Volume
Avg volume
Bidang usaha PT Map Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) adalah Perdagangan umum, impor, industri, usaha-usaha di bidang jasa boga yang meliputi berbagai pengolahan, penyediaan, penjualan, pelayanan dan penghidangan makanan dan minuman termasuk usaha-usaha di bidang jasa dan konsultasi rumah makan/restoran, dan usaha terkait lainnya. PT. MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) adalah pemain Food & Baverage terkemuka di Indonesia dengan lebih dari 550 toko di 33 kota di Indonesia dan portofolio dari 7 merek ikonik: Starbucks, Pizza Marzano, Krispy Kreme, Cold Stone Creamery, Godiva, Genki Sushi, dan PAUL Bakery. Perusahaan ini merupakan anggota Gr... Read More
krisis geopoitik begini masuk bumn
$TLKM $BBRI $PTBA mumpung asing lagi out
jangan masuk $MAPA $MAPB mapi yang bakal jadi the next unvr. dunia ini akan saling boikot
$FAST ekuitas sisa 467 milyar
padahal Q3 rugi sekitar 200 milyar
berarti 2 kuartal lagi ekuitasnya bisa minus💀
tags: $PZZA $UNVR $MAPB
“Bro, seinget ane lu bolak balik menyebut kalo ekonomi kita ini lagi ngga baguslah, daya beli tertekan dan sejumlah tantangan ekonomi saat ini terjadi. Tapi ane bingung deh, kenapa sih masih ada aja orang yang beli Labubu, nonton konser keknya rame banget sampai rame rame nyicip makanan atau minuman yang viral?”
Sejujurnya, fenomena ini memang menjadi keheranan tersendiri. Seperti menunjukkan memang kesenjangan ekonomi beneran nyata terjadi, karena banyak yang nyari duit buat makan yang biasa aja susah payah. Belum lagi membicarakan beban beban khas orang dewasa seperti membayar tagihan, membayar hutang dan sejumlah kebutuhan spesifik yang berbeda beda tiap orang.
Kalau kata ekonom, ini fenomena K shape, yang menunjukkan ada yang makin kaya, tapi ada yang belum bisa bangkit seperti sebelumnya. Tapi, ada satu istilah baru lain yang mungkin lebih sesuai, dan lebih edgy, terhadap fenomena ini. Saya baru denger belakangan ini istilahnya : lipstick effects. Apa Ini?
======
Secara sederhana, lipstick effects Ini menyebut bahwa ada fenomena karena kita stress dengan keadaan, kita menghadapi tantangan ekonomi yang sulit, tapi bukannya kita ngerem pengeluaran, malah kita cari pelampiasan dengan membeli atau mengonsumsi barang barang yang dianggap bisa menghibur diri sendiri. Biasanya barang barang ini adalah barang barang konsumtif, tapi bukan kebutuhan sehari hari, seperti hiburan, wisata dan kebutuhan tersier lainnya.
Berarti yang beli Labubu, cerminan lagi stres sama keadaan dong ya? Wkwkwkwkw ~
Fenomena ini adalah amatan menarik seseorang bernama Juliet Schor, yang meneliti fenomena kenaikan penjualan lipstik Estee Lauder, sebuah brand personal care, perfume and cosmetics terkemuka dunia, yang signifikan terjadi saat peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat (peristiwa apa itu? Google ajalah, bahaya saya tulis disini). Itulah kenapa disebut sebagai lipstick effects, yang kemudian diperluas maknanya ke berbagai barang sekunder dan tersier lainnya. Hal ini kemudian beliau bukukan dalam buku The Overspent American : Why We Want What We Don't Need (Orang Orang Amerika yang Boros : Mengapa Kita Ingin Sesuatu yang Tidak Kita Butuhkan).
Mungkin ada yang bingung, kok bisa sih? Apalagi kenyataannya, teori ekonomi pada umumnya menyebut, biasanya kalau ekonomi sulit maka umumnya kecenderungannya kita akan cenderung memenuhi kebutuhan pokok duluan. Namun, secara manusiawi, hal ini bisa dijelaskan. Simpelnya, kebutuhan pokok tentu akan tetap terpenuhi, dan tetap diperhatikan - malah mungkin tetap akan secara otomatis anggarannya bertambah/membesar secara porsi atau nominal. Namun, mosok iya si ngga ada “colong colongan” duit dikit buat menghibur diri. Apalagi dengan tren viral yang silih berganti muncul, keknya bisa nih kita nyoba nyobain, ye ga?
