Volume
Avg volume
PT Matahari Department Store Tbk bergerak pada bidang usaha ritel beberapa jenis produk seperti pakaian, aksesoris, tas, sepatu, kosmetik dan peralatan rumah tangga, dan layanan konsultasi manajemen. Perseroan menjual berbagai jenis produk, dengan merek eksklusif sendiri dan secara konsinyasi. Perseroan pada akhir tahun 2020 memiliki 147 gerai yang beroperasi di 76 kota dan sebuah toko online Matahari.com yang menawarkan berbagai macam produk berkualitas tinggi dan merek eksklusif yang dapat menunjang gaya hidup masyarakat.
@1Timotius610 betul mumpung ara kesempatan jual $LPPF besok2 ya merah lagi dia, saham gak jelas model begini aja bandar kere
CVC Nyangkut di $AGII
Diskusi di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
CVC Capital Partners adalah salah satu raksasa private equity dunia. Mereka bermula dari Citicorp Venture Capital di tahun 1981, lalu berkembang jadi firma mandiri yang kini mengelola dana lebih dari €147 miliar per 2024. Portofolionya global, masuk ke berbagai sektor mulai dari kesehatan, energi, konsumer, sampai infrastruktur. April 2024 mereka resmi IPO di Amsterdam dengan valuasi sekitar €14 miliar. Jadi dari sisi reputasi, modal, dan pengalaman, CVC memang kelas berat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Untuk investasi di Indonesia, CVC menggunakan kendaraan bernama Matrix Company Limited. Di bulan Maret 2023, Matrix masuk ke PT Samator Indo Gas Tbk atau AGII dengan transaksi senilai US$155 juta atau setara Rp 2,37 triliun. Harga beli mereka Rp 2.400 per saham dengan total kepemilikan 989 juta lembar atau 32,26% saham. Saham ini dibeli lewat pasar negosiasi, sebagian berasal dari saham treasuri AGII sendiri, sisanya dari blok saham milik pemegang lama. Harapannya jelas, Matrix bisa membantu memperkuat ekspansi AGII di sektor gas industri dan medis.
Samator Indo Gas sendiri bukan pemain kecil. Dulu bernama Aneka Gas Industri, perusahaan ini IPO tahun 2016 di harga Rp 1.100 per saham, mengumpulkan Rp 843 miliar. Tahun 2022 berganti nama menjadi PT Samator Indo Gas Tbk. Bisnis utamanya produksi dan distribusi gas industri dan medis. Jaringannya luas, sekitar 58 pabrik dan 103 filling station tersebar di 29 provinsi. Produknya macam-macam, mulai oksigen, nitrogen, argon, CO2, hidrogen, gas khusus untuk kesehatan, manufaktur, makanan, logam, bahkan instalasi medis. Dari sisi fundamental, bisnis ini defensif, apalagi waktu pandemi terbukti oksigen jadi kebutuhan vital.
Masalahnya muncul di bursa. Setelah CVC masuk, harga saham AGII bukannya naik tapi malah longsor. Dari Rp 2.400 di Maret 2023 turun ke Rp 715 pada 15 September 2025. Penurunan ini artinya rugi mark-to-market sekitar 70%. Kalau dihitung, modal Rp 2,37 triliun sekarang nilainya tinggal Rp 707 miliar, jadi hilang Rp 1,67 triliun. Dividen memang ada, total sekitar Rp 24 per saham atau Rp 24 miliar untuk porsi Matrix. Tapi itu receh dibandingkan kerugian yang menganga. Setelah dividen, rugi bersih masih Rp 1,64 triliun. Dalam dolar, dari US$155 juta sekarang tinggal sekitar US$44 juta, rugi lebih dari US$100 juta.
Kalau dibandingkan dengan strategi normal private equity, jelas ini meleset. Biasanya mereka masuk dengan harga murah, dorong kinerja, lalu keluar dengan untung. Tapi pasar modal Indonesia tidak ramah buat investor besar macam CVC. Likuiditas IHSG harian hanya Rp 10 triliun, jadi saham second liner seperti AGII gampang ditekan. Investor asing juga lebih suka lari ke sektor komoditas atau bank dibanding gas industri. Jadi meski fundamental AGII relatif stabil, valuasi di pasar tetap tertekan.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Apakah ini berarti CVC sial? Kalau dilihat dari angka, ya, jelas sial. Mereka masuk di harga tinggi, sekarang posisi merah tebal. Tapi kalau dilihat dari mentalitas private equity, mereka jarang buru-buru keluar. Mereka bisa tahan beberapa tahun, masuk ke manajemen, restrukturisasi, dorong IPO anak usaha, atau cari cara lain untuk angkat valuasi. Jadi statusnya sekarang memang buntung di kertas, tapi masih ada peluang buat balik arah kalau AGII berhasil ekspansi dan pasar berubah. Namun untuk saat ini, catatannya jelas, CVC lewat Matrix di AGII sedang apes besar.
Di Indonesia, jejak CVC panjang dan pola keluar mereka sangat terlihat jelas, terutama lewat retail, consumer goods, dan infrastruktur digital.
