


Volume
Avg volume
PT Matahari Department Store Tbk bergerak pada bidang usaha ritel beberapa jenis produk seperti pakaian, aksesoris, tas, sepatu, kosmetik dan peralatan rumah tangga, dan layanan konsultasi manajemen. Perseroan menjual berbagai jenis produk, dengan merek eksklusif sendiri dan secara konsinyasi. Perseroan pada akhir tahun 2020 memiliki 147 gerai yang beroperasi di 76 kota dan sebuah toko online Matahari.com yang menawarkan berbagai macam produk berkualitas tinggi dan merek eksklusif yang dapat menunjang gaya hidup masyarakat.
Pagi tadi saya membaca buku Mochtar Riady, Manusia Ide, dan menemukan satu chapter yang membuat saya berhenti sejenak. Di halaman itu, beliau bercerita tentang pertemuannya dengan Li Ka-Shing yang mengundang dirinya minum teh siang. Di tengah percakapan, sang tuan rumah bertanya sederhana, apa itu pasar modal. Mochtar Riady menjawab dengan tiga langkah yang ia anggap sebagai inti dari kegiatan pasar modal.
Ini tiga poin aslinya:
1. “Mengolah batu menjadi emas.”
Artinya mengelola dan memoles perusahaan yang masih kecil dan sederhana menjadi besar dan bernilai tinggi, melalui go public untuk menghimpun dana agar terus berkembang maju.
2. “Ular menelan gajah.”
Artinya jeli melihat dan memilih perusahaan yang berpotensi dan punya masa depan yang menjanjikan, lalu dengan cara tukar guling menghimpun dana untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
3. Berfungsi sebagai bandar.
Manusia umumnya senang mengadu nasib melalui perjudian. Para pemain jual beli saham saling bertaruh menebak saham perusahaan mana yang naik atau turun. Perusahaan go public pada hakikatnya sudah berfungsi sebagai bandar judi. Selisih sangat tipis pun, jika terjadi setiap hari dalam ratusan transaksi, bisa menjadi laba yang lama-lama menjadi bukit. Bahkan bisa lebih besar dari laba perusahaan induknya sendiri.
Tiga kalimat ini terlihat seperti analogi, tetapi sebenarnya ia sedang menjelaskan tiga wajah pasar modal yang berbeda fungsi dan berbeda tujuan.
Poin pertama menggambarkan perusahaan yang benar-benar butuh transformasi. Dengan masuk bursa, perusahaan kecil dipaksa rapih. Tata kelola meningkat, akses pendanaan terbuka, dan pasar menuntut disiplin. Banyak perusahaan di Indonesia baru naik kelas justru setelah IPO, karena struktur publik memaksa mereka mengikuti standar.
Poin kedua menggambarkan pasar modal sebagai alat manuver. Kadang perusahaan yang ukurannya kecil bisa melakukan langkah sebesar “menelan gajah” kalau ia punya keberanian membaca momentum. Tukar guling yang dimaksud Mochtar Riady di era itu setara dengan mekanisme merger, akuisisi, pengalihan aset, atau rights issue strategis. Pasar modal memberi jalan untuk itu. Yang terpenting adalah ketepatan memilih sasaran dan membaca masa depan.
Poin ketiga menjelaskan sisi pasar yang paling jujur: dinamika perdagangan. Ketika perusahaan sudah go public, ia masuk ke arus spekulasi harian. Tidak berarti manipulasi, tapi memang ada peran “market maker” yang melekat secara struktural. Dalam 200 sampai 250 hari perdagangan setahun, selisih tipis yang terus berlangsung dapat menghasilkan keuntungan yang konsisten. Mochtar Riady menggambarkan hal ini apa adanya, sebagaimana ia melihat realitas pasar pada masanya.
Membaca bagian ini membuat saya sadar bahwa tiga analogi tersebut adalah cara cepat membaca niat perusahaan. Ada perusahaan yang memang ingin bertumbuh secara organik. Ada yang orientasinya manuver strategis. Ada pula yang model bisnisnya memang sangat dekat dengan ritme perdagangan harian. Sebagai investor, saya merasa tiga point diatas bisa jadi compas dalam mehamami “ambisi” emiten. jangan sampai salah kamar dan menjadikan proyeksi mimpi untuk point 3 mejadi point 1-2 yang secara itungan sangat sulit terealisasi.