Nah, sebagai akibat dari keinginan tersebut, ya ada anggaran yang diubah porsinyalah. Atau, kalau ngga bisa diubah porsinya, cari deh yang murah murah. Kebutuhan pokok dicari yang murah, begitupun yang jadi penghiburan ini. Itu yang juga bisa menjelaskan mengapa belakangan yang viral itu selalu ada embel embelnya “harga murah” atau “dengan harga sekian, dapetnya oke banget/enak banget”. Namun, karena ada namanya latah dan FOMO, keknya kalo ngga beli yang mahal mahal sesekali kurang dar der dor hidup gitu, ya. Kurang ada adrenalinnya, kurang seru. Apalagi kalau temen temen sudah pakai, sudah cobain atau pergi ke sana juga. Seperti fenomena Labubu atau iPhone baru yang sampai antri.
Akhirnya, segala cara dilakukan untuk nekat dapetin yang mahal mahal itu. Disinilah akhirnya muncul hutang. Kalau jaman dulu saat riset lipstick effect itu, jamannya kartu kredit ya, namun jaman sekarang jamannya pinjaman online atau paylater. Definisi godaan berat, apalagi dengan integrasi ekosistem belanja online dan paylater straight away (langsung). Klik klik sana sini, masukin data pribadi, tunggu approval (persetujuan), beres. Semudah itu. Jadilah situasinya adalah duit mepet, daya beli tertekan ditambah hutang, tapi gayanya harus shimmering splendid.
Dengan mereka melakukan itu, bukan hanya menghibur diri dan melepas stress karena realitas situasi mereka yang keras, namun juga ada sensasi kenikmatan dan keseruan sekaligus. Apalagi sampai misalnya rebutan barang sampai ribut ribut. Duh, dijamin berwarna ini hidup. Apalagi dengan tren jaman sekarang yang apa apa masuk media sosial, duh kalau ada ribut ribut enaknya minimal nonton kali ya keributan itu. Mayan, tontonan gratis.
Dari deskripsi tadi, sudah kebayang kan betapa puyengnya memahami mereka mereka ini? Bagaimana jika kita harus memperingatkan mereka untuk berhati hati dan lebih eling (sadar) saat berbelanja? Bisa jadi mereka punya banyak alasan soal hal ini, sehingga agak sulit melepas mereka dari jeratan ini. Sama sulitnya seperti melepas mereka mereka yang terjerat toxic relationship (hubungan antar manusia yang tidak sehat).
Namun bagi ekonomi, situasi ini sebenernya masih bagus. Mengindikasikan permintaan masih ada, cuma sebagai pelaku bisnis kita memang harus melakukan penyesuaian untuk menjaga level permintaan dan memaksimalkannya. Tapi bukannya tanpa dampak negatif ya, karena selain memberi tekanan pada sektor konsumer untuk membuat “apapun murah” karena daya beli mengarah ke hal hal yang kurang menjadi prioritas/kurang penting, juga karena akan memberi dampak pada kinerja kredit konsumsi, yang di dalamnya mengandung kartu kredit, pinjaman online, paylater, kredit tanpa agunan dan lain sebagainya. Belum lagi dampak tekanan daya beli berlanjut karena harus membayar hutang, sementara pendapatan ngga naik sekencang pengeluarannya.
Karena itu, bagi pelaku bisnis salah satu yang harus difokuskan adalah penajaman target pasar untuk menghadapi dampak hal ini. Sementara bagi konsumen, tentu kesadaran diri sendiri untuk mengendalikan apa yang kita punya, memaksimalkan peluang yang ada untuk memperbesar dan memperoleh sumber pendapatan, serta berupaya untuk mengendalikan (bahkan tidak mengambil) hutang menjadi upaya terbaik untuk menghadapi tantangan yang sedang kita hadapi.
Soal kebahagiaan dan menghibur diri, pada akhirnya hanya bisa terwujud dalam rasa cukup dan bersyukur, bukan pada barang barang yang dibeli, bukan pada uang yang telah dikeluarkan. Ini memerlukan kebiasaan yang dilatih. Jikapun memang ngga nahan mau beli, ya setidaknya kita tidak menjadikan barang itu sebagai sumber kebahagiaan.
Percuma dapet kebahagiaan semu, tapi selanjutnya pusing bayar hutangnya.
======
Setelah menulis ini, saya kemudian menyadari jangan jangan saya kena efek ini juga lagi? Beberapa waktu terakhir, saya muter muter beli berbagai kopi dari merek berbeda, seperti Starbucks (MAPB), Point Coffee (Indomaret - DNET), Familymart, Tomoro Coffee, Kopi Kenangan dan Fore. Tinggal Tuku, Janji Jiwa sama Flash yang belum dicoba. Yang puyengnya, saya beli kopinya tipe yang sama : Caramel Machiato semua wkwkwk. Dari semua brand ini, yang saya suka banget ada 3 : Starbucks, Fore dan Point Coffee.
