rp1.205
• => Margin terhadap harga wajar (PBV): Rp2.254
• => Margin terhadap DCF: Rp5.683
Kesimpulan: Diskon besar, tapi berisi. Jika yakin pada masa depan EBT dan kualitas manajemen, ini bisa jadi peluang.
Kelebihan Kompetitif MEDC
1. Diversifikasi energi (migas + EBT)
2. Operasi lintas negara
3. Rekam jejak akuisisi besar
4. FCF positif meski fluktuatif
5. Arah masa depan jelas: EBT menjanjikan
Risiko yang Harus Diwaspadai
1. Harga minyak fluktuatif
2. Risiko geopolitik & hukum internasional
3. Diversifikasi belum seimbang (migas dominan)
4. Struktur utang tinggi (DER > 2x)
5. FCF tidak selalu stabil (turun di 2023)
Apakah Saatnya Membeli Sang Bapak?
Ini bukan ajakan membeli. Melainkan ajakan berpikir. Pasar seringkali seperti anak kecil — lebih tertarik pada yang mengkilap, bukan yang bernilai.
“Investing is most intelligent when it is most businesslike.” — Benjamin Graham
Atau kalau kata bapak-bapak investor:
“Kalau anaknya udah naik Alphard, tapi bapaknya masih naik angkot… siapa tahu, tinggal tunggu warisan.”
Penutup: Diskon Adalah Misteri, Tapi Juga Peluang
Pasar bisa keliru. Tapi waktu dan fundamental akan berbicara.
Nilai, seperti air tanah, akan muncul ke permukaan ketika waktunya tiba.
Nilai tidak pernah hilang. Ia hanya berpindah bentuk, menunggu ditemukan.
Jika Anda bersabar, menghitung dengan cermat, dan tetap rasional, maka di balik conglomerate discount, bisa tersembunyi conglomerate opportunity.
Karena sejatinya, di pasar modal seperti dalam hidup: yang hari ini tampak remeh, bisa jadi pewaris sejati di masa depan.
$MEDC dari segi sentimen, teknikal, dan valuation saham ini cukup bagus, tapi dengan belum adanya lapkeu q1 dan agenda buyback saat rups nanti membuat pertanyaan, apakah laporan keuangannya tidak begitu bagus dan buyback adalah sebuah pengendalian harga nantinya?
MEDC TEMBUS KONSOLIDASI, VOLUME MELEDAK, ASING BELUM TURUN TANGAN
Setelah nyaris enam bulan tertahan di kisaran Rp1.100-an, saham $MEDC akhirnya memberi sinyal keluar dari tidur panjangnya. Breakout terjadi setelah swap gas domestik bareng $PGAS dieksekusi dan didukung volume yang melonjak dua kali lipat.
Menariknya, lonjakan harga ini masih didominasi transaksi lokal—asing belum masuk signifikan. Apa artinya? Ruang lanjut bisa terbuka, tapi tanpa dana besar dari luar, tren naiknya masih harus diuji.
Cek analisis lengkapnya di KabarBursa: https://cutt.ly/5rvqa1uF
$RAJA
Hype Emiten. Sabtu, 24 Mei 2025
Kata kunci: ENRG, akuisisi, blok Kangean, migas, Bakrie
ENRG Kuasai Blok Kangean, Masuk Era Baru Kendali Penuh
Ringkasan:
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), emiten migas Grup Bakrie, resmi menjadi pengendali tunggal Blok Kangean setelah mengakuisisi tambahan 25% partisipasi interes dari JAPEX. Langkah ini dinilai strategis dalam memperkuat cadangan energi nasional dan kinerja jangka panjang perseroan.
Highlight Data:
Akuisisi: Tambahan 25% partisipasi interes Blok Kangean dari JAPEX
Kepemilikan pasca-akuisisi: 100% (pengendali tunggal)
Divestasi: 50% aset KKS Gebang dilepas ke JAPEX
Fokus strategi: Tambah produksi & cadangan migas harian
Target jangka panjang: Tingkatkan rasio pergantian cadangan (reserve replacement ratio)
Blok strategis lainnya: Siak, Kampar, Sengkang
Komentar Manajemen:
“Dengan memiliki kendali penuh atas KKS Blok Kangean, EMP telah memasuki era baru akuisisi strategis. Fokus kami tetap pada peningkatan cadangan dan produksi migas secara organik,” – Syailendra S. Bakrie, CEO ENRG
“Strategi akuisisi mempercepat sinergi portofolio dan memperkuat ketahanan energi nasional,” – Edoardus Ardianto, CFO ENRG
Analisis Singkat:
Langkah ENRG ini menegaskan agresivitas Grup Bakrie dalam membangun portofolio energi nasional. Meski sektor migas penuh tantangan, kendali penuh atas blok produktif seperti Kangean bisa memberi leverage operasional dan finansial. Namun, investor tetap perlu mencermati dampak ke struktur modal serta realisasi output pasca-akuisisi.