Terlepas dari bagaimana orang memandang Lippo Group hari ini, saya merasa buku ini menarik karena merangkum perjalanan Mochtar Riady dalam siklus dua puluh tahunan yang disusun rapi. Dengan membaca kisah-kisah seperti ini, kita tidak hanya belajar soal strategi bisnis, tetapi juga mendapatkan gambaran tentang bagaimana Indonesia bergerak dari era ke era. Kadang membaca sejarah justru membantu melihat kondisi hari ini dengan lebih jernih.
$LPCK $LPKR $LPPF
$MDIY LK Q3 2025: Growth at All Cost
Request member External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Strategi bisnis MDIY ini sudah mirip dengan startup. Bukan startup aplikasi yang bakar duit untuk subsidi ongkir, tapi startup ritel fisik yang obsesinya satu hal dulu yaitu ngegas jumlah gerai secepat mungkin dan percaya bahwa laba yang tebal akan datang belakangan. Kalau ACES selama ini dianggap raja ritel modern, MDIY lagi memainkan versi yang lebih agresif dari playbook yang sama. Bedanya, MDIY menggabungkan ekspansi gerai gila-gilaan, ketergantungan impor di atas 70%, dan timing yang kurang bersahabat karena dolar menguat dan Purbaya mengetatkan pintu impor di bea cukai. Ini kombinasi yang bisa menjadikan laporan keuangan tampak cantik di sisi pertumbuhan, tetapi bikin investor yang peduli efisiensi mulai mengernyitkan dahi. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara angka, cerita growth MDIY memang menggoda. Dalam 9 bulan 2025, penjualan naik sekitar 17,27% year on year dari kurang-lebih 4,9 triliun Rupiah di 9M 2024 menjadi sekitar 5,8 triliun Rupiah di 9M 2025. Secara kuartalan juga mulus. Q1 2025 pendapatan sekitar 1,8 triliun Rupiah, Q2 naik menjadi sekitar 1,9 triliun, Q3 menembus kisaran 2,0 triliun. Ini pola yang disukai semua fund manager, grafik polos menanjak dari kiri bawah ke kanan atas. Di belakang angka penjualan, ekspansi fisik benar-benar ngebut. Akhir 2024 MDIY punya 961 toko. Q1 2025 sudah menjadi 1.021 gerai, Q2 naik ke 1.086, dan Q3 tembus 1.154. Artinya dalam 9 bulan mereka menambah sekitar 193 gerai, setara kenaikan jumlah toko di kisaran 6% per kuartal. Ini gaya startup yang sedang mengejar dominance, bukan gaya ritel matang yang fokus memerah laba dari jaringan yang sudah mapan.
Masalahnya, ketika kita turunkan ke level unit economics per gerai, euforia mulai berkurang. Pendapatan per gerai per kuartal nyaris tidak naik. Di Q1 2025, rata-rata pendapatan per toko sekitar 1,77 miliar Rupiah. Q2 naik sedikit menjadi sekitar 1,78 miliar, lalu Q3 malah turun tipis lagi ke sekitar 1,77 miliar per gerai. Artinya setiap tambahan gerai baru belum membawa daya jual yang lebih tinggi dibanding toko lama, hanya menambah volume secara agregat. Ini ciri klasik ekspansi yang masih dalam fase ramp up, di mana jaringan melebar tetapi produktivitas rata-rata toko belum benar-benar naik. Di atas kertas angka pertumbuhan revenue terlihat manis, tetapi per unit gerai sebenarnya MDIY masih jalan di tempat.