Eh kok jadi review sih wkwkwkw
Tapi serius, rasanya memang muter muter begini seneng banget, meski rasanya nampak sama aja. Hal ini yang kemudian saya lakukan juga saat belanja online misalnya, dimana saya sampai menggilir belanja di hampir semua e-commerce. Atau ketika saya belanja kebutuhan sehari hari, saya menggilir belanja di hampir semua supermarket-minimarket yang bisa dijangkau dari rumah. Selain, tentu saja untuk menjadi bahan riset buat konten. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Eh tapi bentar, jangan jangan viralnya j dan i 4 huruf online, sebenernya juga lipstick effects juga? Melihat yang memainkannya rata rata adalah kaum menengah ke bawah, yang bukan hanya sulit dari sisi ekonomi dan lemah dari sisi edukasi, tapi sangat haus hiburan?
Duh, pekerjaan pemerintah makin sulit banget ini ya dalam menghadapi dan memberantas dampak j dan i online 4 huruf, karena sudah menyentuh emosional manusia ~
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$IHSG $MAPI $LPPF $RALS $MAPB
1/2
Jajan donat promo $MAPB dulu. Mumpung ada promo dari bank digital $ASII
Syukurlah, dapat tas belanja dari RUPSLB $ADRO tidak perlu beli tas berbayar!
Boikot semua produk $MAPI $MAPB $MAPA
Kapan majunya negri ini kalau pakai produk luar
Cintailah produk2 Indonesia
#freepalestine #ceasefirenow
Technical View
$MAPA ini WL paman @illusix, september lalu di post ini https://stockbit.com/post/15741237. Cm gak dapat di 840 😌 tp gk ada salahnya dilirik lagi krn price actionnya msh menarik, moga bs jadi $DOID 💰
Setelah mengalami penurunan di awal oktober, pekan lalu mulai memantul di area support 890-850 dan sekarang hrg di atas MA200 sekalian bikin higher lows baru.
Buy antri aja enak kali yak di 905-880. Out aja kalau hrg close d bwh support dgn volume gede.
TP : 980, 1050 & ngayal aja dl bs sampai di 1140 🗿
Kalau gk cocok berbagi view aja d kolom komentar, jan marah2 ya abang2 nona2 😌
$MAPI $MAPB $JII
Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKop UKM) baru-baru ini mengadakan pelatihan barista di Tangerang sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan daya saing pelaku UMKM di sektor kopi. Kegiatan ini melibatkan 30 peserta yang mendapatkan uji kompetensi dan sertifikasi untuk meningkatkan keterampilan mereka, khususnya di bidang pengolahan dan penyajian kopi. Pelatihan ini menjadi penting, mengingat 95% usaha di Tangerang merupakan UMKM, yang menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi lokal.
Namun, apakah pelatihan seperti ini dapat berdampak pada pasar saham, khususnya terkait perusahaan yang bergerak di sektor kopi atau F&B? Sebagai seorang investor, Anda mungkin ingin memantau saham-saham yang bergerak di sektor tersebut. Saham-saham F&B yang memiliki portofolio bisnis terkait kopi, seperti PT Mayora Indah Tbk ($MYOR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ($ICBP), atau bahkan Starbucks Indonesia (dibawah $MAPB), bisa mendapatkan sentimen positif dari perkembangan industri kopi ini.
News Update
👉 IHSG ditutup melemah 0,63% ke level 7,496 dan Asing catatkan net sell Rp558M.
👉 Rupiah tak berdaya, Melemah 0,37% ke level Rp15,485/USD.
👉 OJK sebut penyaluran pembiayaan kendaraan listrik per Agustus mencapai Rp29T.
👉 $WSBP ajukan banding atas putusan PN Jaktim yang kabulkan gugatan Bank DKI.
👉 Realisasi KUR $BMRI tembus Rp32,20T per September 2024.
👉 $GIAA targetkan membuka rute Internasional baru pada 2025.
👉 RUPSLB $MAPB sepakat mengangkat Victor Setiawan Taslim sebagai Komisaris Baru.
👉 $ASII berencana untuk membagikan deviden interim sebesar Rp98/saham.
PT MAP Boga Adi Perkasa Tbk, pemegang lisensi Starbucks secara resmi mengangkat Victor Setiawan Taslim sebagai Komisaris Independen. Pengangkatan ini dilakukan sebagai langkah untuk mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Alok Chanda Mirsa, yang telah mengundurkan diri dari jabatannya.Keputusan ini ...
katadata.co.id
$MAPI – Quick Review: The Worst is Behind
Disclaimer:
1) Artikel ini sudah terbit di HINTS Bite untuk Priority Member pada 19 Agustus 2024. Namun kami repost kembali sebagai referensi bagi public melalui Stockbit Forum/ Platform.