Salah satu kisah yang paling terkenal adalah Matahari Department Store. Pada 2010 CVC bersama Lippo mengambil alih kendali. Tiga tahun kemudian mereka mengatur penjualan sekunder besar, sekitar 40% saham dengan nilai Rp 12,66 triliun di harga Rp 10.850 per saham, saat itu rekor di pasar. Setelahnya ada sell-down tambahan, misalnya Rp 2,50 triliun untuk 6,5% saham di Maret 2014 pada harga Rp 13.100 dan 11,5% saham senilai Rp 4,69 triliun di Agustus 2014. Pada 2016 mereka menutup kisah ini dengan accelerated bookbuild sekitar Rp 3 triliun. Hasilnya luar biasa, laporan Bain memperkirakan mereka meraih pengembalian modal 7x sampai 8x, jelas buah dari perbaikan operasional dan momentum pasar yang pas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di sektor konektivitas tetap, CVC masuk ke Link Net pada 2011 lewat struktur obligasi dan saham yang terkait First Media. Exit dilakukan dalam dua tahap besar. Pertama, sebagian dilepas ke MNC Vision sekitar 2019 sampai 2020. Kedua, transaksi monumental terjadi 2022 saat Axiata dan XL Axiata membeli 66,03% saham Link Net dari Asia Link Dewa milik CVC dan First Media dengan harga Rp 4.800 per saham, total valuasi Rp 8,72 triliun. Ini contoh textbook trade sale ke pembeli strategis yang butuh sinergi jaringan.
Masuk ke consumer goods, CVC pegang Softex Indonesia. Exit dilakukan 2020 dengan menjual ke Kimberly-Clark senilai sekitar 1,2 miliar dolar AS. Ini jenis transaksi cepat dan bersih, sesuai pola mereka kalau ada pembeli global yang rela bayar premium demi sinergi brand dan distribusi. Masih di sektor konsumen, CVC masuk ke GarudaFood tahun 2018. Exitnya bertahap, dimulai Desember 2022 ketika Hormel Foods membeli sekitar 29% saham dari CVC dan pemegang lain lewat transaksi bursa. Setelah itu, CVC menyelesaikan pelepasan dari dana terkait. Ini contoh exit hybrid, jual sebagian ke pembeli strategis lalu sisanya dituntaskan bertahap untuk maksimalkan harga.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Di infrastruktur jalan tol, CVC aktif melalui RKE International yang punya ruas tol di Indonesia. Februari 2025 Reuters melaporkan Indonesia Investment Authority dan Mitsui bersaing untuk membeli 25% saham RKE dari CVC dengan valuasi sampai 300 juta dolar AS. Ini menunjukkan pola fleksibel, bisa jual ke investor finansial atau strategis, tergantung timing dan harga.
Kalau ditarik garis besar, ada tiga jalur utama exit CVC di Indonesia. Pertama, phased sell-down pasca perbaikan kinerja, contohnya Matahari, di mana pasar publik dipakai untuk menciptakan likuiditas lewat penawaran sekunder dan accelerated bookbuild. Kedua, trade sale ke pembeli strategis dengan premi, contohnya Softex ke Kimberly-Clark atau Link Net ke Axiata-XL. Ketiga, pola hybrid kombinasi parsial lalu tuntas, contohnya GarudaFood. Di sektor infrastruktur, skema penjualan sebagian ke institusi finansial juga dipakai.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Pelajarannya sederhana, CVC selalu pragmatis. Mereka tidak buru-buru keluar hanya untuk cepat untung, tapi menunggu sampai nilai yang sudah mereka bangun terbaca pasar atau ada pembeli strategis yang rela bayar premium. Pola ini yang membuat exit CVC di Indonesia relatif sukses, meskipun cara dan waktunya berbeda-beda tergantung sektor.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$LPPF $EXCL
1/8
@InvestSahamMudah sedikit koreksi kak, RoE bukannya lebih ke modal perusahaan ya bukan asetnya. Karena perhitungan ekuitas kan total aset dikurangi total liabilitas.
Sayangnya RoE tinggi tidak selalu bisa disimpulkan kalau perusahaannya bagus dan hebat bisa mengelola modalnya untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi. Contohnya $LPPF yang RoEnya di atas 200% kan sangat tidak masuk akal.
Jadi kita perlu mengulik lebih dalam terlebih dahulu kenapa perusahaan tersebut mempunyai RoE-nya segitu.
@syafrialasai apakan ga bis dikoleksi buat emiten deviden dn keep holder $LPPF ini mas, atau cuman buat trader?
@alifapu $LPPF bagus banget, rals skip dulu blm liat fundamental nya. secara teknikal pun rals blm ada signal apa apa. jadi lppf aja all in semesta sana hahaha, harus berani cutloss dibawah 1500 ya.
gaada kepastian di pasar yang kejam ini bro.
update perjalanan investasi dulu
$BMRI target cuma pegang 100 lot tp kemarin sempet nambah, hari ini jual sebagian untuk nambah ADRO
$ADRO target pegang 200 lot untuk invest, sisanya buat tiki-taka
$LPPF semoga senin turun, kemarin ga sempet nambah gara2 sibuk nyicil mandiri - target pegang minimal 200 lot
berhubung situasi lg ga stabil ane sekarang lebih sering trading, jd yg di hold dikit aja + mau ikut IPO
bukan ajakan untuk jual beli ya
cheers
$LPPF kalau pake aliran chartist dan indikator, kelihatannya menarik, apakah ada yang terendus oleh market terkait kondisi bisnisnya di Q3, misalnya ada perbaikan dibanding Q2 yang minus?
plus ditambah adanya harapan 200T akan segera bertebaran dalam putaran ekonomi real..
$LPPF lagi kulakan ini, hold dlu... jgn lgsg jual. paling oktober ke puncak lagi, target market analisa bisa sampe 70% dan cut loss ada di 1500
@noageo mending jual aja $LPPF nya mumpung lagi ARA besok juga koreksi lagi sama kayak naiknya hari ini, lagu lama itu mah hahaha