Di sisi biaya, efek strategi seperti startup ini jauh lebih terasa. Beban pokok penjualan selama 9 bulan naik sekitar 16% sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, sehingga gross margin masih bertahan di sekitar 55% lebih sedikit. Permasalahan serius ada di level beban operasional. Beban umum dan administrasi melonjak hampir 28% year on year, jauh di atas pertumbuhan penjualan. Dua komponen yang paling menyiksa adalah depresiasi aset hak-guna toko dan gaji karyawan. Depresiasi sewa toko naik lebih dari 40% karena penambahan ratusan gerai baru otomatis memicu beban depresiasi yang besar setiap bulan, terlepas toko itu sudah padat pengunjung atau baru setengah hidup. Di saat yang sama, beban gaji dan tunjangan juga naik lebih dari 20% seiring penambahan karyawan untuk mengisi toko baru. Kombinasi ini menciptakan negative operating leverage, situasi di mana penjualan tumbuh tetapi laba bersih tidak ikut lari. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Hasil akhirnya terlihat jelas di bawah. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk selama 9 bulan hanya naik sekitar 0,76% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan naik hampir seperlima, tetapi laba bersih nyaris tidak bergerak. Secara kuartalan Q2 sempat terlihat sebagai titik paling efisien, dengan net margin sekitar 14,5% dan laba bersih per gerai sekitar 258 juta Rupiah per kuartal. Namun di Q3, meskipun laba bersih nominal masih naik sedikit, jumlah gerai yang bertambah membuat laba per gerai turun ke kisaran 246 juta dan net margin turun menjadi sekitar 14%. Investor yang jeli akan melihat pola gelombang. Setiap gelombang pembukaan toko di awal periode membuat margin tertekan, lalu ketika toko itu mulai matang pendapatan per gerai membaik sebentar, sebelum gelombang ekspansi berikutnya kembali mendilusi margin. Polanya sangat menyerupai startup yang terus mengejar pertumbuhan user, bukan perusahaan ritel mapan yang obsesinya sudah bergeser ke profitabilitas.
Di titik ini, risiko makro mulai ikut menekan. Sekitar tiga perempat pembelian barang MDIY pada 9M 2025 berasal dari impor. Pada saat yang sama dolar bergerak dari sekitar 16.162 Rupiah di akhir 2024 ke sekitar 16.588 Rupiah di awal 2025. Dengan barang dagangan yang mayoritas impor, setiap pelemahan Rupiah langsung mengangkat biaya perolehan persediaan. Di atas kertas gross margin masih bisa dipertahankan, tetapi caranya adalah dengan menaikkan harga ke konsumen atau menerima tekanan volume. Yang lebih mengganggu adalah efeknya di neraca. Nilai persediaan barang dagangan naik dari sekitar 1,9 triliun Rupiah di akhir 2024 menjadi sekitar 2,4 triliun Rupiah di akhir September 2025. Modal kerja terkunci di rak toko dan gudang. Penyisihan persediaan usang juga naik dari sekitar 11,7 miliar menjadi sekitar 15,3 miliar Rupiah. Ini tanda dini bahwa sebagian stok yang dibeli mahal berisiko tidak laku dengan harga yang cukup untuk menutup biaya dan beban operasional.
Kalau kita geser ke arus kas, nuansa startup terasa lebih kuat. Secara teknis kualitas laba MDIY bagus. Laba bersih 9M sekitar 790 miliar Rupiah, sedangkan kas dari aktivitas operasi sekitar 1,0 triliun Rupiah. Rasio kas operasi terhadap laba sekitar 1,27 kali, artinya laba memang didukung transaksi tunai, bukan permainan akrual. Namun cerita berubah ketika masuk ke free cash flow. Dari kas operasi sekitar 1 triliun tadi, hampir 640 miliar dihabiskan untuk belanja modal dan akuisisi aset tetap. Di sisi pendanaan, perusahaan masih harus mengeluarkan ratusan miliar untuk bayar pinjaman bank dan sewa. Di atas semuanya, ada satu pos besar yang membuat kas makin kering yaitu pembayaran pajak sekitar 500 miliar Rupiah, jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Hasil akhirnya saldo kas turun dari sekitar 673 miliar menjadi hanya sekitar 367 miliar Rupiah. Kas turun sekitar 45%. Secara kasar, modelnya mirip startup yang sudah mampu menghasilkan kas dari operasi, tetapi hampir semua kas tersebut langsung dihabiskan untuk ekspansi dan kewajiban, sehingga free cash flow yang benar-benar bebas sangat tipis. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sudut pandang efisiensi, Q2 2025 bisa dianggap sebagai cuplikan masa depan terbaik MDIY. Di kuartal itu, pendapatan per toko masih sekitar 1,78 miliar per kuartal, tetapi laba bersih per gerai mencapai titik tertinggi sekitar 258 juta Rupiah. Net margin pun menyentuh sekitar 14,5%. Di titik ini, kombinasi jumlah gerai dan produktivitas toko berada di posisi yang paling seimbang, wave pembukaan gerai sebelumnya sudah mulai matang, sedangkan gelombang gerai baru berikutnya belum sepenuhnya menekan margin. Simulasi yang menarik muncul ketika efisiensi kuartal ini dijadikan patokan. Dengan 1.154 gerai dan kinerja selevel Q2 yang dijaga konsisten selama setahun penuh, pendapatan tahunan bisa mendekati 8,2 triliun Rupiah dan laba bersih sekitar 1,19 triliun Rupiah. Dengan kapitalisasi pasar sekitar 26 triliun Rupiah di harga 1.035, itu implikasinya price to earnings sekitar 22 kali. Untuk emiten ritel dengan pertumbuhan laba single digit dan ketergantungan impor tinggi, ini bukan angka murah.