2) Sejak artikel ini ditulis pada 19 Agustus 2024, MAPI naik 28% per 24 September 2024.
—--
Share price performance presents attractive opportunity – YTD-24, harga saham MAPI/$MAPA -25%/flat, sementara headline net profit MAPI/MAPA -11%/-10% YoY pada 6M24. Kami menilai penurunan harga saham dan valuasi MAPA/MAPA saat ini cukup in-line dengan tren profitability (core profit MAPI/MAPA -12%/-5% YoY), namun tren harga saham dan valuasi MAPI saat ini memberikan trading opportunity yang cukup menarik.
2Q24/6M24 highlights – Revenue 18 T (+15% YoY), net profit 899 M (-11% YoY). Revenue growth lebih rendah dibandingkan guidance (+20% YoY), namun kami mulai melihat perbaikan pada metrik operasional 2Q24: 1) SSSG MAPI/MAPA berada di +1%/+3.3% YoY pada 2Q24, membaik QoQ, 2) Jumlah gerai baru MAPI +228 gerai (termasuk MAPA +143 gerai) pada 6M24, mengindikasikan ekspansi gerai yang prudent di tengah periode konsolidasi profitability, dan 3) SSSG $MAPB -27% YoY pada 2Q24 (flat QoQ), sementara revenue (60% dari Starbucks) +6% QoQ, net profit -37 M (vs -34 M 1Q24), mengindikasikan tren bottoming.
Declining margin and higher interest expense pressure bottom-line – Secara kumulatif, GPM dan EBIT margin tertekan dari 45%/11% ke 43%/9%. Kenaikan opex dan rasio opex-to-revenue (%) relatif flat, sehingga seluruh penurunan EBIT margin berasal dari penurunan GPM (terutama akibat inventory clearance MAPA). Di bawah EBIT, interest expense/forex gain mencapai 258 M (+55% YoY)/40 M (+250% YoY).
Latest updates
MAPA earnings recovery will also benefit MAPI – Perbaikan profitability MAPA (44% revenue) juga akan bertranslasi pada perbaikan profitability MAPI.
Starbucks recently removed from boycotted list – Mengutip informasi dari beberapa sumber, Starbucks telah resmi dihapus dari daftar brand pro-Israel yang terkena boikot. Kami menilai Starbucks masih menghadapi risiko kompetisi dan downtrading, namun dihapuskannya Starbucks dari daftar boikot mengindikasikan risiko downside revenue/profitability saat ini cukup terbatas. Salah satu concern utama terhadap MAPI adalah risiko penurunan profitability dan earnings-base yang lebih rendah.
Ex-MAPA specialty stores is doing quite well – Revenue ‘specialty stores ex-MAPA’ 3.4 T (+13% YoY, 39% revenue) dan EBIT/PBT -18%/-22% YoY, namun quarterly EBIT margin terus menunjukkan tren perbaikan sejak 3Q23. Revenue ‘department stores’ 700 M (-2% YoY, 8% revenue) dan EBIT/EBIT margin relatif stabil. Segmen 'department store' sudah tidak menjadi fokus MAPI karena model bisnis yang semakin kurang relevan (tren revenue cenderung flat (vs FY19). Kedua segmen ini menyumbang hampir 50% revenue MAPI.
Valuation – Dengan asumsi net profit FY24F 1.7 T (-10% YoY), saat ini MAPI di-valuasi di FY24F P/E 13.8x, relatif sama dengan rata-rata 1Y P/E, namun kenaikan P/E saat ini lebih dikarenakan penurunan profitability dan MAPI masih memberikan ROE yang superior (vs $ACES/$ERAA). Selain beberapa poin yang sudah kami uraikan di atas, kami menilai risiko downside dari: 1) Risiko pelemahan IDR dan 2) Rencana pemberlakukan tarif impor atas beberapa kategori produk apparel/footwear; relatif minim karena MAPI akan melakukan pass-on dan memiliki beberapa fasilitas produksi garmen di Indonesia.
Our take – Dalam jangka panjang, kami masih melihat prospek growth yang lebih superior pada MAPA karena beberapa bisnis MAPI mengalami risiko penurunan earnings base yang structural. Namun kami menilai MAPI memberikan trading opportunity yang menarik pada valuasi saat ini. Prospek re-rating adalah: 1) Perbaikan profitability MAPA, 2) Revenue growth specialty stores ex-MAPA, dan 3) Recovery profitability MAPB. Recovery profitability MAPA akan menjadi earnings growth driver utama MAPI.
—--
Per 24 September win rate untuk tipe artikel emiten quick review oleh HINTS sebesar 70.59%. Ingin mendapatkan benefit emiten quick review secara berkala seperti member HINTS? Dapatkan aksesnya melalui free trial di website HINTS https://cutt.ly/mexKkGtE.