Menurut kamu, apakah aksi ini bisa bikin ENRG jadi rising star baru di sektor migas?
Gas atau rem? Komentar kamu ditunggu ya! ⛽🔥
$ENRG $AKRA $MEDC
(Artikel Gratis) MEDC : Bisa naik sampai berapa? | Elliott Wave Analysis
==============================================================
Harga saham #MEDC sudah naik lebih dari 15% dari pembahasan terakhir yg ada di page trakteer wavetiga
Bisa naik sampai berapa dan ada di harga berapa target naik harga saham $MEDC jika dilihat dari sisi Elliott Wave Analysis?
Pembahasan selengkapnya bisa dibaca di sini https://cutt.ly/CrcMAJBa
Kumpulan artikel analisa saham dan instrumen lainnya juga bisa dibaca di sini https://cutt.ly/srcMAJ1Q
Hype Emiten. Jumat, 23 Mei 2025
Kata kunci: MEDC, energi terbarukan, obligasi global, solar, geothermal
---
MEDC Tancap Gas ke Energi Terbarukan di 2025! Siap-Siap PLTS & Geothermal Baru Muncul!
Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) makin serius mendiversifikasi bisnis ke energi bersih. Tahun 2025 jadi tonggak penting, terutama untuk proyek solar dan geothermal yang digadang-gadang bakal mendongkrak kapasitas listrik ramah lingkungan Indonesia! 🌱⚡
---
Proyek Kunci MEDC 2025:
PLTS Pulau Bulan – Proyek ekspor listrik tenaga surya terbesar se-Asia Tenggara, kapasitas 600 MW ke Singapura
Geothermal Ijen Fase 1 – Kapasitas 34–35 MW, dengan Fase 2 ditargetkan mencapai 100–105 MW
PLTS Bali Timur – 25 MWp, siap beroperasi Q2 2025
Pembangkit Batam – IPP berbasis gas, selesai Q3 2025
---
Mengapa ini penting?
→ MEDC konsisten mendukung transisi energi Indonesia ke arah net zero emission lewat bauran energi bersih.
→ Eksplorasi geothermal juga diperluas ke Samosir, Sumatra Utara!
---
Obligasi Jumbo Rp6,56 Triliun untuk Refinance Utang!
Lewat anak usahanya di Singapura (Medco Cypress Tree Pte. Ltd.), MEDC resmi menerbitkan obligasi global senilai Rp6,56 triliun dengan bunga 8,625%, jatuh tempo tahun 2030. 💵
---
Tujuan Penerbitan:
Refinancing utang lama, termasuk senior bond 2026 & 2027
Menambah fleksibilitas keuangan untuk ekspansi dan stabilitas bisnis
Apa dampaknya?
→ Memang menambah liabilitas, tapi tidak berdampak negatif ke kelangsungan operasional maupun posisi hukum MEDC.
→ Sinyal kuat bahwa MEDC menjaga momentum pertumbuhan sambil tetap disiplin finansial. 📈
---
MEDC makin hijau dan makin strategis. Apakah ini jadi sinyal bagi investor untuk ikut transisi energi?
$MEDC $ENRG $AKRA
Saham migas lagi disorot karena ada wacana revisi kontrak gross split. Apakah ini bisa menguntungkan $MEDC $RATU $ENRG ?
Jawabannya belum tentu, karena kontrak migas ini agak rumit dibandingkan dengan batu bara. Jadi dulu, ada kontrak yang digunakan namanya cost recovery. Jadi, di sini biaya operasional eksplorasi dan eksploitasi bisa di-reimburse ke negara, tapi sebagai gantinya bagi hasil 85% untuk negara. Tapi, kontraktor terima bersih 15%.
Akhirnya, 2017 dibuat kontrak baru namanya gross split. Jadi, semua biaya operasional ditanggung oleh kontraktor (perusahaan migas). Tapi bagi hasil grossnya gede jadi bisa 50:50 *misalnya. Namun, ternyata hasil bersih yang didapatkan gak lebih besar juga dari skema cost recovery.
Namun, jenis kontrak baru itu tidak mampu mendorong investasi migas lebih agresif. Lalu, dilakukan beberapa revisi agar pihak kontraktor bisa mendapatkan keuntungan yang lebih baik, terakhir revisi pada Oktober 2024 kemarin.
Lalu, jika ada revisi kontrak pun, tidak langsung berdampak ke yang existing. Apalagi, yang pakai kontrak cost recovery.
Di luar cerita revisi gross split ini, ada beberapa momentum menarik saham migas yang bisa dilirik jika ada konsolidasi nantinya. Cek selengkapnya di sini: https://cutt.ly/yrcCk2BI
$ELSA avg buy 393,6 dengan div saat ini 39,11, maka didapat lah yield dividen 9,9%. good lah. besok di exdate buy back lagi. thanks neng elsa. $MEDC