Sekarang bayangkan skenario yang lebih agresif yang jelas sedang dibayangkan sebagian pelaku pasar. Misalnya MDIY suatu saat berhasil mencapai 2.000 gerai dengan produktivitas per toko dan margin seefisien Q2 2025. Secara matematika, pendapatan tahunan bisa melonjak ke kisaran 14,2 triliun Rupiah dan laba bersih tembus lebih dari 2 triliun. Di level laba seperti itu, dengan harga saham yang sama, price to earnings turun menjadi sekitar 12,5 kali dan valuasi langsung terlihat jauh lebih masuk akal. Ini menjelaskan mengapa pasar masih mau membayar mahal hari ini. Investor tidak sedang membeli MDIY versi 1.154 toko yang labanya stagnan, tetapi membeli mimpi MDIY versi 2.000 toko dengan margin puncak. Polanya betul-betul pola startup, harga saham merefleksikan kondisi masa depan yang ideal, bukan kondisi keuangan saat ini.
Pertanyaan pentingnya, seberapa besar hambatan untuk sampai ke sana. Hambatan pertama jelas negative operating leverage. Selama ritme pembukaan toko tetap agresif sementara produktivitas gerai baru belum bisa melampaui rata-rata lama, setiap gelombang ekspansi akan kembali menekan margin dan laba per toko. Hambatan kedua datang dari risiko harga dan kurs. Dengan lebih dari 75% pembelian berasal dari impor, setiap pelemahan Rupiah atau pengetatan kebijakan impor seperti pengetatan pengawasan bea cukai di era Purbaya bisa memukul COGS dan memaksa manajemen memilih antara mengorbankan margin atau volume penjualan. Hambatan ketiga adalah modal kerja dan persediaan. Persediaan yang terus menggelembung berarti kas terus nyangkut di rak. Kalau rotasi stok tidak dipercepat dan manajemen tidak disiplin menahan pembelian, cadangan kerugian persediaan berpotensi membengkak dan pelan-pelan menggerogoti laba. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di sisi lain, ada juga faktor pendukung yang membuat MDIY tidak bisa serta-merta dicap berbahaya. Neraca dari sisi utang masih relatif aman. Rasio net debt terhadap EBITDA berada di kisaran 0,37 kali, jauh di bawah batasan covenant bank di 2,25 kali. Artinya secara kredit, perusahaan punya ruang bernapas lebar untuk mengelola fluktuasi kas dan tetap mendapatkan pembiayaan dari perbankan. Gross margin sekitar 55% juga menunjukkan posisi harga yang kuat, konsumen tampaknya masih bersedia membayar mark up yang cukup tinggi untuk barang rumah tangga yang dijual. Basis pelanggan pun sangat terdiversifikasi, tidak ada satu pun pelanggan yang menyumbang di atas 10% penjualan, begitu juga di sisi pemasok. Struktur seperti ini mengurangi risiko guncangan dari satu pihak yang terlalu dominan.
Bagi investor, dilema MDIY cukup jelas. Di satu sisi, ini perusahaan yang sudah terbukti mampu menumbuhkan penjualan hampir 20% setahun, menjaga gross margin tebal, dan menghasilkan kas operasi yang lebih besar dari laba. Di sisi lain, laba bersih nyaris tidak tumbuh, kas menurun tajam, dan valuasi di harga sekarang menuntut skenario sukses yang sangat optimistis yaitu ekspansi jaringan besar dengan efisiensi mendekati puncak Q2 yang bertahan lama. Value investor yang disiplin akan melihat price to earnings di kisaran dua puluhan, price to book beberapa kali lipat ekuitas, free cash flow tipis, lalu mengangkat alis dan berkata ini mahal. Growth investor mungkin akan berkata lain, bahwa kita sedang membeli platform ritel yang masih di tengah fase scale up, dan ketika gerai mencapai titik jenuh, laba bisa meledak dan membuat valuasi sekarang terlihat masuk akal.
Pada akhirnya, MDIY saat ini posisinya lebih mirip startup ritel yang sudah lewat fase pembuktian produk, tetapi belum masuk fase panen laba. Kalau investor masuk di harga sekarang, secara praktis mereka sedang bertaruh bahwa manajemen mampu mengubah negative operating leverage menjadi positive operating leverage sebelum faktor eksternal seperti kurs, kebijakan impor, dan daya beli masyarakat Indonesia menutup peluang tersebut. Kalau target 2.000 gerai tercapai dengan efisiensi mendekati Q2 2025, pasar akan melihat mereka sebagai pemenang. Kalau sebaliknya, laba bersih terus stagnan sementara persediaan dan kas tetap tegang, saham seperti ini sangat rentan terhadap re rating turun yang dalam. Untuk investor ritel yang sering lupa membedakan antara pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan laba, MDIY adalah ujian apakah mereka benar-benar membaca laporan keuangan atau hanya jatuh cinta pada cerita ekspansi. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$ACES $LPPF

$LPPF nataru + tahun baru + imlek + idul fitri
4 event besar sampai maret 2026, dan dengan stimulus pak purbaya
semoga boosting revenue LPPF
$LPPF
dah mau masuk desember balik ke stelan pabrik yuk 1400an
sambil nunggu ekpansi mono store MU-KU dan ZES
nanti bagger imlek-idulfitri. hehehe..
@Alfadz98 wkwkw Klo si om mau company profil nya format pdf ada om Mora wkkwkwk
klo si om mau GIHON sama $LPPF
beli pas sebelum natal kwkwkw saya saham lain cuma trading karena ga tau basic,kalo 3 perumahan itu saya tau wkkwkw
@Jekipirmansah cuan dari kenaikan saham $BUMI selama 3 hari sama dengan cuan dari deviden $LPPF selama 3-4 tahun brooo 🤣🤣🤣
transaksi 1 offer $BUMI saja bisa buat $LPPF ara 1 bulan non stop kayaknya, luar biasa miskin nya emamg bandar MM LPPF 🤣🤣🤣
bagaikan $BUMI dan tanah $LPPF perbandingan pergerakan saham juga kemampuan bandarnya, bandar bumi tajir habis hajar rata lot lot offer tebel sementara bandar lppf miskin habis offer tipis tipis pun tidak sanggup haka 🤣🤣🤣
alhamdulillah cuan
TAMBAHAN PROFIT HARI INI
$INET
$LPPF
$PNLF
CUUAAANNNN KABEEEHHHH
FOLLOW N SUPPORT GUYS
1/3



$EXCL hal seperti ini sudah jauh jauh hari diprediksi oleh rekan saya Dwipa Hammimurti (sepupu Hammi @Candra088 Kinantar) dan Ricky Thanoesoedibjo
____
$LPPF $BHIT

$LPPF dengan adanya momen nataru + hari raya, sejelek2nya dividen 240, di harga sekarang yield masih 14% an, dengan potensi dividen tertinggi di 300 dengan yield 17.3% an
Silahkan dipilih secara harga semuanya menarik, sudah mulai terlihat titik jenuh, Dyor.
$SMKM $KBLV $LPPF
1/3



beli itu $BUMI lot tebel tebel gitu bisa ara bandarnya luar biasa emang top, jangan beli model kayak $LPPF lot tipis tipis aja gerak kagak memang bandar kereee miskinn hahhaa
$LPPF tadinya kirain ini menarik. Soalnya kan katanya Pak Purbaya mau dorong pertumbuhan ekonomi...
Tapi setelah dipikir pikir.. bisnisnya tinggal tunggu waktu aja kalau gak ada gebrakan...
1. Mau jual baju harga mahal? Saingannya Zara, Uniqlo dll..
2. Mau jual yang murah? Sainggannya produk import...
3. Cabang dimana-mana, lawannya tok-tok dan shop2 live...
4. Tiap tahun dapat cuan deviden gila2an bukannya dipakai mikirin strategi...
ahh sudahlahh. yg penting cuann dr deviden & devidentrap...
